PENDAHULUAN
Weltevreden merupakan wilayah baru dalam kota Batavia dan sejak tahun 1905 meliputi daerah
Gambir, gondangdia, Menteng, Tanah Abang, Karet, Senen, Kemayoran, Cempaka Putih, Kwitang
Timur, Kramat dan Salemba (Hardi, 1987:92).
2
Tinggalan arkeologi dapat berwujud: (1) Artefak (artifact), yaitu benda yang jelas menampakkan
hasil garapan tangan manusia, baik secara keseluruhan atau sebagian; (2) Fitur (feature), yaitu
artefak yang tidak dapat diangkat atau dipindahkan, tanpa merusak matriksnya; (3)Ekofak
(ecofact) adalah benda-benda dari unsur lingkungan hidup, yang berperan pada kehidupan manusia
masa lampau, yang terdiri atas unsur biota atau manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, serta
unsur biota seperti tanah, air dan udara (Sharer & Ashmoer, 1979: 70-72).
1Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sehingga tidak heran kalau gaya3 arsitektur yang berkembang di Eropa dapat
dengan cepat diterapkan atau diadopsi juga di negeri jajahannya.4
Para arsitek Belanda yang bekerja dalam kelompok, ternyata mengerjakan
lebih banyak proyek dan lebih besar dari lainnya ketimbang yang perseorangan
(Sumalyo, 1996:224). Arsitek yang bekerja dalam kelompok yang cukup dikenal
ialah biro arsitek Hulswi & Cuypers atau lengkapnya yaitu biro arsitek Hulswit en
Fermont te Weltevreden Ed. Cuypers te Amsterdam. Biro ini banyak mengerjakan
proyek-proyek pembangunan terutama di Batavia diantaranya meliputi perusahaan
swasta, gereja, sekolah, dan lain sebagainya. Contoh hasil karya biro ini yang
diperuntukan bagi perusahan swasta seperti kantor pusat Javasche Bank
merupakan salah satu badan keuangan terbesar pada zaman Belanda, terletak di
Jalan Pintu Besar Selatan dalam kawasan Kota Lama, gedung Chartered Bank of
India Australia and China di Jalan Kali Besar Barat, Bank Hongkong and
Shanghai Bangking Corporation di Jalan Kali Besar Timur. Biro ini juga
memperbaharui dan memperluas beberapa bangunan diantaranya yakni rumah
presiden direktur Javasche Bank di tahun 1922 yang kini menjadi Istana Wakil
Presiden (Heuken, 2008:48).
Biro arsitek ini juga merancang suatu rumah besar untuk kegiatan sosial
yakni Rumah Yatim Piatu Vincentius atau yang sekarang dikenal sebagai Panti
Asuhan Vincentius Putra. Bangunan ini dirancang oleh biro arsitek Hulswit,
Femont & Cuypers dibangun tahun 1915 berada di Jalan Kramat Raya No.34,
Jakarta Pusat. Panti Asuhan merupakan rumah tempat merawat yatim piatu(Alwi,
2000:826). Di Hindia Belanda, rumah yatim piatu menjadi pusat penampungan
yang memang diperlukan bagi anak-anak yang dilahirkan dari hasil hubungan
Gaya arsitektur adalah hasil akhir suatu pengalaman membangun yang meliputi waktu yang lama
didalam masyarakat tertentu (Budiharjo, 49:1983). Gaya (style) juga dapat diartikan sebagai suatu
kumpulan karakteristik bangunan dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan kedalam
suatu bentuk-bentuk yang dapat mengingatkan pada suatu periode atau wilayah tertentu, kadang
kala kepada seorang perancang (Onggodipuro, 23:1982).
4
Kemajuan pelayaran dengan kapal api di awal abad ke-20 membuat jarak antara Eropa dan
Batavia menjadi semakin singkat. Cepatnya hubungan ini mengakibatkan banyaknya orang-orang
Belanda datang dan pergi dari Eropa ke Hindia Belanda dengan berbagai keperluan. Cepatnya
komunikasi ini juga mempengaruhi imbasnya ide-ide modern ke Hindia Belanda. Buku-buku
perpustakaan arsitektur modern dari Barat juga dengan mudah dapat dibaca oleh para arsitek
kolonial Belanda yang berdomisili di sini. Sebaliknya para arsitek kolonial Belanda di sini juga
menerbitkan majalah arsitektur yang membahas tentang arsitektur modern seperti majalah
Nederlandish-Indie Oude & Nieuw, Indische Bouwkundig Tijdschrift, dan sebagainya. Lihat
Handinoto (1996:247).
