DISUSUN OLEH:
MUHAMAD WILDAN(21030112130088)
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Terdapat 2 jenis kegiatan usaha di industri minyak bumi yakni usaha inti (core
business) dan usaha penunjang (non core business). Usaha inti terdiri dari kegiatan hulu dan
hilir, sementara usaha penunjang terdiri dari jasa penunjang/services dan industri penunjang.
1. Kegiatan Hulu
Kegiatan eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai
kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan migas di Wilayah
Kerja yang ditentukan, sedangkan kegiatan eksploitasi merupakan rangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk memproduksi migas yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur,
pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan
pemurnian Minyak dan Gas Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya.
2. Kegiatan Hilir
Kegiatan usaha hilir terdiri atas kegiatan usaha Pengolahan (Refinery), Pengangkutan,
Penyimpanan dan/atau Niaga.
a) Pengolahan/Pengilangan (Refinery)
b) Pengangkutan
Adalah kegiatan pemindahan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan/atau hasil olahannya dari
Wilayah Kerja atau dari tempat penampungan dan Pengolahan, termasuk pengangkutan Gas
Bumi melalui pipa transmisi dan distribusi.
c) Penyimpanan
Adalah kegiatan penerimaan, pengumpulan, penampungan, dan pengeluaran Minyak
Bumi dan/atau Gas Bumi, Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, dan atau hasil olahan
pada lokasi diatas/dibawah tanah untuk tujuan komersial, misalnya depot dan tangki timbun
terapung (floating storage).
d) Niaga
meliputi kegiatan pembelian, penjualan, ekspor, impor Minyak Bumi, Bahan Bakar
Minyak, Bahan Bakar Gas dan/atau Hasil Olahan, termasuk gas melalui pipa. Untuk Kegiatan
Usaha Niaga dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Usaha Niaga Umum (Wholesale) yaitu suatu kegiatan usaha pembelian, penjualan, ekspor
dan impor Bahan Bakar Minyak (BBM), Bahan Bakar Gas (BBG), Bahan Bakar Lain (BBL)
dan Hasil Olahan dalam skala besar yang menguasai atau memiliki fasilitas dan sarana niaga
dan berhak menyalurkannya kepada semua pengguna akhir dengan menggunakan merk
tertentu.
2. Usaha Niaga Terbatas (Trading) merupakan usaha penjualan (Trading) produk-produk
niaga migas dalam hal ini adalah Minyak Bumi, BBM, BBG, BBL, Hasil Olahan, Niaga gas
bumi yang tidak memiliki fasilitas dan Niaga terbatas LNG.
e) Jasa Penunjang (Services)
Adalah kegiatan usaha jasa layanan dalam kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha
usaha hilir. Kegiatan Jasa Penunjang meliputi Jasa Konstruksi Migas dan Jasa NonKonstruksi Migas. Pada Jasa Konstruksi Migas terdiri dari Jasa Perencanaan (design
engineering),Pelaksanaan (EPC, Instalasi dan Komisioning) dan Pengawasan Konstruksi.
Sedangkan Jasa Non-Konstruksi Migas adalah usaha jasa layanan pekerjaan selain jasa
kontruksi dalam menunjang kegiatan migas seperti : survei seismik & non seismik,
pemboran, inspeksi dan jasa lainnya.
f) Industri Penunjang
Adalah kegiatan usaha industri yang menghasilkan barang, material dan/atau
peralatan yang digunakan terkait sebagai penunjang langsung dalam kegiatan usaha Migas.
Kegiatan Industri Penunjang meliputi Industri Material, Peralatan Migas dan Industri
PemanfaatMigas.
kemacetan yang secara otomatis mesin akan berhenti secara mendadak. Oleh karena itu,
mesin mesin dengan kecepatan tinggi digunakan pelumas yang titik cairnya tinggi, sehingga
walaupun pada suhu yang tinggi pelumas tersebut tetap stabil dan dapat melakukan
pelumasan dengan baik.
B. Jenis jenis pelumas
Terdapat berbagai jenis minyak pelumas. Jenis jenis minyak pelumas dapat dibedakan
penggolongannya berdasarkan bahan dasar (base oil), bentuk fisik, dan tujuan penggunaan.
