Anda di halaman 1dari 42

Koruptor vs Pendidikan AntiKorupsi:

Upaya Membangun Pendidikan Karakter via


Model Pembelajaran AntiKorupsi

Bambang Widjojanto
Komisioner KPK
Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat

KESALAHAN PARADIGMATIK MEMAHAMI KORUPSI

I.
Korupsi difahami hanya sebagai legal
problem.
Korupsi corruptio atau corruptus semua
sikap dan perilaku busuk, bejat, buruk, tidak
jujur, penyimpangan dan tidak bermoral.

II. PENYEBAB KORUPSI


Integritas/Moralitas
Faktor Struktural
Faktor Sejarah dan
Politik
Desentralisasi
Kualitas Regulasi
Law Enforcement

III. DAMPAK STRUKTURAL KORUPSI

1. Rusaknya human and social capital.


2. Salah satu penyebab Kemiskinan;

3. Dampak terhadap Sistem Politik dan Proses


Demokratisasi;
4. Rusaknya wibawa dan kredibilitas Penegakan
Hukum;
5. Hilangnya kepercayaan publik atas Birokrasi
Pemerintahan;
6. Dampak pada Kerugian Ekonomi dan
Kerusakan Lingkungan

Indonesia menduduki peringkat 15 dengan luas wilayah


1.919.440 km2
Hutan Terluas No. 3 di dunia
Kaya dengan keanekaragaman hayati
15,3% dari 5.131.100 keanekaragaman hayati di dunia
Penghasil Tembaga terbesar no.
Pengekspor LNG terbesar no.

3 di dunia

3 di dunia

Salah satu negara penghasil minyak bumi

5
www.kpk.go.id

Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari Korupsi

PERMASALAHAN KORUPSI
Pengurusan KTP, SIM, IMB, dll.
Pengadaan
Barang/Jasa, Promosi,
Rekrutmen, dll.

Tingkat
Jalanan

TINGKATAN
KORUPSI

Tingkat
Menegah

Tingkat
Kebijakan
Korupsi kebijakan,
Anggaran Negara, dll.

SENIN
2 DESEMBER 2013

PERBANDINGAN KERUGIAN NEGARA DAN YANG


DAPAT DISELEMATKAN TAHUN 2001-2012

Rp. 15,09
Trilyun
(8%)

Rp
168,19
Trilyun
(92%)

Rimawan Pradiptyo (Pengamat Ekonomi UGM)


Hasil Penelitian P2EB FEB UGM

Perilaku korupsi di tingkat elite, sudah


sangat parah dan menghawatirkan,
selain adanya sikap permisif yg kian
berkembang.
Transformasi korupsi dari white collar
crime, menjadi kejahatan politik dan
birokrasi, selain pelibatan aktor dlm
keluarga.
Terjadi regenerasi koruptor, banyaknya
kalangan muda yang terlibat korupsi ,
selain kecanggihan modus operandi
Sekitar Rp 153,1 triliun biaya perkara TPK
harus ditanggung masyarakat.

Modus Korupsi Saat Ini : Melibatkan Keluarga !!

Melakukan Korupsi Bersama-sama

Pencucian Uang Melibatkan Keluarga

PEMBERANTASAN KORUPSI

Pemberantasan didefinisikan sebagai


serangkaian tindakan untuk mencegah dan
memberantas TPK melalui upaya
koordinasi, supervisi, monitor,
penyelidikan-penyidikan-penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan dengan
peran serta masyarakat.
(Pasal 1 UU 30/2002)

Tugas KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun (Pasal 3)

Koordinasi
(Pasal 7)

Monitoring
(Pasal 14)

Supervisi
(Pasal 8)

Tugas KPK
Pencegahan
(Pasal 13)

Penyelidikan,
Penyidikan
&Penuntutan
(Pasal 11)

Perbaikan sistem,
Antara lain dengan Reformasi Birokrasi
mendorong good governance

Pelaporan LHKPN,
Pelaporan Gratifikasi, kajian
Dan monitoring

Non Cash Payment, Conflict of


Interest, Mereva Junction,
Whistleblowing System, Cooling
Off System

Penindakan
kasus korupsi
Koordinasi &
Supervisi
Penyitaan aset
hasil korupsi

Case Building
dan Criminal Profile
Advocacy strategy

Penerapan Kode Etik


Profesi yang yang diawasi
Pengawas Internal yg kuat

PENCEGAHAN
PENINDAKAN

Penertiban Aset Negara;


