yang mendukung terjadinya kaedah hukum serta pembidangan hukum itu tersebut dan lain sebagainya,
kini kita akan mencoba mengupas satu dari pengklasifikasian hukum-hukum tersebut yaitu Hukum
International atau hukum antar negara dan antar organisasi internasional, atau bisa kita sebut hukum
transnasional, termasuk didalamnya hukum diplomatik dan konsuler, kali ini kita akan mencoba sedikit
menelaah hubungan internasional antar negara yang mana telah diatur oleh hukum internasional, politik
yang genjar selalu menjadi background tiap praktisi negara untuk mencapai interest tiap-tiap negara,
hubungan hukum internasional dengan politik internasional menjadi kata kunci untuk menjelaskan
permasalahan pokok yang berkaitan dengan masalah efektifitas hukum internasional dalam menjamin
kepatuhan negara terhadap aturan main yang ada pada level antarnegara. Hukum internasional itu
sendiri hadir dari beberapa konvensi dan juga resolusi-resolusi PBB, dengan satu tujuan suci tiada lain
ialah membina masyarakat internasional yang bersih dari segala hal yang berbau merugikan sesuatu
negara, dengan demikian dapat mempererat terjalinnya hubungan internasional atau hubungan antar
negara secara sehat, dinamis dan harmornis.
Definisi Hukum Internasional
Berangkat dari pentingnya hubungan lintas negara disegala sektor kehidupan seperti politik, sosial,
ekonomi dan lain sebagainya, maka sangat diperlukan hukum yang diharap bisa menuntaskan segala
masalah yang timbul dari hubungan antar negara tersebut. Hukum Internasional ialah sekumpulan
kaedah hukum wajib yang mengatur hubungan antara person hukum internasional (Negara dan
Organisasi Internasional), menentukan hak dan kewajiban badan tersebut serta membatasi hubungan
yang terjadi antara person hukum tersebut dengan masyarakat sipil.
Oleh karena itu hukum internasional adalah hukum masyarakat internasional yang mengatur segala
hubungan yang terjalin dari person hukum internasional serta hubungannya dengan masyarakat sipil.
Hukum internasional mempunyai beberapa segi penting seperti prinsip kesepakatan bersama (principle
of mutual consent), prinsip timbal balik (priniple of reciprocity), prinsip komunikasi bebas (principle of
free communication), princip tidak diganggu gugat (principle of inciolability), prinsip layak dan umum
(principle of reasonable and normal), prinsip eksteritorial (principle of exterritoriality), dan prinsipprinsip lain yang penting bagi hubungan diplomatik antarnegara.
Maka hukum internasional memberikan implikasi hukum bagi para pelangarnya, yang dimaksud
implikasi disini ialah tanggung jawab secara internasional yang disebabkan oleh tindakan-tindakan
yang dilakukan sesuatu negara atau organisasi internasional dalam melakukan segala tugas-tugasnya
sebagai person hukum internasional.
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan unsur-unsur terpenting dari hukum internasional:
Objek dari hukum internasional ialah badan hukum internasional yaitu negara dan organisasi
internasional.
Hubungan yang terjalin antara badan hukum internasional adalah hubungan internasional dalam artian
bukan dalam scope wilayah tertentu, ia merupakan hubungan luar negeri yang melewati batas teritorial
atau geografis negara, berlainan dengan hukum negara yang hanya mengatur hubungan dalam negeri .
Kaedah hukum internasional ialah kaedah wajib, seperti layaknya semua kaedah hukum, dan ini yang
membedakan antara hukum internasional dengan kaedah internasional yang berlaku dinegara tanpa
memiliki sifat wajib seperti life service dan adat kebiasaan internasional.
Jika hukum nasional ialah hukum yang terapkan dalam teritorial sesuatu negara dalam mengatur segala
urusan dalam negeri dan juga dalam menghadapi penduduk yang berdomisili didalamnya, maka hukum
internasional ialah hukum yang mengatur aspek negara dalam hubungannya dengan negara lain.
Sumber-sumber Hukum Internasional
Hukum traktat, yakni hukum yang terbentuk dalam perjanjian-perjanjian internasional (tractaten-recht)
Kesepakatan dan perjanjian international. Seperti Konvensi Vina, Konvensi New York serta perjanjian
serta kesepakatan yang lainnya.
Hukum kebiasaan (costumary), yaitu keajegan-keajegan dan keputusan-keputusan (penguasa dan warga
masyarakat) yang didasarkan pada keyakinan akan kedamaian pergaulan hidup.
