Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare adalah gangguan buang air besar / BAB ditandai dengan BAB lebih dari
3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah atau lendir.
Riskesdas 2013 mengumpulkan informasi insiden diare agar bisa dimanfaatkan
program, dan period prevalens diare agar bisa dibandingkan dengan Riskesdas 2007.
(Riskesdas, 2013)
Periode prevalens diare pada Riskesdas 2013 (3,5%) lebih kecil dari Riskesdas
2007 (9,0%). Penurunan period prevalen yang tinggi ini dimungkinkan karena waktu
pengambilan sampel yang tidak sama antara 2007 dan 2013. Pada Riskesdas 2013
sampel diambil serentak. (Riskesdas,2013)
Menurut Riskesdas 2013, insiden diare ( 2 minggu terakhir sebelum
wawancara) berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5 % (kisaran
menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran
provinsi 3,3%-10,2%). Sedangkan period prevalence diare pada seluruh kelompok
umur (>2 minggu-1 bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar
7% dan pada balita sebesar 10,2%. (Dep.Kes RI, 2013)
Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2013 menurun secara signifikan
dibandingkan tahun 2012 dari 1654 kasus menjadi 646 kasus pada tahun 2013.
(Dep.Kes RI, 2013)
Di provinsi Jawa Timur jumlah period prevalens diare adalah 7,4 %. Angka ini
termasuk lebih tinggi dari rata-rata period prevalens diare Indonesia yakni 7,0%.
(Dep.Kes RI, 2013)
Di Kabupaten Pasuruan angka terjadinya penyakit diare pada Tahun 20122013 triwulan 1 adalah sebanyak 30.962 kasus dan ditangani sebanyak 48,83%.
(Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur)
1

Faktor Epidemiologi Penyakit Diare di Desa Kalianyar Kecamatan BangilPasuruan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare sebanyak 150
kasus. Jumlah ini meningkat dari tahun lalu sebanyak 140 kasus sedangkan angka
insiden standar maksimum adalah sekitan 50 kasus pertahun di tiap Desa/Kelurahan.
Dengan melihat data di atas maka sangat penting sekali untuk dilakukan
penelitian tentang Faktor Epidemiologi Penyakit Diare berdasarkan tempat, orang
dan waktu pemberantasan penyakit diare di Desa Kalianyar Kecamatan BangilPasuruan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat
suatu Rumusan masalah sebagai berikut : bagaimana hubungan antara faktor
karakteristik balita, faktor lingkungan, dan faktor karaktersitik orang tua terhadap
terjadinya penyakit diare pada anak balita di Desa Kalianyar Kecamatan Bangil
Pasuruan tahun 2014.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1

Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang

berhubungan dengan terjadinya penyakit diare pada anak balita di Desa


Kalianyar Kecamatan Bangil-Pasuruan tahun 2014.
1.3.2

Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan karakteristik balita (umur, jenis kelamin, status gizi)


di Desa Kalianyar Kecamatan Bangil-Pasuruan tahun 2014
2. Mendeskripsikan faktor lingkungan (sumber air minum, jamban
keluarga) di Desa Kalianyar Kecamatan Bangil-Pasuruan tahun 2014.
3. Mendeskripsikan karakteristik orang tua (pendidikan, usia dan kondisi
ekonomi orang tua) di Desa Kalianyar Kecamatan Bangil-Pasuruan
tahun 2014.

4. Menganalisis hubungan antara faktor balita (umur, jenis kelamin, status


gizi) terhadap penyakit diare di Desa Kalianyar Bangil-Pasuruan tahun
2014.
5. Menganalisis hubungan antara faktor lingkungan (sumber air minum,
jamban keluarga) terhadap penyakit diare di Desa Kalianyar Kecamatan
Bangil-Pasuruan 2014.
6. Menganalisis hubungan antara faktor orang tua (penddikan, usia, dan
kondisi ekonomi orang tua) terhadap penyakit diare di Desa Kalianyar
Kecamatan Bangil-Pasuruan 2014.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1

Instansi
1.4.1.1 Dinas Kesehatan
Manfaat penelitian ini bagi Dinas Kesehatan adalah penelitian ini
dapat menjadi referensi bagi tenaga kesehatan lain dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan khususnya penyakti diare di Desa Kalianyar Kecamatan
Bangil-Pasuruan.
1.4.1.2 Kampus Terpadu Sakinah
Manfaat penelitian ini bagi Kampus Terpadu Sakinah adalah dapat
menjadi referensi pembelajaran dan memeperluas wawasan mahasiswa
Kampus Terpadu Sakinah Kepulungan.

1.4.2

Masyarakat
Manfaat penelitian ini bagi masyarakat luas adalah dapat menjadi suatu

solusi dalam menanggulangi penyakit diare di masyarakat.


