Penambangan nikel dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka dan sistem
tambang dalam. Di Indonesia penambangan nikel dilakukan dengan cara tambang terbuka
dengan membuat jenjang (bench) pada lereng bukit dan penggaliannya dilakukan secara
backfilling.
Operasi penambangan nikel PT vale di Sorowako digolongkan sebagai tambang terbuka
dengan tahapan sebagai berikut:
Pemboran
pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah guna
mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut
Pembersihan dan pengupasan
lapisan tanah penutup setebal 10 20 meter yang kemudian dibuang di tempat tertentu
ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna tambang.
Penggalian
lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke stasiun
penyaringan.
Pemisahan
bijih di stasiun penyaringan berdasarkan ukurannya. Produk akhir hasil penyaringan bijih
tipe Timur adalah -6 inci, sedangkan produk akhir bijih tipe Barat adalah 4/-2 inci.
Penyimpanan
bijih yang telah disaring di suatu tempat tertentu untuk pengurangan kadar air secara
alami, sebelum dikonsumsi untuk proses pengeringan dan penyaringan ulang di pabrik.
Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya
ditemui yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan
menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium),
bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit
sebaliknya.
Pabrik pengolahan PT Inco di Sorowako mempunyai kapasitas produksi
72.500 ton nikel setahun. Proses pengolahan dilakukan untuk menghasilkan nikel
matte yaitu produk dengan kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam
proses pengolahan adalah sebagai berikut:
Pra Pengolahan
1. Persiapan bahan baku
Bahan baku dalam proses pengolahan adalah bijih nikel (laterit) dengan antrasit
sebagai reduktor serta batu kapur sebagai flux dengan komsumsi sebagai
berikut :
-
Pengolahan
1. Crushing
bertujuan untuk menghancurkan bongkahan bijih nikel sebagai bahan baku dan
campuran bahan baku lainnya.
Pada proses ini menggunakan Jaw Crusher sebagai Primay crushing dan Impact
Crusher sebagai Secondary Crushing
Grinding
Pada proses ini menggunakan alat yaitu Ball Mill , dan menggunakan Wet
Grinding Process sehingga hasil dari proses ini haruslah dilakukan pengeringan
dengan menggunakan proses drying
2. Drying
bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari bagian
Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran +25 mm dan 25 mm.
3. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi
untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel
oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Alat yang digunakan adalah Reduction
Kiln. Tahapan pada proses kalsinasi :
-
bahan bakar yang dipakai untuk burner tersebut adalah Heavy Oil (MFO)
Jumlah bijih yang diolah dalam reduction kiln rata-rata sebanyak 40 ton
bijih basah per jam
Gambar 2.2
Alur proses pengolahan peleburan primer bijih nikel