Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik
1. Low Back Pain
a. Definisi
Low Back Pain adalah sindroma klinik yang ditandai dengan
gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak dan tidak
nyaman di daerah punggung bagian bawah. Dalam masyarakat LBP
tidak mengenal perbedaan umur, jenis kelamin, pekerjaan , status
sosial, tingkat pendidikan, semua bisa terkena LBP. Lebih dari 80%
umat manusia dalam hidupnya pernah mengalami LBP.7
b. Etiologi
Penyebab nyeri punggung bawah ada barbagai macam,
dibedakan dalam kelompok dibawah ini1
1) Nyeri punggung bawah mekanis, yaitu timbul tanpa kelainan
struktur anatomis seperti otot atau ligamen, atau timbul akibat
trauma, deformitas, atau perubahan degeratif pada suatu struktur
misalnya diskus intervertebralis.
2) Penyakit

sistemik

seperti

spondilitis

inflamasi,

infeksi,

keganasan tulang, dan penyakit paget pada tulang bisa


menyebabkan nyeri di area lumbosakral
3) Skiatika (sciatica) adalah nyeri yang menjalar dari bokong ke
tungkai kemudian ke kaki, sering disertai parastesia dengan
distribusi yang sama ke kaki. Gejala ini timbul akibat penekanan
nervus

iskiadikus,

biasanya

akibat

penonjolan

diskus

intervertebralis ke lateral.
Pembagian penyebab dari LBP ini berdasarkan oleh frekuensi
kejadian adalah1
a) Penyebab luar biasa : langsung (20%)

1.

Berasal dari spinal : termasuk kondisi seperti infeksi, tumor,


tuberkulosis, tractus spondilosis

2.

Berasal bukan dari spinal : termasuk masalah dilain sistem


seperti saluran urogenital, saluran gastroinstetinal, prolaps
uterus, keputihan kronik pada wanita, dan lain-lain.

b) Penyebab biasa : tidak langsung (80%)


Kejadian ini berkisar sekitar 8 dari 10 kasus. Kasus yang bisa
bervariasi mulai dari ketengangan otot, keseleo. Penyebab dari
berbagai penyakit ini adalah
1.

Kebiasaan postur tubuh yang kurang baik

2.

Cara mengangkat beban berat yang salah

3.

Depresi

4.

Aktivitas yang tidak biasa dan berat

5.

Kebiasaan kerja dan kinerja yang salah

Catatan : dari 90% kasus, tidak ditemukan kejadian yang serius,


hanya saja kasus yang nyeri punggung biasa.3
Pada dasarnya, timbulnya rasa nyeri pada LBP diakibatkan
oleh terjadinya tekanan pada susunan saraf tepi yang terjepit pada
area tersebut. Secara umum kondisi ini seringkali terkait dengan
trauma mekanik akut, namun dapat juga sebagai akumulasi dari
beberapa trauma dalam kurun waktu tertentu. Akumulasi trauma
dalam jangka panjang seringkali ditemukan pada tempat kerja.
Kebanyakan kasus LBP terjadi dengan adanya pemicu seperti kerja
berlebihan, penggunaan kekuatan otot berlebihan, ketegangan otot,
cedera otot, ligamen, maupun diskus yang menyokong tulang
belakang. Namun, keadaan ini dapat juga disebabkan oleh keadaan
non-mekanik seperti peradangan pada ankilosing spondilitis dan
infeksi, neoplasma, dan osteoporosis.8
c. Anatomi
Bagian tulang belakang (spinal) yang berupa tulang secara
anatomis dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian anterior terdiri

atas serangkaian corpus vertebra berbentuk silinder yang saling


dihubungkan lewat diskus intervertebralis dan disatukan dengan kuat
oleh ligamentum longitudinalis. Bagian posterior terdiri atas unsur
yang lebih halus yang membentang dari corpus vertebra sebagai
pedikulus dan melebar ke arah posterior untuk memebentuk lamina
yang bersama struktur ligamentum membentuk canalis vertebra.
Unsur posterior dihubungkan dengan vertebra di dekatnya
lewat dua buah sendi sinovial bentuk faset kecil sehingga
memungkinkan gerakan dalam derajat yang paling kecil di antara
setiap dua buah segmen tetapi secara kesatuan akan menghasilkan
kisaran gerakan yang agak luas (gambar 1). Processus spinosus dan
transversus yang kokoh menonjol ke arah lateral serta posterior dan
berfungsi sebagai tempat perlekatan otot yang menggerakkan,
menunjang serta melindungi columna vertebra. Stabilitas tulang
belakang bergantung pada dua tipe tunjangan, yaitu tipe tunjangan
yang dihasilkan oleh articulatio tulang (terutama oleh persendian
diskus serta articulatio sinoval unsur unsur posterior) dan tipe
kedua yang dihasilkan oleh struktur penunjang ligamentum (pasif)
serta muskuler (aktif).
Struktur ligamentum cukup kuat, tetapi karena struktur ini
maupun corpus vertebra, yaitu compleks diskus, tidak memiliki
kekuatan integral yang memadai untuk bertahan terhadap gaya luar
biasa yang bekerja pada columna bahkan pada saat melakukan
gerakan yang sederhana.2

