such a policy be created and made public. It also suggested that the U.S. attempt to find
common ground with other nations to join forces in preventing these attacks.
Kekhawatiran nyata dari para pakar keamanan dan pemerintah adalah undangundang cyberwar terhadap sumber daya kritis seperti listrik, sistem finansial atau sistem
komunikasi. Sebelumnya pemerintah AS tidak memiliki kebijakan yang jelas mengenai
bagaimana negara harus merespon terhadap serangan cyber pada tingkat tersebut,
walau pun kelistrikan pernah di akses hacker, namun belum sepenuhnya diserang.
melalui riset selama tiga tahunnya, badan keamanan cyber AS menyarankan untuk
segera membuat kebijakan seperti itu dan di publikasikan. Disarankan juga untuk AS
membentuk kesepakatan bersama negara-negara lain dan bersama-sama bergerak
mencegah serangan-serangan seperti itu.
Secondly, the effects of such an attack would likely be devastating. Mike
McConnell, the former director of national intelligence, stated that if even a single large
American bank were successfully attacked, it would have an order-of-magnitude greater
impact on the global economy than the World Trade Center attacks, and that the ability
to threaten the U.S. money supply is the equivalent of todays nuclear weapon. Such an
attack would have a catastrophic effect on the U.S. financial system, and by extension,
the world economy.
Yang kedua, pengaruh dari serangan seperti itu akan sangat merusak. Mike
McConnel, mantan direktur badan intelejen nasional, menyatakan bahwa seandainya
satu saja bank besar AS berhasil diserang, efeknya akan begitu besar hingga ke tingkal
ekonomi global dan bahkan bisa dibandingkan dengan serangan WTC, dan kekuatan
untuk mengancam suplai kekuangan AS bisa disamakan dengan ancaman nuklir saat
ini. Serangan tersebut akan memberikan pengaruh yang merusak sistem finansial AS
dan lebih lanjutnya ke ekonomi dunia.
Lastly, many industry analysts are concerned that the organization of our
cybersecurity is messy, with no clear leader among our intelligence agencies. Several
different agencies, including the Pentagon and the NSA, have their sights on being the
leading agency in the ongoing efforts to combat cyberwarfare. In June 2009, Secretary of
Defense Robert Gates ordered the creation of the first headquarters designed to
coordinate government cybersecurity efforts, called Cybercom. Cybercom was activated
in May 2010 with the goal of coordinating the operation and protection of military and
Pentagon computer networks in the hopes of resolving this organizational tangle.
Terakhir, banyak analis industri yang cemas akan organisasi keamanan cyber
kita yang masih berantakan, tanpa adanya pemimpin yang jelas diantara agen-agen
intelejen kita. Beberapa agensi yg berbeda, termasuk pentagon dan NSA, memiliki
pandangan untuk menjadi agensi yang memimpin dalam usaha untuk memerangi
cyberwarfare ini. Pada juni 2009, menteri pertahanan Robert Gates memerintahkan
untuk membuat markas besar pertama yang di desain untuk koordinasi usaha keamanan
cyber pemerintah, yang disebut Cybercom. Cybercom dijalankan pada mei 2010 dengan
tujuan utama untuk mengkoordinasi operasi dan perlindungan sistem komputer militer
dan pentagon dengan harapan menyelesaikan masalah organisasional.
In confronting this problem, one critical question has arisen: how much control
over enforcing cybersecurity should be given to American spy agencies, since they are
prohibited from acting on American soil? Cyberattacks know no borders, so distinguishing
between American soil and foreign soil means domestic agencies will be unnecessarily
inhibited in their ability to fight cybercrime. For example, if the NSA was investigating the
source of a cyberattack on government Web sites, and determined that the attack
originated from American servers, under our current laws, it would not be able to
investigate further.
Menangangapi masalah ini. Satu pertanyaan kritis muncul: seberapa banyak
kontrol atas penegakan keamaan cyber diberikan kepada agensi mata-mata AS, karena
mereka tidak diperbolehkan bertindak di atas tanah AS? Serangan cyber tidak mengenal
batas, jadi membedakan antara tanah AS dan tanah luar negeri berarti agensi dalam
negeri terhambat secara tidak effisien. Misalnya saat NSA menyelidiki serangan atas
laman internet pemerintah dan menemukan bahwa serangan berasal dari Server AS,
maka atas hukum sekarang, NSA tidak bisa menyelidiki lebih lanjut.
