Anda di halaman 1dari 10

PAPER GEOLOGI BATUBARA

MASERAL VINITRIT

Disusun Oleh :
Faizal Abdillah

L2L 008 027

Arif Alfiansyah

L2L 009 018

Rizki Trisna Hutami

L2L 009 040

Naramya P. Gemilang L2L 009 059


Rizal Pahlevi

L2L 009 069

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
OKTOBER 2011
VINITRIT

1. Definisi
Vitrinit adalah hasil dari proses pembatubaraan materi humic yang
berasal dari selulosa (C6H10O5) dan lignin dinding sel tumbuhan yang
mengandung serat kayu (woody tissue) seperti bagian tumbuhan tingkat tinggi
seperti batang, akar, dengan ekosistem darat. Beberapa maseral pada grup ini
berasal dari Tanin yang terimpregnasi pada dinding sel atau sebagai pengisi
rongga sel. Protein dan lipide juga merupakan material pembentuk dari
Vinitrit (seperti huminit). Maseral ini dapat dikenal dari fraksi aromatik yang
tinggi dan kaya akan oksigen.
Vitrinit adalah bahan utama penyusun batubara di indonesia (>80 %).
Dibawah mikroskop, kelompok maseral ini memperlihatkan warna pantul
yang lebih terang dari pada kelompok liptinit, namun lebih gelap dari
kelompok inertinit, berwarna mulai dari abu-abu tua hinggga abu-abu terang.
Kenampakan dibawah mikroskop tergantung dari tingkat pembantubaraanya
(rank), semakin tinggi tingkat pembatubaraan maka warna akan semakin
terang. Kelompok vitrinit mengandung unsur hidrogen dan zat terbang yang
presentasinya berada diantara inertinit dan liptinit. Mempunyai berat jenis 1,3
1,8 dan kandungan oksigen yang tinggi serta kandungan volatille
matter sekitar 35,75 %.

Geologi Batubara Maseral vinitrit 2

Gambar 1.1 maseral vinitrit pada sayatan petrografi


2. Proses Pembentukan
Teichmueller (1989) membagi bagian awal pembentukan maseral ini
dalam dua proses, yaitu humifikasi dan gelifikasi biokimia.
Humifikasi adalah proses utama dalam stadium gambut. Proses ini
terjadi paling kuat pada bagian permukaan gambut akibat oksidasi lemah dan
aktifitas mikrobiologi. Sedangan gelifikasi biokimia merupakan proses
lanjutan dari material yang sudah terhumifikasi. Material ini total atau
sebagian

struktur

selnya

hilang

(peptidisation,

softening,

plasticity,

compaction dan homogenisation). Proses ini sebagian berlangsung pada


stadium gambut dan total pada stadium Wechbraunkohle. Proses gelifikasi
biokimia berlansung pada fase gambut dan braunkkohle di bawah air dan
subaquatik.
Keberadaan selulosa akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman
karena dengan bertambahnya kedalaman maka aktivitas algae dan bakteri
aerobik berkurang dan diganti dengan bakteri anaerobik (Cassagrande et. al.;
1985). Penurunan selulosa akan teramati dibawah mikroskop berupa
penurunan sifat anisotropisnya dan hilangnya autoflueresen pada dinding sel,
kejadian ini khas untuk humifikasi (teichmueller, 1987).
Proses gelifikasi geokimia adalah proses pembatubaraan dimana
Huminit berubah menjadi Vinitrit (vinitrization). Vinitrisasi berlangsung di
antara stadium browncoal dan hard coal. Proses ini berbeda dengan gelifikasi
biokimia yang tergantung pada fasies. Proses ini memberikan banyak