Gambar 2.1. Kiri: pandangan superior vertebra lumbal yang sudah


dikupas. Kanan : pandangan lateral dua buah vertebra lumbal yang berhubungan
lewat sendi (artikulasio). B = corpus vertebra; SC = canalis spinalis; IVF =
foramen intervertebralis; IF = fasies artikularis inferior; SF = fasies artikularis
superior; P = pedikulus; TP = prosesus transversus; SP = prosesus spinosus; L =
lamina (diadapasi dari DB Levine, dalam DJ McCarty (ed): Arthritis and allied
conditions: A Textbook of rheumatology, 10th ed., Philadelphia, Lea & Febiger,
11585)
Sekalipun, maka kontraksi volunter dan reflektoris otot
sakrospinal, abdominal, gluteal, psoas serta hamstring mampu
mempertahankan sebagian besar stabilitas tulang belakang. Struktur
vertebra dan paravertebra diinervasi oleh cabang cabang dari saraf
spinalis segmental yang keluar dari foramen neuralis pada tiap batas
tulang belakang. Saraf sinovertebralis, yang dianggap saraf sensoris
utama yang mensuplai struktur tulang belakang lumbal, muncul dari
saraf spinalis sebeleum percabangannya menjadi suatu ramus
anterior dan posterior. Saraf sinovertebralis untuk memberi
persarafan sensoris kepada ligamentum longitudinal posterior,
bagian luar anulus fibrosus posterior, dura anterior, dura selubung
akar saraf dan vena vena epidural, semua di dalam canalis spinalis.
Saraf utama lain yang mensuplai struktur spinalis dan
paraspinalis muncul dari ramus primer posterior. Ramus primer
posterior saraf spinalis lebih jauh terbagi menjadi cabang medial dan
lateral. Bersama saraf ini mensuplai bagian posterior tulang
belakang, termasuk sendi faset, seperti juga otot dan fasia

paraspinalis. Sebagai tambahan, tiga saraf spinalis lumbal memberi


sensasi kutaneus kepada kulit dari pinggang.
Bagian belakang tubuh yang memiliki kebebasan bergerak
terbesar dan dengan demikian yang paling sering terkena cedera,
adalah daerah servikal dan lumbal. Selain pergerakan sadar yang
diperlukan untuk membungkuk, berputar dan pergerakan lainnya,
banyak aksi tulang belakang yang bersifat refleks dan merupakan
dasar postur. 2

Gambar 2.2. Anatomi Vertebra

Gambar 2.3. Lumbal 3 Sakral 1


d. Faktor Resiko8
1) Usia
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang
berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada
dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama
semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
2) Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama
terhadap keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun
pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi
timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan
ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus
menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan
kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen
sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

3) Status Antropometri
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko
timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi
penumpu

berat

badan

akan

meningkat,

sehingga

dapat

memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.


4) Pekerjaan
Faktor resiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan
gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat,
penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan berulang,
posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis.
5) Aktivitas / olahraga
Kebiasaan

seseorang,

seperti

duduk,

berdiri,

tidur,

mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan


nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa
duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi,
atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan
punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu
berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur
yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang tulang
belakang. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada
tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat
beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil
beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut
diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi
kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas
dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan
aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam
dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga
dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula
meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang.

10

6) Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok, diduga karena perokok memiliki
kecenderungan untuk mengalami gangguan pada peredaran
darahnya, termasuk ke tulang belakang.
7) Abnormalitas struktur
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada
skoliosis, lordosis, maupun kifosis, merupakan faktor resiko
untuk terjadinya LBP.
e. Gambaran Klinis
Gejala klinis berkisar antara 2 minggu sampai dengan 4 tahun.
Gejala dengan onset yang lebih cepat dihubungkan dengan riwayat
trauma. Intensitas nyeri dengan NPS (Numeric Pain Scale) >7
tercatat pada 70% kasus saat kunjungan pertama. Gejala yang
menyertai LBP meliputi iskialgia (95%), rasa baal (hipostesia)
(77,5%), dan kelemahan tungkai (7,5%). Riwayat trauma

yang

signifikan dijumpai pada 82,5% kasus. Rasa baal sesuai dermatom


pada 77,5%. Tanda Lasegue positif pada 95% kasus.9
Dalam LBP bisa di manifestasikan dengan rasa nyeri yang
bermacam penyebab dan variasi rasanya. Dimana tipe tipe tersebut
dibedakan menjadi empat tipe ras nyeri : nyeri lokal, nyeri alih, nyeri
radikuler dan yang timbul dari spasme muskuler.
Nyeri lokal disebabkan oleh sembarang proses patologis yang
menekan atau merangsang ujung ujung saraf sensorik. Keterlibatan
struktur struktur yang tidak mengandung ujung ujung saraf
sensoris adalah tidak nyeri. Sebagai contoh, bagian sentral, medula
korpus vertebra dapat dihancurkan oleh tumor tanpa menimbulkan
rasa nyeri, sedangkan fraktur atau ruptur korteks dan distorsi
periosteum, membran sinoval, otot, anulus fibrosus serta ligamentum
sering memberikan nyeri yang luar biasa. Struktur struktur yang
terakhir diinervasi oleh serabut serabut aferen rami primer
posterior dan saraf sinuvertebralis. Meskipun keadaan nyeri sering