Some experts believe that there is no effective way for a domestic agency to
conduct computer operations without entering prohibited networks within the United
States, or even conducting investigations in countries that are American allies. The NSA
has already come under heavy fire for its surveillance actions after 9-11, and this has the
potential to raise similar privacy concerns. Preventing terrorist or cyberwar attacks may
require examining some e-mail messages from other countries or giving intelligence
agencies more access to networks or Internet service providers. There is a need for an
open debate about what constitutes a violation of privacy and what is acceptable during
cyber-wartime, which is essentially all the time. The law may need to be changed to
accommodate effective cybersecurity techniques, but its unclear that this can be done
without eroding some privacy rights that we consider essential.
Beberapa ahli berpendapat bahwa tidak ada cara efektif untuk agensi dalam
negeri untuk melaksanakan operasi komputer tanpa memasuki jaringan terlarang dalam
sistem jaringan AS. Atau bahkan di negara-negara sekutu AS. NSA sudah mendapat
kritikan serius atas pengintaian besar-besaran mereka setelah peristiwa 9-11, dan ini
akan memiliki pontensi untuk memunculkan kekhawatiran akan privasi yang lainnya.
Mencegah serangan teroris atau serangan cyberwar butuh untuk meneliti pesan e-mail
dari beberapa negara atau memberikan para agensi akses lebih ke jaringan atau
penyedia layanan internet. Dibutuhkan debat terbuka tentang undang-undang
pelanggaran privasi dan apa yang boleh dilakukan pada masa perang cyber, yang
penting setiap saat. Hukum mungkin perlu diubah untuk mengakomodasi teknik
keamanan cyber yang lebih efektif, tapi masih belum jelas apakah ini bisa dilakukan
tanpa melangkahi hak-hak privasi yang kita anggap penting.
As for these offensive measures, its unclear as to how strong the United States
offensive capabilities for cyberwarfare are. The government closely guards this
information, almost all of which is classified. But former military and intelligence officials
indicate that our cyberwarfare capabilities have dramatically increased in sophistication
in the past year or two. And because tracking cybercriminals has proven so difficult, it
may be that the best defense is a strong offense.
Atas beberapa langkah ofensif diatas, masih belum jelas seberapa kuat kekuatan
ofensif AS dalam cyberwarfare. Pemerintah menjaga ketat informasi tersebut, yang
hampir semuanya rahasia. Tapi mantan pegawai militer dan intelejen mengindikasi kan
bahwa kemampuan tersebut meningkat secara drastis dalam satu atau dua tahun
belakangan ini. Dan karena melacak kriminal cyber di akui sulit, maka pertahanan
terbaik merupakan serangan yang terbaik juga.
3. Solusi apa yang telah di sarankan? Apakah anda pikir itu efektif? Kenapa atau kenapa
tidak?
4. Apa ada solusi lain yang seharusnya di cari? Solusi Apa itu?
1. Secara umum cyberwarfare merupakan masalah serius, karena:
a. Pengguna Internet dan komputer semakin banyak dan meliputi banyak bidang
sehingga efek Cyberwarfare bisa sangat serius.
b. Dalam Cyberwarfare, pihak yang dirugikan bisa marah dan menyerang pihak lain
yang belum tentu sebagai penyerang, sehingga bisa memperluas area peperangan.
c. Pada beberapa kasus, cyberwarfare terkait dengan peperangan / ketegangan
antarnegara di dunia nyata, sehingga muncul simpatisan dari negara yang bertikai
untuk saling menyerang.
d. Beberapa negara sudah menjadikan area cyberwarfare menjadi angkatan perang
kelima (setelah darat, laut, udara, luar angkasa), sehingga jika angkatan perang
cyber menyerang sasarannya, maka kerusakan dan kerugiannya akan lebih besar.
2. Faktor yang memunculkan masalah ini
a. Faktor Manajemen
i. Manajemen yang kurang perhatian terhadap keamanan cyber
ii. Manajemen kurang efisien daripada hacker
b. Faktor Organisasi
i. Pemerintah tidak punya kebijakan dan hukum yang cuku
ii. Standard tidak cukup untuk mempertahankan diri dari serangan
c. Faktor Teknologi
i. Hanya dengan biaya murah, serangan cyber bisa dilakukan
ii. Melacak penyerang cyber merupakan hal yang sangat sulit.
3. Solusi yang telah disarankan:
a.