1. Dilihat dari bentuk fisiknya :
a. Minyak pelumas b. Gemuk pelumas c. Cairan pelumas
2. Dilihat dari bahan dasarnya :
a. Pelumas dari bahan nabati b. Pelumas dari bahan hewani c. Pelumas sintetis
3. Dilihat dari penggunaannya :
a. Pelumas kendaraan b. Pelumas industri c. Pelumas perkapalan d. Pelumas
penerbangan
4. Dilihat dari pengaturannya :
a) Pelumas kendaraan bermotor :
1. Minyak pelumas motor kendaraan baik motor bensin / Diesel 2. Minyak pelumas
untuk transmisi 3. Automatic transmission fluid & hydraulic fluid
b) Pelumas motor diesel untuk industri :
1. Motor diesel berputar cepat 2. Motor diesel berputar sedang 3. Motor diesel
berputar lambat
c) Pelumas untuk motor mesin 2 langkah :
1. Untuk kendaraan bermotor 2. Untuk perahu motor 3. Lain lain ( gergaji mesin,
mesin pemotong rumput )
d) Pelumas khusus
Jenis pelumas ini banyak ragamnya yang penggunaannya sangat spesifik untuk setiap jenis,
di antaranya adalah untuk senjata api, mesin mobil balap, peredam kejut, pelumas rem,
pelumas anti karat, dan lain-lain.
Analisis SWOT
Strength:
1. Pekerja Keras
2. Inovatif
Weakness
1. kurang berani mengambil resiko
2. Masih belum bisa konsisten terhadap suatu bidang
Opportunities
1. Orang tua
2. Relasi
3. Investor
Threat
1. Kompetitor
2. Politik
LATAR BELAKANG
Sebagaimana kita ketahui, Jakarta merupakan pusat segala jenis bisnis dan pusat
pemerintahan. Banyak para pebisnis dan kalangan pemerintah daerah yang datang ke Jakarta
untuk menyelesaikan transaksi bisnis atau urusan lainnya ke pemerintahan pusat.
Sebagian dari urusan mereka tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat dan
memerlukan waktu beberapa hari, sehingga mereka membutuhkan tempat tinggal sementara
(Hotel). Hotel merupakan tempat tinggal sementara bagi para pebisnis atau para turis dari luar
kota, dan mereka ini adalah target pasar dalam mendirikan hotel.
Dengan persaingan bisnis yang sangat ketat saat ini dan akibat dari globalisasi ekonomi,
banyak para pebisnis yang mengerem/mengurangi biaya operasional. Biasanya mereka
menginap di hotel berbintang, maka saat ini mereka beralih ke hotel yang lebih rendah
levelnya, seperti hotel kelas melati. Memang saat ini tingkat hunian (occupancy rate) hotel
melati sangat tinggi, bahkan ada beberapa hotel melati mencapai tingkat hunian sebesar 90%.
II.
PEMASARAN
Segmentasi Pasar.
Segmentasi pasar Hotel Melati ini ditargetkan pada 2 segmentasi pasar, yaitu:
a. Para Bisnismen
b. Turis Lokal
Permintaan Produk
Tigkat hunian hotel kelas melati dikota Jakarta rata-rata 75%, dengan jumlah lebih dari 100
hotel. Sehingga dengan masuknya atau dibangunnya 1 atau 2 hotel tidak akan banyak
menurunkan tingkat hunian, sedangkan dalam radius + 3 km belum ada yang akan
membangun hotel kelas melati.
Peluang
Mengingat banyaknya hotel kelas melati dan tidak ada yang membangun hotel dikelas melati
dalam radius + 3 km. Maka diasumsikan tingkat hunian masih disekitar 75%.
Rate Perkamar (Harga Jual)
Hotel Melati ini mempunyai 2 jenis kamar, yaitu:
Kelas I
Rp
Kelasi II
Rp
III.
Lokasi Usaha
Lokasi usaha ini sangat strategis, karena berjarak kurang lebih 1 km dari Jl. M. Thamrin yang
merupakan pusat bisnis kota Jakarta dan juga dekat dengan pasar grosir.
