Anda di halaman 1dari 19

ISSN 0215 - 8250

53

PENERAPAN STRATEGI ELABORASI : MERANGKUM (REVIEW),


TANYA-JAWAB SENDIRI (RECITATION), KLARIFIKASI
(CLARIFICATION) DAN PENGAJUAN MASALAH SECARA
KOOPERATIF MENGGUNAKAN BANTUAN MATERI AJAR
YANG DILENGKAPI DENGAN INDIKATOR PENCAPAIAN
BELAJAR DAN PROBLEM (Suatu Model Pembelajaran
Konstruktivis pada Mata Kuliah Kimia Anorganik Fisik)
oleh
I Made Kirna
Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan konstruktivis
dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mahasiswa
pada perkuliahan Kimia Anorganik Fisik. Subjek penelitian adalah
mahasiswa Jurdik Kimia yang mengambil Mata Kuliah Kimia Anorganik
Fisik Tahun Akademik 2005/2006, yaitu berjumlah 36 orang. Efektivitas
dari penerapan model pembelajaran dilihat dari beberapa parameter
aktivitas, seperti perhatian dan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran,
kemampuan presentasi dan memimpin diskusi, pengajuan pertanyaan,
penyampaian pendapat/tanggapan, serta hasil belajar mahasiswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran ini dapat menciptakan
kualitas proses pembelajaran yang baik dalam belajar konstruktivis dapat
berlangsung dengan baik. Pembelajaran yang dilakukan ini dapat menggali
pengetahuan awal/miskonsepsi yang dialami mahasiswa dan secara dini
bisa diberikan perbaikannya pada saat diskusi kelas. Walaupun kualitas
proses pembelajaran meningkat, namun hasil belajar mahasiswa belum
memuaskan. Rerata nilai akhir pembelajaran pada siklus I dan II masingmasing hanya 65,7 dan 68,4. Ketuntasan klasikal; (a) mengacu pada nilai
55.0 pada siklus I dan II masing-masing hanya 86,1 % dan 80.0 %, (b)
mengacu pada nilai 70.0, masing-masing 16,7% dan 45,7 %; (c)
mengacu pada nilai dengan kategori sangat baik, yaitu nilai 85.0, masingmasing 5,6% dan 22,7%. Standar deviasi dari hasil belajar yang diukur
pada siklus II lebih besar daripada siklus I memberikan indikasi bahwa
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

54

kemampuan mahasiswa semakin terbedakan. Mahasiswa memberikan


respon yang positif terhadap penerapan pembelajaran ini dan
mengharapkan agar pembelajaran ini terus dilanjutkan dan disempurnakan
pada perkuliahan yang akan dating
Kata kunci : konstruktivis, elaborasi, pengajuan masalah
ABSTRACT
This research aimed at creating constructivist learning environment
in order to improve learning process quality and students achievement in
Kimia Anorganik Fisik lecture. The subject of the research is students of
Chemistry Education Department that are programming Kimia Anorganik
Fisik in the academic year 2005/2006, including 36 students. The
effectiveness of learning model implementation was recognized from
activity parameters, such as; students participation in learning, students
presentation, students conducting discussion, students asking question,
students giving comment/answering question, and students achievement.
The result of the research shows that this learning model can create
constructivist learning environment. The learning proceeds significantly
based on students prior knowledge or students real problems. Although the
learning process quality can be improved, but students achievement can not
be improved as well. The means of students achievement in cycle I and II is
65,7 and 68,4 respectively. The classical achievement in cycle I and II; (a)
based on final score 55,0 is 86,1% and 80,0%, (b) based on final score
70,0 is 16,7% and 45,7%, (c) based on 85,0 is 5,6% and 22,7%. The
deviation standard of students achievement in cycle I is lesser than that in
cycle II indicate that the learning topics in cycle II is more difficult than
that in cycle I. Students give positive responds to the implementation of
learning strategy and hope that this learning strategy will be implemented in
the future.
Key words : constructivist, elaboration, problem posing