Pembangunan Sistem
Integritas & Fraud
Control; Pendidikan &
kampanye antikorupsi,, dll

PERAN SERTA
MASYARAKAT

Pendidikan
Anti Korupsi

PEMBERANTASAN KORUPSI

Budaya Anti Korupsi


di Keluarga
Radio Streaming KPK
Membangun lembaga
Watch Dog
Tidak bersikap permisif
terhadap sikap dan
perilaku koruptif

SINI-PK & Upaya Pemberantasan Korupsi


Kajian Komiditas Daging Sapi
Fraud
Control
Plan

Raskin
Kajian Pupuk Bersubsidi

NKB Kehutanan

Korsup
Pencegaha
n

Pangan

PNBP + Pajak Minerba

APH

SDA

Optimalisasi Penerimaan Pajak

Fungsi DPR

Sistem

Peneri
maan

Induksi Pilkada

Hubdar
Studi Politik

Penanganan
Grand
Corruption

Efektifitas dan
Efisiensi
Pemberantasan
Korupsi

Infra
struktur

Politik

Tunas Integritas

SIN

Individu

Nilai-Nilai

Korsup
Penindakan

Pencegahan Korupsi
Berbasis Keluarga

Budaya

Pendidikan
Anti Korupsi

Pasal 13
Dalam melaksanakan tugas pencegahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 huruf d, Komisi Pemberantasan
Korupsi berwenang melaksanakan langkah atau upaya
pencegahan sebagai berikut :
a. melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap
laporan harta kekayaan penyelenggara negara;
b. menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;

c. menyelenggarakan program pendidikan


antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan;
d. merancang dan mendorong terlaksananya program
sosialisasi pemberantasan tindak pidana korupsi;
e. melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat
umum;
f. melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi.

Tujuan
Pendidikan
Antikorupsi

Jangankan korupsi,
Kepikiranpun tidak

Pendidikan Antikorupsi
adalah
PENANAMAN
NILAI-NILAI/ KARAKTER

Kerja keras
Sederhana
Mandiri

Jujur
Disiplin
Tanggungjawab

Adil
Berani
Peduli

BAIK

KUAT

LEMAH

JELEK

Upaya KPK dalam menyelenggarakan PAK


(2007-2014)

Program
pembelajaran
kreatif

Perilaku
Pembiasaan

Budaya

I.
Cukupkah dengan
Pembelajaran di kelas?

Pembelajaran Holistik
Kriteria

Indikator

Insersi nilai-nilai antikorupsi dalam


Kurikulum

Adanya dokumen kurikulum yang mengandung


nilai-nilai antikorupsi

Insersi nilai-nilai antikorupsi dalam


RPP&Model Pembelajaran

Adanya dokumen RPP&Model Pembelajaran yang


mengandung nilai-nilai antikorupsi

Implementasi insersi nilai-nilai


antikorupsi dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas

Adanya kegiatan/proyek implementasi nilai-nilai


antikorupsi siswa sebagai tindaklanjut
Pembelajaran PAK di kelas

Insersi nilai-nilai antikorupsi dalam


Program Ekstrakulikuler

Adanya dokumen AD/ART/Program Kerja


Ekstrakulikuler bermuatan nilai-nilai antikorupsi

Implementasi Insersi nilai-nilai


antikorupsi dalam program
ekstrakulikuler

Adanya kegiatan/proyek implementasi nilai-nilai


antikorupsi siswa sebagai tindaklanjut
Pembelajaran PAK di kelas

Manajemen Sekolah Antikorupsi


Kriteria

Indikator

Proses pengadaan barang dan jasa (PBJ) tidak ada gratifikasi dari rekanan kepada sekolah, baik personal maupun
di sekolah berintegritas
lembaga
tidak ada PBJ fiktif
tidak ada konflik kepentingan dalam PBJ
proses PBJ dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Layanan Publik Berintegritas

Tidak ada pungutan di luar ketentuan dalam pemberian layanan publik sekolah,
seperti pungutan pengambilan rapor, pungutan pengambilan ijazah, pungutan
pengambilan SK, serta pungutan proses legalisir rapor dan ijazah.