Geologi Batubara Maseral vinitrit 3

perubahan pada kenampakan petrografi dimana warna berubaha dari coklat ke


hitam dari kusam ke mengkilat dan dari lunak ke keras (Teicmueller, 1987).
Gambaran di bawah mikroskop menunjukkan perubahan dari material
yang berasal selulosa dan lignin (lepas-lepas dan terdiri dari macm-macam
maseral huminit) ke material Vinitrit yang homogen dan kompak. Penyebab
proses ini adalah kenaikan temperatur dan tekanan.
Cook dan Struckmeyer (1986) mengatakan bahwa tekanan merupakan
penyebab utama dari vinitrisasi karena proses fisika utama yang terjadi adalah
pengurangan air. Pengurangan air terjadi karena porositas berkurang. Namun
tekanan tidak menyebabkan gelifikasi selama pembatubaraan pada stadium
browncoal (kira-kira sampai lignit) karena gelifikasi geokimia (vitrinisasi)
akan disertai oleh pembentukan Bitumen cair (oil window).
Bitumenisasi adalah bagian dari proses pembatubaraan (antara sub
bituminous coal dan high volatile bituminous coal). Di bawah mikroskop
proses ini menghasilkan pembentukan exsudatinit (maseral pada liptinit
grup).penelitian kombinasi antara mikroskopis dan geokimia organik
memberikan gambaran bahwa selama proses bitumenisasi maka jumlah
ekstrak dari humicoal meningkat (Radke et.al, 1980). Bitumenisasi
mengakibatkan kpelunakan dan aglomerasi dari vinitrit dan ini merupakan
alasan sifat pengkokasan dari Bituminous Coal.
Reflektifitas maseral Huminit dan Vinitrit naik secara teratur selama
proses pembatubaraan.
Sebagian besar bahan organik di sedimen berasal dari tanaman
(phytoclasts) dan termal perubahan bahan organik dari tanaman dari waktu ke
waktu geologi mengarah ke generasi minyak dan gas.
Akumulasi bahan organik terjadi di daerah menjalani subsidensi mana
tingkat deposisi lebih besar daripada tingkat erosi. Selain itu, bahan organik
harus disimpan dalam sedimen di bawah kondisi anoxic. bahan organik
umumnya dalam bentuk gambut, batubara, organik serpih dan tersebar bahan
organik (DOM).
Hidrokarbon mulai dihasilkan di atas ambang batas suhu 60 C. Ini
proses, di mana peats dan lignites mengalami dehidrasi dan kehilangan volatil

Geologi Batubara Maseral vinitrit 4

lainnya dan kerogen terbagi menjadi empat jenis khas dikenal sebagai
'melompat karbonisasi'. Para 'minyak jendela' terletak di antara suhu 60-120
C; jendela gas antara 120-150 C Pada suhu lebih besar dari 150 C, bahan
organik dikatakan posting matang dan tidak lagi reaktif untuk pengembangan
hidrokarbon. Pada temperatur 200 C, senyawa organik dikurangi menjadi
grafit dan metana.
Para processses dari coalification didorong oleh meningkatnya suhu dan
phytoclast yang materi (terutama vitrinit) mengubah diagenetically. Pada
tahap awal, sedangkan dalam fase gambut, phytoclasts diubah oleh mikroorganisme seperti yang gula dan protein hidrolisat dan dioksidasi.
Peningkatan suhu dan penguburan mengarah pada pembentukan dari lignites,
di mana tanaman materi terjaga dengan baik (lunak bara coklat). Gambut dan
lignit keduanya fiable, struktur berpori dikenal sebagai humites berpori. Pada
Langsung karbonisasi, bahan kehilangan porositas dan volatil dan struktur
senyawa organik mengalami penataan ulang dan menjadi selaras sejajar
dengan tempat tidur. Proses ini disebut 'diagenetic gelification' dalam bahasa
geologi batubara, gel dan metana dikeluarkan dari senyawa organik saat
mereka menyusun ulang. Para appearrance dari bara pergi dari lembut,
cokelat dan kusam untuk keras, hitam dan berkilau; 'vitrinites padat' disebut
telah terbentuk. Kenaikan peringkat batubara mengikuti klasifikasi batubara
sub-bituminous> Tinggi-volatile bituminous > Sedang-volatile bituminous>
rendah-volatile bituminous. Bahan-bahan bentuk dalam apa adalah setara
dengan

jendela

minyak.

Peningkatan

hilangnya

bentara

Hidrogen

pembentukan anthracites di 'jendela gas'; semi-antrasit> antrasit. Meta antrasit


terbentuk di pos dewasa sedimen (di setara prehnite-pumpellyite fasies) dan
grafit di setara greenschist fasies.

3. Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi maseral yang dapat digunakan. Maseral
dengan sifat optis dan susunan kimia yang sama dimasukkan dalam satu grup

Geologi Batubara Maseral vinitrit 5

maseral (Stach, 1982). Menurut ICCP (International Committe for Coal


Petrology, 1963, 1971 dan 1975) klasifikasi maseral vinitrit dapat terlihat
seperti tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Klasifikasi maseral vinitrit pada hardcoal (ICCP, 1975)
Grup maseral
Vinitrit

Maseral
Telinit
Collinit

Tipe Maseral
Telicollinit
Gelocollinit
Desmocollinit
Corpocollinit

Vitrodetrinit
Pada klasifikasi di atas grup vinitrit termasuk dalam klasifikasi maseral
pada hardcoal atau batubara tua yaitu jenis batubara yang mempunyai nilai
kalor lebih tinggi dari 5200 kkal/kg.
Pada klasifikasi di atas, vinitrit dibagi menjadi 3 kelompok yaitu telinit,
collinit dan vitrodetrinit. Telinite merupakan bagian terang vitrinit yang
membentuk dinding sel sedangkan collinite merupakan vitrinit jelas yang
menempati ruang antara dinding sel. Telinite dan Telocollinit dibedakan dari
sel struktur yang tersisa, dimana telocollinit tidak lagi menunjukkan adanya
sisa sel struktur. Struktur ini bisa diamati dengan di etching (etsa).
Ruang sel pada telinit sering terisi oleh collinit, terkadang juga resinit,
mikrinit dan mineral. Telocollinit tumbuh dari sel serat terhumifikasi dan
terawetkan baik. Material asalnya adalah sisa tumbuhan yang kayak Lignin
yang berubah secara pelan dalam humus. Oleh karena itu maka telocollinit
merupakan indikator untuk kumpulan tumbuhan kayu (tumbuhan kayu).
Sedangkan desmocollinit merupakan hasil gelifikasi geokimia dari
Humodetrinit. Kandungan abu Desmocollinit (inherent ash) relatif tinggi dan
komposisinya heterogen (Alpern & Quesson, 1956 ; dikutip dari
Teichmueller, 1989).
Desmocollinit menggambarkan kumpulan detritus tumbuhan dan
humusgel. Ini terbentuk melalui sisa tumbuhan yang kaya akan selulosa dan
terhumifikasi kuat dan akhirnya bergelifikasi geokimia, yang mana akhirnya
partikel detritus dan humus gel ini menjadi satu kesatuan massa.
Matrix vitrinit-Desmovitrinite
Matrix vitrinit hampir selalu hadir maseral paling berlimpah dan
membentuk groundmass di mana macerals liptinite dan berbagai inertinite
Geologi Batubara Maseral vinitrit 6

tersebar. Ini memiliki warna abu-abu seragam dan selalu anisotropik. Dengan
ultra-violet eksitasi vitrinit beberapa normal akan berpendar.
Pseudovitrinite-Telovitrinite

Gambar 3.1 Pseudovitrinite-Telovitrinite dalam sayatan petrografi


Fitur yang paling menonjol dari pseudovitrinite adalah bahwa ia selalu
memiliki sedikit lebih tinggi reflektansi vitrinit dari matriks dalam batubara
yang sama. Hal ini juga cenderung terjadi pada partikel besar yang biasanya
bebas dari macerals lain dan pirit. Partikel Pseudovitrinite umumnya
menunjukkan sudut terbreksikan, tepi bergerigi, berbentuk baji patah tulang,
dan struktur slitted. Pseudovitrinite biasanya tidak berpendar dengan ultraviolet eksitasi.
Alpern (1966) membagi Collinit menhadi dua sub maseral yaitu
Humocollinit (Tellocollinit menurut ICCP) dan heterocollinit (Desmocollinit
menurut ICCP) dan untuk kedua Collinit ini Brown et. Al. (1964) menyebut
masing-masing dengan Vinitrit A dan Vinitrit B.
Berlawanan dengan Desmocollinit maka ada Pseudovinitrit (Benedict
et. al.) dimana desmocollinit kaya akan hidrogen

(perhidrous) dan

pseudovitrinit adalah subhidrouse dan dapat dikenali dari reflektifitasnya


yang tinggi dan potensial untuk kokas yang rendah. Material asal dari
pseudovinitrit ini sampai sekarang masih belum jelas. Pseudovinitrit ini
sering masih menunjukkan sel strukturnya tetapi sering juga teramati sebagai
vinitrit yang homogen dengan struktur khasnya yaitu: struktur koma dan
pinggiran butir yang berbentuk tangga (Benedict et. al., 1968; Kaegi 1985).

Geologi Batubara Maseral vinitrit 7

Reflektifitas pseudovinitrit berada sedikit lebih tinggi dari telocollinit.


