ke hasil
penelitian
31
32
33
Pendidikan
Pasca Sarjana
Sarjana
Diploma (D2 & D3)
Diploma1/D1
SMA Sederajat
SMP Sederajat
SD/MI
Tidak Tamat
Freukuensi
84
2.229
684
156
8.983
12.019
19.034
12.744
34
Buta Huruf
9.898
35
36
sebagai petani yang mencapai 1668 orang, 166 orang sebagai buruh
tani, 48 orang sebagai pedagang, 1 orang sebagai PNS, 23 orang
sebagai guru, 20 orang sebagai montir/sopir,
2 orang sebagai
37
38
39
penduduk desa lenek lauk ialah sebagian sebagai petani yang mencapai
489 orang, 1490 orang sebagai buruh tani, 36 orang sebagai pedagang,
35 orang sebagai guru, 13 orang sebagai montir/sopir, 3 orang sebagai
pengerajin dan sisanya lain-lain.17
A. Pelaksanaan Sandak Tanggep Tanah Pertanian Dalam Masyarakat
Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur Setelah Berlakunya
Pasal 7 UU No.56/Prp/1960
Dengan telah berlakunya UUPA pada tanggal 24 September 1960
maka kedudukan lembaga gadai tanah, termasuk hak-hak yang sifatnya
sementara masih dipertahankan dan dalam waktu dekat ini akan
dihapuskan (pasal 53 ayat 1 UUPA). Pengaturan lebih lanjut dari pasal 53
UUPA itu dapat kita lihat dalam UU No. 56 /Prp/1960 tanggal 29
Desember 1960 yang berlaku tanggal 1 Januari 1961. Bila dilihat dari
sejarah berlakunya UU No. 56/Prp/1960, maka dapat dikatakan bahwa
UU inilah yang pertama kali setelah berlakunya UUPA di Indonesia,
yaitu hanya berjarak waktu 3( tiga ) bulan.
Dengan lebih dekatnya waktu berlakunya UU No. 56/Prp /1960
dengan UUPA ini, dimana dalam undang-undang ini mengatur masalah
yang berkaitan dengan Penetapan Luas Tanah Pertanian, yang dalam
pasal 7 mengatur tentang Pengembalian dan Penebusan Tanah-Tanah
Pertanian Yang Digadaikan betapa dirasakan bahwa pengaturan gadai
lebih diharapkan kepentinganya. Namun perlu dikaji bahwa tidak semua
17 Profil Kecamatan Tahun 2014
40
Desa
Aikmel
Aikmel Utara
Aikperapa
Kalijaga
Kalijaga Timur
Lenek
Lenek Daya
Lenek Lauk
8 Desa
100%
Mengetahu
i
4 orang
2 orang
1 orang
3 orang
2 orang
3 orang
2 orang
3 orang
20 orang
80%
Tidak
Mengetahi
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
5 orang
20%
41
Desa
1
2
Aikmel
Aikmel
Utara
Aikperapa
Kalijaga
Kalijaga
Timur
Lenek
Lenek
Daya
Lenek
Lauk
8 Desa
100%
3
4
5
6
7
8
Total
Persentas
e
Perlu
ditinjau
kembali
3 orang
3 orang
Tidak perlu
ditinjau
kembali
-
Setuju
dihapu
s
1 orang
-
2 orang
3 orang
3 orang
1 orang
-
3 orang
1 orang
2 orang
2 orang
1 orang
20 orang
80%
3 orang
12%
2 orang
8%
42
Desa
1
2
3
Aikmel
Aikmel Utara
Aikperapa
Dikembalika
n hak orang
itu dan
diminta
benda yang
digadai
2 orang
-
Tergantung
kesepakata
n
2 orang
3 orang
2 orang
43
4
5
6
7
8
Total
Persentas
e
Kalijaga
Kalijaga
Timur
Lenek
Lenek Daya
Lenek Lauk
8 Desa
100%
3 orang
3 orang
1 orang
-
3 orang
2 orang
13 orang
52%
3 orang
1 orang
12 orang
48%
dari
responden
menyatakan
setuju
dengan
alasan
44
Desa
Setuju
1
2
3
4
5
Aikmel
Aikmel Utara
Aikperapa
Kalijaga
Kalijaga
Timur
Lenek
Lenek Daya
Lenek Lauk
8 Desa
100%
4 orang
4 orang
2 orang
Tidak
Setuju
3 orang
2 orang
1 orang
2 orang
1 orang
13 orang
52%
1 orang
3 orang
2 orang
12 orang
48%
6
7
8
Total
Persentas
e
45
perbuatan-perbuatan
yang
mengakibatkan
pemecahan
46
Pengaturan lebih lanjut dari Pasal 53 UUPA itu dapat kita lihat
dalam UU. No. 56 /Prp/ 1960. Pengertian hak gadai tanah terlihat dalam
penjelasan umum UU. No. 56 /Prp/ 1960 angka 9 a sebagai berikut :
Yang dimaksud dengan gadai ialah hubungan antara seorang
dengan tanah kepunyaan orang lain yang mempunyai utang kepadanya
selamanya utang tersebut belum dibayar lunas, maka tanah itu tetap
berada dalam penguasaan si peminjam uang tersebut (pemegang gadai),
selama itu hasil tanah seluruhnya menjadi hak pemegang gadai yang
demikian merupakan bunga dari utang tersebut.