11

disertai dengan pembengkakan jaringan yang terkena, hal ini bisa


tidak tampak jika suatu struktur yang dalam dari tubuh bagian
belakang merupakan lokasi dari penyakitnya. Nyeri lokal sering
dikemukakan sebagai rasa nyeri yang stabil tetapi bisa intermiten
dengan variasi yang cukup besar menurut posisi atau aktivitas
pasien. Nyeri dapat bersifat tajam atau tumpul dan sekalipun sering
difus, rasa nyeri ini selalu terasa pas atau di dekat tulang belakang
yang sakit. Gerakan berlawanan arah secara refleks dari segmen
segmen tulang belakang oleh otot otot paravertebralis sering
tercatat dan dapat menyebabkan seformitas atau abnormalitas postur.
Gerakan atau sikap tertentu yang mengubah posisi jaringan yang
cedera memperberat nyeri. Tekanan yang kuat atau perkusi pada
struktur superfisial regio yang terkena biasanya menimbulkan nyeri
tekan yang merupakan gejala untuk membantu mengenali lokasi
abnormalitas.
Nyeri alih terdiri atas dua tipe yang diproyeksikan dari tulang
belakang ke regio yang terletak di dalam daerah dematom lumbal
serta sakral bagian atas, dan diproyeksikan dari visera pelvik dan
abdomen ke tulang belakang. Nyeri akibat penyakit penyakit di
bagian atas vertebra lumbal biasanya dialihkan ke permukaan
anterior paha dan tungkai; nyeri yang berasal dari segmen lumbal
bawah dan sakral akan dialihkan ke regio gluteus paha posterior,
betis serta kadang kadang kaki. Nyeri jenis ini, meskipun
berkualitas dalam, sakit dan agak difus, cenderung pada beberapa
saat untuk di proyeksi ke superfisial. Pada umumnya, nyeri alih
memiliki intensitas yang sejajar dengan nyeri lokal pada punggung.
Dengan kata lain, pergerakan yang mengubah nyeri lokal
mempunyai efek serupa pada nyeri rujukan, meskipun tidak dengan
ketepatan dan kecepatan seperti pada nyeri radikuler. Suatu
perkecualian yang penting dari hal ini adalah nyeri yang disebabkan
oleh aneurisma aorta. Anuresmia aorta yang membesar dengan

12

perlahan lahan dapat menimbulkan erosi pada vertebra bagian


anterolateral dan menimbulkan perasaan mengganggu yang berubah
mengikuti gerakan atau posisi berbaring.
Nyeri radikuler memiliki beberapa ciri khas nyeri alih tetapi
berbeda

dalam

hal intensitasnya

yang

lebih

besar, distal,

keterbatasan pada daerah radiks saraf dan faktor faktor yang


mencetuskannya. Mekanisme terjadinya terutama berupa distorsi,
regangan, iritasi dan kompresi radiks spinal, yang paling sering
terjadi di bagian sentral terhadap foramen intervertebralis. Sebagai
tambahan, telah diduga bahwa pada pasien dengan stenosis spinalis
pola klaudikasio lumbal dapat disebabkan oleh iskemia relatif
yang berhubungan dengan kompresi. Meskipun nyerinya sendiri
sering

tumpul

atau

sakit

terus

berbagai

pergerakan

yang

meningkatkan iritasi radiks atau meregangkannya bisa sangat


memperhebat nyeri, menimbulkan suatu kualitas menusuk nusuk.
Penjalaran nyeri hampir selalu berasal dari posisi sentral di
dekat tulang belakang hingga bagian tertentu pada ekstermitas
bawah. Batuk, bersin dan mengejan merupakan manuver pencetus
yang khas, tetapi juga karena meregangkan atau menggerakkan
tulang belakang, semua kejadian tersebut dapat pula meningkatkan
intensitas nyeri lokal. Gerakan membungkuk ke depan dengan lutut
diekstensikan atau gerakan mengangkat lutut dalam keadaan lurus
akan mencetuskan nyeri radikuler pada penyakit bagian bawah
vertebra lumbal yang terjadi atas dasar regangan, kompresi vena
jugularis

yang

menaikkan

tekanan

intraspinal

dan

dapat

menyebabkan suatu pergeseran pada posisi dari atau tekanan pada


radiks, dapat menimbulkan efek serupa. Iritasi radiks saraf lumbal
keempat serta kelima dan sakral pertama yang membentuk nervus
iskiadikus, akan menimbulkan rasa nyeri yang terutama meluas ke
bawah hingga mengenai permukaan posterior paha dan permukaan
posterior serta lateral tungkai. Secara khas, penjalaran rasa nyeri ini

13

yang disebut dengan istilah sciatica berhenti di daerah pergelangan


kaki dan disertai dengan perasaan kesemutan atau rasa baal
(parastesia) yang menjalar ke bagian yang lebih distal hingga
mengenai kaki. Rasa kesemutan, parastesia, dan rasa baal atau
kelaianan sensoris pada kulit, perih pada kulit, dan nyeri sepanjang
saraf tersebut juga dapat menyertai nyeri skiatika klasik. Dan pada
pemeriksaan fisik, hilangnya refleks, kelemahan, atrofi, tremor
fasikuler, dan kadang kadang edema statis dapat terjadi jika serabut
= serabut motoris radiks anterior terkena.
Nyeri

akibat spasme otot biasanya

ditemukan

dalam

hubungannya dengan nyeri lokal, namun dasar anatomik ataui


fisiologiknya lebih tidak jelas. Spasme otot yang berkaitan dengan
berbagai kelainan tulang belakang dapat menimbulkan distorsi yang
berarti pada sikap tubuh yang normal. Akibatkanya, tegangan kronik
pada otot bisa mengakibatkan rasa pegal atau sakit yang tumpul dan
kadang perasaan kram. Pada keadaan ini, penderita dapat mengalami
rasa kencang pada otot otot skarospinalis serta gluteus dan lewat
palpasi memperlihatkan bahwa lokasi nyeri terletak dalam struktur
ini.
Nyeri lainnya yang sering tidak ditemukan asalnya kadang
digambarkan oleh pasien sebagai penyakit kronis punggung bagian
bawah. keluhan - keluhan unilateral perasaan tertarik, kram (tanpa
spasme otot tidak sadar). Nyeri robek, berdenyut denyut, atau
memukul mukul, atau perasaan terbakar atau dingin sulit
diinterpretasikan namun. Seperti parastesia dan rasa baal, seharusnya
selalu memberi dugaan kemungkinan penyakit saraf atau radiks.2
Karakteristik LBP dibagi dalam beberapa kelompok,
1) LBP viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau
visera didaerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri
yang dirasakan tidak bertambah berat dengan aktivitas

14

tubuh, juga tidak berkurang dengan istirahat. Penderita LBP


viserogenik yang mengalami nyeri hebat akan selalu
menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang penderita LBP
spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam
posisi tertentu untuk menghilangkan nyerinya.
2) LBP vaskulogenik
Aneurisma

atau

penyakit

vaskuler

perifer

dapat

menimbulkan nyeri punggung atau nyeri menyerupai


iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis superior dapat
menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin
memberat saat jalan dan mereda saat berdiri. Nyeri dapat
menjalar ke bawah sehingga sangat mirip dengan iskialgia,
tetapi rasa nyeri ini tidak terpengaruh oleh presipitasi
tertentu misalnya: membungkuk, mengangkat benda berat
yang mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang columna
vertebralis. Klaudikatio intermitten nyerinya menyerupai
iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.
3) LBP neurogenik, keadaan neurogenik pada saraf yang dapat
menyebabkan nyeri punggung bawah pada:
a) Neoplasma:
Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan
motorik, sensibilitas dan vegetatif. Rasa nyeri sering
timbul

pada

waktu

sedang

tidur

sehingga

membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang bila


penderita berjalan.
b) Araknoiditis:
Pada keadaan ini terjadi perlengketan perlengketan.
Nyeri timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks
oleh perlengketan tersebut

c) Stenosis canalis spinalis:

15

Penyempitan canalis spinalis disebabkan oleh proses


degenerasi

discus

intervertebralis

dan

biasanya

disertai ligamentum flavum. Gejala klinis timbulnya


gejala claudicatio intermitten disertai rasa kesemutan
dan nyeri tetap ada walaupun penderita istirahat.
4) LBP spondilogenik,yaitu:
Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di
columna

vertebralis

yang

terdiri

dari

osteogenik,

diskogenik, miogenik dan proses patologik di artikulatio


sacro iliaka.
a) LBP osteogenik, sering disebabkan
Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan
spondilitis

tuberculosa.

mengakibatkan

fraktur

Trauma
maupun

yang

dapat

spondilolistesis.

Keganasan, kongenital misalnya scoliosis lumbal, nyeri


yang timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan
selaput artikulasi posterior satu sisi. Metabolik misalnya
osteoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria, hipofosfatemia
familial.
b) LBP diskogenik, disebabkan oleh :
Spondilosis, disebabkan oleh proses degenerasi yang
progresif pada discus intervertebralis, sehingga jarak
antar vertebra menyempit, menyebabkan timbulnya
osteofit, penyempitan canalis spinalis dan foramen
intervertebrale dan iritasi persendian posterior. Rasa
nyeri disebabkan oleh terjadinya osteoarthritis dan
tertekannya radiks oleh kantong duramater yang
mengakibatkan iskemi dan radang. Gejala neurologik
timbul karena gangguan pada radiks yaitu: gangguan
sensibilitas dan motorik (paresis, fasikulasi dan atrofi
otot). Nyeri akan bertambah apabila tekanan LCS

16

dinaikkan dengan cara penderita disuruh mengejan


(percobaan valsava) atau dengan menekan kedua vena
jugularis (percobaan Naffziger).
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah keadaan dimana
nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian
menekan kearah canalis spinalis melalui annulus
fibrosus yang robek. Dasar terjadinya HNP yaitu
degenerasi discus intervertebralis. Pada umumnya HNP
didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya
mengangkat benda berat, mendorong barang berat. HNP
lebih banyak dialami oleh laki laki dibanding wanita.
Gejala pertama yang timbul yaitu rasa nyeri di
punggung bawah disertai nyeri di otot otot sekitar lesi
dan nyeri tekan ditempat tersebut. Hal ini disebabkan
oleh spasme otot otot tersebut dan spasme ini
menyebabkan berkurangnya lordosis lumbal dan terjadi
scoliosis. HNP sentral menimbulkan paraparesis flaksid,
parestesia dan retensi urin.
HNP lateral kebanyakan terjadi pada Lumbal 5 - Sakral
1 dan Lumbal 4 Lumbal 5 pada HNP lateral Lumbal 5
Sakral 1 rasa nyeri terdapat dipunggung bawah,
ditengah tengah antara kedua bokong dan betis,
belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari
V kaki juga berkurang dan reaksi achilles negative. Pada
HNP lateral Lumbal 4 Lumbal 5 rasa nyeri dan nyeri
tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral
bokong, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum
pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan
refleks patella negative. Sensibilitas pada dermatom
yang sesuai dengan radiks yang terkena, menurun. Pada
tes lasegue akan dirasakan nyeri di sepanjang bagian