Proses rekruitmen, penempatan, dan


mutasi SDM berintegritas

tidak ada pungutan dari pihak sekolah dalam proses rekruitmen, promosi, dan
mutasi pendidik dan tenaga kependidikan.

tidak ada gratifikasi kepada pihak yang berwenang mengurus proses


penerimaan, penempatan, dan mutasi pendidik dan tenaga kependidikan
tidak ada kecurangan dan penggelapan dalam jabatan dalam proses pengajuan
berkas-berkas untuk kenaikan pangkat/golongan
Proses penerimaan, mutasi, dan
kenaikan/kelulusan siswa berintegritas

tidak ada penetapan dari sekolah berupa jumlah dana "sukarela" yang
dibebankan kepada calon orang tua dalam proses penerimaan siswa baru,
kenaikan kelas, dan mutasi siswa
adanya peraturan sekolah berupa larangan penerimaan gratifikasi dan suap

Kepala sekolah dan guru menjadi


teladan dalam internalisasi&aktualisasi
nilai-nilai antikorupsi

Partisipasi Aktif Masyarakat


Kriteria

Indikator

Kolaborasi semua unsur


masyarakat: orangtua,
media,dan LSM

Terbentuknya komunitas penggiat integritas

Pengawasan masyarakat
terhadap program dan
kebijakan sekolah

Adanya kegiatan pengawasan komunitas terhadap


program dan kebijakan sekolah

Kontribusi masyarakat
terhadap program dan
kebijakan sekolah

Adanya kegiatan kontribusi komunitas terhadap program


dan kebijakan sekolah, baik berupa dana, pikiran,
keterampilan, barang, dan bentuk-bentuk kontribusi
lainnya.

Masyarakat menjadi
teladan
internalisasi&aktualisasi
nilai-nilai antikorupsi

II.
Cukupkah dengan
Pembelajaran di kelas?
Hari ini kita dikepung oleh SCREEN CULTURE!
Pola komunikasi telah didominasi oleh GADGET

Penanaman Nilai terjadi secara hegemonik


ditentukan oleh : Ibu TV,

Mama Video, Tante Ponsel dan Eyang Google

Studi AC Nielsen menyatakan:


Rata-rata orang Indonesia pada tahun 2013
menonton TV selama 2 bulan nonstop setahun
atau sekitar 28 perminggu atau 4 jam perhari
Mereka juga online di internet rata-rata
14 jam perminggu atau 2 jam perhari,
melihat Video dari Ponsel sekitar 8 jam perbulan

55% pengguna bisa menggunakan multitasking,


Internet, TV dan Ponsel secara bersamaan
Pada saat ini, jumlah pengguna Ponsel di Indonesia
Jauh lebih besar dari penduduk Indonesia

kajian sistem perencanaan

Pencegahan Korupsi Sektor Kehutanan


Persoalan
ketidak
pastian
kawasan
hutan

Kajian Sistem
dan
Corruption
Impact
Assesment
Keterangan

Ditjen
Planologi

Temuan

17

Status Closed
s.d TW IV 2012

14

Total Temuan
Status Open

Rencana
aksi yang
efektif

Pemantauan
Tindak Lanjut
Rekomendasi
Kajian KPK
Bukan
persoalan
lingkup
Kemenhut
semata
Ego
sektoral
menghamb
at
komitmen
bersama

Besar dan luasnya implikasi


permasalahan dalam sistem
perencanaan SDA, memerlukan
tidak hanya kesepahaman
bersama tetapi juga komitmen
dan rencana aksi yang jelas dan
efektif.

komitmen bersama
rencana aksi yang
efektif

Baseline Studi Tahap I


(Rumusan Masalah Studi Kualitatif)
Seputar
Keluarga

Ditanyakan kepada kelompok orangtua


dan kelompok anak

Pola otoritas di dalam keluarga.


