Anda di halaman 1dari 20

Materi untuk pengabdian pada masyarakat (IBM)

Kementerian Perindustrian
Perkirakan Tren E-Commerce di
Indonesia Akan Tumbuh 60%70% Tahun Ini
Sumber : https://dailysocial.net/post/kementerian-perindustrian-tren-e-commerce2015

Pertumbuhan pasar e-commerce di Indonesia yang begitu pesat memang tidak perlu diragukan
lagi. Sebagian orang bahkan menganggap pasar e-commerce dapat menjadi tambang emas yang
sangat menggoda. Kementerian Perindustrian sendiri memperkirakan bisnis dalam industri ecommerce di tahun 2015 akan tumbuh signifikan, meski masih ada rasa tidak percaya dari
masyarakat akibat maraknya praktik penipuan.
Dikutip dari Bisnis, Direktur Industri Elektronika Telematika Ditjen Industri Unggulan Berbasis
Teknologi Tinggi Ignasius Warsito mengatakan, Tren e-commerce di Indonesia akan tumbuh
60%-70% meski masih ada kekhawatiran konsumen terhadap praktik penipuan dalam persentase
yang relatif kecil.
Lebih lanjut Ignasius juga menjelaskan bahwa pertumbuhan industri e-commerce ini didorong
oleh semakin membaiknya akses teknologi serta konektivitas langsung ke konsumen. Oleh
karena itu beliau juga menyarankan kepada pemain dalam industri ini untuk
memperkuat branding.
Pertumbuhan pasar e-commerce yang pesat ini juga tak lepas dari pertumbuhan pengguna
internet di Indonesia. Seperti dikutip dari Berita Satu, data APJII memaparkan bahwa pengguna
internet pada akhir tahun 2014 mencapai 107 juta pengguna dengan 63,4% berasal dari kelas
menengah ke atas, 21,5% dari wiraswasta, dan 15,1% berasal dari kalangan buruh.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, Pasar e-commerce Indonesia pada
tahun 2015 akan mencapai 10 billion USD (untuk perdagangan) dan pertumbuhannya dalam 3-4
tahun ke depan diperkirakan akan mendekati 40%.

Data eMarketer menyebutkan bahwa Asia Pasifik akan menjadi kawasan dengan penjualan B2C
(Business-to-Consumer) melalui e-commerce yang terbesar di dunia mulai tahun 2014 lalu.
eMarketer memprediksikan penjualan ritel di Asia Pasifik bakal menembus angka psikologi $1
triliun di tahun 2017. Pertumbuhan pesat e-commerce ini tak lepas dari ledakan pertumbuhan
penjualan ritel secara online di tiga negara Asia dengan penduduk terbesar, yaitu Cina, Indonesia,
dan India.
Meskipun demikian, eMarketer lebih moderat dalam memprediksikan pertumbuhan bisnis ecommerce di Indonesia. Menurut perhitungan eMarketer, pertumbuhan e-commerce di Indonesia
akan semakin melambat ketimbang 1-2 tahun sebelumnya, dengan angka pertumbuhan 37,2%,
dan akan terus turun hingga tahun 2017.

Bisnis Online Menggurita, Menteri Jokowi


Rapat e-Commerce
Sumber : http://bisnis.liputan6.com/read/2182942/bisnis-online-menggurita-menterijokowi-rapat-e-commerce