Penebusan tanah itu tergantung kepada kemauan dan kemampuan
yang menggadaikan. Banyak gadai yang berlangsung bertahun-tahun
bahkan ada dilanjutkan oleh ahli waris si pemberi gadai karena si
pemberi gadai belum mampu untuk menebusnya kembali. Besarnya uang
gadai tidak saja tergantung pada kesuburan tanahnya, akan tetapi
terutama pada kebutuhan si pemberi gadai akan besarnya pinjaman, oleh
karena itu tidak jarang tanah yang subur digadaikan dengan jumlah uang
gadai yang rendah. Biasanya orang menggadaikan tanahnya hanya bisa
bila ia berada dalam keadaan yang sangat mendesak sekali.19
Dari kutipan diatas teranglah bagi kita bahwa praktek gadai tanah
diadakan dengan imbangan yang sangat merugikan si pemberi gadai dan
sangat menguntungkan pihak pemegang gadai, tegasnya mengandung
unsur pemerasan sehingga hak gadai bersifat sementara dan akan
dihapuskan.
Berdasarkan Pasal 53 UUPA itu, maka diadakan ketentuan
tentang batas waktu penebusan dan pengembalian gadai yang terdapat
dalam Pasal 7 UU No. 56 Prp. 1960. yang menyatakan sebagai berikut :
Ayat 1: Barang siapa menguasai tanah pertanian dengan hak gadai yang
pada waktu mulai berlakunya peraturan ini sudah berlangsung 7 tahun
atau lebih, wajib mengembalikan tanah itu kepada pemilik aslinya dalam
47
waktu sebulan setelah tanaman yang ada selesai dipanen dengan tidak
ada hak untuk menuntut uang tebusan.
Ayat 2 : Mengenai hak gadai yang pada mulai berlakunya peraturan ini
belum berlangsung 7 tahun maka pemilik tanahnya berhak untuk
memintanya kembali setiap waktu dengan membayar uang tebusan
sebesar yang dihitung sesuai rumus
: (7+1/2) waktu berlangsungnya hak gadai x UG
7
UG = Uang gadai
Dengan ketentuan bahwa sewaktu-waktu hak gadai itu telah berlangsung
7 tahun maka pemegang gadai wajib mengembalikan tanah tersebut tanpa
uang tebusan dalam waktu sebulan setelah tanaman yang ada selesai
dipanen. Sedangkan ayat 3 nya mengatakan, pasal ini juga berlaku
terhadap hak gadai yang diadakan sesudah mulai berlakunya peraturan
ini. Jadi peraturan ini memuat ketentuan tentang gadai yang sedang
berlaku dan yang diperlakukan.
Kalau kita hubungkan dengan sandak tanggep yang ada di Sasak
Lombok khususnya di kecamatan Aikmel maka peraturan yang tersebut
di atas tidak berlaku terhadap perbuatan hukum sandak tanggep ini.
Sebab masyarakat di Lombok (kecamatan Aikmel) mengadakan sandak
tanggep ini bukanlah didasarkan kepada hukum yang tertulis, akan tetapi
berdasarkan kepada hukum yang tidak tertulis yaitu hukum adat Sasak
Lombok sendiri.
Sandak
tanggep
di
Sasak
Lombok
(kecamatan Aikmel)
48
ditebus, jadi tidak ada batas waktunya seperti yang telah ditetapkan oleh
Pasal 7 dari Undang Undang No 56 /Prp/1960 tadi, yaitu 7 tahun.
Dalam masyarakat Sasak Lombok (kecamatan Aikmel) khususnya
akhir-akhir ini bisa kita perhatikan konsepsi dari sandak tanggep itu telah
mulai bergeser atau setidak-tidaknya telah mengalami kekaburan tentang
pengertiannya, yaitu saling pinjam antara uang dengan tanah dan saling
menguntungkan yakni pemilik asli sebagai penggarap tanahnya sendiri
yang telah disandak.
Bisa kita lihat yang menjadi pemegang gadai (penanggep) adalah
pada umumnya orang-orang yang telah mapan sedangkan tanah
pertaniannya juga tak bisa dibilang sedikit. Dalam kaitan ini sebenarnya
sipemberi gadai secara berangsur-angsur tapi pasti hanya bekerja sebagai
penggarap saja atau sebagai buruh tani saja. Jadi tepat sekali yang
dikatakan oleh Syofyan Asnawi, dewasa ini sebaiknya sandak tanggep
itu dilarang saja, karena tujuan sandak tanggep itu lebih berbau
konsumtif, tetapi apakah kita mampu untuk mengadakan perubahanperubahan yang demikian itu. Nah itu akan tergantung kepada kita
semuanya.20
Konflik pada transaksi ini acapkali terjadi dimana seperti yang kita
tahu konflik merupakan cikal bakal terjadinya sengketa. Ini terjadi
dikarenakan hukum adat sasak Lombok tentang gadai tanah dengan
49
hukum Nasional tidak searah. Meskipun tidak banyak tetapi ada saja
yang terjadi tutur H. Nuriman.21
Sengketa ialah menurut kamus besar bahasa Indonesia, adalah
segala sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, pertikaian atau
pembantahan.22
Timbulnya sengketa hukum adalah bermula dari pengaduan sesuatu
pihak (orang / badan) yang berisi keberatan dan tuntutan hak atas tanah
baik terhadap status tanah, prioritas maupun kepemilikannya dengan
harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku.23
Konflik atau sengketa terjadi juga karena adanya perbedaan
persepsi yang merupakan gambaran lingkungan yang dilakukan secara
sadar yang didasari pengetahuan yang dimiliki seseorang, lingkungan
yang dimaksud adalah lingkungan fisik maupun lingkungan social.24
Menurut Nader dan Fod dalam bukunya Dispute Procces In Fen
Socities ada tiga fase atau tahap dalam proses bersengketa.25
21 Hasil Wawancara Di Lapangan tanggal 12 Desember 2014
22 Kamus Besar Bahasa Indonesia
23 http://raypratama.blogspot.com/2012/02/pengertian-gadai-tanah-menurut- hukum.html
24 Koentjaraningrat, Manusia dan kebudayaan di Indonesia, Djambatan Jakarta, 1997
25 Sri Lestari SH, Masyarakat dan Pilihan Hukum, (Tugas Makalah Universitas Negri
Semarang), Semarang, 2013
50
b.
sesorang.
Konflik adalah keadaan dimana para pihak menyadari atau
c.
yang merasa diperlakukan tidak adil. Sedangkan fase kedua memiliki ciri
dialik artinya kedua pihak merasa sadar telah masuk konflik dan terakhir
mempunyai ciri triadik atau publik, sengketa antara mereka tidak dapat
terselesaikan mereka sendiri sehingga telah mengikutsertakan pihak lain
untuk ikut menyelesaikan sengketa mereka.
