Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI PREMATUR


I.

Pengertian
1. Bayi prematur adalah bayi yang lahir kurang bulan menurut usia kehamilannya
(gestasi). Cukup bulan adalah usia kehamilan 37 hingga 42 minggu lebih atau
kurang dari 2 minggu (Rahmi,2008).
2. Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 37 minggu ) atau dengan berat
janin kurang dari 2500 gram ( Manuaba, 1998 : 221).

II.

Etiologi
Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang
berhubungan, yaitu :
1. Faktor ibu
Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diaatas 35 tahun
Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah,
perokok.
2. Faktor kehamilan
Hamil dengan

hidramnion,

hamil

ganda,

perdarahan

antepartum

Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini.


3. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
4. Faktor yang masih belum diketahui
III.

IV.

Klasifikasi
Bayi prematur terbagi dalam tiga kategori, yaitu:
Di bawah 28 minggu disebut bayi extremely premature.
28 hingga 32 minggu, very premature.
Di atas 32 tapi di bawah 37 minggu, premature.
Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi premature belum diketahui secara jelas.
Data statistic menunjukkan bahwa bayi lahir premature terjadi pada ibu yang
memiliki social ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada
ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama kehamilan.asupan nutrisi
yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetric
1

yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi premature. Ibu hamil dengan usia
yang masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alcohol juga
menyebabkan bayi premature. Factor tersebut bisa menyebabkan terganggunya
fungsi plasenta menurun dan memaksa bayi untuk keluar sebelum waktunya.
Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum
matur sehingga bayi lahir premature memerlukan perawatan yang sangat khusus
untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.
V.

Manifestasi Klinis
Gambaran fisik bayi prematur:
a. Ukuran kecil.
b. Berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg).
c. Kulitnya tipis, terang dan berwarna pink (tembus cahaya).
d. Vena di bawah kulit terlihat (kulitnya transparan).
e. Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga kulitnya tampak keriput.
f. Rambut yang jarang.
g. Telinga tipis dan lembek.
h. Tangisannya lemah.
i. Kepala relatif besar.
j. Jaringan payudara belum berkembang.
k. Otot lemah dan aktivitas fisiknya sedikit (seorang bayi prematur cenderung
l.
m.
n.
o.

VI.

belum memiliki garis tangan atau kaki seperti pada bayi cukup bulan).
Refleks menghisap dan refleks menelan yang buruk.
Pernafasan yang tidak teratur.
Kantung zakar kecil dan lipatannya sedikit ( anak laki laki ).
Labia mayora belum menutupi labia minora ( pada anak perempuan).

Pemeriksaan Penunjang
1) X-ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya abnormalitas.
2) Ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan organ.
3) Stick glukosa untuk menentukan penurunan kadar glukosa.
4) Kadar kalsium serum, penurunan kadar berarti terjadi hipokalsemia.
5) Kadar bilirubin untuk mengidentifikasi peningkatan (karena pada prematur
lebih peka terhadap hiperbilirubinemia).
6) Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah, urinalisis,

analisis feses dan lain sebagainya.


VII.

Komplikasi
1. Sindroma gangguan pernapasan.

Kelainan ini terjadi karena kurang matangnya paru-paru, sehingga jumlah


surfactant (cairan pelapis paru-paru) kurang dari normal. Ini menyebabkan paruparu tidak dapat berkembang sempurna.
2. Pendarahan otak.
Biasanya terjadi pada minggu pertama kelahiran, terutama pada bayi prematur
yang lahir kurang dari 34 minggu. Pendarahan otak ini menyebabkan bayi
premature tumbuh menjadi anak yang relatif kurang cerdas, dibanding anak
yang lahir normal.
3. Kelainan jantung.
Yang sering terjadi adalah Patent Ductus Arteriosus, yaitu adanya hubungan
antara aorta dengan pembuluh darah jantung yang menuju paru-paru.
4. Kelainan usus.
Ini disebabkan akibat imaturitas atau kurang mampu dalam menerima nutrisi.
5. Anemia dan infeksi.
Belum matangnya fungsi semua organ tubuh, membuat bayi premature
menghadapi berbagai masalah. Seperti mudah dingin, lupa napas, mudah infeksi
karena sensor otaknya belum sempurna, pengosongan lambung terhambat
(refluks), kuning dan kebutaan.
VIII. Penatalaksanaan
1. Bagi yang mudah dingin, bayi diletakkan di inkubator agar suhu tubuhnya
normal, suhu ruangan kurang lebih 25 derajat celcius, sehingga dapat
mempertahankan suhu normal bayi.
2. Memberi alat bantuan napas oksigen atau ventilator.
3. Diberikan infus, transfusi berulang, minum menggunakan selang dan pemberian
antibiotik serta obat-obatan.
4. Makanan bayi prematur : Alat pencernaan bayi masih belum sempurna,
lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein
3-5 gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB setiap harinya. Pemberian minum bayi
sekitar 3 jam setelah lahir, didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minim sedikit demi sedikit tapi
sering. ASI merupakan makana yang paling utama, sehingga ASI-lah yang lebih
dulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok secara perlahan-lahan atau melalui sonde lambung.
Permulaan cairan diberikan 50-60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai 200
cc/kgBB/hari.
3

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


I.

