25837369-Referat y
25837369-Referat y
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah masalah kesehatan yang paling sering ditemui dalam
kehamilan. Hipertensi merupakan komplikasi kehamilan kira-kira 7-10% dari
seluruh kehamilan. (1)
HDK adalah salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu disamping
perdarahan dan infeksi. Pada HDK juga didapati angka mortalitas dan morbiditas
bayi yang cukup tinggi. Di Indonesia preeklamsia dan eklamsia merupakan
penyebab dari 30-40% kematian perinatal, sementara di beberapa rumah sakit di
Indonesia telah menggeser perdarahan sebagai penyebab utama kematian
maternal. Untuk itu diperlukan perhatian serta penanganan yang serius tehadap
ibu hamil dengan penyakit ini. (2)
KLASIFIKASI
Pada saat ini, untuk lebih menyederhanakan dan memudahkan The
Working Group Report dan High Blood Pressure in Pregnancy (2000)
menyarankan klasifikasi hipertensi dalam kehamilan sebagai berikut :
1. Hipertensi gestasional
2. Hipertensi kronis
3. Superimposed preeklamsi
4. Preeklamsi ringan, preeklampsi berat dan eklamsi
Sebagai batasan yang disebut hipertensi dalam kehamilan adalah kenaikan
tekanan darah diastolik > 90 mmHg dan tekanan darah sistolik > 140 mmHg pada
dua kali pemeriksaan yang berjarak : 4 jam atau lebih dan proteinuria, jika
dijumpai protein dalam urine melebihi 0,3 gr/24 jam atau dengan pemeriksaan
kualitatif minimal positif (+) satu.(2,3)
DEFINISI(4,5,6,7)
1. Hipertensi Gestasional
- TD mencapai > 140/90 mmHg, tetapi proteinuri (-) untuk pertama kali
dalam masa kehamilan
- Transient hipertension jika tidak berkembang menjadi preeklamsi dan TD
kembali ke normal dalam 12 minggu post partum
- Dengan klasifikasi demikian maka diagnosis bahwa seorang wanita
tidak/bukan preeklamsi dibuat hanya pada postpartum
- Sehingga diagnosisnya hipertensi gestasional
- Yang paling penting ialah bahwa wanita dengan hipertensi gestasional
dapat mengalami tanda-tanda yang berhubungan dengan preeklamsi,
misalnya :
Nyeri kepala
Atau trombositopeni
2. Preeklamsi
Preeklamsi
merupakan
sindroma
spesifik
dalam
kehamilan
akibat
Gross
hemolisis
hemoglobinemia,
hemoglobinuria,
- Multiparitas
- Hipertensi kehamilan sebelumnya
- Riwayat keluarga hipertensi essensial.
5. Hipertensi Kronis
Hipertropi ventrikel
Dekompensasio kordis
Cerebrovaskular accidents
Janin pada wanita hipertensi kronis berisiko IUGR dan kematian. Sering
terjadi superimposed preeklamsi pada wanita lebih cepat daripada preeklamsi
murni. Hipertensi kronis dalam kehamilan tensi meninggi baik sistole atau
diastole setelah 26-28 minggu. Preeklamsi ditandai proteinuria.
INSIDENSI DAN FAKTOR RISIKO
Hipertensi gestasional sering terjadi pada wanita nullipara, sedangkan
wanita tua yang meningkat insidensi hipertensi kronis dengan makin tuanya
kehamilan berisiko terhadap superimposed preeklamsi. Insidensi preeklamsi ialah
sekitar 5%, dipengaruhi oleh faktor-faktor : (4)
Paritas
Predisposisi genetik
Faktor lingkungan
Faktor Lain :
-
Kehamilan kembar
Obesitas
Etnik Afrika-Amerika
Obesitas :
-
Kembar
-
Hipertensi gestasional
Single
: 6%
Gemelli : 13%
-
Preeklamsi
Single
: 5%
Gemelli : 13%
Bayi / janin dari wanita kembar dengan HDK meningkatkan risiko outcome
daripada yang tunggal
Merokok
-
Plasenta previa
-
Eklamsi
-
Komplikasi mayor :
Solusio plasenta
: 10%
Defisit neurologis
: 7%
Pneumonia aspirasi
: 7%
Udema paru
: 5%
Cardiopulmanory arrest
: 4%
ARF
Kematian Ibu
: 4%
: 1%
PATOLOGI (4,6)
Kardiovaskuler
Hematologis
tetap karena CO
Volume Darah
Normal wanita hamil pada minggu terakhir, volume darah = 5 liter, tidak
hamil = 3,5 liter. Pada preeklamsi 1,5 liter darah ini tidak ada karena
vasokontriksi yang memberat oleh peningkatan permeabilitas pembuluh darah
(hemokonsentrasi).