Liputan6.com, Jakarta - Bisnis online di Indonesia kian menjamur. Penerapan


transaksi komersial berbasis internet atau e-commerce akan menjadi masa depan
perdagangan Indonesia. Untuk mendukung penggunaan e-commerce di Tanah Air,
pemerintah menggelar rapat koordinasi (rakor) bersama para menteri terkait.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) saat ini tengah menyiapkan
perangkat regulasi terkait penerapan dan pemanfaatan e-commerce dan transaksi
elektronik, termasuk kesiapan sarana dan prasarana layanan ini.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengungkapkan, potensi
perdagangan dari e-commerce di Indonesia sangat menggiurkan walaupun masih
kalah jauh dari penggunaan e-commerce di China.
"Diperkirakan tahun ini lebih dari US$ 20 miliar atau meningkat dari realisasi sebesar
US$ 12 miliar di 2014 dan US$ 8 miliar di 2013. Sedangkan pemanfaatan e-commerce
di China sudah mencapai transaksi US$ 300 miliar," papar dia sebelum Rakor ecommercedi kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (27/2/2015).
Dalam pelaksanaannya, sambung Rudiantara, e-commerce harus diatur dan
melibatkan Kementerian/Lembaga. Dari sisi logistik, menurutnya, merupakan
tanggungjawab Kementerian Perhubungan. Sementara Bank Indonesia berperan dari
sisi finansial atau sistem pembayaran.
"Kementerian Perdagangan punya peran dalam pemberian izin atau pelaporan
transaksi. Juga harus diatur soal perlindungan konsumennya, termasuk peran Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) karena e-commerce masih masuk dalam Daftar
Negatif Investasi," terang dia.
Sementara Kemkominfo, kata Rudiantara, bertindak menyiapkan infrastruktur atau
jaringan dari provider. "Ini kita mau rapatkan soal regulasinya. Dalam bentuk apa, kita
baru mau koordinasikan," jelasnya.
Rakor penerapan e-commerce siang ini rencananya dipimpin Menko Bidang
Perekonomian Sofyan Djalil. Selain dihadiri Menkominfo, juga akan diikuti Menko

Kemaritiman Indroyono Soesilo, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri


Perdagangan Rachmat Gobel, Bappenas dan lainnya. (Fik/Ndw)
Regulasi dan Izin Pengembangan E-Commerce

Sumber : http://www.ekon.go.id/berita/view/regulasi-danizin.1209.html#.VSXYnYCqqko

Jakarta (6/3) E-Commerce merupakan salah satu permasalahan menyangkut masa depan
Indonesia yang perlu segera diterapkan. Hal itu disampaikan oleh Menko Perekonomian, Sofyan
Djalil pada saat membuka Rapat Koordinasi Penerapan E-Commerce, Jumat (6/3). Beberapa
Menteri turut hadir dalam rapat ini, Tedjo Edhi (Menko Polhukam), Rachmat Gobel (Menteri
Perdagangan), dan Rudiantara (Menkominfo).
Hari ini kita akan bicara tentang suatu masalah masa depan, yaitu bagaimana E-Commerce dan
izinE-Commerce bisa

diterapkan.

Sekarang E-Commerce semakin

berkembang

tapi

kita

kelihatannya regulasinya dan lain-lain masih sangat lemah, ungkap Sofyan.


Sofyan sepakat dengan Menkominfo, Rudiantara yang melihat bahwa masalah itu perlu segera
diambil tindakan tentang bagaimana menyiapkan kelembagaan, aturan, sistem pembayaran, dan
perlindungan terhadap konsumen.
Dalam paparannya, Rudiantara menyebutkan, E-Commerce adalah isu bagi banyak sektor. Pada
2013, nilai transaksi E-Commerce di Indonesia sebesar 8 milyar dolar, sedangkan pada 2014
sebesar 12 milyar dolar. Di Indonesia mayoritas pembayaran E-Commerce menggunakan COD
(Cash on Delivery). Hal itu terjadi karena permasalahan trust.
Masih banyak orang Indonesia yang belum percaya, sehingga mereka bayar pada saat barang
dikirim, kata Rudiantara.
Ada beberapa ekosistem domestik berikut stakeholder-nya yang sebenarnya dapat membangun ECommerce, yaitu terdiri dari human resources (employers, freelancers), suppliers (manufactures,
Svc providers, airlines/trains, hotels, individual seller), E-Commerce players (B2C, B2B,
C2C), danconsumers (individuals, bussiness).
Berdasarkan pengamatan Menkominfo, ada dua jenis isu terkait E-Commerce. Yaitu isu industri
seperti kredibilitas pedagang kurang dapat dipercaya, lambatnya proses perubahan sistem
pembayaran yang terintegrasi, kekurangan skill pekerja, dan keterbatasan bukti kesuksesan pada
kasus yang sama. Serta isu nasional seperti biaya transportasi yang tinggi dan reliabilitas dari

pemasok logistik, jaringan internet yang lambat di rumah-rumah pribadi, dukungan dan koordinasi
dari pemerintah, dan terobosan yang lemah untuk penggunaan kartu kredit dan debit.
Menko Perekonomian, Sofyan Djalil meminta agar semua isu yang telah diidentifikasi tersebut dapat
dibuatkan matriks sehingga pada rapat pembahasan berikutnya sudah bisa membicarakan tindakan
penyelesaian untuk masing-masing isu.

2015, E-Commerce Indonesia Diperkirakan


Tembus US$ 20 Miliar
Sumber

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150306144302-92-37254/2015-e-commerce-

indonesia-diperkirakan-tembus-us--20-miliar/
Elisa Valenta Sari, CNN Indonesia
Jumat, 06/03/2015 14:50 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara


memperkirakan perdagangan dengan skema elektronik atau e-commerce Indonesia tahun ini
menembus angka US$ 20 miliar atau Rp 259,4 triliun. Angka tersebut diketahui meningkat 66,7
persen ketimbang realisasi perdagangan tahun lalu yang hanya mencapai US$ 12 miliar, atau
berkisar Rp 150 triliun.
"Tapi angka ini masih jauh dibanding nilai transaksi e-commerce di China. Dimana nilai transaksi ecommerce di China tahun lalu (besarnya) tiga kali dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) Indonesia yang mencapai US$ 400 miliar," ujar Rudianta di kantor Kemenko Bidang
Perekonomian, Jakarta, Jumat (6/3).
Untuk bisa menggenjot jumlah transaksi, Rudiantara bilang, pemerintah
tengah menyiapkanbeleid baru terkait transaksi perdagangan elektronik atau e-commerce. Ini juga
dimaksudkan agar transaksi e-commerce di Indonesia lebih tertib dan aman. Namun
sayangnya, Rudi masih enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai aturan baru tersebut.
"Aturan sedang dikaji. Jadi kita mau belajar kebijakan apa yang dipakai China sehingga bisa
menumbuhkan bisnis e-commerce begitu pesat," katanya.

Pilihan Redaksi

Dirjen Pajak Bidik Transaksi e-Commerce


Pelarangan Asing di E-Commerce Perlu Dikaji

Perdagangan Online Kena Pajak, Menkominfo: Jangan Buru-Buru

Dikenakan
Ditengah

Pajak?
peningkatan

transaksi

elektronik,

jajaran Direktorat

Jendral

Pajak

dikabarkan bakal mengenakan pajak untuk setiap perdagangan melalui skema elektronik atau ecommerce. Rencana pengenaan pajak untuk e-commercesendiri tak lekang dari kian banyaknya
pelaku

usaha

yang

menggunakan media online untuk

menjual barang

dagangan.

Sebelumnya mantan Dirjen Pajak Kementerian Keuangan, Fuad Rahmany mengungkapkan, untuk
dapat mengenakan pungutan jajarannya pun akan menambah jumlah petugas penagih pajak. Tapi
kesulitannya kami tidak tahu pengusaha yang melakukan itu berada di mana. Padahal potensinya
besar

sekali,

ujar

Fuad

beberapa

waktu.

Fuad menerangkan, adanya pengenaan pajak untuk setiap transaksi e-commercedilakukan lantaran
bisnis ini tak ubahnya dengan pelaku usaha di sektor riil. "Sebenarnya untuk bisnis online sudah kita
lakukan. Sebagian sudah kena, tapi sebagian belum karena kita kesulitan untuk mendeteksi mereka
berada di mana, ungkapnya.

Bisnis Online Booming, Menteri


Ekonomi Rapatkane-Commerce
Summber

http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/02/27/364048/bisnis-online-booming-

menteri-ekonomi-rapatkan-e-commerce
Metrotvnews.com, Jakarta: Transaksi bisnis dengan menggunakan internet atau yang dikenal
dengan e-commerce memang sedang mendunia. Dalam mendukung penerapan bisnis online ini,
pemerintah

mengadakan

rapat

koordinasi.

Rapat e-commerce hari ini rencananya akan dipimpin Menko Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, di
kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat (27/2/2015). Selain dihadiri Menkominfo,
juga akan diikuti Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro,
Menteri

Perdagangan

Rachmat

Gobel,

Bappenas,

dan

lainnya.

Pemerintah sendiri kini tengah menyiapkan regulasi terkait penerapan dan pemanfaatan ecommerce dan transaksi elektronik, termasuk kesiapan sarana dan prasarana layanan ini.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, mengungkapkan, potensi perdagangan dari ecommerce di Indonesia sangat menggiurkan walaupun masih kalah jauh dari penggunaan ecommerce di

Tiongkok.

"Diperkirakan tahun ini lebih dari USD20 miliar atau meningkat dari realisasi sebesar USD12 miliar
di 2014 dan USD8 miliar di 2013. Sedangkan pemanfaatane-commerce di Tiongkok sudah
mencapai
Dalam

transaksi

USD300

pelaksanaannya,

sambung

miliar,"

papar

dia

sebelum

Rudiantara, e-commerce harus

diatur

rakor e-commerce.
dan

melibatkan

Kementerian/Lembaga. Dari sisi logistik, menurutnya, merupakan tanggung jawab Kementerian


Perhubungan. Sementara Bank Indonesia (BI) berperan dari sisi finansial atau sistem pembayaran.
"Kementerian Perdagangan punya peran dalam pemberian izin atau pelaporan transaksi. Juga
harus diatur soal perlindungan konsumennya, termasuk peran Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM)
Dirinya

karena e-commerce masih


menambahkan,

pihaknya

masuk

dalam

bertugas

untuk

Daftar

Negatif

menyiapkan

Investasi,"

infrastruktur

terang

dia.

atau jaringan

dari provider. "Ini kita mau rapatkan soal regulasinya. Dalam bentuk apa, kita baru mau
koordinasikan," pungkasnya.

Perkembangan Ecommerce di Indonesia


Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/01/15/perkembanganecommerce-di-indonesia-524595.html

Menjamurnya tingkat pemakai internet di Indonesia saat ini menjadikan


berbelanja online salah satu pilihan yang tidak asing lagi bagi masyarakat di
Indonesia. Seiring dengan hal ini, membuat semakin menjamurnya toko
online di tanah air sehingga kebiasaan berbelanja di pusat perbelanjaan atau
di mall berubah menjadi belanja via toko online.
Saat ini jumlah pemakai internet di Indonesia menurut Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat jumlah 62,9 juta
orang dari total 215 juta penduduk, jumlah pemakai ini masih tergolong
sedikit, tetapi disisi lain menurut riset dari daily social dan daily transpayment
gateway Indonesia diperkirakan pengguna internet akan mencapai angka 150
juta orang dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Angka yang meningkat
tajam ini mengisyaratkan bahwa prospek perkembangan e-commerce di
Indonesia ditahun-tahun mendatang akan menjadi sangat cerah.
Perkembangan pesat e-commerce yang terjadi di Indonesia ini tidak serta
merta terjadi tanpa sebab. Andil pemain-pemain besar e-commerce di
Indonesia dimulai sejak tahun 1996 dengan berdirinya perintis belanja online
Dyviacom Intrabumi atau D-Net Wahana transaksi berupa mal online yang
disebut D-Mall (diakses lewat D-Net) ini telah menampung sekitar 33 toko
online/merchant. Contoh e-commerce di Indonesia yang ikut meramaikan dan
kini memiliki reputasi yang baik adalah seperti bhineka.com, blibli.com,
tokopedia.com, gramedia.com tokobagus.com. Jajaran e-commerece besar
ini telah berhasil meraih kepercayaan konsumernya.
Perkembangan e-commerce paling pesat di Indonesia adalah pada 5 tahun
terakhir ini, hal ini disebabkan oleh karena semakin banyak investor asing
telah melirik dan menanamkan modalnya untuk pasar toko online di
Indonesia, contohnya sepertiLazada, Zalora, FoodPanda, dan Officefab.
Jajaran web toko online ini merupakan kepanjangan tangan dari Rocket
Internet yang bermarkas besar di Jerman, dan telah memiliki website sejenis
di 5 negara di Asia Tenggara salah satunya Indonesia.

praktisi e-commerce Aria Rajasa menyatakan bahwa pebisnis yang ingin


terjun ke dunia e-commerce sebaiknnya memperhatikan kepercayaan
pelanggan dan kualitas produk. E-commerce merupakan bisnis jasa di mana
kepercayaan pelanggan merupakan aspek penting. Selain itu, pelaku juga
harus selalu memperhatikan kualitas produk. E-commerce bukanlah sihir di
mana sesuatu berjalan otomatis ke arah kesuksesan dan karena menggeluti
e-commerce memerlukan kerja keras.

Data Statistik Mengenai Pertumbuhan


Pangsa Pasar E-Commerce di Indonesia
Saat Ini
Sumber : http://startupbisnis.com/data-statistik-mengenai-pertumbuhan-pangsapasar-e-commerce-di-indonesia-saat-ini/

Pertumbuhan pesat pangsa pasar e-commerce di Indonesia memang sudah tidak bisa diragukan
lagi. Dengan jumlah pengguna internet yang mencapai angka 82 juta orang atau sekitar 30% dari
total penduduk di Indonesia, pasar e-commerce menjadi tambang emas yang sangat menggoda
bagi sebagian orang yang bisa melihat potensi ke depannya. Pertumbuhan ini didukung dengan
data dari Menkominfo yang menyebutkan bahwa nilai transaksi e-commerce pada tahun 2013
mencapai angka Rp130 triliun.
Ini merupakan angka yang sangat fantastis mengingat bahwa hanya sekitar 7% dari pengguna
internet di Indonesia yang pernah belanja secara online, ini berdasarkan data dari McKinsey.
Dibandingkan dengan China yang sudah mencapai 30%, Indonesia memang masih tertinggal jauh,
tapi perlu anda ingat bahwa jumlah ini akan terus naik seiring dengan bertumbuhnya
penggunaan smartphone, penetrasi internet di Indonesia, penggunaan kartu debit dan kredit, dan
tingkat kepercayaan konsumen untuk berbelanja secara online. Jika kita melihat Indonesia sebagai
Negara kepulauan yang sangat luas, e-commerce adalah pasar yang berpotensi tumbuh sangat
besar di Indonesia.
Tahukah anda bahwa ternyata sudah semakin banyak kota-kota kecil di Indonesia yang mulai
berbelanja secara online? Pada tahun 2012, suatu perusahaan e-commerce di Indonesia mencatat
bahwa 41% penjualan mereka berasal dari Jakarta, tapi enam bulan selanjutnya angka ini turun
menjadi 22%. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya konsumen di Jakarta saja yang rutin berbelanja
online, konsumen di luar Jakarta pun tidak ingin ketinggalan mengikuti perkembangan zaman
dengan menunjukkan kontribusi mereka pada pasar e-commerce di Indonesia.
Data dari lembaga riset ICD memprediksi bahwa pasar e-commerce di Indonesia akan tumbuh 42%
dari tahun 2012-2015. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan negara lain seperti Malaysia (14%),
Thailand (22%), dan Filipina (28%) Tentulah nilai sebesar ini sangat menggoda bagi sebagian

investor, baik dalam maupun luar negeri. Beberapa VC (Venture Capital) besar seperti Rocket
Internet, CyberAgent, East Ventures, dan IdeoSource bahkan sudah menanamkan modal ke
perusahaan e-commerce yang berbasis di Indonesia. Sebut saja beberapa diantaranya adalah
raksasa Lazada dan Zalora, Berrybenka, Tokopedia, Bilna, Saqina, VIP Plaza, Ralali dan masih
banyak lagi. Mereka adalah sebagian contoh dari perusahaan e-commerce yang sukses dan berhasil
dalam memanfaatkan peluang pasar e-commerce di Indonesia yang sedang naik daun.

Perilaku konsumen di Indonesia terhadap belanja


online
Berdasarkan data dari Bolton Consulting Group (BCG), pada tahun 2013 golongan kelas menengah
di Indonesia sudah mencapai angka 74 juta orang dan diprediksi pada tahun 2020, angka ini naik
menjadi 141 juta orang atau sekitar 54% dari total penduduk di Indonesia. Melihat dari data ini,
sudah jelas dan bisa dipastikan bahwa potensi pasar e-commerce di Indonesia sangatlah besar.
Dengan meningkatnya golongan kelas menengah, orang-orang tidak akan segan untuk
mengkonsumsi uang mereka untuk membeli berbagai macam barang yang mereka inginkan. Tapi
walaupun memiliki potensi yang besar, tetap ada beberapa masalah yang menjadi penghambat
pertumbuhan konsumen yang pernah belanja online.
Dalam artikel di WSJ menyatakan bahwa penyebab pertama kenapa orang Indonesia sampai saat
ini masih ada yang belum pernah belanja online adalah rendahnya penetrasi kartu debit dan
kredit. Berdasarkan data dari Euromonitor International di tahun 2013, ada 92 juta atau lebih dari
40% akun bank yang terhubung ke kartu kredit dan debit dari total penduduk Indonesia yang
mencapai 240 juta. Jika dibandingkan dengan penetrasi mobile phone, angka ini masih rendah
karena sekitar 85% orang Indonesia memiliki mobile phone yang mana setiap bulannya mereka
menghabiskan 661 halaman untuk browsing.

via Veritrans

Penyebab kedua kenapa orang Indonesia belum pernah belanja online adalahketidakpercayaan.
Data riset dari Nielsen menyatakan bahwa 60% orang Indonesia masih takut untuk memberikan
informasi kartu kredit mereka di internet untuk belanja online, lebih besar dari negara-negara di
Asia Tenggara kecuali Filipina. Walaupun jumlahnya masih rendah dibanding negara dengan total
penduduk besar lainnya, jumlah pengguna kartu kredit di Indonesia sudah mulai bertumbuh, pada
tahun ini diharapkan pengguna kartu kredit diIndonesia akan mencapai angka 16.5 juta. Berbeda
dengan kartu kredit, jumlah kartu debit di Indonesia jauh lebih unggul yaitu hampir mencapai 80
juta pada tahun 2013 kemarin.
Ini adalah permasalahan yang harus dipecahkan perusahaan e-commerce dari sisi infrastruktur dan
juga sistem pembayarannya. Perusahaan e-commerce harus bisa meyakinkan
calon customer mereka agar mereka mau berbelanja secara online khususnya untuk target pasar
anak muda yang pada umumnya sangat mengetahui perkembangan teknologi. Jika suatu
perusahaan e-commerce bisa memberikan rasa kenyamanan dalam berbelanja online dan
menyediakan sistem pembayaran yang bisa diterima banyak orang, diharapkan akan semakin
banyak orang Indonesia yang tidak akan ragu lagi untuk berbelanja, baik menggunakan kartu
kredit ataupun debit mereka.
Seperti yang anda ketahui bahwa Indonesia memiliki berbagai macam bank. Banyaknya bank ini
termasuk hal yang mempersulit perusahaan e-commerce untuk menerima sistem pembayaran dari

berbagai bank ini. Untuk mengatasi hal ini, beberapa perusahaan e-commerce di Indonesia
seperti Tiket.com dan Traveloka.com menawarkan sistem pembayaran dari
14 channel pembayaran dari berbagai macam bank. Dengan begini, tidak ada lagi alasan bagi
konsumen untuk tidak berbelanja online karena masalah pembayaran sudah dipecahkan.

Potensi pasar e-commerce di Indonesia


Menurut Matthew Driver, presiden MasterCard untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia adalah salah
satu negara dengan pertumbuhan pasar e-commerce yang terbesar di Asia-Pacific. Di bawah ini
adalah jumlah estimasi penjualan e-commerce untuk wilayan Asia-Pacific.

via Veritrans

Sedangkan gambar di bawah ini menunjukkan estimasi pada penjualan e-commerce B2C di
beberapa negara Asia. Walaupun jumlah penjualan di Indonesia masih rendah dibanding negara
lainnya, namun melihat perkembangan Indonesia yang cukup pesat, tidak menutup kemungkinan
negara tercinta kita ini akan menyaingi negara Asia lain yang sudah dulu menghasilkan
penjualan e-commerce di atas Indonesia.

via Veritrans

Sumber: Majalah Marketing Edisi 08/XIV/Agustus/2014, WSJ, Event Veritrans: Rise of E-

Lazada.co.id: Perkembangan & Trend E-Commerce Di


Indonesia
Sumber : http://blog.lazada.co.id/lazada-co-id-perkembangan-pesat-trend-ecommerce-di-indonesia/

Ringkasan Presentasi: Ecommerce is the biggest trend of our time


- Getting the job done Menjamurnya ritel online didunia menjadi bukti
bahwa kini semakin banyak konsumen yang telah terbiasa menggunakan
internet dalam kegiatan sehari-harinya, dimana salah satu kegiatannya
adalah perdagangan via online (E-commerce). Dengan E-commerce kedua
pihak baik produsen maupun konsumen sama-sama diuntungkan, konsumen
mendapatkan produk keinginannya dengan praktis dan produsen dapat lebih
memperluas pasarnya.

Rocket Internet: The E-Commerce Incubator


kemajuan pesat kegiatan E-commerce ini tidak lepas dari andil perusahaanperusahaan E-commerce besar dunia, salah satunya adalah: Rocket

Intenet. Dalam hal ini Rocket Internet yang telah berpengalaman lebih dari
10 tahun bertindak sebagai inkubator, yang tugasnya memfasilitasi
kewirausahaan
dan
meminimalkan
hambatan
pembentukan
dan
pertumbuhan bisnis baru, terutama pada sektor teknologi tinggi (Ecommerce) dengan menempatkan ritel-ritel online dalam satu tempat yang
memiliki berbagai layanan, salah satunya adalahLazada.co.id.

Indonesia: A Massive Opportunity


Indonesia merupakan negara berkembang dimana masyarakatnya sangat
terbuka dengan teknologi baru dan produk-produknya didunia. Hal ditambah
lagi jumlah pemakai internet di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat
sangat pesat. Hal ini merupakan tantangan sekaligus kesempatan yang
besar untuk perusahaan E-Commerce dapat berkembang dengan baik pua di
indonesia. Inilah Faktor-faktor yang mendukung Indonesia sebagai
kesempatan besar bagi perusahaan e-commerce.

Indonesia terdiri dari 240 juta orang.

8% GDP growth.

150 juta jiwa di Indonesia merupakan konsumen Midle-Class.

Diperkirakan pemakai internet di Indonesia pada tahun 2016 akan


mencapai 160 juta jiwa.

9.3% perdagangan dunia memanfaatkan Ecomerce.

Dua hal penting lainnya mengenai E-Commerce pada negara berkembang


adalah Smartphone dengan harga murah + Online Engagement.
Menjamurnya smartphone dengan fasilitas internet yang menawarkan fitur
sosial media online, artinya = Semakin banyak masyarakat dari kelas
menengah (Middle-Class) mengerti dan teredukasi mengenai perdagangan
via internet sehingga perusahaan e-commerce pun memiliki kesempatan
yang besar untuk berkembang pesat di Indonesia.

Indonesia Pengguna E-Commerce Terpadat di


Dunia?
Pada akhirnya, kepercayaan adalah hal paling utama untuk memenangkan
hati kostumer. Bisnis dengan pelayanan pengantaran yang cepat kepada
konsumen adalah sumber kepercayaan tersebut, Lazada.co.id hadir untuk
menjawab tantangan tersebut.

Solusi Untuk Konsumen Indonesia

Lazada.co.id
kian
berkembang pesat dengan meraih percayaan
konsumennya melalui beberapa poin keunggulan yang unik antara lain:

Logistic & Supply Chain: mendapatkan barang yang tepat, pada waktu
yang tepat, dengan jumlah yang tepat, kondisi yang tepat,
dengan biaya yang terjangkau, dengan tetap memberikan kontribusi
profit bagi penyedia jasa logistik

Payment Method: Dengan sistem pembayaran yang lengkap seperti


kartu kredit, transfer bank dan Bayar ditempat/Cash On Delivery(COD)
konsumen akan merasa nyaman dan aman berbelanja secara online.

Own Delivery With COD: Pengantaran yang cepat dan dilengkapi


dengan sistem COD.

Anda mungkin juga menyukai