Bambang Widjojanto
Komisioner KPK
Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
I.
Korupsi difahami hanya sebagai legal
problem.
Korupsi corruptio atau corruptus semua
sikap dan perilaku busuk, bejat, buruk, tidak
jujur, penyimpangan dan tidak bermoral.
3 di dunia
3 di dunia
5
www.kpk.go.id
PERMASALAHAN KORUPSI
Pengurusan KTP, SIM, IMB, dll.
Pengadaan
Barang/Jasa, Promosi,
Rekrutmen, dll.
Tingkat
Jalanan
TINGKATAN
KORUPSI
Tingkat
Menegah
Tingkat
Kebijakan
Korupsi kebijakan,
Anggaran Negara, dll.
SENIN
2 DESEMBER 2013
Rp. 15,09
Trilyun
(8%)
Rp
168,19
Trilyun
(92%)
PEMBERANTASAN KORUPSI
Tugas KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun (Pasal 3)
Koordinasi
(Pasal 7)
Monitoring
(Pasal 14)
Supervisi
(Pasal 8)
Tugas KPK
Pencegahan
(Pasal 13)
Penyelidikan,
Penyidikan
&Penuntutan
(Pasal 11)
Perbaikan sistem,
Antara lain dengan Reformasi Birokrasi
mendorong good governance
Pelaporan LHKPN,
Pelaporan Gratifikasi, kajian
Dan monitoring
Penindakan
kasus korupsi
Koordinasi &
Supervisi
Penyitaan aset
hasil korupsi
Case Building
dan Criminal Profile
Advocacy strategy
PENCEGAHAN
PENINDAKAN
PERAN SERTA
MASYARAKAT
Pendidikan
Anti Korupsi
PEMBERANTASAN KORUPSI
Raskin
Kajian Pupuk Bersubsidi
NKB Kehutanan
Korsup
Pencegaha
n
Pangan
APH
SDA
Fungsi DPR
Sistem
Peneri
maan
Induksi Pilkada
Hubdar
Studi Politik
Penanganan
Grand
Corruption
Efektifitas dan
Efisiensi
Pemberantasan
Korupsi
Infra
struktur
Politik
Tunas Integritas
SIN
Individu
Nilai-Nilai
Korsup
Penindakan
Pencegahan Korupsi
Berbasis Keluarga
Budaya
Pendidikan
Anti Korupsi
Pasal 13
Dalam melaksanakan tugas pencegahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 huruf d, Komisi Pemberantasan
Korupsi berwenang melaksanakan langkah atau upaya
pencegahan sebagai berikut :
a. melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap
laporan harta kekayaan penyelenggara negara;
b. menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;
Tujuan
Pendidikan
Antikorupsi
Jangankan korupsi,
Kepikiranpun tidak
Pendidikan Antikorupsi
adalah
PENANAMAN
NILAI-NILAI/ KARAKTER
Kerja keras
Sederhana
Mandiri
Jujur
Disiplin
Tanggungjawab
Adil
Berani
Peduli
BAIK
KUAT
LEMAH
JELEK
Program
pembelajaran
kreatif
Perilaku
Pembiasaan
Budaya
I.
Cukupkah dengan
Pembelajaran di kelas?
Pembelajaran Holistik
Kriteria
Indikator
Indikator
Proses pengadaan barang dan jasa (PBJ) tidak ada gratifikasi dari rekanan kepada sekolah, baik personal maupun
di sekolah berintegritas
lembaga
tidak ada PBJ fiktif
tidak ada konflik kepentingan dalam PBJ
proses PBJ dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Tidak ada pungutan di luar ketentuan dalam pemberian layanan publik sekolah,
seperti pungutan pengambilan rapor, pungutan pengambilan ijazah, pungutan
pengambilan SK, serta pungutan proses legalisir rapor dan ijazah.
tidak ada pungutan dari pihak sekolah dalam proses rekruitmen, promosi, dan
mutasi pendidik dan tenaga kependidikan.
tidak ada penetapan dari sekolah berupa jumlah dana "sukarela" yang
dibebankan kepada calon orang tua dalam proses penerimaan siswa baru,
kenaikan kelas, dan mutasi siswa
adanya peraturan sekolah berupa larangan penerimaan gratifikasi dan suap
Indikator
Pengawasan masyarakat
terhadap program dan
kebijakan sekolah
Kontribusi masyarakat
terhadap program dan
kebijakan sekolah
Masyarakat menjadi
teladan
internalisasi&aktualisasi
nilai-nilai antikorupsi
II.
Cukupkah dengan
Pembelajaran di kelas?
Hari ini kita dikepung oleh SCREEN CULTURE!
Pola komunikasi telah didominasi oleh GADGET
Kajian Sistem
dan
Corruption
Impact
Assesment
Keterangan
Ditjen
Planologi
Temuan
17
Status Closed
s.d TW IV 2012
14
Total Temuan
Status Open
Rencana
aksi yang
efektif
Pemantauan
Tindak Lanjut
Rekomendasi
Kajian KPK
Bukan
persoalan
lingkup
Kemenhut
semata
Ego
sektoral
menghamb
at
komitmen
bersama
komitmen bersama
rencana aksi yang
efektif
Seputar
Korupsi
Seputar
Yogyakarta
Pola
Otoritas
Konsep
Keluarga
dan Nilainilai dalam
keluarga
Seputar
Keluarga
Sebagian besar orangtua tidak memiliki konsep yang jelas tentang bentuk keluarga yang
diidealkan. Harapan yang ada bersifat personal, samar, jangka pendek, serta tidak didiskusikan
dengan pasangan. Target personal ini seringkali dilontarkan oleh pihak istri dibandingkan suami.