Universitas Indonesia
(luar nikah) lelaki Eropa (ambtenar5, militer, tuan kebun) dengan perempuan
Indonesia (Bank, 1999:7). Salah satu ciri khas pemukiman Belanda di tanah
jajahan adalah gedung untuk anak yatim (Handinoto, 1996:139).
Alasan diperlukannya sebuah bangunan Panti Asuhan, bisa terjadi karena
beberapa penyebab sebagai contoh yakni dipicu oleh kebijakan pemerintah
kolonial yang memberikan batasan-batasan terhadap orang Eropa yang ingin
bekerja di Hindia Belanda. Heuken (2007:88) menyatakan bahwa para pegawai
pemerintah dan perkebunan yang baru tiba dari Belanda dilarang membawa serta
istrinya sampai cuti kedua kalinya, akibatnya banyak diantara mereka melakukan
hubungan di luar nikah. Pemasalahan akan terjadi ketika para istri mereka datang
ke Hindia Belanda sehingga secara terpaksa para wanita pribumi ini tersingkir.
Terkadang anak dari hubungan luar nikah dikirim ke Belanda, namun banyak
diantaranya dibiarkan begitu saja sedangkan ibu pribumi sendiri kurang mampu.
Lembaga sosial milik gereja berupaya mengatasi hal itu dengan
mendirikan bangunan yang diperuntukan bagi anak-anak tersebut sehingga
mereka dapat dididik dengan baik. Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putra
sendiri berada di bawah pengelolaan lembaga Perhimpunan Vincentius Jakarta
dan merupakan bangunan kolonial terbesar di Jakarta yang diperuntukan sebagai
panti asuhan.
Universitas Indonesia
meninggalkan ciri-ciri klasik dalam penerapan bangunannya, mempunyai ciri penggunaan elemenelemen floral dalam bentuk abstrak. Amsterdam school berkembang antara tahun 1910 sampai
dengan 1925 menekankan pada bentuk profil-profil plesteran, penggunaan bata, batu alam dan
kayu. Bangunan dengan gaya de stijl mempunyai ciri penggunaan atap datar, bentuk geometrik
dan penggunaan warna-warna dasar. Semua gaya tersebut tumbuh dan berkembang di Eropa
pengaruhnya terasa pada daerah-daerah koloni seperti Hindia Belanda, penjelasan lebih lanjut
terdapat pada bab selanjutnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dasar (fondasi dan lantai), dinding, dan atap bangunan. Dalam pemilahan ini,
analisis yang dilakukan meliputi dua hal yakni pertama, menganalisis komponen
arsitektur dengan cara mencari persamaan bentuk dengan komponen arsitektur
yang berkembang di Eropa. Selanjutnya, mencari persamaan bentuk dan ciri
dengan bangunan-bangunan kolonial lainnya yang dibangun pada masa yang
sama sekaligus juga mencari persamaan gaya bangunan. Dalam mencari
persamaan gaya tersebut, terlebih dahulu dipaparkan gaya-gaya bangunan yang
terdapat di Eropa awal abad 20 serta contoh bangunannya di Batavia berdasarkan
literatur yang telah didapat.
Tahap terakhir adalah penafsiran data, yakni mengintegrasikan dari
pemilahan yang dilakukan terhadap adanya kesamaan komponen bangunan Panti
Asuhan Vincentius Putra dengan komponen bangunan yang terdapat di Eropa dan
kesamaan dengan bangunan kolonial yang terdapat di Batavia awal abad 20 serta
gaya bangunannya. Kemudian dari pola-pola yang terlihat ditarik kesimpulan
untuk menjawab sesuai dengan pemasalahan dan tujuan penelitian.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia