Konsep Nyeri
Konsep Nyeri
NYERI
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:
definisi nyeri
sifat-sifat nyeri
fisiologi nyeri
respon terhadap nyeri
klasifikasi nyeri
faktor yg mempengaruhi nyeri
manajemen nyeri
perawatan klien dengan nyeri
A. PENDAHULUAN
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan
perawatan
kesehatan.
Nyeri
terjadi
bersama
proses
penyakit,
pemeriksaan
B. DEFINISI
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan
Teori Specificity suggest menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang
muncul karena adanya injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer
dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord
Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yg menyakitkan
tubuh yg dikatakan individu yg mengalaminya, yg ada kapanpun individu
mengatakannya
Nosiseptor
KDM 1-----PAIN
Non-nosiseptor
System nosiseptif
nyeri
Ambang nyeri
Toleransi nyeri
ditahan
D. SIFAT-SIFAT NYERI
Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak
optimal
E. FISIOLOGI NYERI
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun
tidak ada satu
teori
yang menjelaskan
secara
sempurna bagaimana
nyeri
Resepsi
Persepsi
Reaksi
KDM 1-----PAIN
RESEPSI
Stimulus (mekanik, termal, kimia)
Pengeluaran histamin bradikinin, kalium
Nosiseptor
Impuls syaraf
Serabut syaraf perifer
(substansi P)
Neurotransmiter
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan
pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut
menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka
akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut
syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut Adelta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai
ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu
dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P
transmisi
ini menyebabkan
Trauma
Obat-obatan
Pertumbuhan tumor
KDM 1-----PAIN
Tipe serabut saraf perifer
Serabut saraf A-delta :
Merupakan serabut bermyelin
Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti ,
otot tendon dll
Diameternya besar
Serabut saraf C
Tidak bermyelin
NEUROREGULATOR
Substansi ini titemukan pada nociceptor yaitu pada akhir saraf dalam
kornu dorsalis medula spinalis dan pada tempat reseptor dalam saluran
spinotalamik
Neuroregulator
ada
dua
macam
yaitu
neurotransmitter
dan
neuromodulator
Neuromodulator
diyakini
aktifitasnya
secara
tidak
langsung
bisa
KDM 1-----PAIN
Teori gate control
Dikemukanan oleh Melzack dan wall pada tahun 1965
Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh
mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.
Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada bagian ujung
dorsal serabut saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang (gating
Mechanism), mekanisme gate control ini dapat memodifikasi dan merubah sensasi
nyeri yang datang sebelum mereka sampai di korteks serebri dan menimbulkan
nyeri.
Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan impuls akan di blok ketika
pintu gerbang tertutup
Menutupnya pintu gerbang merupakan dasar terapi mengatasi nyeri
Berdasarkan teori ini perawat bisa menggunakannya untuk memanage nyeri pasien
Neuromodulator
bisa
menutup
pintu
gerbang
dengan
cara
menghambat
pembentukan substansi P.
Menurut teori ini, tindakan massase diyakini bisa menutup gerbang nyeri.
PERSEPSI
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu
menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek.
Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu
dapat bereaksi
Stimulus nyeri
emosi
Medula spinalis
Pusat otak
Talamus
Persepsi
REAKSI
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang terjadi setelah
mempersepsikan nyeri.
KDM 1-----PAIN
Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisial
menimbulkan reaksi flight atau fight, yang merupakan sindrom adaptasi umum
Stimulasi pada cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan respon fisiologis,
apabila nyeri berlangsung terus menerus, maka sistem parasimpatis akan bereaksi
Impuls nyeri
medula spinalis
syaraf otonom
Sistem
Impuls nyeri ditransmisikan ke medula spinalis menutju ke batang otak dan talamus.
Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis bereaksi,
maka akan timbul respon fisiologis dan akan muncul perilaku.
Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari &
tangan
KDM 1-----PAIN
berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis.
Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih
atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak
rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian
terhadap nyeri.
Meinhart & McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:
Fase antisipasi-----terjadi sebelum nyeri diterima.
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena
mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinnkan seseorang belajar
tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam
fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.
Contoh: sebelum dilakukan tindakan bedah, perawat menjelaskan tentang nyeri
yang nantinya akan dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan begitu klien akan
menjadi lebih siap dengan nyeri yang nanti akan dihadapi.