Preeklamsi perbedaan ini tidak jelas
Hipertensi gestasional volume darah normal
Hematokrit yang menurun sebagai akibat perdarahan persalinan pada wanita
hamil, atau sebagai akibat destruksi eritrosit.
Bila tidak ada perdarahan, intravaskular pada eklamsi tidak berkurang.
2. Perubahan Hematologis
-
Trombositopeni
Koagulasi
Trombositopeni
Destruksi eritrosit
Trombositopeni
Diinduksi oleh preeklamsi, eklamsi.
dan
hemoglobinemia.
Terjadi
karena
hemolisis
Perubahan Endokrin
Angiotensinogen
Renin
Angiotensin I
Converting
Enzym
Angiotensin II
dan tidak adanya edema bukan berarti outcome lebih baik. Setelah eklamsi
bikarbonat menurun karena asidosis metabolik yang dikompensasi dengan
respiratory loss dari CO2.
4. Ginjal
Preeklamsi : perfusi ginjal dan filtrasi glomerulus menurun
Asam urat plasma meningkat pada wanita yang berat preeklamsinya. Pada
preeklamsi ringan dan sedang filtrasi glomerulus menurun oleh karena
volume plasma menurun kreatinin menjadi 2 kali dari kehamilan normal :
0,5 mg/dL.
Pada PEB kreatinin menjadi bebrapa kali lebih besar meningkat yaitu + 2-3
mg/dl oleh karena perubahan intrinsik ginjal yang disebabkan vasospasme
berat. Oliguria oleh karena vasospame intrarenal sehingga terapi cairan
intravena yang intensif tidak dianjurkan. Dopamin menyebabkan output urine
meningkat. Preeklamsi Ca ekskresi menurun karena peningkatan reabsorbsi.
Setelah partus, bila tidak ada penyakit yang mendasari dari renovaskular kronik
fungsi ginjal kembali sempurna, tapi bila terjadi rekrosis cortikal renal
menjadi irreversibel.
5. Hati
PEB terjadi ekskresi yang melambat dari bromosulfophthalein dan peningkatan
aminotransferase aspartat serum.
-
Hiperbilirubinemia berat
Peningkatan enzim hati ini akibat periportal hemorrhagic necrosis pada pinggir
lobus hati dapat terjadi hepatic rupture yang terdapat di bawah kapsul hepar
membentuk subkapsular hematoma.
10
HELLP SYNDROME
Pada preeklamsi eklamsi melibatkan hati dan organ lain : ginjal, otak
sehingga terjadi hemolisis dan trombositopeni.
Hemolisis, Elevated Liver enzym, Low Platelet.
Komplikasi :
-
Solusio plasenta
7%
Oedem paru
6%
ARF
2%
12
Abnormal setelah eklamsi (48 jam setelah kejang) yang menetap 1 minggu
tapi kebanyakan normal dalam 3 bulan.
7. Uteroplasenta Perfusion
Hamil normal arteriol miometrium : 500m sedangkan pada preeklamsi
: 200 m.
Metode tak langsung
Pengukuran estradiol 17 sebagai konversi De-OH isoandrosteron sulfate oleh
plasenta.
Pada wanita hamil normal dengan makin tuanya kehamilan jumlahnya
(estradiol 17) makin meningkat.
Sedangkan pada preeklamsi : menurun
Doppler Velosimetri
Hanya sedikit yang normal sirkulasi uteroplasental.
Perubahan Histologis
Ditandai lesi pada arteri uteroplasenta oleh sel busa yang kaya lemak. Pada
kehamilan normal A. spiralis diinvasi oleh trofoblas endovaskuler. Pada
preeklamsi endovaskuler trofoblas menyerbu a. spiralis bukan di pembuluh
darah miometrium tapi di pembuluh darah desidua.
