1. Pengertian
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai
focus primer dari ghon ( Hood Alsagaff, th 1995. hal 73)
2. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri
atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam
dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik . selain itu juga kuman lain yang
memberi infeksi yang sama yaitu M. Bovis, M. Kansasii, M. Intracellutare.
3. Patofisiologi
Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor
(makrofag), sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas ini
biasanya melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan
limfokin, respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas ( lambat). Basil Tuberkel
yang mencapai permukaan alveolus akan diinhalasi sebagai suatu unit (1-3 basil),
gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang
besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang berada dialveolus dibagian
bawah lobus atas paru basil tuberkel ini membuat peradangan.
Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempay tersebut dan mempagosit,
namun tidak membunuh basil. Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh makrofag,
alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut.
Pneumoni selluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan
terus, dan basil terus dipagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga
menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Nekrosis bagian sentral
lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis kaseosa) .
Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid
dan fibroblas akan menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan lebih
fibroblas membentuk jaringan parut dan ahirnya membentuk suatu kapsul yang
dikelilingi tuberkel.
4. Tanda & Gejala
Keluhan dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan, yang terbanyak
adalah :
1. Demam : subfebril, febril ( 40-41derajat C) hilang timbul.
2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk membuang
/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulenta
(menghasilkan sputum)
3. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise : ditemukan beripa anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun, sakir
kepala, nyeri otot, keringat diwaktu malam hari
Pada Atelektasis terdapat gejala manifestasi klinik yaitu: Sianosis,
Sesak nafas, Kolaps. Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat
bernafas dan jantung terdorong kesisi yang sakit. Pada Foto Torax tampak
pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas.
5. Penatala ksanaan
a.Promotif
1.Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2.Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3.Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b.Preventif
1.Vaksinasi BCG
2.Menggunakan isoniazid (INH)
3.Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4.Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar
dapat diketahuisecara dini.
c.Kuratif
Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba
dalam jangka waktu yang lama. Obat obat dapat juga digunakan untuk
mencegah timbulnya penyakit klin- is pada seseorang yang sudah terjangkit
infeksi. Penderitatuberkulosis dengan gejala klinis harus mendapat minuman
dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat.
Kombinasi obat-obat pilihan adalah isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat =
INH) dengan etambutol(EMB) atau rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk
orang dewasa biasanya 5-10mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg
selam 60 hari, kemudian 15mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek samping
etambutol
adalah
Neuritisretrobulbar
disertai
penurunan
ketajaman
terapi kombinasi 18
bulan
ses-
6. PATHWAYS
Mikobakterium Tuberculosis
Alveolus rusak
Reflek batuk
Sel cerna
Iritasi bronkus
Peristaltik menurun
PD bronkus pecah
Cemas
Kurang informas
pengetahuan
7. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan 1
b. Diagnosa Keperawatan 2
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolarkapiler
Tujuan:
Pertukaran gas efektif
Kriteria hasil :
8. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dulu:penyakit TBC
Riwayat kesehatan sekarang:penyakit TBC
b. Data Fokus
DS : Sering mengeluarkan dahak bercampur darah,lemas dan badanya kurus,batuk
sejak sebulan yang lalu,sering tidak bisa tidur karena batuk,pada malam hari
sering mengeluarkan keringat dingin.
DO : RR 16/menit,suhu 36,3 C ,tekanan darah100/60 mmHg,adanya lesi lobus
dari hasil poto thorak.mycobakteri
Intervensi
Rasional
akan membantu
mengembangkan kepatuhan
napas.
efektif,menyebabkan frustasi.
Kemugkinan ekspunsi paru
lebih luas.
teraupetik.
Batuk yang tidak terkontrol
adalah melelehkan dan tidak
Pernafasan diafragma
menurunkan frek,napas dan
Lakukan pernapasan
meningkatan ventilasi
diafragam
alveolar.
mengevaluasi keefektifan
sesudah batuk.
menurunkan viskositas
menyebabkan sumbatan
sekresi: mempertahankan
atelektasis.
meningkatkan rasa
setelah batuk.
bau mulut.
Expextorant untuk
pemberian Expectoran
memudahkan mengeluarkan
pemberian antibiotika,konsul
photo toraks.
Meningkat inspirasi
maksimal,meningkatkan
pernapasan,catat frekuensi
hipoksia.
Pengetahuan apa yang di
paru-paru.
Pertahankan perilaku
harapkan dapat
mengembangkan kepatuhan
menggunakan pernafasan
terapeutik.
Membantu klien mengalami
efek fisiologi hipoksia,yang
kesehatan lain:Dengan
dapat di manifestasikan
dokter:pemberian
antibiotika,pemeriksaan
rencana terapeutik.
Pengetahuan apa yang di
pengembangan parunya.
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur sputum: positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit
2. Ziehi neelsen: (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah)
positif untuk basil asam cepat.
3. Foto thorak : dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau efusi ciairan,Perubahan menunjukan lebih luas
TB dapat masuk rongga area fibrosa.
4. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersian gaster: urien dan cairan
serebrospinal,biopsi kulit) positif untuk mycobakterium tuberkulosis.
5. Biopsi jarum pada jaringan paru :positif untuk granula TB : adanya sel raksa
menunjukan nekrosis
DAFTAR PUSTAKA
1. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
1987.
2. Donna D, Marilyn. V, Medical Sugical Nursing, WB Sounders, Philadelpia 1991.
3. Doenges E Marilynn, F.A Davis Company Philadelphia Edition 3 , 1989
4. Tabayong, 2000, Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta
5. Buku ajar keperawatan medikal-bedah,Brunner and suddarth edisi 8,vol.1