1.4.3

Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah menjadi suatu solusi untuk

memberantas penyakit diare pada balita di Desa Kalianyar Kecamatan BangilPasuruan dan sebagai ladang ilmu dalam mempraktekkan ilmu yang di dapat dari
Kampus Terpadu Sakinah.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi Diare

2.1.1

Definisi Diare
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB lebih

dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan
darah/lendir. (Riskesdas, 2013)
2.1.2

Penyebab Diare

Diare terjadi ketika bayi atau anak tiba-tiba mengalami perubahan dalam
buang air besar dari baisanya, baik frekuensi/jumlah buang air yang menjadi
sering dan keluar dalam konsistensi cair bukan padat. (Mudzakkir,
2009).Penyebab diare antara lain :
a) Virus, umumnya karena Rotavirus, dengan gejala : berak-berak air
(watery), berbusa, tidak ada darah, lendir, berbau asam.
b) GE (gastroenteritis) terbanyak karena virus.
c) Alergi susu, diare biasanya timbul beberapa menit atau jamsetelah
minum susu tersebut, biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk
yang terbuat dari susu sapi.
d) Infeksi dari bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain, misalnya
infeksi saluran kencing, infeksi telinga, campak, dll.
e) Bakteri, berak-berak dengan darah/lendir, sakit perut. (memerlukan
antibiotika sebagai terapi pengbatan)
f) Parasit (giardiasis), berak darah +/- dan lendir, sakit perut. (perlu
antiparasit)
g) Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotika (bila diare terjadi saat
anak sedang dalam pengobatan antibiotika, sebaiknya hubungi dokter)
(Mudzakkir, 2009)
4

2.1.3

Cara Penularan Diare


Penyakit diare dapat menular melalui :
a. Kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung.
b. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi
secara langsung.
c. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak
air dengan benar.
d. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
e. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar atau
membersihkan

tinja

anak

yang

terinfeksi,

sehingga

mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.


f. Bermain dengan mainan yang terkontaminasi. Karena virus ini
dapat bertahan di permukaan udara sampai beberapa hari.
(Mudzakkir, 2009)
2.1.4

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare

2.1.4.1 Faktor Karakteristik Balita


2.1.4.1.1

Usia
Sebagian besar diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur
6 sampai 11 bulan, pada saat diberikan makanan
pendamping ASI. Hal ini dikarenakan belum terbentuknya
kekebalan alami dari anak usia dibawah satu tahun. Pola
ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar
antibodi ibu, kurangnya kakabalan aktif bayi, pengenalan
makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan
kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada
saat bayi mulai merangkak.(Yeni Iswari,2011)

2.1.4.1.2

Jenis Kelamin
Dari beberapa penelitian yang dilakukan bahwa
terdapat perbedaan jumlah kasus anak laki-laki dan
perempuan yang menderita diare. Palupi (2009) dalam
penelitiannya tentang status gizi hubungannya dengan
kejadian diare pada anak diare, menjelaskan bahwa pasien
laki-laki yang menderita diare lebih banyak dari pada
perempuan dengan perbandingan 1,5 : 1 (denagn proporsi
pada anak laki-laki sebesar 60% dan anak perempuan
sebesar 40%.

2.1.4.1.3

Status Gizi
Status gizi pada anak sangat berpengaruh terhadap
kejadian penyakit diare. Pada anak yang menderita kurang
gizi dan gizi buruk yang mendapatkan asupan makan yang
kurang mengakibatkan episode diare akutnya menjadi
lebih berat dan mengakibatkan diare yang lebih lama dan
sering. Resiko meninggal akibat diare persisten dan atau
disentri sangat meningkat bila anak sudah mengalami
kurang gizi. Beratnya penyakit, lamanya dan resiko
kematian diare meningkat pada anak-anak dengan kurang
gizi, apalagi pada yang menderita gizi buruk (Palupi, 2009)

2.1.4.1.4

Imunisasi
Menurut Suraatmaja (2007), pasa balita, 1-7%
kejadian diare berhubungan dengan campak, dan diare
yang terjadi pada campak umumnya lebih berat dan lebih
lama (susah diobati, cenderung menjadi kronis) karena
adanya kelainan pada epitel usus. Diare dan disentri lebih
sering terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan
6

campak atau menderita campak dalam 4 minggu terakhir.


hal ini disebabkan karena penurunan kekebalan pada
penderita (Yeni Iswari, 2011)
2.1.4.1.5