17

belakang. Percobaan valsava dan naffziger akan


memberikan hasil positif.
Spondilitis ankilosa, proses ini mulai dari sendi
sakroiliaka yang kemudian menjalar keatas, ke daerah
leher. Gejala permulaan berupa rasa kaku dipunggung
bawah

waktu

bangun

tidur

dan

hilang

setelah

mengadakan gerakan. Pada foto roentgen terlihat


gambaran yang mirip dengan ruas ruas bamboo
sehingga disebut bamboo spine.
5) LBP psikogenik:
Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan
dan depresi atau campuran keduanya. Pada anamnesis akan
terungkap bahwa penderita mudah tersinggung, sulit tidur
atau mudah terbangun di malam hari tetapi akan sulit untuk
tidur kembali, kurang tenang atau mudah terburu buru
tanpa alasan yang jelas, mudah terkejut dengan suara yang
cukup lirih, selalu merasa cemas atau khawatir, dan
sebagainya. Untuk dapat melakukan anamnesis ke arah
psikogenik ini, di perlukan kesebaran dan ketekunan, serta
sikap serius diseling sedikit bercanda, dengan tujuan agar
penderita secara tidak disadari akan mau mengungkapkan
segala permasalahan yang sedang dihadapi.
6) LBP miogenik dikarenakan oleh:
a) Ketegangan otot:
Sikap tegang yang berulang ulang pada posisi yang
sama akan memendekkan otot yang akhirnya akan
menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul karena
iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang
berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang,
serta regangan pada kapsula.
b) Spasme otot atau kejang otot:

18

Disebabkan oleh gerakan yang tiba tiba dimana


jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang
atau kaku atau kurang pemanasan. Gejalanya yaitu
adanya kontraksi otot yang disertai dengan nyeri yang
hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri
sekaligus menambah kontraksi.
c) Defisiensi otot, yang dapat disebabkan oleh kurang
latihan sebagai akibat dari mekanisasi yang berlebihan,
tirah baring yang terlalu lama maupun karena
imobilisasi.
d) Otot yang hipersensitif dapat menciptakan suatu daerah
yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri
dan menjalar ke daerah tertentu.
f. Diagnosis10, 13
1) Anamnesis
a. Letak atau lokasi nyeri, penderita diminta menunjukkan nyeri
dengan setepat tepatnya, atau keterangan yang rinci sehingga
letaknya dapat diketahui dengan tepat.
b. Penyebaran nyeri, untuk dibedakan apakah nyeri bersifat
radikular atau nyeri acuan.
c. Sifat nyeri, misalnya seperti ditusuk tusuk, disayat,
mendeyut, terbakar, kemeng yang terus menerus, dan
sebagainya.
d. Pengaruh aktivitas terhadap nyeri, apa saja kegiatan oleh
penderita yang dapat menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa
sehingga penderita mempunyai sikap tertentu untuk meredakan
rasa nyeri tersebut.
e. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh, erat kaitannya
dengan aktivitas tubuh, perlu ditanyakan posisi yang
bagaimana dapat memperberat dan meredakan rasa nyeri.

19

f. Riwayat Trauma, perlu dijelaskan trauma yang tak langsung


kepada

penderita

misalnya

mendorong

mobil

mogok,

memindahkan almari yang cukup berat, mencabut singkong,


dan sebagainya.
g. Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya, bersifat akut,
perlahan, menyelinap sehingga penderita tidak tahu pasti kapan
rasa sakit mulai timbul, hilang timbul, makin lama makin
nyeri, dan sebagainya.
h. Obat obat analgetik yang diminum, menelusuri jenis
analgetik apa saja yang pernah diminum.
i. Kemungkinan adanya proses keganasan.
j. Riwayat menstruasi, beberapa wanita saat menstruasi akan
mengalami LBP yang cukup mengganggu pekerjaan sehari
hari. Hamil muda, dalam trimester pertama, khususnya bagi
wanita yang dapat mengalami LBP berat.
k. Kondisi mental/emosional, meskipun pada umumnya penderita
akan menolak bila kita langsung menanyakan tentang banyak
pikiran atau pikiran sedang ruwet dan sebagainya. Lebih
bijaksana apabila kita menanyakan kemungkinan adanya
ketidakseimbangan mental tadi secara tidak langsung, dengan
cara penderita secara tidak sadar mau berbicara mengenai
faktor stress yang menimpanya.
2) Pemeriksaan umum
a. Inspeksi
a.1. Observasi penderita saat berdiri, duduk, berbaring, bangun
dari berbaring.
a.2. Observasi punggung, pelvis, tungkai selama bergerak.
a.3. Observasi kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus
lumbal, adanya angulasi, pelvis yang asimetris dan postur
tungkai yang abnormal.
b. Palpasi dan perkusi