Luas Bangunan
Luas tanah Hotel Melati ini + 500 m2 dan bangunan terdiri dari 2 lantai dan luas bangunan
adalah:
-
= 100 m2
Kamar kelas I
= 4 m x 5 m x 5 unit
= 100 m2
Kamar Kelas II
= 3 m x 5 m x 20 init
= 300 m2
Total
= 500 m2
Biaya Pembangunan
Kalkulasi biaya pembangunan hotel ini adalah:
Tanah
= 500 m2 x Rp 2.500.000 / m2
= RP 1.250.000.000
Bangunan
= Rp 1.000.000.000
= @ Rp 3.000.000 x 25 unit
= Rp
75.000.000
= @ Rp 2.500.000 x 25 unit
= Rp
62.500.000
Pemanas air
= @ Rp
750.000 x 25 init
= Rp
18.750.000
Motor
= @ Rp 15.000.000 x 2 unit
= Rp
30.000.000
= Rp
50.000.000
= Rp 2.486.250.000
PROYEKSI KEUANGAN
Total biaya pembangunan Hotel Kelas Melati tersebut sebesar Rp 2.536.250.000, dengan
rincian sebagai berikut:
Investasi tetap:
1.
2.
3.
4.
Pembelian tanah
Biaya bangunan
Perlengkapan
Lain-lain
Rp 1.250.000.000
Rp 1.000.000.000
Rp
186.250.000
Rp
50.000.000
Rp 2.486.250.000
Total
Modal Kerja:
5.
Rp.
50.000.000
RP 2.536.250.000
Investasi Tetap
Modal Kerja
Total
Rp
Rp
Rp
1.491.750.000 (60%)
50.000.000
1.541.750.000
Kredit Bank
-
Investasi Tetap
Rp
Grand Total
994.500.000 (40%)
Rp 2.536.250.000.
Pembayaran Kredit
Sedangkan pembayaran kredit akan dimulai dicicil pada tahun kedua, dan berakhir pada
tahun ke-6. Lebih detail dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel Jadwal Pembayaran Pokok dan Bunga Kredit
Pokok Kredit
Bunga Kredit
Total
(Rp 000)
(Rp 000)
(Rp 000)
Tahun-1
----
129.850
129.850
Tahun-2
150.000
129.850
279.285
Tahun-3
200.000
109.785
309.785
Tahun-4
200.000
83.785
283.785
Tahun-5
200.000
57.785
257.785
Tahun-6
244.500
31.785
276.285
Tahun
Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali investasi
dengan menggunakan keuntungan ditambah penyusutan.
Payback Period usaha ini adalah 4 tahun.
2.
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga yang akan menjadi nilai sekarang dari
proceeds yang diharapkan yang akan diteriama, sama dengan nilai sekarang dari
pengeluaran modal. IRR yang baik jika lebih besar dari tingkat suku bunga bank.
IRR sebesar 27,11%.
Rasio Keuangan
Metode yang digunakan adalah:
Likuiditas adalah ukuran kemampuan usaha dalam memenuhi kewajiban lancarnya, minimal
1 atau 100%.
Tahun
Tahun -1
Likuiditas
36.88%
Tahun -2
Tahun -3
Tahun -4
Tahun -5
Tahun -6
77.97%
159.22%
333.10%
829.57%
0%
Profitabilitas
Kemampuan usaha dalam menghasilkan laba dengan jumlah harta yang telah ditanamkan,
dapat diukur dengan ROI (Rate of return O Investment) dan ROE (Rate of return On Equity).
ROI dan ROE yang baik lebih besar dari suku bunga bank.
Tahun
Tahun -1
Tahun -2
Tahun -3
Tahun -4
Tahun -5
Tahun -6
ROI
ROE
13.75%
14.24%
19.85%
22.34%
26.54%
30.52%
32.27%
36.14%
39.65%
42.19%
50.76%
48.69%
Terlihat ROI dan ROE makin menigkat yang menyatakan proyek ini layak dibangun.