PHBS anak dan Ibu


Salah satu faktor pencegahan diare adalah penerapan
PHBS dalam keluarga khususnya ibu dan balita. PHBS
dalam keluraga meliputi : persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, memberi ASI eksklusif, menimbang balita
setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat,
memberantas jentik nyamuk dirumah sekali seminggu,
makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas
fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. (Asti
Nuraeni, 2012)
PHBS dalam keluarga yang terdiri dari 10 indikator
hanya 5 yang berhubungan dengan kejadian diare yaitu :
pemberian ASI eksklusif, menimbang balita, menggunakan
air bersih, mencuci tangan dan menggunakan jamban.
(Asti Nuraeni, 2012)
Pemberian ASI eksklusif membuat bayi tumbuh
sehat dan tidak mudah sakit. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi
baru lahir secara penuh mempunyai daya lindung empat
kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI
yang disertai dengan susu botol. Bayi yang tidak diberikan
ASI eksklusif, beresiko mendapatkan diare 30 kali lebih
besar diabnding dengan bayi yang diberi ASI eksklusif.
(Asti Nuraeni, 2012)
7

Pertumbuhan balita selanjutnya dapat dipantau


melelui penimbangan tiap bulan melalui posyandu.
Posyandu bermanfaat untuk mengetahui status gizi balita,
mencegah gangguan pertumbuhan balita, dan deteksi dini
balita yang diare. Penggunaan air bersih juga merupakan
salah satu upaya pencegahan diare. penularan diare melalui
oral-fecal, dapat ditularkan apabila masuk kedalam mulut
cairan yang tercemar oleh tinja, misal air minum, jari
tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci
dengan air tercemar. (Asti Nuraeni, 2012)
Selain penggunaan air bersih, penggunaan jamban
sehat dapat mencegah diare. Jamban sehat akan menjaga
lingkungan menjadi bersih, sehat, dan tidah berbau
sehingga tidak mengundang datangnya lalat atau serangga
yang dapat menjadi penular penyakit diare. (Asti Nuraeni,
2012)
2.1.4.2 Faktor Lingkungan
2.1.4.2.1

Sumber Air Minum


Sumber air minum sering menjadi sumber pencemar
penyakit yang ditularkan melalui perantara air (water borne
disease). Oleh karena itu, sumber air minum harus
memenuhi

syarat

lokalisasi

dan

konstruksi.

Syarat

lokalisasi menginginkan agar sumber air minum terhindar


dari pengotoran, sehingga perlu diperhatikan jarak sumber
air minum dengan kakus, lubang galian sampah, lubang
galian untuk aliran limbah, dan sumber-sumber pengotor
lainnya. Jarak tersebut tergantung dari keadaan tanah dan
kemiringannya. Pada umumnya, jarak sumber air minum
8

dengan beberapa sumber pengotor termasuk tempat


penampungan akhir kotoran (tinja) tidak kurang dari 10
meter dan diusahakan agar letaknya tidak berada di bawah
sumber-sumber tersebut. (Effendi & Makhfudli, 2009)
2.1.4.2.2

Jamban Keluarga
Wibowo (dalam wulandary. 2009:19) menjelaskan
bahwa tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi
syarat sanitasi akan meningkatkan resiko terjadinya diare
pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan
dengan keluarga yang mempunyai kebiasaan membunag
tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi.
Sanitasi
pembuangan

sesuai

nomenklatur

tinja. Termasuk

dalam

MDGs

adalah

pengertian

ini

meliputi jenis pemakaian atau penggunaan tempat buang


air besar, jenis kloset yang digunakan dan jenis tempat
pembuangan akhir tinja. Sedangkan kriteria akses terhadap
sanitasi layak jika penggunaan fasilitas tempat BAB milik
sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis
latrine

dan

tempat

pembuangan

akhir

tinjanya

menggunakan tangki septik atau sarana pembuangan air


limbah (SPAL). Sedangkan kriteria yang digunakan JMP
WHO-UNICEF 2008, sanitasi terbagi dalam empat
kriteria, yaitu improved, shared, unimproved dan
open defecation. (Depkes RI, 2010).

2.1.4.2.3

Faktor Lingkungan Sekolah

Salah satu jenis makanan yang belum mendapatkan


pengawasan maksimal dari pemerintah adalah jajanan anak
sekolah. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya bahan
pewarna berbahaya, pemanis yang tidak diperbolehkan,
ataupun kontaminasi oelh mikroorganisme. Keadaan ini
dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan pedagang
mengenai dampak dari penggunaan bahan berbahaya
seperti pewarna dan pemanis yang tidak diperbolehkan.
Selain itu, pedagang juga kurang memahami mengenai
kebersihan personal sehingga dapat terjadi kontaminasi
mikroorganisme pada makanan dan minuman yang
disajikannya. Keadaan ini tentunya dapat mempengaruhi
kesehatan anak sekolah dasar. Gejala gangguan kesehatan
yang dapat muncul dapat berupa mual, muntah kembung,
sakit perut, diare, gastritis, demam tifoid dan sebagainya.
(Nurina Vidya, 2012)
2.1.4.2.4