Perubahan preeklamsi pada mulanya : kerusakan endothel, merembesnya
plasma ke dinding pembuluh darah, proliferasi sel miointima, nekrosis medial,
akumulasi lemak pada sel miontima dan makrofag. Invasi trofoblas pada arteri
spiralis berhubungan dengan beratnya hipertensi.
PATOFISIOLOGI (4)
Hipertensi dalam kehamilan biasanya terjadi pada wanita :
13
14
15
predisposisi tersebut dalam suatu technical report series no. 758 , yaitu :
1)
2)
Paritas
3)
Suku bangsa
4)
Keluarga (famili)
5)
Genetik :
Golongan darah
Konsanguinitas
6. Nutrisi
Vitamin, mineral
Berat badan
7.Lingkungan
Ketinggian
9.
Merokok
Kegiatan fisik
Sosio-ekonomi
Hiperplasentosis:
Hidrops fetalis
Diabetes melitus
Molahidatidosa
RAAS
(Renin-Aldosterone-Angiotensin
System)
yang
17
Keterangan : KKS : Kal ikrein - Kinine System. RAAS: Renin - Aldosterone - Angiotensin System.
DIC : Disseminated Intravascular Coagulation. MOF : Multiple Organ Failure
18
19
Proteinuri merupakan kelainan yang ditemukan pada fase lanjut dan jarang
sekali ditemukan pada fase dini HDK. Dalam keadaan normal, tidak dijumpai
protein dalam urin dan masih dalam batas normal bila secara kuantitatif
(Esbach) dijumpai 0,3 gram/24 jam. Apabila jumlahnya di temukan melebihi
0,3 gram/24 jam maka dianggap patologis dan secara kualitatif dapat
dinyatakan dengan (+1) - (+4)
4) Nyeri Kepala
Nyeri kepala jarang ditemukan pada HDK ringan dan lebih sering ditemukan
pada HDK berat. Nyeri kepala ini dirasakan di daerah frontal atau daerah
oksiput dan sukar diatasi dengan obat-obat analgesik. Bila ditemukan nyeri
kepala hebat, harus berhati-hati karena ada kemungkinan akan terjadi eklamsi.
5) Nyeri Epigastrium
Nyeri epigastrium merupakan gejala lanjut HDK dan juga merupakan gajala
akan terjadi kejang. Rasa nyeri ini mungkin disebabkan oleh regangan kapsul
hati sebagai akibat perdarahan atau edem hati, tetapi mungkin juga
kelainannya terletak pada susunan saraf pusat.
6) Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan bervariasi dari derajat ringan sampai derajat berat yaitu
dari penglihatan kabur sampai kebutaan. Penyebabnya adalah spasmus
arteriol, iskernia, edem, dan pada keadaan berat dapat terjadi ablasio retina.
Gangguan penglihatan ini bersifat reversibel. Jarang terjadi perdarahan atau
eksudat pada retina, tetapi bila dijumpai berarti adanya hipertensi kronis
7) Gejala Lainnya
Sejumlah gejala lain bisa mengikuti preeklamsi dan eklamsi seperti, oliguri
atau anuri, edem paru sampai sianosis, dan gejala perdarahan sampai DIC.
Pada umurnnya gejala-gejala ini merupakan tanda dari beratnya dan sudah
lanjutnya
2. Secara Biokimia Dan Biofisik (4)
Identifikasi dari perfusi uteroplasenta yang menurun, disfungsi sel
endothel, aktivasi koagulasi :
20
1. Infus Angiotensin II
Tes ini menggunakan Angiotensin II infus sampai diastole naik 20 mmHg.
Pada wanita yang memerlukan < 8 ng/kgBB/mnt nilai prediktif positif
untuk menjadi 20-40 %. Walaupun lebih baik dari tes yang lain tapi sulit
dilakukan secara klinis
2. Roll-Over test
Ialah respon hipertensi pada wanita yang terbaring terlentang dari yang
tadinya posisi miring. Nullipara 28-32 yang tekanan diastolnya meningkat
minimal 20 mmHg saat dilakukan manuver ini berkembang menjadi HDK.
