TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
1.
Definisi Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari material induk
yang telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami dibawah
pengaruh air, udara, dan macam - macam organisme baik yang masih
hidup maupun yang telah mati. Tingkat perubahan terlihat pada
komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan (Dokuchaev 1870).
Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan
mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan
daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua
berikut: horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari
bahan asalnya sebagai hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan,
pemindahan dan transformasi energi dan materi, atau berkemampuan
mendukung tanaman berakar di dalam suatu lingkungan alam (Soil
Survey Staff, 1999).
Tanah merupakan material yang terdiri dari agregat (butiran) mineralmineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama
lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel
padat) disertai dengan zat air dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong
di antara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1995).
Pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah merupakan campuran
partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis unsurunsur sebagai berikut :
a. Berangkal (Boulder) adalah potongan batuan batu besar, biasanya
lebih besar dari 200-300 mm dan untuk kisaran ukuran-ukuran 150250 mm, batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).
b. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm 5 mm,
yang berkisar dari kasar (3 mm 5 mm) sampai halus (< 1 mm).
c. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm
0,074 mm.
d. Lempung (clay) adalah partikel yang berukuran lebih dari 0,002 mm,
partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi dari tanah yang
kohesif.
e. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam, berukuran lebih
dari 0,01 mm.
2.
Klasifikasi Tanah
Agar dapat membedakan secara rinci mengenai jenis jenis tanah yang
ada di alam semesta ini, perlu adanya suatu sistem yang dibuat untuk
mengatur, membagi dan menggolongkan tanah yang berbeda beda
tetapi mempunyai sifat-sifat yang serupa kedalam kelompok-kelompok
dilakukannya
klasifikasi
tanah
secara
umum
adalah
Nama
1.
Pasir kasar
2,0 0,63
2.
Pasir medium
0,63 0,20
3.
Pasir halus
0,20 0,063
Debu kasar
0,063 0,020
Debu medium
0,020 0,0063
Debu halus
0,0063 - 0,0020
Lempung/liat kasar
0,002 - 0,00063
Lempung/liat medium
0,0063 - 0,0002
Lempung/liat halus
< 0,0002
4.
5.
akhirnya
diambil
oleh
Bureau
Of
Public
Roads.
1) Ukuran Butir
Kerikil : bagian tanah yang lolos ayakan diameter 75 mm (3
inchi) dan yang tertahan pada ayakan No. 10 (2 mm).
Pasir : bagian tanah yang lolos ayakan No. 10 (2 mm) dan yang
tertahan pada ayakan No. 200 (0,075 mm).
Lanau dan lempung : bagian tanah yang lolos ayakan No. 200.
2) Plastisitas
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari
tanah mempunyai indeks plastis sebesar 10 atau kurang. Nama
berlempung dipakai bilamana bagian-bagian yang halus dari tanah
mempunyai indeks plastis indeks plastisnya 11 atau lebih.
3) Apabila batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) di temukan di
dalam contoh tanah yang akan ditentukan klasifikasi tanahnya,
maka batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu.
Tetapi, persentase dari batuan yang dileluarkan tersebut harus
dicatat.
Apabila
sistem
klasifikasi
AASHTO
dipakai
untuk
Tabel 2. Klasifikasi Tanah untuk Lapisan Tanah Dasar Jalan Raya (AASHTO)
Tanah berbutir
(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah
lolos ayakan No. 200)
A-1
A-2
A-3
A-1a
A-1b
A-2-4
A-2-5
A-2-6
A-2-7
Maks 50
---
---
---
---
---
---
Maks 30
Maks 50
Min 51
---
---
---
Maks 15
Maks 25
Maks 10
Maks 35
Maks 35
--Maks 6
--NP
Maks 40
Maks 10
Batu pecah,
kerikil dan pasir
Pasir
halus
Penilaian sebagai
bahan tanah dasar
Klasifikasi Umum
Klasifikasi Kelompok
Analisis ayakan
(% lolos)
No. 10
No. 40
No. 200
Sifat fraksi yang lolos
ayakan No. 40
Batas Cair (LL)
Indek Plastisitas (PI)
---
-----
-----
-----
-----
Maks 35
Maks 35
Min 36
Min 36
Min 36
Min 36
Min 41
Maks 40
Min 41
Maks 40
Min 41
Maks 40
Min 41
Maks 10
Min 11
Min 11
Maks 10
Maks 10
Min 11
Min 11
Tanah berlanau
Biasa sampai jelek
Tanah berlempung
10
11
Prefiks
Sub Kelompok
Sufiks
Gradasi baik
Gradasi buruk
Berlanau
Berlempung
wL < 50%
O
Pt
wL > 50%
Kerikil
Pasir
Lanau
Lempung
Organik
Gambut
12
Kerikil bersih
(hanya kerikil)
Simbol
kelompok
Nama umum
GW
GP
Pasir
dengan
butiran
halus
Pasir bersih
(hanya pasir)
Kerikil
dengan
Butiran
halus
GM
Divisi utama
GC
SW
SP
SM
SC
Pasir berlempung,
lempung
ML
CL
OL
MH
CH
OH
PT
campuran
pasir-
plastisitas
13
yang
Kriteria klasifikasi
Cu = D60 / D10 > 4
Cc =
( D30 ) 2
antara 1 dan 3
D10 xD60
( D30 ) 2
antara 1 dan 3
D10 xD60
Diagram Plastisitas:
Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar.
Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.
60
50
CH
40
CL
30
Garis A
CL-ML
20
4
ML
0 10
20
30
ML atau OH
40 50
60 70 80
14
3.
dengan
kondisi fisik tanah. Hal ini berlaku apakah tanah ini akan digunakan
sebagai bahan struktural dalam pembangunan jalan raya, bendungan, dan
pondasi untuk sebuah gedung, atau untuk sistem pembuangan limbah.
Untuk mendapatkan sifat-sifat fisik tanah, ada beberapa ketentuan yang
harus diketahui terlebih dahulu, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kadar Air
Kadar air suatu tanah adalah perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah yang dinyatakan
dalam persen.
2. Berat Jenis
Sifat fisik tanah dapat ditentukan dengan mengetahui berat jenis
tanahnya dengan cara menentukan berat jenis yang lolos saringan No.
200 menggunakan labu ukur.
3. Batas Atterberg
Batas Atterberg adalah batas konsistensi dimana keadaan tanah
melewati keadaan lainnya dan terdiri atas batas cair, batas plastis dan
indek plastisitas.
a) Batas Cair (liquid limit)
Batas cair adalah kadar air minimum dimana tanah tidak mendapat
gangguan dari luar. (Scott.C.R, 1994).
15
4. Analisa Saringan
Tujuan dari analisis saringan adalah untuk mengetahui persentasi
butiran tanah. Caranya dapat dilakukan dengan pengayakan, setelah
itu material organik dibersihkan dari sampel tanah, lalu berat sampel
tanah yang tertahan di setiap ayakan dicatat. Tujuan akhir dari
analisanya adalah memberikan nama dan mengklasifikasikannya,
sehingga dapat diketahui sifat-sifatnya.
16
4.
Stabilisasi Tanah
Stabilisasi tanah adalah suatu proses untuk memperbaiki sifat-sifat tanah
dengan menambahkan sesuatu pada tanah tersebut, agar dapat menaikkan
kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan geser. Adapun tujuan
stabilisasi tanah adalah untuk mengikat dan menyatukan agregat material
yang ada sehingga membentuk struktur jalan atau pondasi jalan yang
padat. Sifat sifat tanah yang telah diperbaiki dengan cara stabilisasi
dapat meliputi : kestabilan volume, kekuatan atau daya dukung,
permeabilitas, dan kekekalan atau keawetan.
Teknologi stabilisasi tanah dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam
penggolongan utama, yaitu :
1. Physio - Mechanical
Pemadatan langsung dengan alat pemadat maupun aplikasi teknologi
seperti cakar ayam, tiang pancang dan geomembran atau geotextile.
2. Granulometric
Pencampuran tanah asli dengan tanah lain yang mempunyai sifat dan
karakteristik yang lebih baik lalu dipadatkan dengan alat pemadat.
3. Physio - Chemical
Pencampuran tanah asli dengan semen, kapur ataupun aspal sebagai
bahan pengikat-partikel tanah.
17
4. Electro Chemical
Ionisasi partikel tanah dengan mencampurkan bahan kimia tertentu
contohnya ISS 2500, yang bertujuan untuk merubah sifat-sifat buruk
tanah, seperti kembang susut menjadi tanah yg mudah dipadatkan dan
stabil secara permanen.
Pada umumnya cara yang digunakan untuk menstabilisasi tanah terdiri
dari salah satu atau kombinasi dari pekerjaan-pekerjaan berikut
(Bowles, 1991) :
1. Mekanis, yaitu pemadatan dengan berbagai jenis peralatan mekanis
seperti mesin gilas (roller), benda berat yang dijatuhkan, ledakan,
tekanan statis, tekstur, pembekuan, pemanasan dan sebagainya.
2. Bahan Pencampur (Additive), yaitu penambahan kerikil untuk tanah
kohesif, lempung untuk tanah berbutir, dan pencampur kimiawi
seperti semen, gamping, abu batubara, gamping dan/atau semen,
semen aspal, sodium dan kalsium klorida, limbah pabrik kertas dan
lain-lainnya.
Metode atau cara memperbaiki sifat sifat tanah ini juga sangat
bergantung pada lama waktu pemeraman, hal ini disebabkan karena
didalam proses perbaikan sifat sifat tanah terjadi proses kimia
yang dimana memerlukan waktu untuk zat kimia yang ada didalam
additive untuk bereaksi.