Sumber-sumber hukum internasioanl yang lainnya seperti: dasar umum negara, hukum peradilan
internasional, fiqh internasional, kaedah keadilan, serta keputusan-keputusan organisasi internasional.
Tanggung Jawab Internasional
Hukum Internasional ada untuk mengatur segala hubungan internasional demi berlangsungnya
kehidupan internasional yang terlepas dari segala bentuk tindakan yang merugikan negara lain. Oleh
sebab itu negara yang melakukan tindakan yang dapat merugikan negara lain atau dalam artian
melanggar kesepakatan bersama akan dikenai implikasi hukum, jadi sebuah negara harus bertanggung
jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya.
Pengertian tanggung jawab internasional itu sendiri itu adalah peraturan hukum dimana hukum
internasional mewajibkan kepada person hukum internasional pelaku tindakan yang melanggar
kewajiban-kewajiban internasional yang menyebabkan kerugian pada person hukum internasional
lainnya untuk melakukan kompensasi.
Suatu negara dapat dimintai pertanggung jawabannya secara internasional bila telah memenuhi syarat
sebagai berikut:
Negara tersebut telah benar-benar melakukan tindakan yang merugikan, tindak positif ataupun negatif.
Tindakan yang merugikan ini timbul dari person hukum internasional yang meliputi negara dan
organisasi internasional.
Yang terakhir yaitu tindakan yang merugikan itu sendiri, bila tidak ada kerugian yang timbul dari
person hukum internasional pertanggungjawaban internasional tidak dapat di terapkan
Tindakan yang merugikan ini dapat timbul dari perangkat badan internasional itu sendiri, yaitu badan
legislatif, eksekutif dan pula yudikatif.
Pengertian Negara menurut Hukum Internasional
Pengertian person hukum internasional itu sendiri ialah kesatuan internasional yang diterapkan hukum
internasional kepadanya, atau yang mempunyai kelayakan dalam hak dan dibebani oleh beberapa
kewajiban yang ditetapkan hukum internasional.
Disini kita perlu membahas sedikit tentang negara yang merupakan subjek sekaligus objek dari hukum
internasional, negara dalam pengertian hukum internasional ialah sekumpulan orang-orang yang
berdomisili di suatu teritorial tertentu secara mapan(stabil) serta patuh kepada kekuatan hukum yang
bijaksana dan mempunyai kedaulatan serta memiliki kewenangan penuh.
Negara mempunyai tiga unsur penting yaitu; Rakyat, Teritorial (daerah), dan Kekuasan (kewenangan).
Rakyat terbentuk dari penduduk yang menetap di teritorial negara secara mapan(stabil) dan terikat pada
negara secara politik serta hukum, atau dapat kita sebut kewarganegaraan. Sedangkan teritorial adalah
letak geografis dimana suatu negara dapat melaksanakan segala kekuasannya yang ditetapkan oleh
hukum internasional sebagai person hukum internasional, iklim meliputi area daratan, air dan lapisan
langit. Kemudian Kekuasaan itu sendiri ialah kemerdekaan secara utuh dalam urusan internal dan
eksternal Negara, kebebasan internal dalam artian suatu negara dapat melaksanakan seluruh urusan
dalam negerinya yang ditanggani oleh dewan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, sedangkan kebebasan
eksternal atau luar dimaksudkan ialah kelayakan suatu negara guna melaksanakan seluruh juridiksi atau
kompetensi internasional.
Suatu negara mempunyai hak yang sama dimata hukum internasional seperti; kemerdekaan,
kedaulatan, persamaan didepan hukum, dan pertahan diri, selain itu negara juga mempunyai kewajiban
seperti; pelarangan interpensi dalam urusan negara lain, menghargai negara lain dan lain sebagainya.
Subjek hukum internasional juga berasal dari Organisasi Internasional, organisasi internasional dapat
kita definisikan sebagai berikut; organisasi antarpemerintah yang diakui sebagai subjek hukum
internasional dan mempunyai kapasitas untuk membuat perjanjian internasional.
Peristiwa Internasional
Dari segi yang berbeda hukum internasional merupakan hukum yang berhubungan dengan Peristiwa
Internasional, adapun yang termasuk Peristiwa Internasional ialah:
Hukum Tantra (Tata Tantra maupun Karya/Administrasi Tantra) substantif/materiel dan ajektif/formil,
Hukum Pidana substantif/materiel dan ajektif/formil,
Hukum Perdata substantif/materiel dan ajektif/formil
Dan karena itu masing-masing disebut Hukum Tantra Internasional. Hukum Pidana Internasional dan
Hukum Perdata Internasional.