20

a.1. Terlebih dulu dilakukan pada daerah sekitar yang ringan


rasa nyerinya, kemudian menuju daerah yang paling nyeri.
a.2. Raba

columna

vertebralis

untuk

menentukan

kemungkinan adanya deviasi


c. Tanda vital (vital sign)
3) Pemeriksaan neurologik
a. Motorik: menentukan kekuatan dan atrofi otot serta kontraksi
involunter.
b. Sensorik: periksa rasa raba, nyeri, suhu, rasa dalam, getar.
c. Refleks; diperiksa refleks patella dan Achilles.
4) Pemeriksaan range of movement:
Untuk memperkirakan derajat nyeri, function lesa, untuk
melihat ada tidaknya penjalaran nyeri.
5) Percobaan percobaan:
a) Tes Lasegue
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila
pasien tidak dapat mengangkat tungkai kurang dari 60 dan
nyeri sepanjang nervus ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya
gerakan sering menyertai radikulopati, terutama pada herniasi
discus lumbalis / lumbo-sacralis.
b) Tes Patrick dan anti-patrick
Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul.
Positif jika gerakan diluar kemauan terbatas, sering disertai
dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit sendi panggul,
negative pada ischialgia.
c) Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan
LCS akan meningkat, akan menyebabkan tekanan pada radiks
bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif pada spondilitis.

21

d) Tes Valsava
Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS
akan meningkat, hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.
e) Tes Prespirasi
Dengan cara minor, yaitu bagian tubuh yang akan
diperiksa dibersihkan dan dikeringkan dulu, kemudian diolesi
campuran

yodium,

minyak

kastroli,

alcohol

absolute.

Kemudian bagian tersebut diolesi tepung beras. Pada bagian


yang berkeringat akan berwarna biru, yang tidak berkeringat
akan tetap berwarna putih. Tes ini untuk menunjukkan adanya
ganguan saraf otonom.
g. Pemeriksaan Penunjang10
1. Pungsi lumbal
Dapat diketahui warna cairan LCS, adanya kesan sumbatan
/ hambatan aliran LCS, jumlah sel, kadar protein, NaCl dan
glukosa. Untuk menentukan ada tidaknya sumbatan dilakukan tes
Queckenstedt yaitu pada waktu dilakukan pungsi lumbal
diperhatikan kecepatan tetesannya, kemudian kedua vena
jugularis

ditekan

dan

diperhatikan

perubahan

kecepatan

tetesannya. Bila bertambah cepat dengan segera, dan waktu


tekanan dilepas kecepatan tetesan kembali seperti semula berarti
tidak ada sumbatan. Bila kecepatan bertambah dan kembalinya
terjadi secara perlahan-lahan berarti ada sumbatan tidak total. Bila
tidak ada perubahan makin lambat tetesannya berarti sumbatan
total.
2. Foto rontgen
Dapat diidentifikasikan adanya fraktur corpus vertebra,
arkus atau prosesus spinosus, dislokasi vertebra, spondilolistesis,
bamboo spine, destruksi vertebra, osteofit, ruang antar vertebra
menyempit, scoliosis, hiperlordosis, penyempitan foramen antar
vertebra, dan sudut ferguson lebih dari 30.

22

3. Elektroneuromiografi (ENMG)
Dapat dilihat adanya fibrilasi serta dapat pula dihitung
kecepatan hantar sarf tepi dan latensi distal, juga dapat diketahui
adanya serabut otot yang mengalami kelainan. Tujuan ENMG
yaitu untuk mengetahui radiks yang terkena dan melihat ada
tidaknya polineuropati.
4. Scan Tomografik
Dapat dilihat adanya Hernia Nucleus Pulposus, neoplasma,
penyempitan canalis spinalis, penjepitan radiks dan kelainan
vertebra.
h. Penatalaksanaan
1) Terapi konservatif
Rehat baring, penderita harus tetap berbaring ditempat
tidur selama beberapa hari dengan tempat tidur dari papan dan
ditutup selembar busa tipis. Tirah baring ini bermanfaat untuk
nyeri punggung bawah mekanik akut, fraktur dan HNP.
2) Medikamentosa
Obat obat simptomatik yaitu: analgetika, kortikosteroid,
AINS. Obat obat kausal: anti tuberculosis, antibiotic,
nukleolisis misalnya khimopapain, kolagenase (untuk HNP).
3) Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi misalnya pada HNP,
trauma mekanik akut, serta traksi pelvis misalnya untuk
relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
4) Terapi operatif
Jika tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang
nyata atau terhadap kasus fraktur yang langsung mengakibatkan
defisit neurologik.
i. Pencegahan7
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya Low Back Pain dan
cara mengurangi nyeri apabila LBP telah terjadi, diantaranya adalah

23

1) Latihan Punggung Setiap Hari


Dimana latihan ini bisa dilakukan sehari hari dengan gerakan
gerakan ringan, tekniknya adalah
a). Sikap dasar terlentang, gunanya untuk menguatkan otot
gluteus

maksimus,

mencegah

hiperlordorsis

lumbal.