KDM 1-----PAIN
mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat
untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif.
kontrol
dari
perawat,
karena
nyeri
bersifat
krisis,
sehingga
dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami
episode nyeri berulang, maka respon akibat ((aftermath) dapat menjadi masalah
kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri
untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.
G. KLASIFIKASI NYERI
A. Berdasarkan sumbernya
Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,
pemb. Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama daripada
cutaneus
B. Berdasarkan penyebab:
Fisik
Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)
Psycogenic
Terjadi
karena
sebab
yang
kurang
jelas/susah
diidentifikasi,
KDM 1-----PAIN
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera,
atau
Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan
biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh
kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau
karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai
kematian. Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan tidak seagresif pada nyeri
akut. Klien yang mengalami nyeri kronik akan mengalami periode remisi
(gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan
meningkat).
pengobatan yang
Lamanyna
Nyeri kronik
sampai hitungan bulan, >
6bln
Fungsi fisiologi bersifat normal
Tidak ada keluhan nyeri
Tidak ada aktifitas fisik sebagai
respon terhadap nyeri
D. Berdasarkan lokasi/letak
Radiating pain
Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac pain)
Referred pain
KDM 1-----PAIN
Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan berasal dari
jaringan penyebab
Intractable pain
Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)
Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (ex: bagian tubuh
yang diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla
spinalis
Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika
sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung
memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah
hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit
berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara
signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex:
tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri)
Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon
terhadap nyeri. (ex: suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah
akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka
tidak mengeluh jika ada nyeri)
Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan
dan bagaimana mengatasinya.
Perhatian
Tingkat
seorang
klien
memfokuskan
perhatiannya
pada
nyeri
dapat
1
0
KDM 1-----PAIN
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided
imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang
mengatasi nyeri.
I.
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian nyeri yang factual dan akurat dibutuhkan untuk:
Menetapkan data dasar
Menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat
Menyeleksi terapi yang cocok
Mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan
Perawat harus menggali pengalaman nyeri dari sudut pandang klien. Keuntungan
pengkajian nyeri bagi klien adalah bahwa nyeri diidentifikasi, dikenali sebagai
sesuatu yang nyata, dapat diukur, dapat djelaskan, serta digunakan untuk
mengevaluasi perawatan.
Hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
1.Ekspresi klien terhadap nyeri
Banyak klien tidak melaporkan/mendiskusikan kondisi
itulah
perawat
harus
mempelajari
cara
verbal
dan
ketidaknyamanan. Untuk
nonverbal
klien
dalam
1
1
KDM 1-----PAIN
2.Klasifikasi pengalaman nyeri
Perawat mengkaji apakah nyeri yang dirasakan klien akut atau kronik. Apabila
akut, maka dibutuhkan pengkajian yang rinci tentang karakteristik nyeri dan
apabila
nyeri
bersifat
kronik,
maka
perawat
menentukan
apakah
nyeri
1
2
KDM 1-----PAIN
Skala nyeri
skala
ocher
Kualitas
Minta klien menggambarkan nyeri yang dirasakan, biarkan klien mendiskripsikan
apa
yang
dirasakan
sesuai
dengan
kata-katanya
sendiri.
Perawat
boleh
memberikan deskripsi pada klien, bila klien tidak mampu menggambarkan nyeri
yang dirasakan.
Pola nyeri
Perawat meminta klien untuk mendiskripsikan ativitas yang menyebabkan nyeri
dan meminta lien untuk mendemontrasikan aktivitas yang bisa menimbulkan
nyeri.
Cara mengatasi
Tanyakan pada klien tindakan yang dilakukan apabila nyerinya muncul dan kaji
juga apakah tindakan yang dilakukan klien itu bisa efektif untuk mengurangi nyeri.
Tanda lain yang menyertai
Kaji adanya penyerta nyeri, seperti mual, muntah, konstipasi, gelisah, keinginan
untuk miksi dll.
Gejala penyerta memerlukan prioritas penanganan yang sama dengan nyeri itu
sendiri.