Oleh sebab itu jelaslah bahwa hukum itu disebut Hukum Internasional atau Hukum Nasional bukan
ditentukan oleh sumbernya, Nasional atau Internasional. Sumber Nasional dari pada Hukum Tantra
Internasional adalah misalnya pasal 11 & 13 UUD45 dan bila sumber itu berupa hasil karya Tantra
Internasional (perjanjian) maka untuk berlakunya perlu pengukuhan secara Nasional, sekurangnya
diumumkan dalam Lembaran/Berita Nasional. Contoh dari ketentuan Hukum Pidana International yang
bersumber Nasional adalah pasal 2 s/d 8 KUHP, sedang yang bersumber Internasional ialah misalnya
Perjanjian Ekstradisi. Hukum Perdata Internasional adalah sungguh Hukum Internasional karena
berhubungan dengan peristiwa dalam sikap tindak, kejadian, dan keadaan Internasional, misalnya:
bidang hukum harta kekayaan seperti warga Indonesia mempunyai rumah di Singapura, bidang hukum
keluarga seperti Warga negara Malaysia menikah dengan warga negara Indonesia, bidang hukum waris
seperti seorang Pewaris warga negara Cina mempunyai ahliwaris warganegara Indonesia. Dalam hal ini
perlu juga ditegaskan bahwa bila peristiwa Hakim Nasional; mengadili perkara suatu
(Tantra/Pidana/Perdata) Internasional, maka menyelenggarakan Peradilan Internasional (dedoublement
functionel) dan keputusannya merupakan hukum konkrit internasional walaupun ia bukan hukum
internasional dan lembaganya tetap Pengadilan Nasional.
Hukum Diplomatik dan Konsuler
Pengertian hukum diplomatik masih belum banyak diungkapkan, karena pada hakekatnya hukum
diplomatik merupakan bagian dari Hukum Internasional yang mempunyai sebagian sumber hukum
yang sama seperti konvensi-konvensi Internasional.
Diplomasi merupakan suatu cara komunikasi yang dilakukan antara berbagai pihak termasuk negoisasi
antara wakil-wakil yang sudah diakui. Praktik-praktik negara semacam itu sudah melembaga sejak
dahulu dan kemudian menjelma sebagai aturan-aturan hukum internasional. Namun pengertian secara
tradisional kata hukum diplomatik digunakan untuk merujuk pada norma-norma hukum internasional
yang mengatur tentang kedudukan fungsi misi diplomatik yang dipertukarkan oleh negara-negara yang
telah membina hubungan diplomatik, lain halnya dengan pengertian-pengertian sekarang yang bukan
saja meliputi hubungan diplomatik dan konsuler antarnegara, tetapi juga keterwakilan negara dalam
hubungannya dengan organisasi-organisasi internasional.
Dari pengertian sebagaimana tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan adanya beberapa faktor yang
penting yaitu hubungan antara bangsa untuk merintis kerjasama dan persahabatan, hubungan tersebut
dilakukan melalui pertukaran misi diplomatik termasuk para pejabatnya. Dengan demikian, pengertian
hukum diplomatik pada hakikatnya merupakan ketentuan atau prinsip-prinsip hukum internasional
yang mengatur hubungan diplomatik antar negara yang dilakukan atas dasar permufakatan bersama dan
ketentuan atau prinsip-prinsip tersebut dituangkan didalam instrumen-instrumen hukum sebagai hasil
dari kodifikasi hukum kebiasaan internasional dan pengembangan kemajuan hukum internasional.
Dalam perkembangannya, hukum diplomatik mempunyai ruang lingkup yang lebih luas lagi bukan saja
mencakupi hubungan diplomatik antarnegara, tetapi juga hubungan konsuler dan keterwakilan negara
dalam hubunganya dengan organisasi-organisasi internasional khususnya yang mempunyai
tanggungjawab dan keanggotaannya yang bersifat global atau lazim disebut organisasi internasional
yang bersifat universal. Bahkan dalam kerangka hukum diplomatik ini dapat juga mencakupi
ketentuan-ketentuan tentang perlindungan keselamatan, pencegahan serta penghukuman terhadap
tindak kejahatan yang ditujukan kepada para diplomat.