Ketersediaan Air Bersih


Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air
yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita
diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi
resiko terhadap serangan diare yaitu menggunakan air yang
bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai
dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. (Asti
Nuraeni, 2012)
Sumber air yang digunakan sehari-hari dipastikan
berasal dari sumber air yang bersih. Penyimpanan air
ditempat yang bersih dan tertutup serta menggunakan
10

gayung untuk mengambil air. Kebutuhan minum yang


digunkan keluarga harus dimasak sampai mendidih serta
cuci semua perlatan masak dan peralatan makan dengan air
bersih dan cukup. (Asti Nuraeni, 2012)
2.1.4.3 Karakteristik Orang Tua
2.1.4.3.1

Pendidikan Orang Tua


Pendidikan

orang

tua

mencerminkan

tingkat

pengetahuan yang mereka miliki. Menurut penelitian yang


dilakukan

oleh

Hermin

(1994),

ditemukan

bahwa

kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP keatas


mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan
rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan
kelompok ibu dengan status pendidikan SD kebawah. Dari
penelitian Cholis Bachroe dan Soemantri (1993) diketahui
pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
morbiditas anak balita, begitu pula hasil penelitian Sunoto
(1990). (Yeni Iswari, 2011)
Jenjang pendidikan memegang peranan cukup
penting

dalam

kesehatan

masyarakat.

Pendidikan

masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi


tahu mengenai pentingnya kebersihan perorangan dan
sanitasi

lingkungan

untuk

mencegah

terjangkitnya

penyakit menular, diantaranya diare. Masyarakat yang


pendidikannya
menyebabkan

rendah
mereka

sulit

menerima

penyuluhan,

tidak peduli terhadap upaya

pencegahan penyakit menular.(Asti Nuraeni, 2012)

2.1.4.3.2

Usia Orang Tua


11

Hasil survei yang dilakukan oleh SDKI (2007)


terhadap pengetahuan ibu tentang diare didapatkan data
bahwa pengetahuan ibu tentang pemberian paket oralit
lebih rendah pada wanita dengan kelompok umur 15-19
tahun dibandingkan dengan wanita yang lebih tua.(Yeni
Iswari, 2011)
2.1.4.3.3

Kondisi Ekonomi Orang Tua


Status ekonomi yang rendah akan mempengaruhi
status gizi anggota keluarga. Hal ini nampak dari
ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan gizi keluarga khususnya anak balita sehingga
mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan gizi
buruk yang memudahkan balita mengalami diare. (Yeni
Iswari, 2011)

2.1.5

Cara Pencegahan Diare

2.1.5.1 Pencegahan Primer


Pencegahan
peningkatan

primer

kesehatan

dapat
seperti

dilakukan

dengan

memberikan

upaya

pendidikan

kesehatan/penyuluhan kesehatan pada masyarakat (Effendi &


Makhfudli, 2009). Penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada
orang tua yang mempunyai anak balita yaitu pencegahan diare
pada anak dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
diare, pentingnya pola hidup sehat, kebersihan diri dan lingkungan
yang sehat, selain itu juga dengan meningkatkan daya tahan anak
dengan pemberian imunisasi pada balita sehingga anak tidak
mengalami kejadian berulang. (Yeni Iswari, 2011)

2.1.5.2 Pencegahan Sekunder


12

Peran perawat yang dapat dilakukan terkait pencegahan


sekunder bertujuan untuk mencegah terjadinya keparahan pada
anak yang sedang sakit. (Effendi & Makhfudli, 2009). Pada anak
yang sudah terinfeksi akibat diare, perawat dapat memberikan
pengetahuan pada orang tua tentang perawatan anak selama sakit,
pemberian cairan yang adekuat sehingga anak dapat terhindar dari
berbagai komplikasi yang ditimbulkan seperti dehidrasi, syok,
bahkan kematian. (Yeni Iswari, 2011)
2.1.5.3 Pencegahan Tersier
Sedangkan upaya yang dilakukan dalam pencegahan tersier
yaitu dengan usaha pencegahan terhadap anak yang telah sembuh
dari sakit sehingga tidak terjadi kekambuhan atau infeksi diare
kembali sehingga anak kembali dirawat dengan kondisi yang lebih
parah melalui pemberian penyuluhan lebih lanjut tentang
perawatan dan penatalaksanaan anak yang mengalami diare di
rumah serta pemulihan kondisi tubuh anak dengan pemberian gizi
yang baik dan seimbang serta pentingnya pola hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari. (Yeni Iswari, 2011)
2.2 Balita
2.2.1

Definisi Balita
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah

umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat
usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan
berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih
terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia.