______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

55

1. Pendahuluan
Kimia Anorganik Fisik adalah mata kuliah kimia lanjut, yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman pada mahasiswa tentang berbagai
sifat unsur-unsur anorganik dan persenyawaannya dari kajian kimia fisika.
Pada mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu memecahkan
permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan senyawaan
anorganik secara lebih mendalam sampai pada tinjauan mikroskopik
kuantitatif. Kajian-kajian yang dilakukan tidak hanya pada pembahasan
yang bersifat empiris, tetapi mencakup kajian secara teoretis yang memiliki
sifat abstraksi yang cukup tinggi. Dengan ciri mata kuliah seperti ini,
banyak mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengikuti perkuliahan,
terutama mahasiswa yang tergolong berkemampuan akademik kurang.
Tidak bisa dihindari bahwa dalam pembelajaran yang bersifat
klasikal akan dihadapi permasalahan heterogenitas kemampuan mahasiswa.
Mahasiswa Jurdik Kimia IKIP Negeri Singaraja, umumnya hanya sebagian
kecil yang mempunyai kemampuan akademik yang baik. Sebagian besar di
antaranya mempunyai kemampuan yang sedang sampai kurang, dalam
pemahaman konsep kimianya masih mengandung kadar miskonsepsi yang
cukup tinggi. Pondasi dasar kimia yang lemah menyebabkan mahasiswa
sangat sulit mengkonstruksi pengetahuan kimia lanjut karena konsep dasar
kimia tersebut adalah working memory yang digunakan dalam
mengkonstruksi dan memecahkan problem kimia lanjut.
Konsep dasar kimia yang bersifat abstrak sangat sulit dipahami
secara benar oleh mahasiswa pemula (Kirna, 1998; Sudria, 1999; Novick
dan Nussbaum, 1981; Novak dan Musonda, 1991). Miskonsepsi mahasiswa
terhadap konsep dasar kimia tergolong resisten dan berkontribusi besar
untuk menimbulkan miskonsepsi pada konsep-konsep kimia yang lain.
Akumulasi dari konsep-konsep kimia yang mengandung miskonsepsi ini
adalah penyebab utama sulitnya mahasiswa mengikuti perkuliahan kimia
lanjut, seperti Kimia Anorganik Fisik. Dengan metode Pembelajaran yang
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

56

didominasi oleh informasi dan tugas seperti yang sering dilaksanakan,


miskonsepsi kimia, baik terhadap konsep yang sedang dibahas, maupun
konsep-konsep kimia yang mengandung working memory untuk
pembahasan konsep baru yang merupakan permasalahan utama mahasiswa
tidak dapat diungkapkan dan dibahas dalam pembelajaran.
Pengalaman pengasuh mata kuliah Kimia Anorganik Fisik di Jurdik
Kimia IKIP Negeri Singaraja dirasakan bahwa heterogenitas kemampuan
dasar kimia mahasiswa merupakan permasalahan tersendiri dalam
mengelola pembelajaran. Mahasiswa yang kemampuan dasar kimianya
sedang sampai baik, umumnya dapat berhasil dalam menyelesaikan
pembelajaran, namun mahasiswa yang tergolong berkemampuan kurang
mempunyai pemahaman yang jauh dibandingkan dengan temannya pada
kelompok sedang dan baik.
Pengelolaan mata kuliah dengan metode informasi dan diskusi,
dalam pelaksanaannya masih cenderung mengarah pada informasi, yaitu
pembelajaran masih didominasi oleh dosen. Pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan oleh dosen jarang bisa dijawab oleh mahasiswa atau hanya
dijawab oleh mahasiswa tertentu saja. Kebanyakan pertanyaan yang
dilontarkan oleh dosen dijawab sendiri oleh dosen. Siswa jarang
mengajukan pertanyaan, walaupun telah didorong oleh dosen. Dengan
demikian, gagasan awal mahasiswa sangat kurang bisa digali dan
dipertimbangkan dalam pembelajaran, mahasiswa cenderung bersifat pasif
(belajar dengar), motivasi mahasiswa untuk belajar secara mandiri kurang,
dan sharing pengetahuan antar mahasiswa kurang terfasilitasi. Dengan
model pembelajaran ini mahasiswa kelompok berkemampuan kurang sulit
mengikuti pembelajaran dan mereka gagal dalam menyelesaikan
perkuliahannya, bahkan ada mahasiswa yang belum bisa lulus walaupun
telah dua kali mengambil mata kuliah ini.
Umpan balik yang diberikan oleh mahasiswa, yang telah mengambil
mata kuliah Kimia Anorganik Fisik menunjukkan bahwa sebagian besar
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

57

dari mereka menyatakan memahami penjelasan dosen dalam perkuliahan


menggunakan metode informasi dan diskusi. Namun, bila diberikan
permasalahan (problem) yang berhubungan dengan konsep yang telah
dibahas mereka menyatakan bingung. Analisis jawaban tertulis mahasiswa
terhadap problem yang diberikan saat tes tengah dan akhir semester
menunjukkan bahwa mahasiswa masih banyak mengalami miskonsepsi
terhadap konsep-konsep kimia yang mendasari masalah yang diberikan. Hal
inilah yang menyebabkan kebingungan dan jawaban mereka menjadi
kurang nalar.
Penerapan pembelajaran problem posing secara kooperatif cukup
efektif dalam menggali permasalahan dan gagasan awal dari mahasiswa.
Namun, tanpa menggunakan acuan materi ajar, permasalahan yang diajukan
mahasiswa menjadi sangat meluas dan sering keluar dari cakupan konsep
yang menjadi pokok permasalahan (Kirna, 2000). Pembelajaran problem
posing menggunakan suplemen materi ajar dilengkapi dengan problem
yang terstruktur lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran problem
posing. Kelemahan yang teramati dari pelaksanaan pembelajaran ini adalah
masih kurangnya kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan problem
yang diberikan. Hasil tes menunjukkan bahwa banyak mahasiswa belum
bisa menyelesaikan problem yang sejenis dengan problem yang sudah
dibahas (Kirna, 2003).
Berdasarkan pencermatan terhadap catatan yang dibuat mahasiswa,
ternyata sebagian besar mahasiswa tidak membuat catatan sendiri. Mereka
hanya mencoba menggarisbawahi kalimat-kalimat tertentu atau membuat
catatan-catatan kecil pada materi ajar. Catatan-catatan yang dibuatnya
sangat bervariasi antara mahasiswa satu dengan yang lain. Mahasiswa yang
mempunyai kemampuan akademik baik, umumnya memiliki catatan sendiri
yang lebih lengkap. Mahasiswa tampaknya belum mampu mengambil inti
dari materi ajar sesuai dengan indikator pencapaian belajar yang dituntut
pada perkuliahan ini, walaupun dosen telah menyampaikan tujuan
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