Para pejabat diplomatik yang dikirimkan oleh sesuatu negara ke negara lainnya telah dianggap
memiliki suatu sifat suci khusus. Sebagai konsekuensinya, mereka telah diberikan kekebalan dan
keistimewaan diplomatik, ini merupakan aturan kebiasaan hukum internasional yang telah ditetapkan,
termasuk harta milik, gedung dan komunikasi. Untuk menunjukkan totalitas kekebalan dan
keistimewaan diplomatik tersebut, terdapat 3 teory yang sering digunakan dalam hal ini, yaitu;
exterritoriality theory, representative character theory dan functional necessity theory. Sifat dan prinsip
tersebut itu diberikan kepada para diplomat oleh hukum nasional negara penerima. Pemberian hak-hak
tersebut didasarkan resiprositas antarnegara dan ini mutlak diperlukan dalam rangka:
Mengembangkan hubungan persahabatan antarnegara, tanpa mempertimbangkan sistem ketatanegaraan
dan sistem sosial mereka berbeda.
Bukan untuk kepentingan perseorangan tetapi untuk menjamin terlaksananya tugas para pejabat
diplomatik secara efisien terutama dalam tugas dari negara yang mewakilinya.
Kekebalan dan keistimewaan diplomatik akan tetap berlangsung sampai diplomat mempunyai waktu
sepantasnya menjelang keberangkatannya setelah menyelesaikan tugasnya di sesuatu negara penerima.
Namun negara penerima setiap kali dapat meminta negara pengirim untuk menarik diplomatnya apabila
ia dinyatakan persona non grata.
Esensial Hukum Internasional
Apa yang menjadi kepentingan hukum internasional adalah memberikan batasan yang jelas terhadap
kewenangan negara dalam pelaksanaan hubungan antarnegara. Hal ini bertolak belakang dengan
kepentingan penyelenggaraan politik internasional yang bertujuan untuk mempertahankan atau
memperbesar kekuasaan. Karena itu, hukum bermakna memberikan petunjuk operasional perihal
kebolehan dan larangan guna membatasi kekuasaan absolut negara.
Realitanya keterkaitan diantara kedua dimensi hubungan ini berujung kepada persoalan esensi hukum
sebagai suatu kekuatan yang bersifat memaksa. Masalah efektifitas hukum dalam hubungan
internasional ini menimbulkan dua konsekuensi yang secara diameteral saling bertolak-belakang.
Pertama, struktur hukum nasional lebih tinggi dari pada hukum internasional. Pemahaman ini
membawa implikasi hukum internasional terhadap kebijakan domestik suatu negara akan diukur
berdasarkan sistem hukum nasional. Di sini hukum internasional baru akan berlaku jika tidak
bertentangan dengan kaedah hukum nasional. Agar berlaku, hukum internasional juga perlu diadopsi
terlebih dahulu menjadi hukum nasional, yaitu suatu proses yang dilakukan antara lain melalui
ratifikasi. Dasarnya adalah doktrin hukum pacta sunc servanda di mana perjanjian berlaku sebagai
hukum bagi para pihak. Perjanjian merefleksikan itikad bebas yang dicapai secara sukarela oleh subjek
hukum internasional yang memiliki kesetaraan satu sama lain. Sebaliknya, hukum dinilai tidak dapat
berfungsi secara efektif jika tidak ada keinginan negara untuk tunduk di bawah ketentuan yang
diaturnya. Kemudian pemahaman kedua sementara itu mendalilkan bahwa hukum internasional
otomatis berlaku sebagai kaedah hukum domestik yang mengikat negara tanpa melalui proses adopsi
menjadi hukum nasional. Menurut paradigma ini, hukum internasional merupakan fondasi tertinggi
yang mengatur hubungan antarnegara. Sumber kekuatan mengikat hukum internasional adalah prinsip
hukum alam(costumary) yang menempatkan akal sehat masyarakat internasional sebagai cita-cita dan
sumber hukum ideal yang tertinggi. Terlepas dari ada atau tidaknya persetujuan ini, secara yuridis
negara dapat terikat oleh prinsip hukum internasional yang berlaku universal atau oleh kaedah
kebiasaan internasional. Customary itu sendiri membuktikan bahwa praktek negara atas sesuatu hal
yang sama dan telah mengkristal, sehingga diakui oleh masyarakat internasional memiliki implikasi
hukum bagi pelanggaran terhadapnya.