Sedangkan yang tensinya tetap normotensif. Wanita yang positif pada roll
over test juga sensitif terhadap angiotensin II, ini menunjukkan manifestasi
peningkatan respon vaskuler atau aktifitas berlebih dari simpatis.
3. Asam Urat
Kadar asam urat darah menunjukkan ekskresi menurun ditemukan pada
preeklamsi. Nilai > 5,9 mg/dL agak prediktif, nilai prediktif positif = 33%.
Kurang berguna untuk memperkirakan preeklamsi dalam kehamilan lanjut
tidak dapat membedakan HDK dari preeklamsi.
4. Metabolisme Calsium
Hipokalsiuria
5. Ekskresi Kallikrein Urin
Merupakan regulator darah, dan menurun ekskresinya pada preeklamsi
6. Fibronectin
Pada wanita yang preeklamsi / impending. Pada trimester I meningkat pada
wanita bakat preeklamsi, pada trimester II meningkat pada wanita yang HDK
7. Aktivasi Koagulasi
Gambaran trombositopeni dan fungsi trombosit (agregasi). Aktivasi trombosit
berlebihan vasokonstriksi ibu vasokontriksi kerusakan sel endothel, infark
plasenta dan disfungsi ginjal.
21
Prostasiklin
Preeklamsi
Sehingga dicoba untuk mencegah preeklamsi dengan pemberian aspirin dosis
rendah.
Hitung trombosit menurun pada PEB. Volume trombosit meningkat
sehubungan dengan konsumsi trombosit dan produksi meningkat pada
trombost. Volume trombosit yang meningkat merupakan tanda impending
preeklamsi.
8. Faktor imunologi
Cytokine (protein messenger) dari sel imun mengatur fungsi sel imun dan
diproduksi oleh makrofag dan limfosit terdiri dari interleukin, interferon,
growth factor, tumor necrosis factor. Bebrapa cytokine meningkat pada
preeklamsi.
9. Placental Peptida
CRH, chorionic gonadotropin, Activin A, Inhibin A. Inhibin A dan Activin A :
tanda preeklamsi.
10. Doppler Velocimetry A.Uterina
Pada trimester II sebagai skrining awal preeklamsi.
PENCEGAHAN PREEKLAMSI (8)
Oleh karena sampai pada saat ini penyebab utama preeklamsi masih belum
diketahui, maka upaya pencegahannyapun masih belum memuaskan. Pada
dasarnya upaya pencegahan secara umum dapat dibagi ke dalam tiga tahap
menurut perlangsungan penyakit tersebut, yaitu :
22
Rendah garam
MANAJEMEN (4)
1. Terminasi kehamilan pada kemungkinan trauma pada ibu dan anak
2. Kelahiran anak yang mungkin dapat survive hidup
3. Pemulihan sempurna kesehatan ibu
Dengan induksi persalinan, yang penting informasi tentang umur janin.
1. Deteksi Prenatal Dini
Bila T > 140/90 mmHg dirawat untuk observasi 2-3 hari untuk melihat
apakah makin berat.
Bila berat : observasi ketat
Bila ringan : berubah jalan
2. Pengelolaan rumah sakit
Hospitalisasi pada wanita yang untuk pertama kalinya hipertensi jika persisten
atau perburukan hipertensi atau ada proteinuri.
Evaluasi meliputi :
1. Pemeriksaan akan adanya tanda-tanda : nyeri kepala, gangguan
penglihatan, gangguan epigastrium, penambahan berat badan yang cepat.
2. Penimbangan berat badan saat masuk dan tiap hari berikutnya.
3. Analisa terhadap proteinuria saat masuk dan tiap 2 hari (selanjutnya).
4. Tekanan darah pada saat duduk tiap 4 jam kecuali waktu antara malam
hari sampai dengan pagi hari.
5. Pengukuran : Kreatinin, Hematokrit, Trombosit, Enzim Hepar
24
6. Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara
klinis atau dengan USG
3. Terminasi Kehamilan
Persalinan merupakan obat untuk preeklamsi
Nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrum merupakan indikasi
bahwa ada ancaman konvulsi (kejang), juga oliguria.