Demikian juga target atau rencana keluarga tidak ditetapkan dengan sengaja, dan terkesan
mengalir mengikuti arus hidup.
Sebagian besar orangtua memiliki gambaran nilai-nilai yang dipandang penting dalam
keluarga, namun tidak diformulasikan dengan jelas dan tidak disepakati bersama pasangan.
Nilai-nilai diinternalisasi dengan harapan tahu-sama-tahu, melalui proses. Hanya sedikit keluarga
yang memiliki kesepakatan-kesepakatan nilai bersama.
Dalam hal perkembangan anak, sebagian besar orangtua juga tidak memiliki perangkat nilai
yang jelas. Nilai-nilai yang ditanamkan pada anak masih bersifat normatif dan di awang-awang,
serta tidak ditanamkan secara sistematis kepada anak. Nilai-nilai yang secara umum
diharapkan ada pada anak: religiusitas dan akhlak yang baik, kejujuran, dan tanggungjawab.
Religiusitas masih dianggap sebagai sumber karakter yang paling penting, namun banyak
orangtua tidak dapat memberikan penjelasan religiusitas seperti apa yang diharapkan ada pada diri
anak, selain hanya terkait dengan kegiatan ritual keagamaan.
Pola
Komunikasi
Seputar
Keluarga
Kebanyakan orangtua memiliki pola komunikasi yang kurang baik dengan pasangannya,
cenderung mengasumsikan sendiri-sendiri saja, tidak membicarakan secara rutin dengan
pasangannya. Ibu yang seringkali menetapkan target kepada anak, namun karena tidak
dikomunikasikan kepada ayah, maka berakibat kepada tidak tegasnya penegakan aturan di dalam
rumah. (karena anak merasa jika melanggar aturan yang ditetapkan oleh ibu, akan didukung oleh
ayah).
Bahkan, beberapa informan ayah mengaku bahwa meraka seringkali menjadi partner in crime
dengan anaknya (againts Ibu).
Pola komunikasi anak dengan orangtua pun hanya bersifat tentantive, by moment, tidak ada
komunikasi rutin yang terpola.
Pada usia SD hingga SMU intensitas pertemuan anak dengan orang tua semakin menurun.
Terdapat gap kultural yang cukup jauh antara anak dan orang tua di usia ini.
Media Habit
kalangan anak
Karakter Anak
Ditemukan indikasi kecenderungan usia PAUD dan SD yang condong pada media
digital; meliputi handphone dan komputer.
Dorongan untuk aktif dalam penggunaan mobile media serta social media tidak terlihat
sekuat anak muda di daerah urban seperti Jakarta dan Bandung.
Konsumsi televisi masih cukup intens dari kelas PAUD hingga SMU, hanya saja bagi
kelas PAUD dan TK lebih banyak kepada konsumsi tontonan VCD dan DVD (bentuk
kontrol/tanggung jawab orang tua.
Konten lokal (unsur kejawaan) dianggap lebih menarik oleh responden usia SD hingga
SMU dibandingkan dengan konten POP (contoh stimulus video cameo project)
Berbeda dengan anak muda di kota urban, Yogya dan Solo menunjukkan kecenderungan
karakter yang lebih introvert. Mereka lebih senang berada di zona sosial yang nyaman dan
aman bagi mereka.
Anak lebih banyak belajar mengenai lagu dan cerita melalui guru di sekolah, hal ini berlaku
untuk kelas PAUD dan TK
Anak di segmen PAUD dan TK lebih memahami perbuatan negasi (larangan
berdasarkan anjuran atau peraturan) dibandingkan perbuatan positif (contoh: berlaku
jujur). Dengan kata lain, anak lebih paham mengenai alasan Untuk tidak berbohong
dibandingkan Mengapa harus jujur.
Perspektif
Anak
Konsep dan makna Korupsi masih sulit untuk dipahami oleh anak dari tingkat PAUD
hingga SMU.
Korupsi dipahami sebagai perbuatan yang identik dengan tidak pencurian dan perbuatan
dosa (amoral)
Kata korupsi belum dikenal dan dipahami dengan baik. Persepsi mereka terhadap kata
korupsi adalah pejabat, laki-laki, maling, dihukum (penjara).
Beberapa anak sudah mengenal korupsi dan pelaku korupsi melalui media TV. Korupsi terkait
dengan mengambil keuntungan pribadi dan kesempatan serta tidak mengenal gender
Profesi yang dianggap jauh dari Korupsi adalah profesi yang mandiri/kewirausahaan. Beberapa
yang disebut oleh responden: dokter, tukang sapu, tukang sampah
Seputar
Korupsi
Terima Kasih
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Jln. HR Rasuna Said Kav C-1 Jakarta 12920
Telp: (021) 2557 8300
www. kpk.go.id
www.acch.kpk.go.id
facebook.com/KomisiPemberantasanKorupsi
twitter.com/KPK_RI
Informasi Gratifikasi:
Direktorat Gratifikasi
Telp: (021) 2557 8440
Email:
pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id