Konflik atau sengketa merupakan suatu peristiwa hukum sehingga
sebabnya juga dapat dikenal dengan melihatnya melalui pandangan
hukum. Timbulnya bentuk-bentuk konflik pada umumnya disebabkan
oleh berbagai faktor yaitu :27
a. Konflik Data (Data Conflict)
Konflik data terjadi karena adanya kekurangan informasi
(lack of information) kesalahan informasi (miss information), adanya
26 Sri Lestari SH, Masyarakat dan Pilihan Hukum, (Tugas Makalah Universitas Negri
Semarang), Semarang, 2013
27 http://visiuniversal.blogspot.com/2014/04/10-penyebab-konflik-dalammasyarakat.html
51
pihak
memiliki
(strong
emotion)
adanya
kesalahan
persepsi,
miskin
52
mekanisme
permohonan
hak
atas
tanah.
Oleh
karena
itu
cara-cara
demikian
sedikit
demi
sedikit
53
untuk
pemecahan.
Bentuk-bentuk
penyelesaian
sengketa
dapat
54
sengketa
model
ini
disebut
penyelesaian
untuk
sengketa
yang
melibatkan
pihak
ketiga
meliputi
penyelesaian yang berbentuk ajudikasi, arbitrase dan mediasi. Bentukbentuk penyelesaian sengketa ini mempunyai persamaan dan perbedaan.
Persamaannya adalah bahwa ketiga bentuk penyelesaian ini bersifat
triadic karena melibatkan pihak ketiga.
Sedangkan perbedaannya adalah sebagai ajudikasi merupakan
penyelesaian yang dilakukan oleh pihak ketiga yang mempunyai
wewenang untuk campur tangan dan ia dapat melaksanakan keputusan
yang telah ditentukan tanpa memperhatikan apa yang menjadi kehendak
para pihak. Berbeda dengan ajudikasi, arbitrase merupakan penyelesaian
sengketa yang dilakukan pihak ketiga dan keputusannya disetujui oleh
pihak- pihak yang bersengketa.
Sedangkan mediasi adalah bentuk penyelesaian yang melibatkan,
pihak ketiga untuk membantu pihak-pihak yang bersangkutan untuk
mencapai persetujuan.
55
56
3. Kontan
Melakukan serah terima atau pembayaran harga disertai
penyerahan barang dan jasa.
4. Ada persetujuan dari kepala adat atau pamong setempat
Ini dimaksudkan agar supaya mendapat perlindungan hukum
yang dianggap terang dan telah disetujui oleh masyarakat.
Bila dihubungkan dengan pendapat Soerjono Soekanto, tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum disini adalah faktor
hukumnya sendiri, faktor masyarakat dan faktor kebudayaan.
Di sini terlihat ada pertentangan hukum adat Sasak Lombok dengan
ketentuan Pasal 7 UU No 56 /Prp/1960 ada diantara masyarakat yang
memanfaatkan.
a. Pendapat masyarakat tentang gadai perlu ditebus di dalam hukum
adat dari hasil penelitian di kecamatan Aikmel.
Tabel
ditebus
NO
Desa
Ya
1
2
3
4
5
Aikmel
Aikmel Utara
Aikperapa
Kalijaga
Kalijaga
Timur
Lenek
Lenek Daya
Lenek Lauk
8 Desa
100%
4 orang
3 orang
2 orang
3 orang
3 orang
Tergantung
Keadaan
1 orang
-
3 orang
3 orang
3 orang
24 orang
96%
1 orang
4%
6
7
8
Total
Persentas
e
57
58
NO
Desa
1
2
3
4
5
Aikmel
Aikmel Utara
Aikperapa
Kalijaga
Kalijaga
Timur
Lenek
Lenek Daya
Lenek Lauk
8 Desa
100%
6
7
8
Total
Persentas
e
Perlu
ditinjau
kembali
4 orang
3 orang
2 orang
3 orang
3 orang
Tidak
perlu
1 orang
-
3 orang
3 orang
3 orang
24 orang
96%
1 orang
4%
59
Desa
Perlu
1
2
3
4
5
Aikmel
Aikmel Utara
Aikperapa
Kalijaga
Kalijaga
Timur
Lenek
Lenek Daya
Lenek Lauk
8 Desa
100%
4 orang
3 orang
4 orang
3 orang
Tidak
perlu
2 orang
-
3 orang
3 orang
3 orang
23 orang
92%
2 orang
8%
6
7
8
Total
Persentas
e
60
61
maka
dapat
diketahui
bahwa
tidak
adanya
62