Konsep keluarga dan nilai-nilai dalam keluarga.
Pembagian peran di dalam keluarga dan pola pengasuhan (sosialisasi-desosialisasi-resosialisasi)
Penempatan sosial dan Identitas sosial anak di masa datang
Pola komunikasi di dalam keluarga

Seputar
Korupsi

Ditanyakan kepada semua kelompok


informan

Pengetahuan tentang korupsi


Kontribusi dalam pencegahan korupsi

Seputar
Yogyakarta

Ditanyakan kepada interest group and


diffuse group

Atribut/simbol/identitas terkait Budaya lokal Yogyakarta


Faktor penting dalam mendorong perubahan dan internalisasi nilai di Yogyakarta

Insight dari Baseline Studi Tahap I

Pola
Otoritas

Konsep
Keluarga
dan Nilainilai dalam
keluarga

Hubungan antara Ayah dan Ibu cenderung bersifat egaliter (pengambilan


keputusan dalam keluarga diambil bersama) Namun, dalam wilayah domestik
keluarga, peran Ibu cenderung lebih dominan, bahkan pada Ibu yang
bekerja maupun pada kelompok ibu full-time.
Orangtua, terutama Ibu, masih memegang peranan penting dan dominan
dalam pembentukan nilai pada anak dan pengembangan karakter
(pembentukan values dan belief anak.). Ayah memiliki peran yang besar dalam
menentukan nilai apa yang hendak ditanamkan, tetapi dalam keseharian anak,
sebagian besar ayah tidak memiliki keterlibatan yang cukup besar dan
mengandalkan Ibu.

Seputar
Keluarga

Sebagian besar orangtua tidak memiliki konsep yang jelas tentang bentuk keluarga yang
diidealkan. Harapan yang ada bersifat personal, samar, jangka pendek, serta tidak didiskusikan
dengan pasangan. Target personal ini seringkali dilontarkan oleh pihak istri dibandingkan suami.
Demikian juga target atau rencana keluarga tidak ditetapkan dengan sengaja, dan terkesan
mengalir mengikuti arus hidup.
Sebagian besar orangtua memiliki gambaran nilai-nilai yang dipandang penting dalam
keluarga, namun tidak diformulasikan dengan jelas dan tidak disepakati bersama pasangan.
Nilai-nilai diinternalisasi dengan harapan tahu-sama-tahu, melalui proses. Hanya sedikit keluarga
yang memiliki kesepakatan-kesepakatan nilai bersama.
Dalam hal perkembangan anak, sebagian besar orangtua juga tidak memiliki perangkat nilai
yang jelas. Nilai-nilai yang ditanamkan pada anak masih bersifat normatif dan di awang-awang,
serta tidak ditanamkan secara sistematis kepada anak. Nilai-nilai yang secara umum
diharapkan ada pada anak: religiusitas dan akhlak yang baik, kejujuran, dan tanggungjawab.
Religiusitas masih dianggap sebagai sumber karakter yang paling penting, namun banyak
orangtua tidak dapat memberikan penjelasan religiusitas seperti apa yang diharapkan ada pada diri
anak, selain hanya terkait dengan kegiatan ritual keagamaan.

Insight dari Baseline Studi Tahap I


Identitas sosial
anak di masa
datang

Pola
Komunikasi

Sebagian besar orangtua mendefinisikan kesuksesan anak


dari sisi materi dan pekerjaan. Sedikit sekali orangtua
yang menggambarkan kesuksesan anak dari sisi karakter,.
Keinginan orangtua terhadap gambaran anak di masa
datang pun tidak dapat dioperasionalisasikan dengan jelas
dan sistematis kepada anak sehari-hari, cenderung
mengalir saja.

Seputar
Keluarga

Kebanyakan orangtua memiliki pola komunikasi yang kurang baik dengan pasangannya,
cenderung mengasumsikan sendiri-sendiri saja, tidak membicarakan secara rutin dengan
pasangannya. Ibu yang seringkali menetapkan target kepada anak, namun karena tidak
dikomunikasikan kepada ayah, maka berakibat kepada tidak tegasnya penegakan aturan di dalam
rumah. (karena anak merasa jika melanggar aturan yang ditetapkan oleh ibu, akan didukung oleh
ayah).
Bahkan, beberapa informan ayah mengaku bahwa meraka seringkali menjadi partner in crime
dengan anaknya (againts Ibu).
Pola komunikasi anak dengan orangtua pun hanya bersifat tentantive, by moment, tidak ada
komunikasi rutin yang terpola.
Pada usia SD hingga SMU intensitas pertemuan anak dengan orang tua semakin menurun.
Terdapat gap kultural yang cukup jauh antara anak dan orang tua di usia ini.