58

pembelajaran pada setiap materi ajar. Mahasiswa belum mampu


mengelaborasi materi ajar sampai tingkat pemaknaan yang diharapkan
terhadap konsep-konsep yang menjadi sasaran pembelajaran
Perbaikan pembelajaran pada mata kuliah Kimia Anorganik Fisik di
Jurdik Kimia IKIP Negeri Singaraja pada masa yang akan datang, lebih
banyak diarahkan pada usaha untuk menciptakan lingkungan belajar
konstruktivis yang dicirikan dengan mengoptimalisasi belajar mandiri,
meningkatkan interaksi antarmahasiswa, meningkatkan kegiatan
pemecahan permasalahan sains, optimalisasi penggalian gagasan awal
mahasiswa, kemudian dengan segera memperbaiki kekurangan-kekurangan
dalam pemahamannya. Salah satu strategi pembelajaran yang tepat
diterapkan untuk meningkatkan dan memotivasi belajar mahasiswa adalah
model belajar pengajuan masalah (problem posing). Model pembelajaran
dilakukan dengan terlebih dahulu mengkondisikan mahasiswa belajar
secara mandiri dengan strategi yang memacu mereka untuk (1) mengenali
dengan jelas apa yang harus dikuasai, (2) melakukan optimalisasi proses
pemaknaan terhadap materi, dan (3) melatih kemampuan prediksi mereka
terhadap problem-problem yang terkait dengan sasaran belajar sekaligus
mencoba untuk memecahkannya. Pembelajaran yang dirancang ini sangat
relevan dikombinasikan dengan model kooperatif untuk memfasilitasi
terjadinya interaksi sosial dan sharing pengetahuan antar mahasiswa.
Mahasiswa yang berkemampuan akademik yang baik, diharapkan akan
berperan sebagai peer tutoring kepada mahasiswa kelompok kurang.
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. (1) Seberapa jauh
penerapan strategi dalam pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran pada perkuliahan Kimia Anorganik Fisik? (2)
Seberapa jauh penerapan strategi dalam pembelajaran ini dapat
mengungkapkan gagasan awal/miskonsepsi mahasiswa ? (3) Seberapa
jauh hasil belajar mahasiswa dapat ditingkatkan setelah dilaksanakan
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

59

pembelajaran seperti pada penelitian ini? (4) Bagaimana persepsi


mahasiswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran yang dirancang ?
2. Perencanaan Tindakan
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Negeri Singaraja yang mengambil mata
kuliah Kimia Anorganik Fisik pada Semester Ganjil Tahun Akademik
2005/2006. Objek penelitian adalah aktivitas atau perilaku mahasiswa
dalam pembelajaran, kemampuan mahasiswa belajar mandiri secara
berkelompok, pengetahuan awal/Miskonsepsi mahasiswa, hasil belajar
mahasiswa, dan persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran.
Penelitian ini termasuk perbaikan pembelajaran di kelas
menggunakan model penelitian tindakan yang terdiri atas empat tahapan,
yaitu (1) rencana tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi atau
evaluasi tindakan, dan (4) refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus, dan sebagai penggalan siklus adalah selesainya pembelajaran pada
beberapa pokok bahasan
Sebelum dilakukan pembelajaran sesuai dengan tindakan yang
dipilih, terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan, antara lain :
pembuatan materi ajar, pembentukan kelompok belajar, dan pembuatan
instrumen penelitian. Materi ajar dibuat untuk setiap pertemuan kelas yang
di dalamnya dicantumkan (1) indikator-indikator pencapaian belajar
sebagai acuan dalam membuat review (Rangkuman atau catatan kelompok)
dan acuan dalam mengembangkan pertanyaan dan jawaban sendiri
(resitasi), dan (2) uraian materi yang dilengkapi dengan problem yang
sifatnya multikonsep
3. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Mahasiswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 36
Mahasiswa. Mahasiswa yang mengambil perbaikan tidak ikut dilibatkan
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