Penutup
Pembahasan tentang hukum internasional tidak akan pernah berakhir itu disebabkan eksistensi hukum
internasional bersinggungan langsung dengan peristiwa internasional yang selalu menimbulkan hal-hal
baru, kedaulatan sesuatu negara selalu menjadi polemik tiada henti dalam aplikasi hukum internasional
itu sendiri. Hukum internasional mempunyai lahan yang sangat luas ini dikarenakan menyangkut
pelbagai macam aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, politik dan sebagainya. Hukum internasional
juga mencakup hukum laut dan udara yang bukan teritorial negara tertentu, dan juga hukum pada
waktu perang serta lain sebagainya.
Daftar Bacaan
Suryokusumo, Sumaryo,.(1995) Hukum Diplomatik Teori dan Kasus, Bandung: Alumni.
Soekanto, Soerjono,.(1993) Sendi-sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum, Bandung: Citra Aditya.
Mahmud, Abdul Ghani,.(2003) Al-Qonun al-Dauli al-Amm, Cairo : Dar el-Nahdlah el-Arabia.
PENDAHULUAN
Timbulnya hubungan internasional secara umum tersebut pada hakikatnya
merupakan proses perkembangan hubungan antar Negara, karena kepentingan
dua Negara tidak dapat menampung kehendak banyak Negara. Dalam
membentuk organisasi internasional, negara negara melalui organisasi itu akan
berusaha untuk mencapai tujuan yang menjadi kepentingan bersama, dan
kepentingan itu menyangkut bidang kehidupan internasional.
Di bidang perhubungan misalnya, negara negara Eropa dalam tahun 1815 telah
mengatur hubungan pelayaran melalui Sungai Rhine ( Cenral Commission for
Navigation of the Rhine ), dan di dalam Kongres Paris 1856 juga telah disepakati
suatu persetujuan pelayaran melalui Sungai Danube bagi negara negara yang
dilalui oleh sungai ini ( Danube Commission ). Di bidang perdagangan, dalam
tahun 1933 telah ada International Wheat Agreement yang mangatur produksi
dan pemasaran gandum internasional, dan dalam tahun 1934 beberapa negara
telah menyetujui tentang pengaturan produksi dan eksport karet melalui
Regulation of the Production and Export of Rubber, sampai kepada Havana
Charter 1948 untuk membentuk International Trade Organization khususnya yang
mengatur tentang komoditi. Demikian juga di bidang moneter ketika negara
negara Amerika Selatan dalam tahun 1865 mengadakan peraturan bersama
melalui Latin Monetary Union.Sejak pertengahan abad 17 perkembangan
organisasi internasional tidak saja diwujudkan dalam berbagai konferensi
internasional yang kemudian melahirkan persetujuan persetujuan, tetapi lebih
dari itu telah melembaga dalam berbagai variasi dari komisi ( commission ),
perserikatan bangsa bangsa ( united nations ), persemakmuran
( commonwealth ), masyarakat ( community ), kerjasama ( cooperation ), dan lain
lain.
April 1946. Di samping itu juga membentuk Board of Liquidation yang diberi tugas
mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan pembubaran Liga Bangsa
Bangsa.
Dengan bubarnya Liga Bangsa bangsa dalam tahun 1946 maka PBB menjadi
satu satunya organisasi internasional yang merupakan penggantinya, walaupun
Piagam Atlantic maupun Dumberton Oaks sama sekali tidak menyinggung
masalah Liga Bangsa Bangsa. Bagaimana dengan pembubaran Liga Bangsa
Bangsa dan penjelmaannya dalam bentuk organisasi Internasional yang baru?
Mengenai pelimpahan tugas, Komisi Persiapan PBB dalam menanggapi laporan
dari Komite Eksekutif Liga pada mulanya tidak begitu dapat menerima gagasan
mengenai pelimpahan tugas tugas tersebut secara en bloc. Tetapi kemungkinan
Komite Persiapan PBB mengadakan tinjauan seperlunya dalam berbagai tugas
yang dikehendaki oleh PBB sendiri maupun badan badan khusus, seperti :
(i). Tinjauan mengenai tugas politik Majelis Umum; dan
(ii). Tinjauan mengenai tugas teknik dan non politik Dewan Ekonomi dan Sosial.
