Anda di halaman 1dari 10

askep edema paru

TINJAUAN TEORITIS
A.
1.

Konsep Dasar
Anatomi Fisiologi
Di dalam paru percabangan jalan nafas, percabangan arteri pulmonalis, dan
percabangan vena pulmonalis tersusun bersama, berbeda dengan organ lain. Di hati misalnya,
susunan percabangan arteri hepatika, vena porta dan vena hepatika masing-masing
memperlihatkan susunan yang berbeda-beda. Di ginjal pun susunan percabangan jalan kemih
berbeda dengan percabangan peredaran darah.
Harus diingat bahwa peredaran darah kecil (dari ventrikel kanan ke atrium kiri melalui
kedua paru), banyaknya darah yang keluar dari jantung kanan adalah tepat sama dengan
banyaknya darah yang masuk ke jantung kiri. Curah ventrikel kanan sama dengan curah
ventrikel kiri.
Selain sistem arteri pulmonalis dan vena pulmonalis, di paru ada sistem arteri
bronkialis dan vena bronkialis yang berfungsi memberikan nutrien dan zat asam pada
jaringan paru dan berasal dari jantung bagian kiri melalui aorta. Kedua sistem diatas
berhubungan satu sama lain di dalam bronkiolus respirasi.

2.

Definisi
Edema paru adalah penumpukan abnormal cairan didalam paru paru, baik dalam spasium
interstisial atau dalam alveoli. ( Brunner and Suddarth, 2002 )
Edema adalah penumpukan cairan dalam jumlah abnormal didalam rongga badan,
pembengkakan ini bisa menyerang bagian tubuh mana saja. ( Mark Scott Noah MD, 2008 )
Edema paru adalah adalah akumulasi cairan di paru-paru secara tiba-tiba akibat peningkatan
tekanan intravaskular. (Mukty Abdul.H, 2010 )

Dari ketiga pengertian diatas maka dapat dsimpulkan bahwa edema paru adalah penumpukan
cairan serosa atau serosanguinosa yang abnormal pada paru didaerah interstisial atau dalam
alveoli.
3. Etiologi
Penyebab edema paru ada 2 yaitu :
1). Edema paru kardiogenik : adanya kelainan pada organ jantung
2). Edema paru nonkardiogenik : menghirup toksik dan asap rokok
4.
Patofisiologi
Gagal

toksik danasap rokok

jantung

kiri

Menghirup

Peningkatan

tekanan

hidrostatik

kapiler

paru

Peningkatan

permeabilitas kapiler paru


Penurunan tekanan osmotik plasma

Dinding kapiler rusak

Penimbunan

paru

cairan

pada

Bersihan jalan nafas inefektif


Sesak

nafas

Distensi vena leher, sianosis pada kuku

Gangguan pola tidur


nyeri

Inflamasi Paru
Gangguan rasa nyaman

Cemas / ansietas
Keterangan :
= Diagnosa yang muncul

5.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

6.
a.
1)

2)

b.
1)
2)
3)
7.
a.

