1. Berdasarkan definisinya, benda hitam adalah benda yang menyerap semua radiasi yang mengenainya. Menurut Anda, adakah benda hitam itu? Jika ada bagaimana Anda dapat melihatnya 2. Jika ada benda bertemperature 0 K, apakah benda tersebut meradiasi? 3. Dapatkah Anda menurunkan Hukum pergeseran Wien berdasarkan teori Rayleigh- Jeans? Bagaimana dengan hukum Stefan- Boltzman (apakah Anda dapat menurunkannya berdasarkan teori Rayleigh- Jeans)? 4. Adakah perbedaan dan kesamaaan antara pengkuantuman energi yang dikemukakan Planck dan pengkuantuman energi yang dikemukakan Einstein? Jelaskan! 5. Mengapa gejala efek fotolistrik hanya dapat dijelaskan jika cahaya dipandang sebagai partikel bulan sebagai gelombang sebagaimana dinyatakan oleh teori Maxwell? 6. Jelaskan peranan historis gejala efek fotolistrik terhadap lahirnya fisika kuantum? 7. Salah satu sifat gelombang dapat dipantulkan. Apakh partikel juga dapat dipantulkan? 8. Dapatkah Anda menjelaskan gejala difraksi cahaya berdasarkan faham cahaya sebagai partikel? 9. Berdasarkan hipotesa de Broglie apakah partikel yang diam dapat berwatak sebagai gelombang? 10. Menurut asas ketidakpastian Heisenberg, dapatkah kita menentukan keadaan gerak suatu partikel secara lengkap, meskipun pada saat tertentu saja? (Petunjuk: Keadaan gerak dapat diketahui secara lengkap berdasarkan informasi tentang posisi dan momentum linear partikel) JAWABAN
1. Bedasarkan definisinya, benda hitam adalah benda yang menyerap semua
radiasi yang mengenainya, maka benda hitam dapat dipandang sebagai sebuah lubang kecil pada rongga, cahaya yang dipancarkan oleh lubang kecil rongga dalam kesetimbangan dengan dinding, semua radiasi diserap dan diemisikan kembali beberapa kali. Sedangkan berdasarkan definisinya, benda hitam adalah benda yang memancarkan semua radiasi yang mengenainya, maka benda hitam dapat dipandang sebagai sebuah lubang kecil rongga panas terbuka, seperti suatu wadah dalam oven, bertingkah laku sebagai benda hitam karena terperangkap dalam rongga tersebut. 2. Jika ada benda yang bertemperatur 0 K, maka benda tersebut tidak meradiasi, karena besarnya radiasi suatu benda sebanding dengan pangkat 4 suhu mutlaknya. 3. Lampiran 4. Kesamaannya adalah energinya sama-sama terkuantisasi dan energinya sama-sama diskrit. Perbedaannya pada pengkuantuman energi Planck berlaku untuk kuantisasi energi elektron sedangkan pada pengkuantuman energi Einstein berlaku pada kuantisasi energi foton. 5. Gejala efek Fotolistrik hanya dapat dijelaskan jika cahaya dipandang sebagai aliran partikel (foton) bukan sebagai gelombang sebagaimana yang dinyatakan oleh teori Maxwell. Hal ini dikarenakan pada proses efek fotolistrik elektron yang merupakan partikel dan memiliki massa hanya dapat tercungkil (terpental) jika mengalami tumbukan dengan suatu entitas yang merupakan partikel pula, karena pada efek fotolistrik menggunakan cahaya sebagai bahan untuk mencungkil elektron, maka proses ini (fotolistrik) hanya dapat dijelaskan dengan memandang cahaya sebagai aliran partikel (foton). 6. Peranan historis gejala efek fotolistrik terhadap lahirnya fisika kuantum. Salah satu bukti eksperimen tentang keberadaan kuantum cahaya/foton adalah percoban efek fotolistrik. Sebelumnya telah diketahui bahwa apabila suatu cahaya dikenakan pada permukaan logam tertentu maka dapat terjadi lucutan electron dari permukaan logam tersebut. Sumbangan pemikiran Einstein untuk fenomena ini berdasarkan rumusan Planck, telah menguatkan gagasan kuantisasi energy Planck untuk bias diterima secara