Terapi antikonvulsan dan antihipertensi setelah persalinan (terapi untuk
eklamsi) yang utama mengendalikan kejang untuk mencegah perdarahan
intrakranial, kerusakan organ lain, dan untuk melahirkan janin sehat.
4. Terapi Antihipertensi
Untuk melanjutkan kehamilan dan menghasilkan outcome yang baik
-
ACE Inhibitor sebaiknya dihindari dari trimester ke-2 dan ke-3 kehamilan,
boleh pada trimester I atau jangan dilanjutkan pada trimester setelahnya.
25
9. Eklamsi
Ialah preeklamasi yang komplikasi dengan kejang tonik klonik atau dapat juga
terjadi koma dalam tanpa kejang. Diagnosis kejang yang menyebabkan
kematian dengan tanpa kejang pada PEB.
PROGNOSIS (4)
Ibu : angka kematian menurun dari 5-10% menjadi < 3%.
Terapi :
1. Kontrol kejang dengan MgSO4 loading dose iv, diikuti dengan infus kontinyu
MgSO4 atau dengan loading dose MgSO4 im dan injeksi im periodik.
2. Pemberian antihipertensi secara iv intermiten atau p.o untuk menurunkan
tekanan darah bila tekanan darah diastol cukup meningkat yaitu 100 mmHg/
105 mmHg/110 mmHg
3. Jangan memberikan diuretik dan pembatasan pemberian cairan intravena
kecuali bila hilangnya cairan sangat banyak. Jangan memberikan cairan
hiperosmosis.
4. Persalinan
Magnesium sulfat untuk mengontrol kejang
Pada PEB juga eklamsi, MgSO4 diberikan perenteral sebagai antikonvulsi
tanpa menimbulkan depresi SSP baik pada ibu maupun anak. Diberikan secara iv
dengan infus kontinyu atau secara im intermiten. Karena persalinan dan partus
26
Syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi tetes
oksitosin
8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin belum masuk kedalam fase aktif
27
Hemolisis :
Burr cell, schistosit, polikromasia pada apus darah tepi
Bilirubin indirek > 1,2 mg/dl
Peningkatan LDH > 600 IU/l
28
Low platelet
Trombosit < 100.000/mm3
Nyeri kepala
Edema
Terapi
-
Darah dan produk darah harus diberikan jika hipovolemia dan gangguan
koagulapati
Untuk persalinan nilai dan pertimbangan untuk ibu dan anak dalam
memilih pervaginam/ perabdominal
EKLAMSI
A. Pengobatan Medisinal(2)
1. MgSO4 :
Cara pemberian sama dengan pasien preeklampsia berat. Bila kejang berulang
29
Melahirkan janin.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. James DK, Steer PJ, Weiner CP, Gonik B. High Risk Pregnancy,
Management Options 2nd ed. London : WB Sounders Company, 2001 : 63951.
2. Roeshadi RH. Hipertensi dalam kehamilan : Bandung, 2000
3. Lindheimer MD, Roberts JM, Cunningham FG. Hypertensive Disorders in
Pregnancy 2nd ed. Connecticut : Appleton & Lange, 1999 : 543-75.
4. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, Gilstrap L.C, Houth J.C, Wenstrom
K.D. William Obstetrics 21th ed.London: McGraw-Hill,2001: 567-618.
5. Report of the Working Group on Research on Hypertension During
Pregnancy (2001). National Heart, Lung and Blood Institute. Retrieved
October 24, 2004 from :
http://www.nhlbi.nih.gov/resources/hyperten-preg/#background
6.
Mose JC. Pengaruh pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum) pada
aktivitas trombosit dan tekanan darah ibu hamil yang berisiko mendapat
32
Universitas Padjadjaran
Bandung, 1999
9 . Wijayanegara H, Suardi A, Wirakusumah FW. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Obstetri dan Ginekoogi RSUP Dr. Hasan Sadikin. Bagian pertama
(Obstetri), Bandung. Bagian /SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD
RSUP Dr. Hasan Sadikin, 1998.
10. DeCherny AH, Pernol ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnostic
and Treatment. Connecticut : Pleton dan Lange, 1990 : 338-46.
11. Derek Llewellyn-Jones. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi Ed.6 Sydney :
Hipokrates, 1995 : 113-17.
33