1
3
KDM 1-----PAIN
semua klien mampu mengungkapkan nyeri yang dirasakan, untuk hal yang
seperti itu perawat harus mewaspadai perilaku klien yang mengindikasikan
nyeri.
c. Efek pada ADL
Klien yang mengalami nyeri kurang mampu berpartisipasi secara rutin dalam
aktivitas sehari-hari. Pengkajian ini menunjukkan sejauh mana kemampuan
dan proses penyesuaian klien berpartisipasi dalam perawatan diri. Penting
juga untuk mengkaji efek nyeri pada aktivitas sosial klien.
5. Status neurologis
Fungsi neurologis lebih mudah mempengaruhi pengalaman nyeri. Setiap faktor
yang mengganggu atau mempengaruhi resepsi dan persepsi nyeri yang normal
akan mempengaruhi respon dan kesadaran klien tentang nyeri.
Penting bagi
perawat untuk mengkaji status neurologis klien, karena klien yang mengalami
gangguan neurologis tidak sensitif terhadap nyeri. Tindakan preventif perlu
dilakukan pada klien dengan kelainan neurologis yang mudah mengalami cidera.
Diagnosa
Nyeri akut b.d injuri fisik, pengurangan suplai darah, proses melahirkan
Perencanaan
Perawat mengembangkan perencanaan keperawatan dario diagnosa yang telah
dibuat. Perawat dan klien secara bersama-sama mendiskusikan harapan yang
realistis dari tindakan mengatasi nyeri, derajat pemulihan nyeri yang diharapkan,
dan efek-efek yang harus diantisipasi pada gaya hidup dan fungsi klien. Hasil akhir
yang
diharapkan
dan
tujuan
keperawatan
diseleksi
berdasarkan
diagnosa
keperawatan dan kondisi klien. Secara umum tujuan asuhan keperawatan klien
dengan nyeri adalah sebagai berikut:
Klien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki saat ini
1
4
KDM 1-----PAIN
No
1
Diagnosa
Kriteria hasil
Rencana tindakan
Nyeri akut b.d injuri Pain level, pain control Manajemen nyeri:
fisik (pembedahan)
dan
comfort
level
Menggunakan
ketidaknyamanan
mengidentifikasi
yang
dirasakan
Mendiskripsikan
pengalaman
masa
Ciptakan
lingkungan
memanajemen
nyeri
Kaji
cara
Observasi
nyeri
Kolaborasi
pemberian
analgetik
Mengungkapkan
Ajarkan
tehnik
kemampuan tidur
nonfarmakologi
untuk
dan istirahat
mengatasi nyeri
Mendiskripsikan
terapi
nonfarmakologi
untuk mengontrol
nyeri
Intervensi
Manajemen nyeri terdiri dari:
a.Farmakologis (kolaborasi)-------penggunaan analgetik
Mengganggu penerimaan/stimuli nyeri dan interpretasinya dengan menekan
fungsi talamus & kortek serebri.
b. Non farmakologi (mandiri)
Sentuhan terapeutik
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan
energi antara tubuh dengan lingku;ngan luar. Orang sakit berarti ada
1
5
KDM 1-----PAIN
ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan pada klien,
diharapkan ada transfer energi dari perawat ke klien.
Akupresur
Pemberian penekanan pada pusat-pusat nyeri
Guided imagery
Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan,
tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang tenang serta
konsentrasi dari klien. Apabila klien mengalami kegelisahan, tindakan harus
dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada saat klien merasa nyaman dan
tidak sedang nyeri akut.
Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio
(mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan),
distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)
Anticipatory guidence
Memodifikasi
Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
Biofeedback
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi
tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter
terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot
dan migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
Stimulasi kutaneus
Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah
cara ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri.
Bisa dilakukan dengan massase, mandi air hangat, kompres dengan kantong
es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/ transcutaneus electrical
nerve
stimulation).
TENS
merupakan
stimulasi
pada
kulit
dengan
Contoh implementasi:
Diagnosa
Implementasi
1
6
Evaluasi
KDM 1-----PAIN
Nyeri akut b.d Sabtu, 10 desemder 2006-12-2006
injuri fisik
07.30
Mengkaji
pengalaman
110/70,
90
18
Mengukur
tekanan
darah,
posisi
A
09.00
Mengobservasi
respon
nyeri
akut
teratasi
sebagian
: TD
X/menit,
masa
nadi, pernafasan
: lanjutkan intervensi
manajemen nyeri
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol : 1. Jakarta: EGC
Kozier.
. Fundamental Of Nursing.
1
7