Pengkajian
1. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120 sampai 160
dpm) murmur jantung yang dapat menandakan duktus arteriosus paten (PDA).
Makanan / Cairan
Berat badan kurang dari 2500 gr.
3. Neurosensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut.
Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura mungkin
2.

mudah di gerakan, fontanel mungkin besar / terbuka lebar.


Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin merapat Reflek

tergantung pada usia gestasi


4. Pernafasan
Apgar score mungkin rendah.
Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten (40-60
x/mnt) mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal subternal,

5.

sianosis ada.
Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres

pernafasan (RDS)
Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah.
Menangis mungkin lemah.
Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum.
Kulit transparan.
Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
Ekstremitas tampak edema.
Garis telapak kaki terlihat.
4

Kuku pendek.
6. Seksualitas
Persalinan / kelahiran tergesa-gesa.
Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan kritoris menonjol
testis pria tidak turun, rugae mungkin banyak / tidak ada pada skrotum
7. Data Penunjang :
a. Pengobatan :
1. Cettrazidine 2 x 75 mg
2. Aminophylin 2 x 0,15 /IV
3. Mikasin 2 x 10 mg
4. Aminosteril 15 cc
b. Perhatian Khusus:
1. O2
2. Observasi TTV
c. Laboratorium pada tanggal 27 September 2005 :
Ht : 46 vol %
Hb : 15,7 gr/dl
Leukosit : 11 900 ul
Clorida darah : 112 mEq
Natrium darah : 140
Kalium : 4,1
GDS : 63
II.

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.
2. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan
perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan.
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas
produksi enzim.
4. Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP
imatur, ketidak mampuan merasakan dingin berkeringat.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasive.

III.

Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
Intervensi :
Ukur berat badan bayi dan perhatikan jenis kelamin.
Observasi pernafasan ; cuping hidung, dispnea dan ronki
Observasi dengan pemantauan O2 catat setiap jam ubah sisi alat setiap 34 jam
5

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan,


keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan
Intervensi :
Observasi frekuensi pernapasan dan pola nafas (pernafasan, tonus otot
dan warna kulit).
Atur / posisikan bayi telentang dengan gulungan popok di bawah bahu.
Pertahankan suhu tubuh.
Berikan rangsang taktil yang segera
Kolaborasi :
Berikan O2 liter
Berikan obat aminofilin 2 x 0,15 cc
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas
produksi enzim.
Intervensi :
Observasi maturitas refleks menelan dan menghisap.
Auskultasi bising usus sehari 1 kali.
Beri minum susu pasi LLM 10 x 10 cc/mnt setiap 3 jam.
Timbang berat badan setiap hari.
Berikan terapi mikasin 2 x 25 mg
4. Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP
imatur, ketidak mampian merasakan dingin dan berkeringat.
Intervensi :

Gunakan lampu pemanas selama prosedur.


Kurangi pemajanan pada aliran udara.
Ganti pakaian bila basah.
Observasi sistem pengaturan suhu inkubater setiap 15 menit (33,4 oC).
Observasi adanya sesak, sianosis, kulit belang dan menangis buruk.
Observasi haluaran dan berat jenis urin

Kolaborasi :
Berikan O2
Therapy Blue Light
5. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif
Intervensi :

Pertahankan cuci tangan yang benar.


Pertahankan kesterilan alat.
Observasi hasil pemeriksaan laboratorium.
Obervasi TTV S, N, P tiap 8 jam.
6

Observasi tanda-tanda infeksi


Kolaborasi :
Berikan aminofilin 2 x 0,15 cc encerkan melalui IV tiap 7 jam.
Berikan garamicyn (salep) 3 x sehari
IV.

Evaluasi :

Jalan nafas tetap paten.


Bayi tidak menunjukan tanda-tanda TIK.
Bayi menunjukan bukti homeostatis.
Bayi dapat menunjukan penambahan berat badan (2x 20-30 gr/hr).
Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normal untuk usia pasca konsepsi

DAFTAR PUSTAKA
Boback. 2004. Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Saccharin, Rossa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai