Kementerian Perindustrian
Perkirakan Tren E-Commerce di
Indonesia Akan Tumbuh 60%70% Tahun Ini
Sumber : https://dailysocial.net/post/kementerian-perindustrian-tren-e-commerce2015
Pertumbuhan pasar e-commerce di Indonesia yang begitu pesat memang tidak perlu diragukan
lagi. Sebagian orang bahkan menganggap pasar e-commerce dapat menjadi tambang emas yang
sangat menggoda. Kementerian Perindustrian sendiri memperkirakan bisnis dalam industri ecommerce di tahun 2015 akan tumbuh signifikan, meski masih ada rasa tidak percaya dari
masyarakat akibat maraknya praktik penipuan.
Dikutip dari Bisnis, Direktur Industri Elektronika Telematika Ditjen Industri Unggulan Berbasis
Teknologi Tinggi Ignasius Warsito mengatakan, Tren e-commerce di Indonesia akan tumbuh
60%-70% meski masih ada kekhawatiran konsumen terhadap praktik penipuan dalam persentase
yang relatif kecil.
Lebih lanjut Ignasius juga menjelaskan bahwa pertumbuhan industri e-commerce ini didorong
oleh semakin membaiknya akses teknologi serta konektivitas langsung ke konsumen. Oleh
karena itu beliau juga menyarankan kepada pemain dalam industri ini untuk
memperkuat branding.
Pertumbuhan pasar e-commerce yang pesat ini juga tak lepas dari pertumbuhan pengguna
internet di Indonesia. Seperti dikutip dari Berita Satu, data APJII memaparkan bahwa pengguna
internet pada akhir tahun 2014 mencapai 107 juta pengguna dengan 63,4% berasal dari kelas
menengah ke atas, 21,5% dari wiraswasta, dan 15,1% berasal dari kalangan buruh.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, Pasar e-commerce Indonesia pada
tahun 2015 akan mencapai 10 billion USD (untuk perdagangan) dan pertumbuhannya dalam 3-4
tahun ke depan diperkirakan akan mendekati 40%.
Data eMarketer menyebutkan bahwa Asia Pasifik akan menjadi kawasan dengan penjualan B2C
(Business-to-Consumer) melalui e-commerce yang terbesar di dunia mulai tahun 2014 lalu.
eMarketer memprediksikan penjualan ritel di Asia Pasifik bakal menembus angka psikologi $1
triliun di tahun 2017. Pertumbuhan pesat e-commerce ini tak lepas dari ledakan pertumbuhan
penjualan ritel secara online di tiga negara Asia dengan penduduk terbesar, yaitu Cina, Indonesia,
dan India.
Meskipun demikian, eMarketer lebih moderat dalam memprediksikan pertumbuhan bisnis ecommerce di Indonesia. Menurut perhitungan eMarketer, pertumbuhan e-commerce di Indonesia
akan semakin melambat ketimbang 1-2 tahun sebelumnya, dengan angka pertumbuhan 37,2%,
dan akan terus turun hingga tahun 2017.
Sumber : http://www.ekon.go.id/berita/view/regulasi-danizin.1209.html#.VSXYnYCqqko
Jakarta (6/3) E-Commerce merupakan salah satu permasalahan menyangkut masa depan
Indonesia yang perlu segera diterapkan. Hal itu disampaikan oleh Menko Perekonomian, Sofyan
Djalil pada saat membuka Rapat Koordinasi Penerapan E-Commerce, Jumat (6/3). Beberapa
Menteri turut hadir dalam rapat ini, Tedjo Edhi (Menko Polhukam), Rachmat Gobel (Menteri
Perdagangan), dan Rudiantara (Menkominfo).
Hari ini kita akan bicara tentang suatu masalah masa depan, yaitu bagaimana E-Commerce dan
izinE-Commerce bisa
diterapkan.
berkembang
tapi
kita
pemasok logistik, jaringan internet yang lambat di rumah-rumah pribadi, dukungan dan koordinasi
dari pemerintah, dan terobosan yang lemah untuk penggunaan kartu kredit dan debit.
Menko Perekonomian, Sofyan Djalil meminta agar semua isu yang telah diidentifikasi tersebut dapat
dibuatkan matriks sehingga pada rapat pembahasan berikutnya sudah bisa membicarakan tindakan
penyelesaian untuk masing-masing isu.
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150306144302-92-37254/2015-e-commerce-
indonesia-diperkirakan-tembus-us--20-miliar/
Elisa Valenta Sari, CNN Indonesia
Jumat, 06/03/2015 14:50 WIB
Pilihan Redaksi
Dikenakan
Ditengah
Pajak?
peningkatan
transaksi
elektronik,
jajaran Direktorat
Jendral
Pajak
dikabarkan bakal mengenakan pajak untuk setiap perdagangan melalui skema elektronik atau ecommerce. Rencana pengenaan pajak untuk e-commercesendiri tak lekang dari kian banyaknya
pelaku
usaha
yang
menjual barang
dagangan.
Sebelumnya mantan Dirjen Pajak Kementerian Keuangan, Fuad Rahmany mengungkapkan, untuk
dapat mengenakan pungutan jajarannya pun akan menambah jumlah petugas penagih pajak. Tapi
kesulitannya kami tidak tahu pengusaha yang melakukan itu berada di mana. Padahal potensinya
besar
sekali,
ujar
Fuad
beberapa
waktu.
Fuad menerangkan, adanya pengenaan pajak untuk setiap transaksi e-commercedilakukan lantaran
bisnis ini tak ubahnya dengan pelaku usaha di sektor riil. "Sebenarnya untuk bisnis online sudah kita
lakukan. Sebagian sudah kena, tapi sebagian belum karena kita kesulitan untuk mendeteksi mereka
berada di mana, ungkapnya.
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/02/27/364048/bisnis-online-booming-
menteri-ekonomi-rapatkan-e-commerce
Metrotvnews.com, Jakarta: Transaksi bisnis dengan menggunakan internet atau yang dikenal
dengan e-commerce memang sedang mendunia. Dalam mendukung penerapan bisnis online ini,
pemerintah
mengadakan
rapat
koordinasi.
Rapat e-commerce hari ini rencananya akan dipimpin Menko Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, di
kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat (27/2/2015). Selain dihadiri Menkominfo,
juga akan diikuti Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro,
Menteri
Perdagangan
Rachmat
Gobel,
Bappenas,
dan
lainnya.
Pemerintah sendiri kini tengah menyiapkan regulasi terkait penerapan dan pemanfaatan ecommerce dan transaksi elektronik, termasuk kesiapan sarana dan prasarana layanan ini.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, mengungkapkan, potensi perdagangan dari ecommerce di Indonesia sangat menggiurkan walaupun masih kalah jauh dari penggunaan ecommerce di
Tiongkok.
"Diperkirakan tahun ini lebih dari USD20 miliar atau meningkat dari realisasi sebesar USD12 miliar
di 2014 dan USD8 miliar di 2013. Sedangkan pemanfaatane-commerce di Tiongkok sudah
mencapai
Dalam
transaksi
USD300
pelaksanaannya,
sambung
miliar,"
papar
dia
sebelum
diatur
rakor e-commerce.
dan
melibatkan
pihaknya
masuk
dalam
bertugas
untuk
Daftar
Negatif
menyiapkan
Investasi,"
infrastruktur
terang
dia.
atau jaringan
dari provider. "Ini kita mau rapatkan soal regulasinya. Dalam bentuk apa, kita baru mau
koordinasikan," pungkasnya.
Pertumbuhan pesat pangsa pasar e-commerce di Indonesia memang sudah tidak bisa diragukan
lagi. Dengan jumlah pengguna internet yang mencapai angka 82 juta orang atau sekitar 30% dari
total penduduk di Indonesia, pasar e-commerce menjadi tambang emas yang sangat menggoda
bagi sebagian orang yang bisa melihat potensi ke depannya. Pertumbuhan ini didukung dengan
data dari Menkominfo yang menyebutkan bahwa nilai transaksi e-commerce pada tahun 2013
mencapai angka Rp130 triliun.
Ini merupakan angka yang sangat fantastis mengingat bahwa hanya sekitar 7% dari pengguna
internet di Indonesia yang pernah belanja secara online, ini berdasarkan data dari McKinsey.
Dibandingkan dengan China yang sudah mencapai 30%, Indonesia memang masih tertinggal jauh,
tapi perlu anda ingat bahwa jumlah ini akan terus naik seiring dengan bertumbuhnya
penggunaan smartphone, penetrasi internet di Indonesia, penggunaan kartu debit dan kredit, dan
tingkat kepercayaan konsumen untuk berbelanja secara online. Jika kita melihat Indonesia sebagai
Negara kepulauan yang sangat luas, e-commerce adalah pasar yang berpotensi tumbuh sangat
besar di Indonesia.
Tahukah anda bahwa ternyata sudah semakin banyak kota-kota kecil di Indonesia yang mulai
berbelanja secara online? Pada tahun 2012, suatu perusahaan e-commerce di Indonesia mencatat
bahwa 41% penjualan mereka berasal dari Jakarta, tapi enam bulan selanjutnya angka ini turun
menjadi 22%. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya konsumen di Jakarta saja yang rutin berbelanja
online, konsumen di luar Jakarta pun tidak ingin ketinggalan mengikuti perkembangan zaman
dengan menunjukkan kontribusi mereka pada pasar e-commerce di Indonesia.
Data dari lembaga riset ICD memprediksi bahwa pasar e-commerce di Indonesia akan tumbuh 42%
dari tahun 2012-2015. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan negara lain seperti Malaysia (14%),
Thailand (22%), dan Filipina (28%) Tentulah nilai sebesar ini sangat menggoda bagi sebagian
investor, baik dalam maupun luar negeri. Beberapa VC (Venture Capital) besar seperti Rocket
Internet, CyberAgent, East Ventures, dan IdeoSource bahkan sudah menanamkan modal ke
perusahaan e-commerce yang berbasis di Indonesia. Sebut saja beberapa diantaranya adalah
raksasa Lazada dan Zalora, Berrybenka, Tokopedia, Bilna, Saqina, VIP Plaza, Ralali dan masih
banyak lagi. Mereka adalah sebagian contoh dari perusahaan e-commerce yang sukses dan berhasil
dalam memanfaatkan peluang pasar e-commerce di Indonesia yang sedang naik daun.
via Veritrans
Penyebab kedua kenapa orang Indonesia belum pernah belanja online adalahketidakpercayaan.
Data riset dari Nielsen menyatakan bahwa 60% orang Indonesia masih takut untuk memberikan
informasi kartu kredit mereka di internet untuk belanja online, lebih besar dari negara-negara di
Asia Tenggara kecuali Filipina. Walaupun jumlahnya masih rendah dibanding negara dengan total
penduduk besar lainnya, jumlah pengguna kartu kredit di Indonesia sudah mulai bertumbuh, pada
tahun ini diharapkan pengguna kartu kredit diIndonesia akan mencapai angka 16.5 juta. Berbeda
dengan kartu kredit, jumlah kartu debit di Indonesia jauh lebih unggul yaitu hampir mencapai 80
juta pada tahun 2013 kemarin.
Ini adalah permasalahan yang harus dipecahkan perusahaan e-commerce dari sisi infrastruktur dan
juga sistem pembayarannya. Perusahaan e-commerce harus bisa meyakinkan
calon customer mereka agar mereka mau berbelanja secara online khususnya untuk target pasar
anak muda yang pada umumnya sangat mengetahui perkembangan teknologi. Jika suatu
perusahaan e-commerce bisa memberikan rasa kenyamanan dalam berbelanja online dan
menyediakan sistem pembayaran yang bisa diterima banyak orang, diharapkan akan semakin
banyak orang Indonesia yang tidak akan ragu lagi untuk berbelanja, baik menggunakan kartu
kredit ataupun debit mereka.
Seperti yang anda ketahui bahwa Indonesia memiliki berbagai macam bank. Banyaknya bank ini
termasuk hal yang mempersulit perusahaan e-commerce untuk menerima sistem pembayaran dari
berbagai bank ini. Untuk mengatasi hal ini, beberapa perusahaan e-commerce di Indonesia
seperti Tiket.com dan Traveloka.com menawarkan sistem pembayaran dari
14 channel pembayaran dari berbagai macam bank. Dengan begini, tidak ada lagi alasan bagi
konsumen untuk tidak berbelanja online karena masalah pembayaran sudah dipecahkan.
via Veritrans
Sedangkan gambar di bawah ini menunjukkan estimasi pada penjualan e-commerce B2C di
beberapa negara Asia. Walaupun jumlah penjualan di Indonesia masih rendah dibanding negara
lainnya, namun melihat perkembangan Indonesia yang cukup pesat, tidak menutup kemungkinan
negara tercinta kita ini akan menyaingi negara Asia lain yang sudah dulu menghasilkan
penjualan e-commerce di atas Indonesia.
via Veritrans
Intenet. Dalam hal ini Rocket Internet yang telah berpengalaman lebih dari
10 tahun bertindak sebagai inkubator, yang tugasnya memfasilitasi
kewirausahaan
dan
meminimalkan
hambatan
pembentukan
dan
pertumbuhan bisnis baru, terutama pada sektor teknologi tinggi (Ecommerce) dengan menempatkan ritel-ritel online dalam satu tempat yang
memiliki berbagai layanan, salah satunya adalahLazada.co.id.
8% GDP growth.
Lazada.co.id
kian
berkembang pesat dengan meraih percayaan
konsumennya melalui beberapa poin keunggulan yang unik antara lain:
Logistic & Supply Chain: mendapatkan barang yang tepat, pada waktu
yang tepat, dengan jumlah yang tepat, kondisi yang tepat,
dengan biaya yang terjangkau, dengan tetap memberikan kontribusi
profit bagi penyedia jasa logistik