13

Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu


keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya.
Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat
dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau
masa keemasan. (Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, 2010)
2.2.2

Kategori Balita
Balita adalah anak baik laki-laki maupun perempuan yang berada dalam

kisaran usia 1 tahun hingga 5 tahun. Pada anak di bawah 2 tahun sangat
rentan terkena penyakit. Bila ditinjau dari tahapan tumbuh kembang bayi
menurut Sigmud Freud, bayi berada pada fase oral (0-1 tahun) dimana
kepuasan anak pada daerah mulut, sehingga apapun dimasukkan kedalam
mulut, ini mengakibatkan anak mudah mengalami penyakit infeksi terutama
pada saluran pencernaan. Sedangkan pada tahapan toddler (1-3 tahun), anak
berada pada fese anal (1-3 tahun) dimana pada fase ini diperkenalkan toilet
training yaitu anak mulai diperkenalkan dan diajarkan untuk melakukan
buang air besar di toilet atau jamban yang benar, kebiasaan anak buang air
besar sembarang tempat dan di area terbuka seperti di got dan ditanah
menyebabkan resiko terjadinya penularan diare semakin tinggi.(Yeni Iswari,
2011)

14

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual


Kerangka konsep penelitian merupakan landasan berfikir untuk melakukan
penelitian yang dikembangkan berdasarkan tujuan pustaka. Berdasarkan tinjauan
pustaka dan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya penulis membuat
kerangka konsep berdasarkan konsep penyebab penyakit Segitiga Epidemiologi
The Epidemiologi Triangel oleh Gordon dan Le Richt (1950). Pada model ini
proses timbulnya penyakit dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu host (pejamu), agent
(bibit penyakit), dan environment (lingkungan).
Host / pejamu adalah balita yang menjadi tempat terjadinya proses
penyakit diare, sedangkan agent / bibit penyakit adalah bakteri E.Coli yang
menyebabkan penyakit diare, dan environment / lingkungan adalah kondisi
tempat tinggal dari balita.
Variabel independen dalam penelitian ini teridiri dari faktor anak (usia,
jenis kelamin, status gizi) dan faktor lingkungan (sumber air minum, jamban
keluarga). Sedangkan variabel dependennya yaitu kejadian diare pada anak
balita. Secara rinci dapat digambarkan pada skema berikut:

15

Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen

Variabel Dependen

Host (Balita)
Usia
Jenis Kelamin
Status Gizi
Imunisasi

Agent :
Bakteri
E.Coli

PHBS

Kejadian diare
pada balita

Karakteristik Orang Tua


Pendidikan
Usia
Sosial Budaya
Kondisi Ekonomi
Environment
Sumber Air Minum
Jamban Keluarga
Ketersediaan Air Bersih
Faktor Lingkungan Sekolah

Pelayanan Kesehatan
Ada tidaknya Yankes
Ada Tidaknya Yankes
Kualitas Yankes

Ket :

: Diteliti
: Tidak Diteliti
16

3.2 Hipotesis
Berdasarkan variabel yang diteliti maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3.2.1

Ada hubungan antara usia balita dengan kejadian diare

3.2.2

Ada hubungan antara jenis kelamin balita dengan kejadian diare

3.2.3

Ada hubungan antara status gizi balita dengan kejadian diare

3.2.4

Ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare

3.2.5

Ada hubungan antara kondisi jamban keluarga dengan kejadian diare

3.2.6

Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan kejadian


diare

3.2.7

Ada hubungan antara usia orang tua dengan kejadian diare

3.2.8

Ada hubungana antara kondisi ekonomi orang tua dengan kejadian


diare

17

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian anlitik observasional. Penelitian ini
merupakan penelitian analitik karena penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis
dan menggunakan interpretasi lebih mendalam tentang hubungan-hubungan
(Nazir, 2005). Sedangkan disebut sebagai penelitian observasional karena dalam
penelitian ini memungkinkan keadaan ikut berperan serta didalamnya, dengan
demikian

hanya

melakukan

pengukuran-pengukuran

tanpa

memberikan

perlakuan atau intervensi hanya mengamati perbedaan antara variabel-variabel


penelitian (Beaglehole, et al., 1997)
4.2 Rancang Bangun Penelitian yang Digunakan
Rancangan penelitian ini berdasarkan waktu penelitian termasuk cross
sectional (potong lintang). Disebut cross sectional karena mencari hubungan
antara faktor penyebab diare dan kejadian diare dengan proses wawancara dan
survei serta dilakukan dalam waktu yang singkat . Adapun bagain penelitian ini
adalah :

18

Skema 4.1
Bagan Penelitian Cross Sectional

Efek yang di
timbulkan

Penelitian
dimulai

Periode 1-13
Desember 2014

Mengalami
sakit diare
Faktor
Resiko +

Total Populasi
balita desa
Kalianyar Kec.
Bngil Kab.
Pasuruan : 700
orang

Sampel
Faktor
Resiko -

Tidak
mengalami sakit
diare
Mengalami
sakit diare
Tidak
mengalami sakit
diare

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Penelitian ini akan dilakukan di desa Kalianyar Kec. Bangil Kabupaten
Pasuruan dengan populasi balita mencapai 700 orang. Dan yang terkena
penyakit diare mencapai angka 150 orang.
2. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 1 bulan yang dimulai sejak tanggal 1
Desember 2014-31 Desember 2014 yang mencakup tahap persiapan
penelitian yaitu penyusunan proposal, pelaksanaan, analisis hasil penelitian
sampai penyusunan laporan hasil penelitian.
4.4 Populasi dan Sampel Penelitian
4.4.1

Populasi Penelitian

19

Populasi pada penelitian ini adalah semua balita pada desa Kalianyar
Kec. Gempol Kab. Psuruan pada periode 1 -31 Desember 2014.
4.4.2

Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang mewakili
yaitu balita di desa Kalianyar Kec. Bangil Kab. Pasuruan pada periode 131 Desember 2014.