60

karena tidak mengikuti program secara penuh. Mata kuliah Kimia


Anorganik Fisik mempunyai bobot SKS/Js 3/3, sehingga waktu untuk
sekali pertemuan kelas adalah 3 jam perkuliahan (150 menit). Sebelum
pembelajaran di dalam kelas, mahasiswa ditugaskan untuk belajar
kooperatif berdasarkan acuan materi ajar. Mahasiswa diharapkan membuat
jurnal belajar yang memuat, yakni (1) rangkuman materi sesuai dengan
indikator belajar, (2) resitasi, dan (3) hasil klarifikasi dari permasalahan
kelompok. Langkah-langkah pembelajarn di kelas adalah (1) presentasi
materi dan tugas resitasi oleh salah satu kelompok yang langsung
diposisikan sebagai narasumer dan pengatur jalannya diskusi (sekitar 110
menit), dan (2) diskusi kelas untuk menuntaskan permasalahan yang masih
ada yang dipimpin langsung oleh dosen (sekitar 40 menit).
Selama pembelajaran, dosen melakukan observasi terhadap model
pembelajaran yang diterapkan dan melakukan perekaman terhadap proses
belajar mengajar yang berlangsung. Variabel-variabel yang diamati adalah
(1) aktivitas mahasiswa, di mana parameter yang diamati adalah mahasiswa
mengerjakan tugas, perhatian mahasiswa dalam pembelajaran, mengajukan
permasalahan, menjawab/menanggapi permasalahan, dan interaksi antar
mahasiswa, (2) kemampuan belajar kelompok, di mana parameter yang
diamati antara lain: kesesuaian rangkuman dengan indikator, kualitas
rangkuman, kualitas tugas resitasi, tingkat pemahaman terhadap problem,
konsep-konsep sulit yang diklarifikasi oleh kelompok, dan frekwensi/lama
belajar berkelompok, (3) pengetahuan awal/Miskonsepsi mahasiswa, dan
(4) hasil belajar mahasiswa
Observasi terhadap persepsi mahasiswa dilaksanakan pada akhir
pembelajaran siklus II dalam rangka memperoleh informasi tentang
persepsi mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif-interpretatif. Data
aktivitas atau perilaku mahasiswa dalam pembelajaran dinyatakan dalam
bentuk narasi. Berdasarkan data tersebut, dilakukan interpretasi sampai
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

61

diperoleh simpulan tentang aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran dan


respon mahasiswa. Data kemampuan belajar mandiri secara berkelompok
dianalisis secara kualitatif, yang selanjutnya bersama dengan data aktivitas
belajar di kelas diinterpretasikan sampai diperoleh simpulan tentang
kualitas proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan berhasil bila aktivitas
mahasiswa dalam pembelajaran tinggi dan ketuntasan klasikal 80%.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pembelajaran Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan,
yaitu pada Pokok Bahasan Aspek Termodinamika Anorganik. Pada
pembelajaran Siklus I, pembelajaran di kelas dimulai dengan presentasi
kelompok mahasiswa yang ditunjuk secara acak, tetapi masih
memperhatikan pemerataan agar semua kelompok berkesempatan untuk
presentasi atau memimpin diskusi. Kemampuan kelompok dalam
memimpin diskusi dan penguasaan materi mahasiswa yang presentasi
memperoleh pencermatan yang lebih dominan dari dosen untuk dievaluasi
dibandingkan dengan mahasiswa yang lain. Pada pembelajaran I, diskusi
benar-benar dominan dilakukan oleh mahasiswa. Dosen hanya memberikan
arahan untuk melanjutkan diskusi ke termin berikutnya bila terjadi
kebuntuan diskusi. Dosen mencermati dan mencatat permasalahanpermasalahan yang perlu memperoleh pembahasan, baik yang berhubungan
dengan miskonsepsi dan permasalahan yang sama sekali tidak bisa
dipecahkan oleh mahasiswa.
Kemampuan mahasiswa dalam belajar madiri berbasis kelompok
tergolong cukup, namun masih bisa dioptimalkan. Aktivitas mahasiswa
dalam mengikuti perkuliahan termasuk baik, hanya saja tidak semua
mahasiswa secara optimal berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Hasil
belajar mahasiswa masih tergolong rendah dan ketuntasan klasikal rendah
bila mengacu kepada indikator keberhasilan tindakan. Kelemahan pada
pembelajaran I adalah (1) presentasi mahasiswa masih terkesan
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