Manifestasi Klinis
Serangan khas terjadi pada malam hari setelah berbaring selama beberapa jam dan biasanya
didahului dengan rasa gelisah, ansietas, dan tidak dapat tidur
Awitan sesak nafas mendadak dan rasa asfiksia (seperti kehabisan nafas), tangan menjadi
dingin dan basah, bantalan kuku menjadi sianosis, dan warna kulit menjadi abu-abu.
Nadi cepat dan lemah, vena leher distensi
Batuk hebat menyebabkan peningkatan jumlah sputum mukoid
Dengan makin berkembangnya edema paru, ansietas berkembang menjadi mendekati panik,
pasien mulai bingung kemudian stupor
Nafas menjadi bising dan basah,dapat mengalami asfiksia oleh cairan bersemu darah dan
berbusa (dapat tenggelam oleh cairan sendiri).
Pemeriksaan Penunjang
Tes Diagnostik
Foto thoraks
Gambaran berkabut atau kesuraman yang merata dari sentral dan meluas seperti kupu-kupu
(butterflay pattern) disertai garis Kerley A,B dan C. Gambaran radoilogi seperti ini terlihat
pada kedua tipe edema paru. Pada edema paru nonkardiogenik, gambaran radiologi kadangkadang tampak normal.
EKG
Elektrokardiografi (EKG) : Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi
atrium, tergantung penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi ventrikel kiri atau
aritmia bisa ditemukan.
Tes laboratorium :
Analisa gas darah pO2 rendah (hipoksemia), pCO2 mula-mula rendah dan kemudian
hiperkapnea.
Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.
Darah rutin, ureum, kreatinin, , elektrolit, urinalisis, foto thoraks, EKG, enzim jantung (CKMB, Troponin T), angiografi koroner.
Penatalaksanaan Medis
Terapi
Edema paru kardiogenik akut
Terapai kegagalan jantung kiri adalah pengobatan seumur hidup dengan memperhatikan
faktor dasar penyebab, tetapi keadaan gawat darurat sembab paru harus harus segera di atasi.
Pengobatan edema paru kardiogenik akut meliputi :

1) Morfin
Cara pemberian : SC, IM, atau IV
Dosis
: 3-20 mg
Cara kerja
: mengurangi kegelisahan sehingga mngurangi rangsangan

adrenergik vasokontriksi.

2) Oksigen
Oksigen 100% dengan tekanan positif dengan menggunakan masker rebreathing.
3) Diuretik
Cara pemberian : IV
Dosis
: 40-100 mg
Cara kerja : Cepat memberikan deuresis dapat mengurangi volume sirkulasi darah dan sembab paru.
4) Aminofilin
Cara pemberian : IV
Dosis
: 240-480 mg
Cara kerja
: Bekerja dalam bronkodilator, meningkatkan aliran darah ginjal dan sekresi natrium dan
menambah kontraksi otot jantung.
5) Digitalis
Dapat diberikan digitalisi cepat (misal, dogoksin, lanatoside C) apabila sebelumya mendapat
digitalis.
6) Posisi penderita
Penderita di usahakan posisi duduk dengan kaki berjuntai sepanjang sisi tempat tidur
sehingga mengurangi venous return ke jantung.
Edema paru non kardiogenik
Dalam penatalaksanaan yang penting ialah :
1) Memperbaiki ventilasi, dengan :
Pemberian oksigen sehingga oksigen dalam udara inspirasi mencapai 50-100%
Intubasi endotrakeal.
Kalau perlu menggunakan alat bantu pernafasan (ventilator).
2) Pertahankan sirkulasi, dengan :
Memperbaiki dehidrasi atau mengurangi cairan bila terjadi over hidrasi.
3) Diperlukan terapi spesifik untuk hal-hal khusus :
Tempat tinggi, dengan oksigen dan transportasi ke daerah yang lebih rendah.
Bila obat atau racun sebagai penyebab, dengan obat antagonis.
Uremia paru, dengan dialisis.
Bila ada sepsis, berikan antimikroba.

8.
a.
b.

Komplikasi
Asfiksia
Kematian

9.

Prognosis
Prognosis tergantung pada penyakit dasar dan faktor penyebab/pencetus yang dapat
diobati. Walaupun banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui mekanisme terjadinya
edema paru nonkardiogenik akibat peningkatan permeabilitas kapiler paru, perbaikan
pengobatan, dan teknik ventilator tetapi angka mortalitas pasien masih cukup tinggi yaitu >
50%. Beberapa pasien yang bertahan hidup akan didapatkan fibrosis pada parunya dan
disfungsi pada proses difusi gas/udara. Sebagian pasien dapat pulih kembali dengan cukup
baik walaupun setelah sakit berat dan perawatan ICU yang lama.