Pelimpahan tugas tugas tertentu ini kemudian disahkan oleh Majelis Umum
PBB . Namun ternyata tidak ada tugas tugas politik yang dibebankan kecuali
masalah masalah politik selama itu yang telah menjadi wewenang Liga. Adapun
mengenai sistem mandate, pelimpahan mengenai sistem perwalian yang baru,
hanya menyangkut mengenai wewenang administrasi saja untuk memutuskan,
demikian juga biro - biro dalam kaitannya dengan Liga seperti termuat dalam
Pasal 22 Covenant, yang perlu dirundingkan dengan PBB. Dalam perjanjian
perjanjian yang ada, Liga Bangsa Bangsa atau organisasi organisasi yang ada
hubungannya dengan Liga telah melaksanakan tugas administrasi yang
pelimpahannya memerlukan permufakatan dari pihak perjanjian perjanjian
tersebut. Karena itu dalam hal persetujuan mengenai narkotik misalnya, perlu
adanya protokol tersendiri dari tiap tiap pihak untuk menggantikan ketentuan
ketentuan yang diperlukan oleh PBB maupun WHO terhadap ketentuan
ketentuan yang sudah ada, baik di Liga maupun di Internasional Office of Public
Hygiene. Mengenai tugas untuk menerima penyerahan instrumen seperti
perjanjian perjanjian, secara mudah dapat disetujui dengan Resolusi Majelis
Umum PBB yang mencantumkan secara jelas kesediaan PBB menerima tugas
semacam itu.
Pada waktu dibubarkannya Permanent Court of International Justice agar
yurisdiksi Mahkamah tetap dapat diterima, ketentuan mengenai hal itu
dimasukkan dalam Pasal 36 (5) dan 37 Mahkamah Internasional yang baru
( international Court of Justice ), termasuk program pensiun para hakimnya yang
kemudian dipercayakan kepada ILO. ILO sendiri kemudian sudah barang tentu
menampungnya, sedangkan masalah masalah yang menyangkut keuangan
telah dilimpahkan juga kepada ILO melalui suatu badan yang disebut Working
Capital Fund. Untuk ini Liga Bangsa Bangsa mengambil langkah langkah dalam
rangka menyerahkan tanah dan gedung gedung, perlengkapan, arsip
perpustakaan dan lain lain di atur melalui Common Plan yang pembayarannya
dilakukan oleh PBB. Pembentukan Common Plan ini telah disetujui dengan resolusi
oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 12 Pebruari 1946. Semua staf diberhentikan
meskipun beberapa orang di antara mereka membuat kontrak baru untuk bekerja
pada PBB.
Kasus penjelmaan dalam organisasi internasional lainnya dapat dilihat pada
kemudian disahkan oleh Majelis Umum PBB tanggal 31Oktober 1947. Persetujuan
ini merupakan pelengkap pada General Convention karena kedua instrument
tersebut dimaksudkan untuk memberikan rincian mengenai status PBB di Negara
tempat Markas Besar itu berada.
Headquarters Agreement ini di dalam Pasal V merinci siapa saja yang dapat
dikelompokkan sebagai Resident Representatives to the United Nations, seperti
mereka yang berpangkat Duta Besar atau Menteri Berkuasa Penuh. Namun
demikian, persetujuan tersebut tidak secara khusus merinci keistimewaan dan
kekebalan para wakil negara anggota, kecuali bagi mereka yang bertempat
tinggal baik di dalam maupun di luar distrik tempat Markas Besar PBB dan dapat
menikmati keistimewaan serta kekebalan di wilayah Amerika Serikat, dengan
syarat syarat atau kewajiban yang telah disetujui bagi wakil wakil diplomatik
yang diakreditasikan di negara itu. Sedangkan bagi negara negara yang tidak
diakui oleh Amerika Serikat, keistimewaan dan kekebalan hanya diberikan dalam
lingkungan distrik tempat Markas Besar PBB berada, rumah kediaman, kantor
yang berada di luar distrik dan di dalam transit dari dan ke negara lain. Dalam
Headquarters Agreement juga tidak memuat ketentuan ketentuan yang merinci
keistimewaan dan kekebalan bagi pejabat pejabat sipil internasional.
Persetujuan antara Mahkamah Internasional sebagai salah satu badan utama PBB
di den Haag dengan Pemerintah Belanda, secara khusus mengenai keistimewaan
dan kekebalan serta kemudahan yang dinikmati oleh para hakim internasional
dan orang orang lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan dan tugas
tugas Mahkamah.21 Demikian juga para panitera dan Wakil Panitera yang
bertindak sebagai panitera akan menikmati keistimewaan dan kekebalan
diplomatik.
Di samping itu persetujuan persetujuan lainnya telah dibuat dalam rangka
pelaksanaan ketentuan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 104 dan 105
Piagam, termasuk beberapa persetujuan mengenai pemberian keistimewaan dan
kekebalan di negara negara bukan anggota, antara lain Interim Arrangement
yang disetujui oleh PBB dan Pemerintah Switzerland pada tanggal 1 juli 1946,
bukan saja memuat ketentuan ketentuan mengenai pengakuan secara eksplisit
tentang personalitas hukum gedung PBB di Jenewa, termasuk keistimewaan dan
kekebalan gedung tersebut, tetapi juga bagi wakil wakil negara anggota dan
para pejabat sipil internasional yang bekerja sama.