62

membacakan materi ajar, tanpa memberikan penekanan-penekanan pada


indikator pencapaian belajar dan menghabiskan banyak waktu
pembelajaran,
(2)
rangkuman
materi
ajar
masih
terkesan
meringkas/menyalin uraian yang ada dalam materi ajar sehingga kurang
banyak pengetahuan awal/miskonsepsi yang bisa digali dari rangkuman
yang dibuat mahasiswa, (3) materi resitasi masih kurang dan sebagian
terkesan mengambil dari contoh latihan soal di buku-buku kimia yang lain,
sehingga kadang-kadang tidak sesuai dengan indikator belajar, (4)
mahasiswa terlihat mengalami kesulitan dalam membuat pertanyaan
berdasarkan acuan indikator belajar yang diberikan, (5) diskusi kelas sering
berkisar pada tanggapan-tanggapan mahasiswa yang belum terarah pada
suatu kesepakatan yang bisa diterima dan dapat menimbulkan kebingungan
bagi mahasiswa dalam mengikuti alur diskusi, (6) dosen baru berperan di
akhir diskusi mahasiswa menyebabkan diskusi kelas sering vakum karena
belum ada pemecahan yang bisa diterima, ataupun tidak ada mahasiswa
yang mampu memberikan pendapat, dan moderator kurang sigap dalam
membaca suasana diskusi sehingga menyebabkan banyak waktu terbuang
sia-sia, (7) belajar kelompok di rumah terkesan sudah cukup efektif yang
tercermin dari kualitas permasalahan yang diajukan sebagian besar bersifat
pengembangan materi, walaupun beberapa masih bersifat klarifikasi, dan
(8) permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa belum
dibahas secara maksimal karena ternyata sebagian problem kelompok
belum memperoleh pembahasan dalam diskusi kelas. Hal ini terlihat setelah
evaluasi Jurnal belajar
Berdasarkan refleksi pada pembelajaran pada siklus I di atas, maka
dilakukan perbaikan atau modifikasi terhadap pembelajaran pada siklus II.
Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemui pada bagian tugas rumah
(jurnal belajar mahasiswa), perbaikan yang dilakukan, yaitu (1) dosen
memberikan arahan kepada mahasiswa agar rangkuman materi ajar dibuat
dengan kata-kata mereka sendiri dan sistimatikanya disesuaikan dengan
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

63

indikator belajar, (2) materi resitasi diinstruksikan agar hasil karya


kelompok dalam rangka mengevaluasi indikator belajar, dan (3) dosen
memberikan infornasi tentang komponen tugas yang diberikan pembobotan
dalam menilai tugas kelompok. Berdasarkan kelemahan yang ditemui pada
bagian presentasi, perbaikan yang dilakukan, yaitu (1) sistematika
presentasi dinstruktikan mengacu pada Indikator belajar seperti yang dibuat
pada rangkuman materi, dan (2) materi resitasi dan jawaban problem tidak
perlu dipresentasikan untuk mengefektifkan problem posing.
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada pembelajaran
siklus II, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pembelajaran pada siklus I.
Ada beberapa modifikasi yang dilakukan pada pembelajaran siklus sebagai
berikut.
moderator sebagai moderatos diskusi,

presentasi sekitar 30 menit,

kelompok yang presentasi diprioritaskan dalam menjawab permasalahan

yang diajukan,
pertanyaan termin pertama diarahkan pada isi presentasi, kemudian
problem, selanjutnya permasalahan kelompok dan individu (75 menit)
30 Menit terakhir diberikan kesempatan kelompok yang presentasi
mengajukan permasalahannya,
dosen selain sebagai moderator (mengklarifikasi/menajamkan pertanyaan
dan tanggapan dari mahasiswa) juga sekaligus memberikan penjelasan
terhadap permasalahan yang tidak bisa dipecahkan oleh mahasiswa, dan
15 menit terakhir digunakan untk merangkum pembelajaran.
Secara keseluruhan, strategi pembelajaran ini dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran sesuai dengan paradigma konstruktivisme.
Pencermatan terhadap jurnal belajar mahasiswa dan hasil belajar kelompok
menunjukkan bahwa belajar mandiri berbasis kelompok seperti yang
direncanakan dalam penelitian ini berlangsung cukup efektif untuk
sebagian besar kelompok . Hal ini dapat dilihat dari jumlah pertemuan,
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

64

lama waktu diskusi kelompok, dan evaluasi terhadap kualitas hasil kerja
kelompok kerja sama dan sharing pengetahuan antarmahasiswa terjadi
cukup efektif untuk sebagian besar kelompok. Hal ini dapat dilihat pada
saat presentasi, diskusi kelas, evaluasi terhadap hasil belajar, dan
pernyataan mahasiswa yang dituangkan dalam angket. Mereka juga
memperoleh kontribusi dan memberikan kontribusi yang cukup dalam
diskusi kelompok. Secara phsikologis, tidak ada hambatan mahasiswa
dalam menerapkan pola belajar mandiri berbasis kelompok seperti pada
penelitian ini. Hal yang menjadi penghambat adalah kemampuan
mahasiswa dalam memahami topik-topik tertentu, terutama anggota
kelompok yang tidak mempunyai pemahaman yang memadai. Apabila hal
ini terjadi, maka tidak banyak hal yang bisa didiskusikan, dan mahasiswa
merasakan bahwa diskusi berlangsung kurang efektif.
Beberapa mahasiswa yang mengatakan bahwa diskusi kelompok
kurang berjalan efektif lebih banyak disebabkan oleh kemampuan anggota
yang relatif sama, yaitu sama-sama kurang dalam memahami uraian materi.
Sangat jelas teramati perbedaan kinerja kelompok dengan kemampuan
akademik baik dengan yang kurang. Homogenitas kemampuan mahasiswa
dalam satu kelompok, yaitu mahasiswa dengan kemampuan akademik baik,
cenderung berada dalam satu kelompok, sementara pada kelompok yang
lain adalah kumpulan dari mahasiswa yang kemampuan akademiknya
kurang adalah menjadi penyebab belum optimalnya strategi pembelajaran
yang diterapkan. Ada kecenderungan bahwa kelompok yang ada merupakan
kelompok permanen, yaitu setiap tugas yang dikerjakan dengan cara
berkelompok pada perkuliahan sebelumnya, anggota kelompoknya
cenderung sama. Dari sisi ikatan psikologis kelompok, hal ini adalah
positif, lebih-lebih kalau kelompok itu kemampuan akademiknya sudah
heterogen, tetapi apabila kenggotaan kelompok itu homogen, maka dalam
rangka optimalisasi semua kinerja kelompok dalam pembelajaran
kooperatif, dosen harus banyak campur tangan.
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