B.
1.

Asuhan Keperawatan
Pengkajian
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala
: kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda
: letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
SIRKULASI
Gejala
: riwayat adanya hipertensi.
Tanda
: takikardia, penampilan kemerahan atau pucat, vena leher distensi,
kuku menjadi sianosis.
INTEGRITAS EGO
Gejala
: banyaknya stresor.
MAKANAN / CAIRAN
Gejala
: kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat hipertensi.
Tanda
: distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk, malnutrisi.
NEUROSENSORI
Gejala
: sakit kepala daerah frontal, influenza.
Tanda
: perubahan mental (ansietas, bingung).

NYERI / KENYAMANAN
Gejala
: sakit kepala, nyeri dada meningkat oleh batuk.
Tanda
: melindungi area yang sakit ( pasien umumnya tidur pada sisi yang
sakit untuk membatasi gerakan).
PERNAPASAN
Gejala
: riwayat adanya hipertensi, gagal jantung kiri, asap rokok, dispnea,
takipnea, penggunaan otot bantu.
Tanda
: adanya sputum bercampur darah, batuk kering, batuk produktif, nafas
berbunyi ronki kering dan basah.
KEAMANAN

Gejala
Tanda

: demam.
: berkeringat, gemetaran, menggigil berulang, tangan menjadi dingin
dan basah.

2.
Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan pembentukan edema, peningkatan
produksi sputum.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi paru.
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan.
d. Gangguan pola tidur brhubungan dengan faktor internal : sesak nafas.
3.
a.

Rencana Keperawatan
Bersihan jalan nafas inefektifan berhubungan dengan pembentukan edema, peningkatan
produksi sputum.
Tujuan
: Jalan nafas efektif.
Kriteria Hasil
: Dapat mengidentifikasi / menunjukan perilaku
mencapai bersihan jalan nafas, dapat menunjukan
jalan
nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada
dispnea.
Intervensi
Mandiri :
1) Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan pergerakan dada.
Rasional :
Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering
terjadi karena ketidak kenyamanan gerakan dinding dada dan atau
cairan paru.
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan / tidak ada aliran udara dan
bunyi nafas, mis : krekels, mengi.
Rasional :
Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi
nafas bronkial ( normal pada bronkus ) dapat juga terjadi pada area
konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau
ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan
spasme jalan nafas / obstruksi.
3) Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukan / bantu pasien mempelajari
melakukan batuk, mis : menekan dada dan batuk efektif sementara posisi
duduk tinggi.
Rasional :

Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru paru / jalan nafas


lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami,
membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan
menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan
upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.
4) Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional :
Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada
pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tidak efektif atau
penurunan tingkat kesadaran.
5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml / hari ( kecuali kontraindikasi ),
tawarkan air hangat, dari pada dingin.
Rasional :
Cairan ( khususnya yang hangat ) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
Kolaborasi :
6) Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain, mis :
spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perfusi, drainase postural.
Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin.
Rasional :
Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Drainase postural
tidak efektif pada pneumonia interstisial atau menyebabkan eksudat
alveolar / kerusakan. Koordinasi pengobatan / jadwal dan masukan oral
menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran sputum.
7) Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
analgesik.
Rasional :
Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.
Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati,karena dapat
menurunkan upaya batuk/menekan pernapasan.
b.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi paru.


Tujuan
: Nyeri dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Menyatakan nyeri hilang/terkontrol, menunjukkan rileks,
istirahat/tidur dan peningkatan aktivitas dengan tepat.
Intervensi
Mandiri :
1) Tentukan karakteristik nyeri , mis, tajam, konstan, ditusuk. Selidiki
perubahan karakter/ lokasi /intensitas nyeri.
Rasional :

Nyeri dada,biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia ,juga


dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
2) Pantau tanda vital.
Rasional :
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan bahwa pasien
mengalami nyeri,khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital
telah terlihat.
3) Berikan tindakan nyaman, mis , pijatan punggung, perubahan posisi,
musik tenang/ perbincangan,relaksasi / latihan napas.
Rasional :
Tindakan non- analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi
analgesik.
4) Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Rasional :
Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan
mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
5) Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama batuk.
Rasional :
Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan
keefektifan upaya batuk.
Kolaborasi :
6) Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi.
Rasional :
Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif /
paroksismal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan
kenyamanan/ istirahat umum.

c.

Ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan.


Tujuan
: Ansietas dapat teratasi
Kriteria Hasil : Melaporkan takut/ansietas hilang atau menurun sampai
tingkat yang dapat ditangani, penampilan rileks dan
istirahat /tidur dengan tepat.
Intervensi
Mandiri :
1) Catat derajat ansietas dan takut. Informasikan pasien/orang terdekat bahwa perasaanya
normal dan dorong mengekspresikan perasaan.
Rasional :

Pemahaman bahwa perasaan (dimana berdasarkan ditambah ketidakseimbangan oksigen


yang mengancam) normal dapat membantu pasien meningkatkan beberapa perasaan kontrol
emosi.
2) Jelaskan proses penyakit dan prosedur dalam tingkat kemampuan pasien untuk memahami
dan menangani informasi . Kaji situasi saat ini dan tindakan yang diambil untuk mengatasi
masalah.
Rasional :
Menghilangkan ansietas karena ketidaktahanan dan menurunkan takut tentang keamanan
pribadi. Pada fase dini penjelasan perlu diulang dengan sering dan singkat karena pasien
mengalami penurunan lingkup perhatian.
3) Berikan tindakan kenyamanan, mis pijtan punggung, perubahan posisi.
Rasional :
Alat untuk menurunkan stres dan perhatian tak langsung untuk meningkatkan relaksasi dan
kemampuan koping.
4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku membantu, mis : posisi yang nyaman, fokus
bernafas, teknik relaksasi.
Rasional :
Memberikan pasien tindakan mengontrol untuk menurunkan ansietas dan tegangan otot.
5) Dukung pasien / orang terdekat dalam menerima realita situasi, khususnya rencana untuk
periode penyembuhan yang lama. Libatkan pasien dalam perencanaan dan partisipasi dalam
perawatan.
Rasional :
Mekanisme koping dan partisipasi dalam program pengobatan mungkin meningkatkan
belajar pasien untuk menerima hasil yang diharapkan dari penyakit dan meningkatkan
beberapa rasa kontrol.
6) Waspadai untuk perilaku diluar kontrol atau peningkatan disfungsi kardiopulmonal, mis
memburuknya dispnea dan takikardia.
Rasional:
Pengembangan dalam kapasitas ansietas memerlukan evaluasi lanjut dan kemungkinan
intervensi dengan obat antiansietas.
d.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor internal : sesak nafas.


Tujuan
: Pola tidur tidak terganggu.
Kriteria Hasil : Melaporkan perbaikan dalam pola tidur/istirahat,
mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera dan segar.
Intervensi
Mandiri :
1) Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi.
Rasional :
Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.

2) Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.
Rasional :
Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stres dan ansietas yang
berhubungan dapat berkurang.
3) Dorong beberapa aktivitas fisik ringan selama siang hari. Jamin pasien berhenti beraktivitas
beberapa jam sebelum tidur.
Rasional :
Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur malam
hari. Namun kelanjutan aktivitas yang dekat dengan waktu tidur dapat bertindak sebagai
stimulasi yang memperlambat tidur.
4) Intruksikan tindakan relaksasi.
Rasional :
Membantu menginduksi tidur.
5) Kurangi kebisingan dan lampu.
Rasional :
Memberikan situasi kondusif untuk tidur.
6) Dorong posisi nyaman, bantu dalam mengubah posisi.
Rasional :
Pengubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan istirahat.
7) Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendahkan tempat tidur bila mungkin.
Rasional :
Dapat merasa takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur. Pagar tempat tidur
memberi keamanan dan dapat digunakan untuk membantu mengubah posisi.
Kolaborasi :
8) Berikan sedatif sesuai indikasi.
Rasional :
Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur / istirahat selama periode transisi dari
rumah ke lingkungan baru. Catatan : hindari penggunaan kebiasaan karena obat ini
menurunkan waktu tidur REM.

Anda mungkin juga menyukai