Tekniknya menekan punggung anda pada alas sambil


menegangkan otot perut dan kedua otot gluteus maksimus,
pertahankan selama 5 10 hitungan.
b). Lutut ke dada, gunanya untuk meregangkan otot punggung
yang tegang dan spasme. Tekniknya adalah tarik lutut ke
dada bergantian semaksimal mungkin tanpa menimbulkan
rasa sakit, dipertahankan 5 10 detik, lakukan juga dengan
kedua lutut.
c). Meregangkan

otot

bagian

lateral,

gunanya

untuk

meregangkan otot lateral tubuh yang tegang. Tekniknya


adalah dengan tangan di bawah kepala dan siku menempel
pada alas, paha kanan disilangkan ke paha kiri kemudian
tarik kesamping kanan dan kiri sejauh mungkin, lakukan
juga dengan meyilangkan paha kiri di atas paha kanan.
d). Straight Leg Raising, gunanya untuk meregangkan dan
menguatkan otot hamstring dan gluteus. Tekniknya adalah
satu lutut kanan di tekut, kaku kiri dinaikkan ke atas tanpa
bantuan lengan dan tangan, pertahankan 5 10 detik, ulangi
sebaliknya.
e). Sit Up, gunanya untuk menguatkan otot perut dan punggung
bawah. Tekniknya adalah pelan pelan menaikkan kepala
dan leher sehingga dagu menyentuh dada, diterukan dengan
mengangkat punggung bagian sampai kedua tangan
mencapai lutut (tangan diluruskan), sedangkan punggung
bagian tengah dan bawah tetap menempel pada dasar.

24

f). Hidung ke lutut, gunanya menguatkan otot perut dan


meregangkan otot iliopsoas. Tekniknya adalah dengan
posisi menekuk, lutut secara bergantian ditarik sampai ke
hidung, pertahankan 5 10 detik, lakukan pada lutut
satunya.
g). Gerakan

gunting,

gunanya

untuk

meregangkan

menguatkan otot hamstring, punggung,

dan

gluteus dan

abdomen. Tekniknya adalah kedua tangan di belakang


kepala, tarik kedua tungkai ke atas kemudian kedua kaki
disilangkan, tungkai ditarik ke muka belakang bergantian,
lakukan 10 kali, kemudian ke samping kanan dan samping
kiri.
h). Hipertekstensi sendi paha, gunanya untuk menguatkan otot
gluteus dan punggung bawah serta meregangkan otot
fleksor paha. Tekniknya adalah dengan posisi tengkurap,
tungka ditarik keatas, ulangi pada kaku sebelahnya.
2) Memberikan edukasi
a) Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi
b) Jangan berdiri waktu lama, selingi dengan jongkok
c) Berdiri dengan satu kaki diletakkan lebih tinggi untuk
mengurangi hiperlordosis lumbal
d) Bila mengambil sesuatu di tanah atau mengangkat benda
berat, jangan langsung membungkuk, tapi regangkan kedua
kaki lalu tekuklah lutut dan punggung tetap tegak dan
angkatlah barang tersebut sedekat mungkin dengan tubuh
e) Waktu berjalan, berjalannya dengan posisi tegak, rileks dan
jangan tergesa gesa
f) Waktu duduk, pilihlah tempat duduk yang, dengan kriteria
busa jangan terlalu lunak, punggung kursi berbentuk huruf
S, bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin

25

kontak dengan kursi, bila duduk dalam waktu lama,


letakkan satu kaki lebih tinggi dari yang satunya
g) Waktu tidur, punggung dalam keadaan mendatar (kurangi
pemakain alas kasur yang memakai alas dari per)
h) Saat olahraga, sebaiknya olahraga renang dan jogging.

B. Buruh Pabrik
Buruh pabrik adalah orang yang bekerja dibagian industri suatu pabrik.
Dari hasil wawancara dengan PT. Djarum Megawon didapatkan jumlah buruh
sebanyak 854 orang, data ini selalu dipantau setiap harinya dan jumlah
karyawan tersebut didata pada tanggal 22 Agustus 2013. Rata rata usia
buruh pabrik ini adalah 70% 30 tahun yang merupakan pegawai baru bekerja
sekitar 15 tahun dan 30% diatas 40 tahun yang mana sudah lebih lama massa
kerjanya yakni sudah diatas 15 tahun. Jadi rata rata lama kerja buruh pabrik
rokok ini adalah sekitar 15 tahun. Terdapat beberapa bagian pekerjaan yakni
karwayaan bulanan, karyawan mingguan dan harian, dan karyawan borong.
Pembagian ini berdasarkan oleh upah gaji yang mereka terima.
Pada bagian karyawan bulanan terdapat sekitar 4 sampai 5 orang
menjabat sebagai kepala bagian dan wakil kepala bagian, tugas mereka
mengatur kinerja kinerja pegawai, ada foremen yang mengawasi sistematis
pekerjaan para pegawai, dan yang terakhir adalah bagian kasir tentu saja yang
mengatur sistem keuangan di produksi pabrik. Pada karyawan bagian
mingguan dan harian dibagi menjadi beberapa golongan dan golongan
tersebut dikelompokkan lagi menjadi 4 kelompok yakni golongan koordinator
dan golongan petugas kiriman rokok masuk ke kelompok 1, golongan
pengurus, golongan pembantu kantor dan golongan quality control masuk ke
kelompok 2, golongan gudang masuk kelompok 3 dan yang terakhir golongan
pelaksanaan masuk ke kelompok 4.
Pada karyawan bagian borongan dibagi menjadi giling, bathil, dan
yang terakhir pak dan pres. Pada bagian ini tidak diatur untuk jam kerjanya,
berbeda dengan karyawan bulanan dan mingguan harian yang diatur dengan