4.4.3

Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel dengan cara simple random sampling
berdasarkan pada karakteristik penduduk yang homogen dan wilayah
yang tidak terlalu luas dan setiap balita mempunyai kesempatan yang
sama untuk menjadi sampel penelitian.

20

4.5 Kerangka Operasional


Populasi
semua balita di desa Kalianyar Kec. Bangil Kab. Pasuruan pada periode
1-31 Desember 2014

Sampel
sebagian balita di desa Kalianyar Kec. Bangil Kab. Pasuruan pada
periode 1-31 Desember 2014 yang diambil dengan teknik simple random
sampling

Pengukuran
status gizi

Kuesioner pada orang


tua penderita

Berat
Badan

Tinggi
badan

faktor balita (umur,


jenis kelamin)
faktor lingkungan
(sumber
air
minum,
jamban
keluarga)

Observasi
menggunakan lembar
observasional

Status gizi

Kondisi air minum

Kondisi jamban
keluarga

karakteristik orang
tua
(pendidikan,
usia,
kondisi
ekonomi)

Pengolahan data dan analisa

Penyajian data

Pembahasan

Kesimpulan dan saran

21

4.6 Variabel Penelitian, Definisi Operasoinal, dan Cara Pengukuran Variabel


4.6.1 Variabel Penelitian
4.6.1.1 Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas (Sugiyono, 2011). Variabel terikat (dependen) pada penelitian
ini adalah kejadian diare pada anak balita.
4.6.1.2 Variabel Independen
Variabel independen atau variabel dependen merupakan
variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen. (Sugiyono, 2011). Variabel
bebas pada penelitian ini adalah :
1. Faktor balita (umur, jenis kelamin, status gizi)
2. Faktor lingkungan (sumber air minum, jamban keluarga)
3. Faktor orang tua (pendidikan, usia, kondisi ekonomi orang tua)

22

4.6.2 Definisi Operasional


Tabel 4.1 Variabel, Definisi Operasional, Skala Data, dan Cara Pengukuran
No
1

Variabel
Definisi Operasional
Kejadian diare Perubahan frekuensi,
pada
anak konsistensi tinja dari
balita
frekuensi normal 1
kali sehari menjadi
lebih dari 3 kali
sehari,
dan
dari
konsistensi
padatlunak menjadi cair.

Cara Pengukuran
Skala Data
Wawancara
dengan Nominal
panduan kuesioner pada
orang
tua
tentang
karakteristik tinja balita
saat buang air besar.
dengan kriteria:
0 = diare
1= non diare

Faktor Balita:
a. Umur

Lamanya
penderita
hidup sejak dilahirkan
sampai saat penelitian
berdasarkan laporan
dari orang tua.

Wawancara
dengan Rasio
panduan
kuesioner
dengan kriteria :
0.1 tahun : fase oral
1.3 tahun : fase anal
3-5 tahun : fase oedipal

b. Jenis
Kelamin

Perbedaan
biologis Wawancara
dengan Nominal
balita
yang panduan
kuesioner
membedakan antara kriteria :
laki-laki
dan 0 = Perempuan
perempuan
1 = Laki=laki

c. Status Gizi

Gambaran
keadaan
fisik penderita diare
pada saat dinyatakan
sebagai
penderita
diare
yang
ditunjukkan
oleh
Indeks Massa Tubuh

Faktor
Lingkungan :
a. Sumber air Mata

air

Observasi dengan cara Ordinal


pengukuran
berdasarkan
IMT
dengan rumus berat
badan (kg) di bagi
tinggi badan (m).
Dengan
kategori
penilaian :
< - 3 SD = Sangat kurus
-3 SD sampai < -2 SD=
normal
> 2 SD = Gemuk

yang Observasi sumber mata Nominal


23

minum

b. Jamban
kelurga

dikonsumsi memenuhi air yang digunakan


syarat air minum yang untuk minum/ konsumsi
baik.
dengan kriteria :
0= Air layak pakai :
tidak berwarna, tidak
berbau, tidak keruh,
tidak berasa
1= Air tidak layak pakai
: air yang tidak
memenuhi kriteria air
yang layak pakai.