65

Pencermatan terhadap kemampuan belajar kelompok dan


permasalahan yang diajukan oleh kelompok menunjukkan bahwa hasil
belajar kelompok sangat tergantung pada jenis pokok bahasan. Secara
umum, mahasiswa tidak mengalami kesulitan di dalam membuat
rangkuman materi secara berkelompok pada topik yang mudah dipahami.
Akan tetapi apabila materi pokok bahasan tergolong sulit, rangkuman
materi yang dibuat hanya menyalin/meringkas materi ajar yang sebenarnya
belum mereka pahami. Hal yang sama terjadi pada bagian resitasi (tanyajawab sendiri). Kesulitan pemahaman materi ajar yang dialami oleh
kelompok juga dapat dicermati dari permasalahan yang diajukan
(klarifikasi). Permasalahan yang sifatnya klarifikasi uraian materi ajar
menunjukkan bahawa materi pokok bahasan tersebut termasuk sulit. Akan
tetapi, apabila permasalahan yang diajukan bersifat pengembangan/
pendalaman dari materi ajar, maka kemampuan belajar kelompok untuk
pokok bahasan tersebut termasuk baik.
Secara umum, mahasiswa menyatakan bahwa uraian pembahasan
dalam materi ajar sudah baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Demikian juga evaluasinya. Beberapa mahasiswa bisa memahami materi
setelah membaca berulang-ulang. Beberapa mahasiswa menyatakan sulit
memahami materi ajar karena materinya terlalu padat dan kalimatnya
jelimet. Mahasiswa ini menghendaki agar uraian materi dibuat lebih detail
karena banyak istilah belum mereka kuasai. Di sini tampak bahwa beberapa
mahasiswa mengalami kendala dalam mempelajari kimia karena kurang
kuatnya pemahaman pada konsep-konsep dasar. Pada penelitian ini,
sebagian mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kimia Anorganik Fisik
(semester V) belum memprogramkan mata kuliah Ikatan Kimia yang
merupakan prasarat dari perkuliahan ini. Mahasiswa kelompok ini,
walaupun sebenarnya mempunyai kemampuan akademik baik, tetapi
pemahaman terhadap konsep yang mendasari kajian Kimia Anorganik Fisik
sangat kurang sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memahami
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

66

materi ajar, terutama pada pokok bahasan pada pembelajaran siklus II.
Aktivitas pembelajaran di dalam perkuliahan berlangsung cukup
efektif ditinjau dari parameter aktivitas yang diamati. Seluruh mahasiswa
memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam mengikuti
perkuliahan. Demikian pula tidak teramati hambatan mahasiswa dalam
mengajukan permasalahan mereka. Ditinjau dari parameter mengajukan
pertanyaan, aktivitas pembelajaran termasuk sangat tinggi. Hal ini
mencerminkan bahwa mahasiswa mempunyai kesiapan yang baik dalam
mengikuti perkuliahan. Dalam hal menyampaikan pendapat, ada
kecenderungan positif, dimana pada tahap awal ada keengganan mahasiswa
kelompok pendiam untuk menyampaikan pendapatnya, sehingga ada kesan
diskusi didominasi oleh mahasiswa tertentu saja yang sudah terbiasa dalam
menyampaikan pendapat. Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya,
partisipasi mahasiswa dalam menyampaikan pendapat, terutama mahasiswa
kelompok pendiam semakin meningkat, walaupun mahasiswa yang
kemampuannya baik masih mendominasi.
Penerapan model pembelajaran seperti yang sudah dilakukan ini
dapat menggali dan sekaligus memberikan perbaikan terhadap miskonsepsi
yang dialami oleh mahasiswa. Miskonsepsi mahasiswa banyak sekali dapat
digali dari tanggapan mahasiswa terhadap permasalahan yang sedang
dibahas. Beberapa di antaranya, dapat pula diperoleh dari analisis
pertanyaan yang mereka ajukan. Miskonsepsi mahasiswa lebih banyak bisa
diperoleh dari mahasiswa yang mempunyai kemampuan literasi lebih tinggi
karena mahasiswa ini umumnya menyampaikan penjelasannya dengan
menggunakan kata-katanya sendiri, sedangkan mahasiswa yang
kemampuannya kurang cenderung menghafalkan saja materi ajar yang
sebenarnya belum tentu dipahami.
Walaupun aktivitas mahasiswa dalam perkuliahan tergolong tinggi,
namun tidak diikuti dengan hasil belajar yang memuaskan. Partisipasi aktif
mahasiswa berkontribusi langsung pada keterampilan-keterampilan yang
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

67

bersifat nonakademik, seperti keterampilan dalam berkomunikasi ilmiah,


memimpin diskusi, dan kerja sama. Peningkatan prestasi akademik (hasil
belajar) dipengaruhi oleh satu faktor yang sangat penting, yaitu kemampuan
akademik (intelegensi) mahasiswa. Dengan demikian, dalam melihat
seberapa besar peningkatan hasil belajar kurang tepat, bila dilakukan
komparasi dengan mahasiswa angkatan tahun sebelumnya. Berdasarkan
pengalaman mengelola pembelajaran di IKIP Negeri Singaraja, kemampuan
akademik mahasiswa (input) pada tiap-tiap angkatan berfluktuasi. Dari
diskusi-diskusi dengan staf dosen yang lain, bisa diketahui dengan jelas
tingkat kemampuan mahasiswa dalan satu angkatan.
Hasil belajar mahasiswa merupakan akumulatif dari hasil evaluasi
kemampuan mahasiswa yang terdiri atas hasil tes akhir pembelajaran dan
rerata skor tugas. Nilai Akhir pembelajaran pada masing-masing siklus,
diperoleh dengan pembobotan sebagai berikut : 70 % tes akhir
pembelajaran dan 30 % rerata tugas. Data hasil belajar mahasiswa pada
siklus I dan II disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Belajar Mahasiswa pada Siklus I dan II
Siklus

II

Aspek yang dinilai


Rerata Skor Tugas
Rerata Skor Tes Akhir Pembelajaran
Rerata Nilai Akhir
Nilai Akhir 55.0
Nilai Akhir 70.0
Nilai Akhir 85.0
Rerata Skor tugas
Rerata Skor Tes Akhir Pembelajaran
Rerata Nilai Akhir
Nilai Akhir 55.0
Nilai Akhir 70.0
Nilai Akhir 85.0

Rerata
75.1
61.9
65.7
86.1 %
16.7 %
5.6 %
78.8
64.2
68.4
80.0 %
45.7 %
22.9 %

Standar
deviasi
4.5
12.7
9.1

7.9
20.1
15.5

Hasil belajar mahasiswa pada perkuliahan dengan menggunakan


model pembelajaran ini tergolong cukup memuaskan. Ada peningkatan
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

68

yang cukup nyata hasil belajar mahasiswa antara pembelajaran siklus I


dengan pembelajaran siklus II. Ditinjau dari rerata skor tes akhir
pembelajaran, nilai akhir, dan ketuntasan klasikal. Rerata nilai akhir
pembelajaran siklus I dan siklus II adalah masing-masing 65.7; 68.4 dan
rerata standar deviasi nilai akhir masing-masing 9.1; dan 15.5. Standar
deviasi yang semakin besar menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa
semakin terbedakan sekaligus menunjukkan bahwa pokok bahasan pada
siklus II lebih sulit dipahami oleh mahasiswa. Ketuntasan belajar secara
klasikal ditinjau dari mahasiswa yang lulus (Nilai akhir 55%) adalah
masing-masing 86,1 % dan 80,0 %. Angka ini cukup tinggi, walaupun
terjadi penurunan dari siklus I ke siklus II. hal ini disebabkan oleh pokok
bahasan pada siklus II (kimia Koordinasi) sangat erat kaitannya dengan
materi Ikatan Kimia dimana sebagian mahasiswa (semester V) belum
mengambilnya. Ketuntasan klasikal yang mengacu pada pencapaian nilai
akhir lebih besar atau sama dengan 70 masih sangat rendah. Ketuntasan
klasikal mengacu pada nilai 70.0 pada pembelajaran siklus I dan II
adalah masing-masing 16,7% dan 45,7 %; dan mengacu pada nilai
dengan kategori sangat baik, yaitu nilai 85.0, ketuntasan klasikal adalah
masing-masing 5,6% dan 22,7%. Walaupun demikian, secara signifikan
pembelajaran siklus II menunjukkan hasil yang lebih baik.
Penerapan pembelajaran pengajuan masalah (problem posing)
seperti pada perkuliahan ini dapat memfasilitasi mahasiswa belajar lebih
aktif, mandiri, dan berinteraksi sosial dengan teman sejawat. Pembelajaran
ini mampu menciptakan lingkungan konstruktivis melalui suatu
pengembangan belajar mandiri berbasis kelompok yang cukup efektif,
penyampaian problem real yang dialami, penggalian miskonsepsi yang
dialami, adu argumentasi, dan terakhir perbaikan konsepsi. Pembelajaran
yang terjadi mengarah pada belajar tuntas yang bisa dievaluasi secara
langsung tingkat ketuntasannya oleh mahasiswa berdasarkan rambu-rampu
tujuan pembelajaran dan problem terstruktur yang diberikan.
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

