ALAM
Disusun Oleh:
Salman Hasan Al hafidz
Kelas V A (Lima)
SDN PAMULANG I
TANGERANG SELATAN BANTEN
Senin, 27 April 2015 | 13:50
Gempa Bumi, 20 WNI di Nepal Belum Terjangkau
Krakatau
Banjarnegara
Banjarnegara
BMG
menduga
Desa
Sijeruk,
Kecamatan
Banjarmangu,
Kabupaten
Banjarnegara,
Tengah,
Jawa
akibat
"Tapi, longsor yang terjadi kemarin curah hujannya yang tinggi," tegas
Pujo. Menurut catatannya, selama bulan Desember tercatat curah hujan
mencapai 783 milimeter per bulan. Itu curah hujan yang tinggi atau di
atas normal. Untuk normalnya, wilayah Banjarnegara sekitar 500-600 mm.
Pujo tak bisa memastikan apakah illegal logging turut berperan dalam
musibah ini. "Namun sekali lagi pada awal Januari ini, curah hujannya
tinggi. Pada tanggal 1, tercatat 57,7 mm. Tanggal 2 Januari tercatat 51,5
mm. Tanggal 3 Januari tercatat 21,5 mm. Tanggal 4 tercatat 37 mm," jelas
Pujo. Secara terpisah, Haryanto, staf BMG, menyatakan, di sekitar
perbukitan di daerah Banjarnegara banyak warga yang melakukan
penebangan liar di kawasan hutan lindung. "Dan itu sudah terjadi
beberapa lama," katanya.
"Hampir di semua kecamatan di Pidie ada rumah rusak dan atap terangkat. Kita masih
mendata," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie Apriadi saat
dihubungi detikcom dari Banda Aceh.
Puting beliung disertai hujan deras terjadi sekitar pukul 13.15 WIB itu melanda semua
kecamatan di Kabupaten Pidie. Tiupan angin yang demikian kuat menyebabkan pohon, dan
tiang listrik tumbang.
Banyak juga pohon yang tumbang itu menimpa rumah warga. BPBD kini telah meminta
camat yang daerahnya dilanda puting beliung untuk segera melakukan penanganan dan
membersihkan pohon tumbang.
"Penanganannya dilakukan masing-masing camat di lokasi. Nanti biayanya dilaporkan ke
bupati. Karena kalau kita yang tangani tidak sanggup karena puting beliung ini menyeluruh di
Pidie," jelasnya.
Angin puting beliung yang menyebabkan pohon tumbang tersebut membuat warga yang
melintas di jalan raya memilih menepi ke tempat aman. Warga sempat khawatir dengan
puting beliung tersebut.
"Rumah saya di Desa Meunasah Kumbang, Kecamatan Mila rusak. Tapi sekarang pohon
tumbang sudah mulai dibersihkan," kata seorang warga, Hendra.
Tenggat
hutan
KPH
sasaran
liar.
Blitar
Perhutani
menjadi
pembalakan
Total
kerugian
Sementara, peristiwa yang sama di tahun 2013, kerugiannya Rp615 juta dengan 1.367 batang
kayu yang hilang.
Ini memang perlu adanya peningkatan kerja sama di semua sektor guna menjaga kelestarian
hutan di kawasan Blitar. Selain itu, tentu untuk mencegah bencana longsor dan banjir,
mengingat musim hujan telah dating," ujar Kepala Humas Perhutani KPH Blitar Heri
Purwanto, Kamis (4/12/2014).
Ironisnya, aksi pembalakan hutan seringkali melibatkan sejumlah oknum petugas perhutani
sendiri. Menurut informasi, yang dihimpun , selain pembalakan, oknum juga mengalihkan
fungsi hutan secara ilegal.
Seperti yang pernah disidak anggota Komisi II DPRD Kabupaten Blitar di Desa Plandirejo,
Kecamatan Bakung, kawasan hutan lindung Blitar selatan. Belantara seluas 18.690 hektar
diubah menjadi tambak udang ekspor, kebun ketela dan tebu.
Saat sidak yang berlangsung pertengahan tahun 2014 lalu itu diketahui bahwa pengalihan
fungsi sejak tahun 2006 tersebut terbukti tidak memenuhi syarat yuridis. Karenanya tidak
heran Kepala Bakesbangpol Kabupaten Blitar Mujianto mengakui bahwa kasus kerusakan
hutan masih sulit diatasi.
melakukan penertiban dan penegakan hukum cukup dengan Perda Nomor 1 Tahun 2008
tentang Usaha Penambangan.
"Mengapa sampai saat ini payung hukum perda tersebut tidak pernah digunakan, bahkan
terkesan ditiadakan?" kata Agus melalui sambungan ponselnya, Minggu (7/12/2014).
Agus menduga penerbitan perda itu sekadar sebagai lips service agar masyarakat tenang.
Argumentasi penertiban dengan retorika UU Penataan Ruang tersebut menjadi bukti bahwa
pemkab sebagai pembuat regulasi tidak mampu menjalankan aturan yang dibuatnya sendiri.
"Kesungguhan untuk melakukan penertiban seharusnya dilakukan secara menyeluruh, tidak
tebang pilih. Tidak hanya persoalan penambangan, tetapi juga penertiban pabrik pemecah
batu. Fakta di lapangan, masih beroperasi pabrik pemecah batu ilegal di Kabupaten Magelang
dan hampir semuanya tidak memiliki izin. Ironisnya beberapa pabrik tersebut berdiri di zona
merah. Sungguh ironis jika pemda hanya melakukan penertiban penambangan pasir, tetapi
membiarkan pabrik-pabrik pemecah batu ilegal," papar Agus.
Sementara, Koordinator Advokasi Forum Rembug Lintas Merapi Sarju Teguh Riyadi
mengatakan penegakan hukum yang dilakukan hanya pemanis bibir. Sebab banyak oknum
pemda ikut bermain.
Sebelumnya, sekalipun sudah menyita 9 alat berat atau ekskavator, Satpol PP Kabupaten
Magelang ternyata belum menemukan indikasi pelanggaran penambangan alat berat.
GORIAU.COM
Danrem
031/Wirabima Brigjen TNI
Prihadi
Agus
Irianto
mengimbau kepada para
Dandim, Danramil dan Babinsa
jajaran Korem 031/Wirabima
agar
selalu
melakukan
pendampingan
kepada
petani mulai dari pemilihan
bibit,
penanaman,
pemupukan,