Sarana
yang Observasi tempat yang Nominal
digunakan
utnuk digunakan
kelurga
membuang tinja
untuk membuang tinja
dengan kriteria :
0= Jamban layak pakai :
tidak mencemari air
minum, kotoran tidak
dapat dijamah oleh
serangga dan tikus,
tidak mencemari tanah
sekitar,
mudah
dibersihkan dan aman
digunakan, dilengkapi
dinding
dan
atap
pelindung, penerangan
dan ventilasi cukup,
tersedia air dan luas
ruangan memadai
1= Jamban tidak layak
pakai : jamban yang
tidak mamenuhi salah
satu kriteria jamban
sehat.

Faktor Orang tua


a. Usia orang tua

Lamanya orang tua


hidup
sejak
dilahirkan
sampai
saat
penelitian
berdasarkan
hasil
wawancara
pada
orang tua.

Wawancara
dengan Rasio
panduan
kuesioner
dengan kriteria :
20-30 th: dewasa awal
40-59 th : dewasa
pertengahan
>60 th : usia tua

24

b. Pendidikan
orang tua

Jenjang pendidikan
Rasio
terakhir
yang Wawancara
dengan
ditempuh
dan panduan
kuesioner
berijasah
dengan kriteria :
Lulsan SD : rendah
Lulusan
SMP
&
SMA : pertengahan
Lulusan
perguruan
tinggi : tinggi

Nominal pendapatan
Ordinal
yang
dikumpulkan Wawancara
dengan
panduan
kuesioner
ekonomi orang keluarga perbulan
dengan kriteria :
tua
< Rp. 500.000 : rendah
< Rp. 500.000 Rp.
2000.000 : sedang
>2000.000 : tinggi

c. Kondisi

4.7 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


4.7.1

Teknik Pengumpulan Data


a. Data primer
Data primer pada penelitian ini adalah hasil wawancara dengan
panduan kuesioner, lembar observasi dan pengukuran.
1. wawancara dengan panduan kuesioner untuk mengetahui faktoe
balita yang mempengaruhi kejadian diare yang meliputi : umur,
jenis kelamin, dan status gizi
2. pengukuran dilakukan untuk mengetahui status gizi penderita
dengan mengukur tinggi badan dan berat badan
3. Observasi jamban keluarga dan sumber air minum dengan lembar
observasi dengan metode checklist
b. Data Sekunder
Pada penelitian ini data sekunder tentang jumlah penderita diare
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan.

25

4.7.2

Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data mengenai
variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian. (Djaali &
Muljono, 2007). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah :
1. Kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui
identitas responden tentang faktor balita yang meliputi : umur, jenis
kelamin dan status gizi.
2. Microtoise untuk mengukur tinggi badan
3. Timbangan untuk mengukur berat badan
4. Lembar obsevasi dengan metode checklist

4.8 Pengolahan dan Analisis Data


Dalam pengolahan data data yang diperoleh menggunakan rumus chi square:

Keterangan :
O = frekuensi hasil observasi
E = frekuensi yang diharapkan.
Nilai E = (Jumlah sebaris x Jumlah Sekolom) / Jumlah data
df = (b-1) (k-1)

26

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI. Oktober 20, 2014. http://www.depkes.go.id
Direktorat Bina Gizi. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Kementrian Kesehatan RI. November 11, 2014. http://gizi.dekpes.go.id
Djaali dan Muljono, P. 2007. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo
Effendi & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Iswari, Yeni. 2011. Analisis Faktor Resiko Kejadian Diare Pada Anak Usia Dibawah
2 Tahun Di RSUD Kota Jakarta (Tesis). Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Moh. Nazir. Ph.D. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.
Mudzakkir M dan Masruroh H. 2009. Panduan Lengkap Kebidanan & Keperawatan.
Yogyakarta : Merkid Press
Nuraeni, Asti. 2012. Hubungan Penerapan PHBS Keluarga Dengan Kejadian Diare
Balita Di Kelurahan Tawangmas Kota Semarang (Tesis). Depok : Fakultas
Ilmu Keperawatan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Palupi, A. 2009. Status Gizi Dan Hubungannya Dengan Kejadian Diare Pada Anak
Akut Di Ruang Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, vol.6, No. 1, Juli 2009.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
27

Vidya A, Nurina. 2012. Hubungan Frekuensi Jajan Anak Dengan Kejadian Diare
Akut Pada Anak Sekolah Dasar Di SDN Sukatani 4 Dan SDN Sukatani 7
Kelurahan Sukatani, Depok Tahun 2012 (Skripsi). Depok : Fakultas Ilmu
Keperawatan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.

28

LAMPIRAN I
LEMBAR KUESIONER

No. Responden :
Tanggal

Pewawancara

:
LEMBAR PERTANYAAN

IDENTITAS RESPONDEN
Nama Balita

: ...................................Umur.........TB.............cm BB.......kg

Nama Responden: ...................................Umur.........Tahun


Alamat

: .....................................................................................................
.......................................................................................................

Hubungan Responden dengan Balita : ......................................................................