Persetujuan lain ialah antara PBB dan Republik Austria mengenai Markas Besar
PBB UNIDO di Wina yang ditanda tangani di New York pada tanggal 13 April 1967.
Dalam persetujuan ini Pemerintah Austria mengakui ekstra-teritorialitas bagi
kedudukan Markas Besar UNIDO di Wina, termasuk hak badan UNIDO tersebut
untuk membuat peraturan peraturan dalam rangka melaksanakan fungsinya.
Kedudukan Markas Besar tersebut tidak dapat diganggu gugat, termasuk
pengenaan proses hukum atau penyitaan milik UNIDO kecuali jika ada pernyataan
izin dan di dalam kondisi kondisi yang disetujui oleh Direktur Eksekutif UNIDO.
Persetujuan ini juga memberikan keistimewaan dan kekebalan bagi para wakil
negara negara anggotanya, termasuk perwakilan tetap masing masing.
Personalitas hukum organisasi internasional dalam kaitannya dengan hukum
Nasional pada hakikatnya menyangkut keistimewaan dan kekebalan bagi
organisasi internasional itu sendiri yang berada di wilayah sesuatu nagara
anggota, bagi wakil wakil dari negara anggotanya dan bagi pejabat pejabat
sekretaris delegasi.
Mengenai keistimewaan dan kekebalan bagi para pejabat sipil internasional (
international civil sevants ) sesuai dengan ketentuan dalam General Convention
( Pasal V ayat 16 ), Sekjen PBB akan merinci pengelompokan pejabat pejabat
tersebut secara khusus sesuai dengan ketentuan dalam Pasal V dan Pasal VII, dan
kemudian menyampaikannya kepada Majelis Umum. Sesudah itu pengelompokan
tersebut diteruskan kepada semua negara anggotanya. Nama para pejabat dalam
kelompok ini dari waktu ke waktu juga akan diberitahukan kepada semua negara
anggotanya.
General Convention juga menetapkan untuk mengeluarkan United Nations laissez
- passer kepada para pejabatnya, agar diterima oleh para penguasa di negara
anggota sebagai dokumen yang sah. Pejabat pejabat itu harus diberi
kemudahan untuk mengadakan perjalanan secepat cepatnya. Sekjen PBB, para
Asisten Sekjen, dan para Direktur yang mengadakan perjalanan dengan
menggunakan United Nations laissez-passer dalam tugas tugas PBB berhak atas
kemudahan yang dinikmati oleh para utusan diplomatik. Dalam statuta
Mahkamah Internasional dan persetujuan antara Mahkamah dengan Negeri
Belanda, maka para Hakim, Panitera, Wakil Panitera yang bertindak atas nama
Panitera menikmati keistimewaan dan kekebalan diplomati.
Personalitas Hukum Dalam Kaitannya Dengan Hukum Internasional
Personalitas hukum dari sesuatu organisasi internasional dalam kaitannya dengan
hukum internasional pada hakikatnya menyangkut kelengkapan organisasi
internasional tersebut dalam memiliki suatu kapasitas untuk melakukan prestasi
hukum, baik dalam kaitannya dengan negara lain maupun negara negara
anggotanya, termasuk kesatuan ( entity ) lainnya. Kapasitas itu telah diakui dalam
hukum internasional itu sendiri sebagai subjek hukum internasional, tetapi juga
karena organisasi itu harus menjalankan fungsinya secara efektif sesuai dengan
mandat yang telah dipercayakan oleh para anggotanya.
Dari segi hukum, organisasi internasional sebagai kesatuan ( entity ) yang telah
memiliki kedudukan personalitas tersebut, sudah tentu akan mempunyai
wewenangnya sendiri untuk mengadakan tindakan tindakan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dalam instrumen pokoknya maupun keputusan
organisasi internasional tersebut, yang telah disetujui oleh para anggotanya.
Namun hal ini banyak menumbuhkan perselisihan karena secara eksplisit tidak
disebutkan di dalam instrumen pokok.