26

batas kerja 7 jam perharinya. Bagian giling tugas mereka adalah dimulai dari
memasukaan tembakau kedalam kertas yang sudah dipotong potong
kemudian dilinting menjadi sebuah rokok dan diserahkan kepada bagian
bathil. Bagian ini bekerja dari jam 6 pagi hingga jam 1 siang, meskipun tidak
ada batasan waktu mereka bisa bekerja melebihi batas jam itu. Dan setelah
rokok yang sudah dilinting tadi diserahkan pada bagian selanjutnya yaitu
bagian bathil. Pada bagian bathil rokok tadi dipangkas ujung ujungnya agar
lebih rapi dengan memiliki panjang yang sama satu sama lain, setelah itu
diikat menjadi 1 ikat lalu diserahkan ke bagian pak dan pres. Bagian ini juga
mengambil bahan bahan tembakau yang ditaruh dalam wadah kemudian
diserahkan ke bagian giling untuk diproses seperti awal tadi. Pada bagian
giling dan bathil memiliki kesamaan, adalah mereka sama-sama bekerja
dengan massa waktu 7 jam perhari.
Pada bagian giling mereka memiliki posisi bekerja dengan duduk terus
menerus dengan posisi yang sama, tetapi mereka dipersilahkan istirahat
dengan waktu yang tidak ditentukan agar mereka bisa meregangkan otot
otot bila mengalami pegal pegal. Namun bila mereka beristirahat terlalu
lama bisa berakibat dengan hasil upah gaji yang mereka terima karena mereka
sudah dituntut sehari harus memenuhi jumlah batang rokok dari peraturannya
yakni 585 batang per jam per orang dan sehari 4000 batang, oleh sebab itu
hanya beberapa dari mereka yang sering beristirat sehingga mereka lebih
sering duduk lama dengan posisi yang sama untuk menyelesaikan pekerjaan
gilingnya lebih cepat. Berbeda dengan bagian giling, bagian bathil hanya
memiliki kesamaan posisi bekerja yakni duduk. Massa duduk pada saat
mereka bekerja lebih cepat yakni sekitar 4 jam, sisanya digunakan untuk
melakukan pekerjaan lebih cepat dan ada fase dimana harus mengambil
bahan tembakau dan disitu mereka lebih sering berdiri dan berjalan jalan
dengan frekuensi lebih dari 12 kali dibandingkan dengan bagian giling yang
hanya duduk menunggu orderan tembakau dari bagian bathil.
Bagian yang terakhir pada karyawan borong adalah bagian pak dan
pres. Bagian ini adalah bagian yang paling tercepat mengerjaan

27

pekerjaannnya dan hanya membutuhkan waktu 6 jam bekerja saja. Pekerjaan


dimulai dari jam 8 pagi hingga jam 3 sore, karena menunggu orderan dari
bagian bathil sehingga rokok rokok tadi bisa di kemas dalam kemasaannya.
Aktifitas pekerjaannya juga sama dengan bagian giling dan bathil tapi lebih
sering berdiri dan berjalan daripada bagian bathil untuk mengantarkan rokok
yang sudah dikemas untuk dirapikan kedalam kardus, sehingga massa duduk
yang digunakan lebih sedikit daripa bagian giling dan bagian bathil.

C. Hubungan Antara Usia, Masa Kerja dan Durasi Kerja Pekerjan Dengan
Kejadian Low Back Pain
Dari teori yang didapatkan penelitian ini mengarah pada karyawan
borongan karena memiliki beberapa faktor resiko terkena LBP, salah satunya
usia para pekerja yang rata rata pada usia 30 tahun, dengan masa kerja
sudah mendekati 15 tahun serta posisi duduk lama saat bekerja yang
berdurasi lebih dari 6 jam. Dengan posisi duduk yang lama dan posisi yang
sama merupakan salah satu faktor resiko terjadinya LBP. Sebenarnya pihak
PT Djarum sendiri sudah melakukan tindakan preventif untuk para buruhnya
agar tidak sering mengalami pegal pegal pada otot saat bekerja dengan cara
setiap pagi sebelum memulai bekerja ada senam pagi yang bertujuan untuk
meregangkan otot otot dan melakukan beberapa gerakan pemanasan,
kemudian saat bekerja setiap 1 jam sekali diberikan pengumuman untuk
merubah posisi duduk dan menggerakaan badan agar melemaskan otot otot
yang kaku saat bekerja, dan yang terakhir para buruh disediakan minuman
seperti teh hangat dan air putih yang boleh diminum bebas beberapa kali saat
mereka bekerja agar tidak terjadi dehidrasi dan kelelahan.

28

D. Kerangka Konsep
Low Back Pain

Pekerjaan

Gambar 2.4. Skema Kerangka Konsep


E. Kerangka Teori

Pekerjaan

Low Back Pain

Usia
Masa kerja
durasi saat bekerja
bekerja perhari
Belum pernah
menderita LBP
sebelumnya;

Asupan
makanan dan
minumaan
saat bekerja
Olahraga
Riwayat
penyakit dan
trauma
sebelumnya

Terasa nyeri sendi


pada bagian
lumbo-sacral, otot
gluteal, paha dan
sering kali pada
ekstremitas bawah

Gambar 2.5. Skema Kerangka Teori


F. Hipotesis
Ada hubungan antara usia, masa kerja dan durasi kerja pada pekerjaan
karyawan borong terhadap kejadaan Low Back Pain pada buruh pabrik rokok
di PT. Djarum Kota Kudus.

29

Anda mungkin juga menyukai