Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PERMASALAHAN TRANSPORTASI KOTA

DENGAN PENDEKATAN TOTAL QUALITY MANAGEME NT (TQM)


(KASUS: ANGKUTAN UM UM MIKROBUS DI KOTA MEDAN )
Ir. Kumpul Sembiring, M.Eng.
Dosen Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik USU Medan
Jl. Dr. Sofyan # 40, Medan - 20155
E-mail: ksbiring@indosat.net.id
Abstrak
Permasalahan transportasi khususnya transportasi kota kemacetan, polusi, kecelakaan,
sepertinya berjalan dalam satu lingkaran yang tidak akan terputuskan, walaupun sudah
banyak usaha-usaha dilakukan untuk menanggulanginya. Khususnya kemacatan, selalu
diyatakan, alasan terjadi karena pertumbuhan kenderaan lebih besar dibandingkan dengan
pertumbuhan jalan. Maka usaha menanggulangi kemacetan, penambahan jalan pelebaran,
pembuatan jalan baru terus dilakukan, tetapi beberapa saat kemudian permasalahan yang
sama, kemacetan, timbul kembali.
Khususnya di Kota Medan dilakukan satu penelitian, pada ruas jalan arteri, jurusan
Perumnas Simalingkar Medan Baru, untuk angkutan umum mikrobus, dengan pendekatan
Total Quality Management (TQM), dalam tujuan mencarai penyebab kemacetan dari
angkutan umum mikrobus pada jurusan ini.
Dengan mengumpulkan data pendapat masyarakat, pelanggan angkutan umum, dianalisis
dengan pendekatan TQM. Kesimpulan bahwa kemacatan lalu lintas di sepanjang rute
prnelitian ditemukan terutama, karena kurangnya disiplin semua pemakai jalan seperti
pengemudi, pengelola parkir dan masyarakat pelanggan angkutan umum sendiri. Disarankan
pendidikan transportasi masyarakat supaya digalakan.
PENDAHULUAN
Angkutan umum mikrobus adalah angkutan umum andalan di Medan, maka usaha usaha perbaikan pelayanan sudah banyak dibuat antara lain pengaturan rute, pembangunan
bus STOP, pembangunan infrstruktur - pelebaran jalan, dll. Tetapi walaupun begitu
permasalahan angkutan kota besar yakni kemacetan, kecelakaan, polusi udara, polusi suara,
tetap masih berulang dan terus terjadi. Kendala -kendala menuju pelayanan angkutan umum
yang didambakan yakni andal, lancar, n yaman, aman dan murah belum juga tercapai.
Dengan pendekatan Total Quality Management (TQM),
akan dicoba mencari
permasalahan utama dan penyelesaian masalah secara sistematis permanen dan
berkesinambungan (sustainable). Dengan pendekatan ini sistem angku tan umum
dipandang berjalan dalam satu proses yang dapat direncanakan dengan baik dengan bermutu
dan terpelihara secara berkesinambungan. Belakangan ini telah berkembang pradigma baru
dalam perencanaan transportasi seperti win -win solution dan sustain able tranportation
planning yang juga ikut dipertimbangkan dalam tinjauan ini.
PERMASALAHAN PELAYAN AN ANGKUTAN UMUM
Kondisi sistem angkutan umum di kota -kota
di Indonesia Tamin (1997)
menggambarkan secara umum masih belum memadai antara lain tidak adany a jadwal
keberangkatan yang tetap, pola rute yang belum sesuai kebutuhan sehingga terjadi transfer
beberapa kali, penumpang yang bersesakan pada jam sibuk, cara mengemudikan kenderaan
yang membahayakan keselamatan dan kondisi lingkungan yang belum tertat a baik
. Pendapat lain mengatakan mengurangi kemacatan dengan melebarkan jalan sama
dengan melepas ikat pinggang mengurangi kegemukan .( Price G., 2000 ).
Mutu pelayanan transport Dimitriou (1995) mengatakan juga, bahwa mutu pelayanan
transportasi bergantung kepada dua hal yakni karakteristik umum sosial ekonomi dari
penduduk dan pekerjaan dan tingkat pendapatan masyarakat secara umum.

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979 -96241-0-X

Khusus dengan rute jaringan angkutan umum belum tertata dengan baik sesuai
dengan ukuran kenderaan karena penetapan hiea rhi jalan sebagai jalan arteri, kolektor dan
lokal belum jelas. Hal ini membuat sulitnya pengaturan moda angkutan umum yang
berukuran besar terpisah beroperasi dengan yang berukuran kecil. Sehingga persaingan antar
kedua ukuran moda ini menjadi tajam dan m emicu pengemudi membawa kenderaannya
secara berlomba-lomba untuk menang dan mutu pelayanan menurun.
Dengan perkembangan jaman dan era globalisasi yang semakin nyata, alangkah
baiknya Indonesia juga dapat berpikir menata angkutan umum kota yang baik secara
berangsur, mendekati angkutan umum yang ideal atau kelas dunia.
Hal inilah salah satu tujuan paper ini dibuat guna mengajak bersama -sama
menyumbangkan pemikiran dalam pemecahan permasalahan angkutan kota menuju
transportasi kota yang didambakan.
ANGKUTAN UMUM IDEAL
Tujuan dasar dari penyediaan angkutan umum, Wells (1975) mengatakan adalah
menyediakan pelayanan angkutan yang baik andal, nyaman, aman, cepat dan murah,
untuk umum. Secara umum dapat dikatakan angkutan umum selalu kalah bersaing dengan
kenderaan pribadi. Dari beberapa studi mengenai angkutan umum Harries (1976)
menyatakan pelayanan angkutan umum dapat diusahakan mendekati angkutan pribadi
untuk membuat angkutan umum menjadi lebih menarik dan pemakai angkutan pribadi
tertarik berpindah ke angkutan umum
Hal ini dapat diukur secara relatif dari kepuasan pelayanan beberapa kriteria
angkutan umum ideal antara lain adalah:
Keandalan:
Setiap saat tersedia,
Kedatangan dan sampai tujuan tepat waktu,
Waktu total perjalanan singkat dari rumah, menunggu, dalam kenderaan, berjalan ke
tujuan,
Waktu tunggu singkat,
Sedikit berjalanan kaki ke bus stop,
Tidak perlu berpindah kenderaan.
Kenyamanan.
Pelayanan yang sopan,
Terlindung dari cuaca buruk di bus stop,
Mudah turun naik kenderaan,
Tersedia tempat duduk setiap saat,
Tidak bersesak-sesak,
Interior yang menarik,
Tempat duduk yang enak.
Keamanan,
Terhindar dari kecelakaan,
Badan terlindung dari luka benturan,
Bebas dari kejahatan.
Murah,
Ongkos relatip murah terjangkau.
Waktu perjalanan
Waktu di dalam kenderaan singkat.
Secara digaram Gambar 1, dapat menggambarkan perbandingan kepuasan relatif,
pelayanan memakai angkutan umum dengan angkutan pribadi. Skala Linkert untuk
kepuasan relatip dibuat 5 (1- sangat kurang, 2- kurang, 3-cukup, 4- baik, 5-sangat baik).
Dari diagram dapat dilihat perbandingan kenyamanan, keandalan, keamanan dan waktu,

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979 -96241-0-X

memakai kenderaan pribadi lebih menguntungkan dari pada memakai angkutan umum.
Dengan angkutan umum besar biaya atau ongkos perjalanan memang dinyatakan lebih
murah. Melalui skor ini perencana dapat mengambil ide dalam meningkatkan pelayanan
angkutan umum, selalu berusaha dapat mengusahakan menuju mutu pelayanan angkutan
pribadi.Dalam pembahasan selanjutnya kriteria pelayanan angkutan umum ideal selalu
diarahkan kepada kriteria ini.

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)


Ibarahim (1997) menguraikan, Total Quality Control (TQC), adalah sebagai dasar
dari Total Quality Management (TQM) yang berawal dari Jepang terus berkembang ke
seluruh dunia, yang sudah dit erapkan secara luas di banyak bidang ilmu pengtahuan. TQM
berkembang setelah Dr. Edwards W. Deming dari Amerika, pakar Statistical Process Control
(SPC) mengajar di Jepang pada tahun 1950an. TQM adalah sebagai satu manajemen proses
dalam bisnis untuk peningkatan kualitas produksi atau jasa.
Definisi TQM yang diberikan dalam International Standards (1991) for Quality
Management, ISO/DIS 8402: TQM adalah pendekatan manajemen sebuah organisasi,
yang berpusat pada mutu, berdasarkan pada partisipasi semua an ggotanya dan bertujuan
mencapai sukses jangka panjang melalui kepuasan pelanggan, dan memberikan keuntungan
bagi anggota organisasi beserta masyarakat. Menurut ISO-8402, mutu adalah totalitas
dari fasilitas dan karakteristik suatu produk atau jasa yang m ampu memuaskan kebutuhan,
yang tersurat atau tersirat.
Dengan kata lain TQM adalah satu sistem perbaikan mutu, kinerja yang dilakukan
secara berkelanjutan dan mencakup seluruh organisasi yang bertujuan mencapai kepuasan
penuh pelanggan, melalui partisipasi aktif dari anggota-anggota tim yang terlatih, dengan
menggunakan alat-alat dan teknik-teknik statistik untuk meraih mutu.
Tujuan TQM ialah untuk memberikan produk atau jasa bermutu atau berkwalitas yang
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasar konsumen seca ra terusmenerus (sustainable
satisfaction) yang pada gilirannya akan menumbuhkan pelanggan berkesinambungan

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979 -96241-0-X

sehingga dapat meningkatkan produktivitas produsen dengan akibat penurunan biaya


produksi.
Pendekatan manajemen yang berpaut pada mutu, berdasarkan pada partisipasi semua
anggota dan bertujuan mencapai sukses jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan
memberikan keuntungan bagi anggota organisasi dan masyarakat. Ukuran keberhasilan
TQM adalah kepuasan pelanggan dan cara mencapainya melalui desain sistem dan
peningkatan terus menerus.
Dua pendekatan peroses perbaikan dan inovasi mutu yakni Jepang dan Barat.
Pendekatan Jepang perbaikan mutu berjalan secara incremental sedangkan Barat, ada masa
status-quo mutu, sembil waktu berjalan. Hal ini dapat d iterangkan dengan Gambar 2.

METODE, ALAT DAN LANGKAH-LANGKAH DALAM TQM


Karena TQM merupakan satu gerakan massal maka proses pemecahan masalah harus
relatif mudah dipahami mudah dipelajari, mudah dipakai dan mudah dimonitor. Maka
pelaksanaan TQM berupa manajement proses berjalan dengan langkah -langkah yang standar
dengan perbaikan berulang yang umum dikenal dalam manajemaen proses: Plan Do
Check Act (PDCA). Untuk hal tersebut dibuat metode, alat dan langkah -langkah standar
yang dapat dilihat dalam ringkasan Tabel 1. Dalam setiap langkah ada metode yang perlu
diikuti dan dapat diuji dengan statistik sebagai alat Statistical Proses Control (SPC),
keputusan mana yang akan dipilih atau diprioritaskan.
Tabel 1. Metode, alat dan langkah -langkah dalam MMT
1.
2.
3.
4.

Metode
Menentukan nama kegiatan
Mancari masalah
Menentukan penyebab utama masalah
Membuat rencana perbaikan dan target

Alat Statistik
Check sheet,
Graph,
Pareto diagram,
Histogram,
Scatter diagram,
Cause and effect diagram,
Control chart

Langkah

Plan

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979 -96241-0-X

5.

Melaksanakan perbaikan

Sesuai dengan keputusan

Do

6.

Meneliti hasil perbaikan

Check

7.
8.

Standarisasi solusi
Menentukan rencana berikutn ya

Check sheet,
Graph,
Pareto diagram,
Histogram,
Scatter diagram,
Cause and effect diagram,
Control chart
Sesuai dengan keputusan
Sesuai dengan prioritas berikutnya

Act

ANALISIS PERMASALAHAN ANGKUTAN UMUM DENG AN PENDEKATAN


TQM
Alur perencanaan pemecahan masalah dengan pendekatan TQM dapat dikuti seperti
pada Gambar 3. Setiap langkah dalam alur dapat diu arikan sebagai berikut:
Pemilihan masalah utama
Masalah dalam pelayanan angkutan umum dengan hipotesa yakni bahwa angkutan
umum: 1- tidak andal, 2- tidak nyaman,3- tidak aman,4- tidak cepat dan 5- tarif tidak murah
atau mahal.
Untuk mengetahui masalah m ana yang akan ditanggulangi dalam prioritas pertama,

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979 -96241-0-X

maka data pendapat responden - pelanggan angkutan umum, dengan menggunakan


questioner dikumpulkan dengan menayakan :
Dari lima masalah pelayanan angkutan umum yang ada saat ini (1 - tidak andal, 2 tidak nyaman,3 - tidak aman, 4 - tidak cepat dan 5 tarif tidak murah atau mahal), masalah
mana yang anda rasa perlu diutamakan penanggulangannya? Berikan rangking jawaban
anda (1 - sangat kurang perlu, 2 - kurang perlu, 3 - cukup perlu, 4 - perlu, 5 - sangat perlu).
Dari data yang diperoleh akan dirangking dan dipilih frekwensi pernyataan yang
terbanyak untuk sangat perlu, dengan alat statistik yang sesuai.
Dalam kasus penelitian ada 84% diri responden menyatakan angkutan umum
mikrobus di Medan tidak andal. Dengan demikian akar penyebab masalah utama yang akan
ditanggulangi dicari tahu lagi lebih terinci, dalam questioner pertanyaan - tidak andal dalam
hal apa? Silakan dipilih jawaban berikut ini. 1- setiap saat tersedia, 2- kedatangan dan
sampai tujuan tepat waktu, 3 - waktu total perjalanan singkat, 4 - waktu tunggu singkat, 5sedikit berjalanan kaki ke bus stop, 6 - tidak perlu berpindah kenderaan. Silakan jawaban
anda dibuat rangking setiap pelayanan dengan skor skala Linkert dari 1 5 yakni: 1 - sangat
kurang setuju, 2 - kurang setuju, 3 - cukup setuju, 4 - setuju, 5 - sangat setuju. Dalam
pengolahan data, permasalahan yang lebih rinci yang diprioritaskan ditanggulangi, yakni
yang dengan rangking terbanyak untuk katagori sangat kurang setuju.
Dalam penelitian ini, permasalahan utama adalah pelanggan menyatakan waktu total
perjalanan tidak singkat mereka sangat kurang setuju, dengan jumlah 64% responden
menyaatakanya. Maka pokok permasalahan dengan akar permasalahannya sudah terar ah
yakni waktu total perjalanan tidak singkat. Langkah selanjutnya akan dicari akar penyebab
masalah untuk ditanggulangi.
Mencari akar penyebab masalah
Alat mencarai akar penyebab masalah dipakai diagram tulang ikan (fishbone diagram) yang
diperkenalkan Prof. Koaru Ishikawa dari Universitas Tokyo tahun 1953. (Gaspersz, 1998).
Dengan diagram ini team dapat dibantu mengidentifikasi, sambil membangkitkan ide -ide
untuk solusi akar penyebab masalah, dan mengadakan penyelidikan atau pencarian fakta
lebih benar dalam diskusi team. Mengisi sambil mencari solusi masalah diajukan umumnya
paling tidak lima kali pertanyaan mengapa? (five whys). Diagram tersebut disajikan
dalam Gambar 4.

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979 -96241-0-X

Mencarai prioritas pemecahan masalah


Setelah diperoleh akar permasalahan maka akan ditentukan prioritas pemecahan
masalah dengan menjawab pertanyaan -pertanyaan:
Why Mengapa perlu diadakan penanggulangan masalah ?
What Apa rencana dibuat untuk mencapai kondisi baik?
Where Dimana tepat dilakukan perbaikan ?
When Kapan dan berapa lama perbaikan ?
Who Siapa anggota tim yang melaksanakan perbaikan?
How - Metode apa untuk perbaikan faktor penyebab utama ?
Cost Berapa perlu biaya diperlukan untuk perbaikan?
Semua jawaban dari pertanyaan ini dapat dilihat dalam Tab el 2.
Tabel 2.

1.
No
1

2. Akibat
penyebab
dominan
Macet
Parkir

Macat
Turun naik
penumpang

Matrik Rencana Perbaikan Permasalahan Kemacatan

3. Why

4. What

5. Where

6. When

7. Who

8. How

Petugas
Tidak ada
kesadaran

Pendidik
an lalu
lintas

Pengelola
Parkir

Bertahap
3 jam

Petugas
polisi

Pengajar
an kelas
Dan
praktek

Tidak ada
Marka

Marka
dipasang

Segera

Penglola
parkir

Dipasang
marka

Supir dan
masyarakat
tidak ada
kesadaran

Pendidik
an lalu
lintas

Di pasar
dan
sekolah
Sewaktu
mendapat
SIM dan di
sekolah

Segera
dan
berkelanj
utan

Kepolisian
Dan unsur
Pendidikan

Di kelas
dan
sekolah

Penegakan
hukum lalu
lintas
lemah

Tindakan
tegas

Di
lapangan

Segera

Kepolisian

Di
lapangan

9.
Cost

Keterangan kolom-kolom:
2: Effek - Akibat / masalah dominan?
3. Why Mengapa perlu diadakan perbaikan (kol.2)?
4. What Apa rencana perbaikan untuk mencapai kondisi (kol. 3)?
5. Where Lokasi yang tepat dilakukan perbaikan (kol.2)?
6. When Kapan dan berapa lama perbaikan (kol. 2)?
7. Who Anggota tim yang melaksanakan perbaikan (kol.2)?
8. How - Metode untuk perbaikan faktor penyebab utama (kol.2)?
9. Cost Biaya diperlukan untuk perbaikan (kol.2)?

Dari analisis ini ditemukan penyebab kemacatan bukan sel amanya karena kurangnya
ruangan jalan tetapi dengan kesadaran berlalu lintas permasalahan dapat dikurangi.
Bentuk ringkasan lain hasil analisis dapat juga dibuat seperti Tabel 3.

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979 -96241-0-X

Tabel 3. Ringkasan hasil analisis untuk tindakan perbaikan


Tingkat
Masalah

Penyebab

Akar
Penyebab

Observasi
Jalan macet

Tindakan
Jalan diperlebar

Hasil
Biaya besar

Parkir sembarangan

Parkir diatur

Biaya parkir dipungut

Penjaga parkir tidak


perduli

Petugas parkir dilatih

Petugas parkir
berwibawa

Pengemudi kurang
kesadaran berlalu lintas

Beri pendidikan lalu


lintas

Pengemudi berwibawa

Pengemudi tidak
disiplin

Tindak

Pengumudi akan jera

Tidak ada marka

Marka dibuat sesuai

Jalan lancar

Tidak ada ramburambu

Pasang rambu-rambu

Jalan lancar

Standard seleksi
diperbaiki

Pengemudi menghargai
profesinya

Sleksi pengemudi
longgar

KESIMPULAN
Pendapat umum bahwa, kemacatan lalu lintas selalu dikarenakan pertumbuhan
kenderaan lebih besar dari pertumbuhan prasarana jalan kelihatannya tidak selalu demikian.
Alasan terbesar penyebab kemacatan bersumber dari kurangnya kesadaran masyarakat
pemakai transportasi kota mulai dari pengemudi, pengatur parkir, dan masyarakat pelanggan
sendiri. Untuk itu perlu pemasyarakatan perubahan pandangan dalam penyelesaian masalah
angkutan umum mikrobus dari semua kalangan yang terlibat dalam proses angkutan umum,
khususnya melalui pendidikan transportasi.
SARAN-SARAN
Pendekatan MMT dapat dipertimbangkan dalam menangani masalah transportasi yang
melibatkan semua pihak memasukkan sa ran dan idenya sebagai bagian dari proses
peningkatan pelayanan transportasi kota.
Kesuksesan dalam pendekatan MMT, semua anggota team harus terus meningkatkan
mutu pribadinya melalui pendidikan, sehingga dapat mengenal proses dan menguasai
bagiannya dengan sebaik mungkin.
Pendidikan lalu lintas untuk semua warga pada semua kesempatan perlu terus
dijalankan.
Perbaikan dan penambahan fasilitas control lalu lintas perlu diusahakan seperti
penambahan marka jalan, rambu -rambu, tempat pejalan kaki yang nyaman.
Penyesuaian cara parkir dengan lebar jalan supaya dibuat. Dimana daerah pejalan kaki
banyak, kenderaan parkir supaya dibatasi.
Secara umum penambahan angkutan kota berukuran besar perlu direncanakan, sambil
penetapan hierarhi jalan arteri, kolektor dan lok al dibuat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada Panitia Simpusium III FSTPT, yang telah
memberikan kesempatan, paper ini disajikan, dengan tujuan semoga buah pikiran
8

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979 -96241-0-X

didalamnya dapat mendorong pelaku penyedia angkutan umum selalu berpikir, berusaha
bertujuan mengutamakan pemuasan pelayanan yang bermutu kepada pelanggan internal dan
external.
DAFTAR PUSTAKA
Dimitriou, H. T., (1995), A Developmental Approach to Urban Transportation: An Indonesian
Illustration, Avebury, Hong Kong.
Gray George E., (1979), Public Transportation: Planning, Operations and Management,
Prentice-Hall, New Jersey.
Harries S., (1976), State-of-the-art review of Urban Transportation Concepts and Public
Attitudes, US Department of Transportation, Washington.
Ibrahim, B., (1997), TQM Panduan untuk menghadapi Persaingan Global , Penerbit Jambatan,
Jakarta.
Institute of Traffic Engineers, (1976), Transportation and Traffic Engineering Handbook ,
Prentice-Hall, Inc., N. J.
_______, (1991). ISO 9000 International Standards for Quality Management, ISO Central
Secretariat, Geneva.
Tamin Ofyar Z. (1997), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi , Penerbit ITB, Bandung.
Wells G. R., (1975), Comprehensive Transport Planning , Charles Griffin & Company Ltd., London
________, (1980), The Demand for Public Transport, Transport and Road Research Laboratory,
U.K., Crowthorne.
Goetsch D. L., Davis S. B. (1997), Introduction to Total Quality , Prentice Hall International, UK.,
London.
Gaspersz V. (1998). Statistical Prosess Control, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gaspersz V. (1997). Manajemen Bisnis Total dalam Era Globalisasi , PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta

Price G., (2000). A local Politicians Guide to Urban Transportation , gordon_price


@city. vancouver.bc.ca, Vancouver
Sembiring, K.. (1999). Pemikiran Perencanaan Transportasi Kota Kelas Dunia kasus Singapore.
Simposium FSTPT II, Surabaya 2 Desember.
Yun C. Z., Yong Y. W., Loh L. (1998). Kualitas Global Perwujutan Manajemen Kualitas Total
(TQM) di Singapore Airlines (SIA) (terjemahan). Pustaka Delapratasa, Jakarta.
http://www.traffic-net.com

Anda mungkin juga menyukai