69

Permasalahan yang muncul dalam penerapan pembelajaran ini lebih


bersifat kultural. Mahasiswa belum biasa belajar keras dan sungguhsungguh. Beberapa mahasiswa yang tergolong malas cukup mengganggu
diskusi kelompok dan akhirnya secara keseluruhan menghambat
pembelajaran. Materi Ajar perlu direvisi terutama kualitas paparannya agar
mudah dipahami dan pemberian uraian yang lebih detail pada konsepkonsep yang sulit dipahami oleh mahasiswa. Pembelajaran yang dilakukan
ini sangat menjanjikan untuk menghasilkan kualitas proses pembelajaran
dan hasil belajar yang baik sehingga sangat baik diterapkan pada
perkuliahan- perkuliahan selanjutnya. Walaupun sejumlah kecil mahasiswa
kurang apresiasinya terhadap pembelajaran ini, tetapi sebagian besar
mahasiswa mengharapkan agar pembelajaran seperti yang sudah dilakukan
ini agar dilanjutkan pada perkuliahan berikutnya.
5. Penutup
Penerapan pembelajaran dengan strategi elaborasi dan pengajuan
masalah secara kooperatif dapat menciptakan kualitas proses pembelajaran
yang baik, dan belajar konstruktivisik dapat berlangsung dengan baik.
Pembelajaran yang dilakukan ini dapat menggali miskonsepsi yang dialami
mahasiswa secara dini sekaligus dengan cepat bisa diberikan perbaikannya
pada saat diskusi kelas. Ada peningkatan hasil belajar ditinjau dari skor tes,
nilai akhir, dan ketuntasan klasikal antara pembelajaran siklus I dengan
siklus II. Walaupun kualitas proses pembelajaran berlangsung dengan baik,
tetapi hasil belajar mahasiswa belum memuaskan, dimana rerata nilai akhir
pembelajaran pada siklus I dan II masing-masing hanya 65,7 dan 68,4, serta
ketuntasan klasikal; (a) mengacu pada nilai 55.0 pada siklus I dan II
masing-masing hanya 86,1 % dan 80.0 %, (b) mengacu pada nilai 70.0,
masing-masing 16,7% dan 45,7 %; (c) mengacu pada nilai dengan
kategori sangat baik, yaitu nilai 85.0, masing-masing 5,6% dan 22,7%.
Standar deviasi dari hasil belajar yang diukur pada siklus II lebih besar dari
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

70

siklus I memberikan indikasi bahwa pokok bahasan pada siklus II lebih


sulit dipahami mahasiswa dibandingkan dengan pokok bahsan siklus I.
Mahasiswa memberikan respon yang positif terhadap penerapan
pembelajaran ini dan mengharapkan agar pembelajaran ini terus dilanjutkan
dan disempurnakan pada perkuliahan yang akan datang
Penerapan pembelajaran ini, di samping menjanjikan dalam
meningkatkan hasil belajar mahasiswa, juga memfasilitasi mahasiswa untuk
memperoleh keterampilan lain seperti, berkomunikasi, kepemimpinan, dan
kerja sama yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat
sehingga sangat baik diterapkan pada perkuliahan-perkuliahan yang lain.
Dalam penerapannya, beberapa modifikasi bisa dilakukan disesuaikan
dengan karakter matakuliah dan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Kirna, I Made dkk., 1998. Penerapan Pembelajaran Konstruktivis Untuk
Mengurangi Miskonsepsi Mahasiswa Tentang Konsep Dasar
Partikel Materi, Atom, dan Molekul. Laporan Penelitian STKIP
Singaraja.
Kirna, I Made dkk., 2000. Pengembangan Strategi Pengajuan Masalah
(Problem Posing) Untuk meningkatkan Kualitas Proses
pembelajaran dan Hasil Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Kimia
Dasar. Laporan Penelitian STKIP Singaraja.
Kirna, I Made dkk., 2003. Penerapan Strategi Pengajuan Masalah (Problem
Posing) Berbantuan Materi Ajar Dilengkapi dengan Rangkuman
Jalinan Konsep dan Problem Terstruktur. Laporan Hibah
Pengajaran Program DUE-Like IKIP N Singaraja.
Novack, J. D. & Musonda, D. 1991. A Twelve year Longitudinal Study of
Science Concept Learning.
American Educational Research
Journal. 28.117-153

______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

ISSN 0215 - 8250

71

Novick, S. & Nussbaum, J. 1981. Pupils Understanding of Particulate


Nature Of Matter: A Cross-Age Study. Science Education. 65 (2).
187-186
Sudria, 1999. Penyegaran konsep Klasifikasi materi di kelas III SMUN 3
Denpasar, Laporan Penelitian : STKIP Singaraja

______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005

Anda mungkin juga menyukai