Petunjuk Pengisian:
1. Jawablah pertanyaan yang ada pada kuesioner dengan jawaban yang jujur
2. lsilah kotak kosong yang disediakan disamping pertanyaan dengan' memberi tanda
ceklis (v) dcngan mcnggunakan Bolpoint tinta warna hitam
3. Sebagai contoh : apabila ibu mengetahui tentang penyakit diare isilah kolom
sebelah kanan dengan memberi tanda ceklis (v) yang anda anggap benar. Contoh :
Apakah ibu.mengetahui tentang penyakit diare ?
1)

Tidak

[v]

2)

Ya

[ ]

KARAKTERISTIK ORANG TUA


1. Nama Orang tua :
2. Usia Orang tua :
3. Pendidikan :
29

SD

[ ]

SMP

[ ]

SMA

[ ]

Perguruan Tinggi

[ ]

4. Pendapatan perbulan :
< Rp. 500.000

[ ]

Rp. 500.000-Rp. 2000.000

[ ]

>Rp. 2000.000

[ ]

KARAKTERISTIK BALITA
5. Berapa usia balita anda?
0-1tahun

[ ]

1-3 tahun

[ ]

3-5 tahun

[ ]

6. Jenis kelamin balita ibu?


Perempuan

[ ]

Laki-Laki

[ ]

PENGETAHUAN RESPONDEN
7. Apakah anda mendengar atau mendapat penyuluhan dari petugas kesehatan
tentang penyakit diare ?
Pernah

[ ]

Tidak Pernah

[ ]

8. Menurut anda apa yang dimaksud dengan diare ?


Buang air besar 3 kali sehari dan encer

[ ]

buang air besar encer

[ ]

tidak tahu

[ ]

9. Menurut anda, saat anak menderita diare bagaimana bentuk tinjanya?


Tidak tahu

[ ]

Padat

[ ]
30

Encer

[ ]

Bercampur darah

[ ]

10. Bila seorang anak menderita diare/mencret, berapa kali sehari ia buang air besar?
1kali

[ ]

2kali

[ ]

3kali

[ ]

>3kali

[ ]

11. Menurut anda, apa yang menyebabkan anak sakit diare ?


Tidak tahu

[ ]

Kecacingan

[ ]

Masuk Angin

[ ]

Makanan Tidak Bersih [ ]


12. Bagaimana cara pencegahan diare?
Tidak tahu

[ ]

Anak jangan diberi ASI

[ ]

Jaga kebersihan tangan, makanan dan minuman [ ]


13. Bila bayi anda menderita diare, apakah ASlnya masih boleh diteruskan ?
Ya

[ ]

Tidak

[ ]

14. Menurut ibu bagaimana cara mcncuci peralalan makanan yang benar?
Tidak tahu

[ ]

Dengan cara dicelupkan ke ember

[ ]

Dengan air bersih yang mengalir dan sabun

[ ]

LAMPIRAN II
31

LEMBAR OBSERVASI
No. Responden :
Tanggal

Pewawancara

:
LEMBAR PERTANYAAN

IDENTITAS RESPONDEN
Nama Balita

: ...................................Umur.........TB.............cm BB.......kg

Nama Responden: ...................................Umur.........Tahun


Alamat

: .....................................................................................................
.......................................................................................................

NO.
1

Kategori
Status gizi

Penilaian
a. TB:
b. BB:

Sumber
Air

c. IMT:
a. Sumur

Interpretasi
a. <-3 SD = Sangat Kurus

b. -3 SD sampai < -2 SD = Normal [ ]

[ ] 0
[ ]
0

[ ]

b. Sumur

b. Baik

Kualitas

Tertutup
a. warna

a. berwarna [ ]
tidak berwarna [ ]

b. rasa

c. bau

b. berasa [ ]

1
0
1

c. berbau [ ]

tidak berbau [ ]

Keluarga

1
0

tidak berasa [ ]

Jamban

terbuka

Air

Score
0

c. >2 SD = Gemuk
a. Buruk

Minum

Minum

[ ]

d. kejernihan

d. keruh [ ]

a. jarak

jernih [ ]
a. < 10 m= buruk

1
0

penampunga

>10 m= baik [ ]

[ ]

n tinja
dengan
32

sumber air
minum
b. kotoran
terjamah

b. ya=buruk [ ]
tidak = baik [ ]

0
1

serangga &
tikus
c. mudah
dibersihkan

c. ya= baik [ ]
tidak = buruk [ ]

1
0

dan aman
digunakan
d. dilengkapi
dengan

d. ya= baik [ ]
tidak = buruk [ ]

1
0

dinding, atap,
penerangan,
ventilasi
cukup
e. ketersediaan
air
f. luas ruangan
memadai

e. ya=baik [ ]
tidak= buruk [ ]
f. ya = baik [ ]
tidak = buruk [ ]

1
0
1
0

33

Anda mungkin juga menyukai