18
B. Tanah Organik
1. Proses Terjadinya Tanah Organik
Tanah organik terbentuk karena pengaruh iklim dan curah hujan tinggi
yang sebenarnya cukup merata sepanjang tahun dengan topografi tidak
rata, sehingga memungkinkan terbentuknya depresi-depresi. Sebagai
akibat tipe iklim serupa itu, tidak terjadi perbedaan menyolok pada musim
hujan dan kemarau. Vegetasi hutan berdaun lebar dapat tumbuh dengan
baik sehingga menghalangi insolasi dan kelembaban yang tinggi dapat
dipertahankan di lingkungan tersebut. Pada daerah cekungan dengan
genangan air terjadi akumulasi bahan organik. Hal ini disebabkan suasana
anaerob menghambat oksidasi bahan organik oleh jasad renik, sehingga
proses humifikasi akan terjadi lebih nyata dari proses mineralisasi.
Penguraian bahan organik hanya dilakukan oleh bakteri anaerob,
cendawan dan ganggang. Kecepatan dekomposisi ini dipengaruhi oleh
jenis dan jumlah bakteri anaerob, sifat vegetasi, iklim, topografi dan sifat
kimia airnya (Yuli 2012).
2. Sifat Tanah Organik
Sifat dan ciri tanah organik dapat ditentukan dengan berdasarkan sifat fisik
dan kimianya. Adapun sifat dan ciri tersebut antara lain:
a. Warna
Umumnya tanah organik berwarna coklat tua dan kehitaman, meskipun
bahan asalnya berwarna kelabu, coklat atau kemerah-merahan, tetapi
19
b. Berat isi
Dalam keadaan kering tanah organik sangat kering, berat isi tanah
organik bila dibandingkan dengan tanah mineral adalah rendah, yaitu
0,2 - 0,3 merupakan nilai umum bagi tanah organik yang telah
mengalami dekomposisi lanjut. Suatu lapisan tanah mineral yang telah
diolah berat isinya berkisar 1,25 - 1,45.
d. Struktur
Ciri tanah organik yang lain adalah strukturnya yang mudah
dihancurkan apabila dalam keadaan kering. Bahan organik yang telah
terdekomposisi sebagian bersifat koloidal dan mempunyai kohesi dan
plastisitasnya rendah. Suatu tanah berbahan organik yang baik adalah
poroeus atau mudah dilewati air, terbuka dan mudah diolah. Ciri-ciri ini
20
e. Reaksi masam
Pada tanah organik, dekomposisi bahan organik akan menghasilkan
asam-asam organik yang terakumulasi pada tubuh tanah, sehingga akan
meningkatkan keasaman tanah organik. Dengan demikian tanah organik
akan cenderung lebih masam dari tanah mineral pada kejenuhan basah
yang sama.
f. Sifat koloidal
Sifat ini mempunyai kapasitas tukar kationnya lebih besar, serta sifat ini
lebih jelas diperlihatkan oleh tanah organik daripada tanah mineral.
Luas permukaan dua hingga empat kali daripada tanah mineral.
g. Sifat penyangga
Pada tanah organik lebih banyak diperlukan belerang atau kapur yang
digunakan untuk perubahan pH pada tingkat nilai yang sama dengan
tanah mineral. Hal ini disebabkan karena sifat penyangga tanah
ditentukan oleh besar kapasitas tukar kation, dengan demikian tanah
21
3. Identifikasi Organik
KELOMPOK TANAH
Gambut
Tanah Organik
Tanah Dengan Kandungan
25 %
Organik Rendah
SUMBER : PEDOMAN KONSTRUKSI JALAN DI ATAS TANAH GAMBUT DAN ORGANIK, 1996
Pada penelitian ini, tanah yang digunakan adalah tanah yang berasal dari
Desa Rawa Seragi, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.
Sampel tanah yang diambil adalah tanah terganggu (disturb soil) yaitu
tanah yang telah terganggu oleh lingkungan luar.
22
Ecomix berbentuk serbuk halus dan terdiri dari komposisi logam dan
garam/mineral anorganik yang bersumber dari air laut, aman untuk
makhluk hidup dan ramah lingkungan.
Ecomix dalam praktek penggunaannya selalu dipadukan dengan unsur
tanah, semen dan air. Apabila Ecomix seberat
1 kg + 10 liter air
23
Ecomix memiliki porositas yang baik, anti retak, tidak licin dan tidak
berdebu, konstruksi semakin kokoh apabila terkena air.
24
c. Aplikasi Ekomix
Ecomix dapat digunakan untuk beberapa keperluan pekerjaan seperti
konstruksi jalan, memadatkan dan menstabilkan tanah serta pondasi tanah
dan perkerasan. Berikut ini adalah kegunaan dan aplikasi Ecomix.
1.
25
CBR
hingga
130%.
Contoh
konstruksi
jalan
26
MENGGUNAKAN
KONVENSIONAL
ECOMIX
pengikat/HRS untuk
2.
7cm
rata 3cm
27
3.
28