Personalitas hukum di dalam kaitannya dengan hukum nasional lebih banyak
menyangkut masalah keistimewaan dan kekebalan organisasi internasional,
termasuk wakil wakil negara anggotanya dan para pejabat sipil internasional
yang bekerja pada organisasi internasional tersebut. Dalam rangka
perkembangan personalitas hukum, khususnya dari organisasi internasional
seperti PBB, telah terjadi suatu proses evolusi yang sangat penting, terutama
sekali hal hal yang tidak termuat secara eksplisit di dalam ketentuan
ketentuan Piagamnya. Perkembangan tersebut menyangkut hak sesuatu
organisasi internasional atau kesatuan lain mengenai kebebasan di dalam
kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pejabatnya, termasuk
kewajiban organisasi itu untuk melindungi mereka. Apakah dengan kata lain PBB
mempunyai kapasitas hukum untuk mengajukan tuntutan internasional terhadap
sesuatu negara atau bukan negara anggota PBB, jika terjadi suatu bencana yang
Morozov ini kemudian oleh wakil Mesir dianggap sebagai amandemen dari
resolusi yang dimajukannya, yaitu mengenai kapasitas hukum yang dimiliki oleh
PBB untuk mengajukan tuntutan internasional.
Rancangan resolusi Mesir Uni Soviet tersebut setelah dilakukan pemungutan
suara dalam komite VI, hanya memperoleh 9 suara saja sehingga Komite gagal
mengambil keputusan.
Sehubungan dengan hal itu Wakil Sekjen PBB memberikan tanggapan penafsiran
sebagai berikut : Pertama, hasil pembahasan dalam Komite VI tersebut tidak perlu
berpengaruh terhadap wewenang untuk mengadakan cara kerja dalam
pengadilan masing masing negara. Kedua, penolakan resolusi dalam Komite VI
juga tidak perlu diartikan sebagai keputusan yang negatif terhadap hak untuk
memajukan tuntutan dalam taraf internasional.
Fungsi Pembuat Hukum dari Organisasi Internasional
Organisasi internasional yang dibentuk oleh negara negara anggotanya melalui
instrument pokok yang telah disetujui bersama pada hakikatnya merupakan suatu
mekanisme untuk mengadakan kerjasama dalam suatu kegiatan di berbagai
sektor kehidupan internasional yang menjadi kepentingan bersama. Di dalam
mencapai tujuan organisasi internasional tersebut dan untuk menghadapi
berbagai tantangan akan adanya perkembangan dan kemajuan sektor sektor
dalam kehidupan internasional, kadang kadang ketentuan ketentuan yang
tercermin dalam instrument pokok kurang atau bahkan tidak dapat
menampungnya.
Untuk menjawab tantangan tantangan semacam itu, organisasi internasional
tersebut haruslah menciptakan aturan aturan baru melalui suatu proses
pembuatan hukum ( lawmaking process ), apakah berbentuk persetujuan,
perjanjian, konvensi atau dalam bentuk instrument lainnya, deklarasi dan lain
lain. Dengan melihat sifat organisasi internasional yang dinamis, maka dalam
proses pengembangannya akan melihat pada dua aspek, yaitu aspek keluar dan
aspek kedalam. Keluar, dengan segala tantangan tersebut organisasi
internasional harus dapat mengembangkan kegiatannya di berbagai bidang,
sesuai dengan tujuan tujuan yang dicapainya. Kedalam, tantangan tantangan
yang dihadapi meliputi masalah masalah yang bersifat konstitusional, termasuk
struktur organisasi internasional itu sendiri. Untuk menjawab tantangan
tantangan baik keluar maupun kedalam haruslah dilakukan dalam kerangka
hukum internasional yang disetujui bersama melalui apa yang disebut proses
pembuatan hukum.
Dalam rangka berbagai proses pembuatan hukum oleh sesuai organisasi
internasional, tidaklah terlepas dari klasifikasi secara umum sumber sumber
hukum internasional. Sebagaimana tersebut dalam Pasal 38 Statuta Mahkamah
Internasional, sumber utama hukum internasional adalah perjanjian, kebiasaan
dan prinsip prinsip hukum secara umum, yang masing masing mempunyai
cara yang berbeda beda dalam pembuatan hukum internasional. Di satu pihak
perjanjian dibuat melalui persetujuan yang dinyatakan ( express conset ) oleh
semua pihak, sedangkan aturan aturan dalam hukum yang disepakati secara
diam diam oleh negara negara. Di lain pihak, prinsip prinsip hukum secara
umum bukanlah merupakan suatu sumber hukum internasional yang dapat
disepakati.
Mengenai fungsi pembuat hukum sesuatu organisasi internasional telah