luas. Kontribusi Einstein untuk efek fotolistrik berangkat dari teorinya
bahwa terjadi tumbukan antara foton datang dengan electron didalam logam. Dari eksperimen inilah maka lahirlah fisika kuantum yang diperkuat lagi oleh efek Compton dan hipotesis De Broglie. 7. Salah satu sifat gelombang adalah dapat dipantulkan. Maka partikel (electron) juga dapat dipantulkan oleh dinding yang memiliki beda potensial tinggi. 8. Difraksi cahaya berdasarkan faham cahaya sebagai partikel dapat dijelaskan dengan difraksi electron berdasarkan percobaan DavissonGermer yaitu : Pada tahun 1926 Elsosier menyarankan untuk menggunakan berkas elektron yang ditumbukkan pada kristal sebagai cara menguji perilaku gelombang dari zarah. Kisi kristal dengan jarak atom beberapa angstrom akan merupakan kisi yang baik untuk difraksi gelombang zat yang menyertai elektron. Percobaan yang berhasil menunjukkan difraksi berkas elektron adalah yang dilakukan Davison-Germer pada tahun 1927 di Amerika Serikat. Mereka pada mulanya melakukan percobaan tentang hamburan berkas elektron oleh nikel (nikel dalam bentuk curah (bulk). Seluruh rangkaian percobaan ditempatkan dalam ruang yang dapat divakumkan. Adapun langkah-langkahnya adalah : Suatu penembak elektron menghasilkan berkas elektron terkolimasikan. Berkas tenaga kinetik elektron dalam berkas diatur dengan mengatur besar potensial antara anoda dan katoda. Berkas elektron diarahkan pada sasaran yang terbuat dari bahan nikel. Elektron yang dihambur oleh sasaran ini kemudian dikumpulkan oleh kolektor, yang juga sekaligus menjadi detektor arus elektron. Kolektor dapat dipindahkan kedudukannya sehingga dapat diperoleh pengamatan besar arus kolektor sebagai fungsi sudut hambur. Pada awal percobaannya Davison dan Germer menggunakan bahan curah, yang hasilnya tidak spektakuler. Jumlah elektron yang terhambur senantiasa berkurang apabila sudut hamburan diperbesar. Pada saat percobaan dinding vakum mengalami kerusakan, sasaran nikel yang ada pada saat itu berada pada suhu yang tinggi teroksidasi oleh udara yang memasuki sistem vakum. Setelah peralatan diperbaiki
cuplikan nikel kemudian direduksi dalam tungku secara perlahan-lahan.
Reduksi ini menghilangkan lapisan oksida yang terbentuk pada saat permukaan nikel teroksidasi karena kehadiran udara dalam sistem vakum. Ketika percobaan diulangi kembali ternyata diperoleh hasil yang sangat berbeda. Elektron yang dihambur menunjukkan suatu pola hamburan yang sangat bergantung pada sudut hambur. Terlihat bahwa dengan adanya perubahan sudut hambur terjadi maksimal dan minimal dari jumlah elektron yang terhambur. Pola hamburan itu menunjukkan bahwa berkas elektron mengalami difraksi ketika bertumbukan dengan permukaan nikel. Davisson dan Germer dengan menggunakan cara-cara perhitungan yang dipergunakan dalam difraksi sinar x, akhirnya dapat menentukan panjang gelombang elektron dalam berkas. Besar panjang gelombang yang diperoleh dari eksperimen ternyata sama dengan harga yang diperoleh dengan menggunakan postulat de Broglie. Percobaan Davisson Germer inilah yang memverifikasi tentang perilaku gelombang dari elektron seperti yang dihipotesakan dan dipostulatkan de Broglie. 9. Berdasarkan hipotesis De Broglie, partikel yang diam tidak dapat berwatak sebagai gelombang karena panjang gelombang yang identik dengan partikel tersebut bergantung pada kecepatan partikel tersebut. 10.