Insight dari Baseline Studi Tahap I

Media Habit
kalangan anak

Karakter Anak

Ditemukan indikasi kecenderungan usia PAUD dan SD yang condong pada media
digital; meliputi handphone dan komputer.
Dorongan untuk aktif dalam penggunaan mobile media serta social media tidak terlihat
sekuat anak muda di daerah urban seperti Jakarta dan Bandung.
Konsumsi televisi masih cukup intens dari kelas PAUD hingga SMU, hanya saja bagi
kelas PAUD dan TK lebih banyak kepada konsumsi tontonan VCD dan DVD (bentuk
kontrol/tanggung jawab orang tua.
Konten lokal (unsur kejawaan) dianggap lebih menarik oleh responden usia SD hingga
SMU dibandingkan dengan konten POP (contoh stimulus video cameo project)

Berbeda dengan anak muda di kota urban, Yogya dan Solo menunjukkan kecenderungan
karakter yang lebih introvert. Mereka lebih senang berada di zona sosial yang nyaman dan
aman bagi mereka.
Anak lebih banyak belajar mengenai lagu dan cerita melalui guru di sekolah, hal ini berlaku
untuk kelas PAUD dan TK
Anak di segmen PAUD dan TK lebih memahami perbuatan negasi (larangan
berdasarkan anjuran atau peraturan) dibandingkan perbuatan positif (contoh: berlaku
jujur). Dengan kata lain, anak lebih paham mengenai alasan Untuk tidak berbohong
dibandingkan Mengapa harus jujur.

Insight dari Baseline Studi Tahap I

Perspektif
Anak

Konsep dan makna Korupsi masih sulit untuk dipahami oleh anak dari tingkat PAUD
hingga SMU.
Korupsi dipahami sebagai perbuatan yang identik dengan tidak pencurian dan perbuatan
dosa (amoral)
Kata korupsi belum dikenal dan dipahami dengan baik. Persepsi mereka terhadap kata
korupsi adalah pejabat, laki-laki, maling, dihukum (penjara).
Beberapa anak sudah mengenal korupsi dan pelaku korupsi melalui media TV. Korupsi terkait
dengan mengambil keuntungan pribadi dan kesempatan serta tidak mengenal gender
Profesi yang dianggap jauh dari Korupsi adalah profesi yang mandiri/kewirausahaan. Beberapa
yang disebut oleh responden: dokter, tukang sapu, tukang sampah

Berita di televisi (terutama Tvone) membentuk sebuah mindset yang menggambarkan


korupsi sebagai:
o perbuatan yang lebih banyak dilakukan oleh pria
o terpusat di Jakarta
o dilakukan karena lifestyle dan rasa haus harta
o dilakukan oleh para pejabat pemerintah
Terkait kontribusi terhadap pemberantasan korupsi: Usia SMP dan SMU di Yogya dan Solo
terlihat kurang terpicu untuk mengikuti aksi kolektif. Mereka lebih senang dengan ritual
individual juga bersama peergroup terdekat.

Seputar
Korupsi

Mari barengan Basmi Korupsi


bersama KPK

Terima Kasih
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Jln. HR Rasuna Said Kav C-1 Jakarta 12920
Telp: (021) 2557 8300
www. kpk.go.id
www.acch.kpk.go.id
facebook.com/KomisiPemberantasanKorupsi
twitter.com/KPK_RI

Pengaduan Dugaan Tindak


Pidana Korupsi:
Direktorat Pengaduan
Masyarakat
PO BOX 575 Jakarta 10120
Telp: (021) 2557 8389
Faks: (021) 5289 2454
SMS: 08558 575 575, 0811
959 575
Email: pengaduan@kpk.go.id

Informasi Gratifikasi:
Direktorat Gratifikasi
Telp: (021) 2557 8440
Email:
pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id

Pelayanan Informasi Publik


Hubungan Masyarakat:
Telp: (021) 2557 8498
Faks: (021) 5290 5592
Email: informasi@kpk.go.id

Informasi Laporan Harta Kekayaan


Penyelenggara Negara (LHKPN):
Direktorat LHKPN
Telp: (021) 2557 8396
Email :informasi.lhkpn@kpk.go.id

Anda mungkin juga menyukai