Banyak penulis mengatakan bahwa psedovinitrit merupakan produk awal dari
oksidasi tetapi Kaegi (1985) dengan percobaan oksidasi temperatur rendah
terhadap batubara medium volatile bituminous coal mewakili vinitrit yang
kaya akan asphalten. Maseral ini mencapai tingkat kematangan yang lebih
sehingga pemunculan pseudovinitrit merupakan indikator lingkungan
pengendapan terestrial sewaktu-waktu mencapai kondisi eorobik.
Tabel 2.2 klasifikasi maseral berdasarkan Australian Standart System of no
menciature
Table 2: Classification of macerals into subgroups and groups,
based on the Australian Standard system of nomenclature (AS2856-1986)
[* refers to brown coal macerals]
Maceral Group
Maceral Subgroup
Maceral
Textinite*
Texto-ulminite *
E-ulminite*
Telovitrinite
Telocollinite
Attrinite*
Vitrinite
Densinite*
Detrovitrinite
Desmocollinite
Corpogelinite
Porigelinite*
Gelovitrinite
Eugelinite
Sporinite
Cutinite
Resinite
Liptodetrinite
Alginite
Liptinite
Suberinite
Fluorinite
Exsudatinite
Bituminite
Fusinite
Semifusinite
Telo-inertinite
Sclerotinite
Inertinite
Inertodetrinite
Detro-inertinite
Micrinite
Macrinite
Gelo-inertinite

4. Pemanfaatan
Mengidentifikasi sejarah temperatur sedimen di cekungan sedimen.
Vitrinit reflektansi adalah metode kunci untuk mengidentifikasi
sejarah temperatur sedimen di cekungan sedimen . Reflektansi vitrinit
dari pertama kali dipelajari oleh explorationists batubara mencoba
untuk mendiagnosa kematangan termal, atau pangkat, dari tempat
tidur batubara. Baru-baru ini, utilitas sebagai alat untuk studi sedimen
materi organik metamorfosis dari kerogens untuk hidrokarbon telah
semakin dimanfaatkan. Daya tarik utama dari reflektansi vitrinit
dalam konteks ini adalah kepekaan terhadap suhu berkisar yang

Geologi Batubara Maseral vinitrit 8

sebagian besar sesuai dengan orang-orang dari generasi hidrokarbon


(yaitu 60 sampai 120 C). Ini berarti bahwa, dengan kalibrasi yang
sesuai, reflektansi vitrinit dapat digunakan sebagai indikator
kematangan dalam batuan sumber hidrokarbon. Umumnya, awal
generasi minyak berkorelasi dengan pemantulan 0,5-0,6% dan
penghentian generasi minyak dengan reflektansi dari 0,85-1,1%.
Dapat digunakan untuk menentukan peringkat (rank) dan lingkungan
pengendapan batubara, masing-masing menggunakan metode analisis
reflektansi dan analisis komposisi maseral. Penentuan peringkat
batubara dengan metode analisis reflektansi maseral didasarkan pada
konsep bahwa pertambahan tingkat kematangan (peringkat) suatu
lapisan batubara akan diikuti oleh peningkatan reflektansi maseralnya,
sehingga analisis reflektansi maseral (vitrinit) dapat digunakan untuk
menentukan peringkat batubara. Sedangkan penentuan lingkungan
pengendapan batubara dengan metode analisis komposisi maseral
didasarkan pada konsep bahwa komposisi maseral di dalam suatu
lapisan batubara erat kaitannya dengan jenis tumbuhan asal dan
kondisi lingkungan pengendapan pada saat pembentukan batubara,
atau

dengan

kata

lain

adanya

perubahan

lingkungan

akan

menyebabkan perbedaan tipe dan maseral batubara, sehingga analisis


komposisi maseral dapat digunakan untuk menentukan lingkungan
pengendapan batubara.

Geologi Batubara Maseral vinitrit 9

DAFTAR PUSTAKA
Anggayana, Komang. 2002. Diktat Kuliah TA-346 Genesa Batubara. Departemen
Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral
Institut Teknologi Bandung. Bandung
Daranin, Edwin. 1995. Studi Petrografi Batubara Untuk Penentuan Peringkat
Dan Lingkungan Pengendapan Batubara Di Daerah Bukit Kendi, Muara
Enim, Sumatera Selatan. Bandung
http://cogangeologist.blogspot.com/2010/12/maseral-pada-batubara.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Vitrinite
http://www.scribd.com/doc/43979647/MACERAL-BATUBARA

Geologi Batubara Maseral vinitrit 1


0

Anda mungkin juga menyukai