Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet
(+), trombositopenia, dan hemakonsentrasi
2.
Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain
3.
Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah, gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari ( tanda-tanda
dini renjatan )
1
1
4.
Derajat IV
Renjatan berat ( DSS ) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tidak
dapat diukur
C. Etiologi
1. Virus dengue
Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia,
maupun sel-sel arthopoda misalnya sel aedes albopictus. (Soedarto, 2004)
2. Vektor ( Nyamuk Aedes Aegypty)
Yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polyne
sienis, infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody
seumur
hidup
terhadap
serotype
bersangkutan
tetapi
tidak
ada
Leukopenia
2
2
Demam akut yang cukup tinggi 2-7 hari, kemudian turun secara lisis.
Demam disertai gejala tidak spesifik seperti anoreksia, malaise, nyeri pada
punggung, tulang persendian, dan kepala.
E. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh, penderita akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi
volume
premeabilitas
plasma,
dinding
terjadinya
kapiler
hipotensi,
mengakibatkan
hemokonsentrasi,
3
3
Pelepasan Pirogen
- Pembesaran getah
Pelepasan asam
bening
arakidonat pd
- Hepatomegali
hipotalamus
Anti histamine
dilepas
Penurunan kemam
puan pembekuan
darah
- Splenomegali
Permeabilitas
Pireksia
Penekanan pd
Peningkatan
kapiler
- Perdarahan
- Petekie
- Epistaksis
4
4
Daerah gaster
stimulasi
nosiseptor
- Hematemesis
Hipertermia Kehilangan
- melena
plasma darah
Anoreksia
Nyeri
Dehidrasi
Hipovolemik
Gangguan pemenuhan
Defisit Volume
kebutuhan nutrisi
Hipovolemia
cairan
- Anoklosi jaringan
- Asidosis metabolik
Integritas ego
Gejala : adanya/factor stress lama
Tanda : Ansietas, ketakutan
Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna
Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik
Nyeri/kenyamanan
Gejala : demam, pusing, mual
Tanda : gelisah, berhati-hati pada daerah yang sakit
Pernafasan
6
6
Gejala : batuk produktif atau tidak, nafas pendek atau tidak, riwayat
DHF
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, pengembangan
pernafasan tidak simetris
Keamanan
Gejala : adanya kondisi penekanan imun
Tanda : Demam tinggi atau sakit panas akut
H. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum
- Tanda-tanda Vital
- Persistem
1. Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai :
Inspeksi
: Adanya tanda-tanda penarikan paru, diafragma,
pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
Palpasi
: Fremitus suara meningkat.
Perkusi
: Suara redup
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,
kasar dan yang nyaring.
2. Sistem kordiovaskuler
Inspeksi : perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada
ICS 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan
ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung
Palpasi : untuk memperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya
denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran
ictus cordis.
Perkusi : untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung
terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah
pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
Auskultasi : untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau
gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah
jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya
peningkatan arus turbulensi darah.
3. Sistem neurologis
Inspeksi tingkat kesadaran dan pemeriksaan GCS. Selain itu fungsifungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan dan pengecapan.
4. Sistem gastrointestinal
7
7
lebih ptekie per 2,5 cm. Pada DHF biasanya uji tourniquet memberikan
hasil positif kuat dengan dijumpai 20 ptekie atau lebih. Uji tourniquet bias
saja negatif atau hanya positif ringan selama masa shok, dan menunjukkan
hasil positif bila dilakukan setelah masa pemulihan fase shok.
J. Analisa Data
No
1.
Data
Etiologi
Virus Dengue
DS :
- Klien mengatakan
suhu tubuh
Problem
Peningkatan
(Hipertermi)
Dengue Hemorragic
- Klien mengatakan
Fever
Reaksi immunologi
- Nadi Cepat
Kompleks virus
Pelepasan Pirogen
2.
Hipertermi
Pembesaran kelenjar Gangguan
DS :
- Klien mengatakan tidak
getah bening
pemenuhan
kebutuhan
Penekanan pada
nutrisi
daerah gaster
Anoreksia
- Lidah kotor
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
3.
DS :
meningkat
cairan
mau minum
- Klien mengatakan muntah
Kehilangan plasma
kurang lebih 5x
darah
DO :
- Klien terlihat tampak
Dehidrasi
kering
- Turgor kulit jelek
- Bibir pecah-pecah
4.
DS :
Peningkatan
Gangguan rasa
stumulasi
nyaman nyeri
Nosiseptor
nyeri 3 (0-5)
DO :
Nyeri
- Suhu meningkat
- Nadi Cepat
- Suhu tubuh klien meningkat pada sore dan malam hari
- Klien tampak lemas
2
L. Intervensi (Perencanaan)
No
Diagnosa
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Keperawatan
Hasil
1.
Hipertermi
NOC:
NIC :
berhubungan
dengan pelepasan
Setelah dilakukan
asam arakidonat
tindakan keperawatan
pada hipotalamus
Thermoregulasi
RR
-
kreiteria hasil:
- Suhu 36 37 C
Berikan antipiretik:
Kelola Antibiotik
Selimuti pasien
nyaman
dan aksila
-
13
13
2.
Gangguan
NOC:
pemenuhan
- Nutritional status:
kebutuhan nutrisi
Adequacy of nutrient
kurang dari
- Nutritional Status :
kebutuhan tubuh
berhubungan
- Weight Control
dengan mual,
Setelah dilakukan
Albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
3.
Defisit volume
- Jumlah limfosit
NOC:
cairan berhubungan -
Fluid balance
dengan kehilangan -
Hydration
plasma darah
Nutritional Status :
NIC :
-
tindakan keperawatan
14
14
- Mempertahankan
total protein )
batas normal
dehidrasi, Elastisitas -
membran mukosa
- Orientasi terhadap
pernapasan dalam
batas normal
- Elektrolit, Hb, Hmt
dalam batas normal
- pH urin dalam batas
normal
- Intake oral dan
intravena adekuat
4.
NIC :
dengan peningkatan -
Pain Level,
stimulasi nosiseptor -
pain control,
sekunder terhadap
comfort level
15
15
tinfakan keperawatan
- Mampu mengontrol -
nyeri (tahu
penyebab nyeri,
mampu
kebisingan
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
menentukan intervensi
untuk mengurangi -
nyeri, mencari
bantuan)
- Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
hangat/ dingin
-
dengan
menggunakan
Tingkatkan istirahat
manajemen nyeri
- Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi
antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
- Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
pertama kali
gangguan tidur
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi. EGC:
Jakarta.
Nanda Internasional.2011. Diagnosa Keperawatan definisi dan klasifikasi
2009-2011. EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius Jakarta.
Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk
Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.
Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi
Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.
Syaifullah,N. 1998. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam, FKUI : Jakarta
17
17