Anda di halaman 1dari 2

Salju di hutan tropis?

Walau mungkin sebagian besar awak kapal tersebut juga menjadi saksi
mata akan adanya salju di belahan dunia tropis, tetap saja ia menjadi bahan tertawaan di negeri
asalnya ketika melaporkan apa yang ia saksikan. Bahan tertawaan selama lebih dari dua abad.
Jan Cartenszoon namanya. Arnhem1 yang ditebenginya. Pada tahun 1623 berangkat dari
kepulauan rempah-rempah Amboyna di barat syahdan meniti bagian selatan Guinea Baru menuju
daratan di selatan yang terdapat dalam laporan Willem Janzoon2. Nama puncak bersalju abadi
itu kini diambil dari namanya, Puncak Cartensz atau Puncak Jaya.
Namun salju abadi tersebut memanglah sebuah misnomer. Dengan memakai satu tangan kita
dapat menghitung berapa tahun lagi salju itu akan bertahan. Kalau beruntung mungkin dua
tangan. Lonnie Thompson, seorang gletserolog kelas dunia, mendapatkan es di sekitar
perkemahan mereka mencair 30 sentimeter dalam 13 hari ketika bermalam di dekat Puncak
Cartensz. Puncak Cartensz atau lebih tepatnya pegunungan Jaya Wijaya merupakan salah satu
dari tiga gletser di kawasan tropis yang tersisa bersama dengan Kilimanjaro di Tanzania dan
Cayambe di Ekuador3.
Puncak Cartensz, yang bersama dengan seluruh pegunungan Jaya Wijaya dahulunya merupakan
bagian dari dasar laut4 , diperkirakan mulai kehilangan gletsernya semenjak 1820-1850 (Peterson
et al., 1973). Perkiraan total gletser yang mencair semenjak tahun 1850 sampai tahun 1980
adalah 16,4km2 (Loffler, 1982). Sepanjang tahun 2000-2002 gletser yang mencair di Puncak
Cartensz mencapai 0,174km2 atau 7,48% dari total gletser (Kincaid dan Klein, 2004). Dari datadata yang ada sebelumnya dan dari penelitian-penelitian terkini banyak ahli memperkirakan
umur salju abadi di Puncak Cartensz kurang dari sepuluh tahun 5.
Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Dari pemanasan global, hingga ke penambangan di
sekitar pegunungan Jaya Wijaya. Ironisnya perusahaan tambang asal Amrik tersebutlah yang
membantu beberapa penelitian. Penelitian Lonnie Thompson contohnya. Freeport-McMoran
membantu mengangkut tim peneliti beserta perangkat-perangkat mereka dengan berat total lebih
dari empat ton dari bor system panas ke radar pendeteksi batu, menuju Puncak Jaya memakai
helicopter.
Puncak yang masuk ke dalam Seven Summit of Messner6 ini, menurut Thompson, sangatlah unik
dan berharga karena merupakan missing link dalam memahami perubahan iklim dan pola iklim
regional. Puncak Jaya juga mempunyai peran penting terhadap terjadinya fenomena El Nino,
yang menyebabkan monsun di India dan kekeringan di Amazon. Para peneliti mengangkut es-es
(juga beberapa sampel air hujan dari daerah sekitar) ini kembali ke Amerika untuk diteliti lebih
lanjut. Dalam penelitian ini nantinya akan diketahui besarnya isotop oksigen dan hidrogen dari
inti es dan air hujan yang menandakan perubahan suhu. Apabila di dalam inti es dan air hujan
terdapat debu, artinya terjadi peningkatan kejadian kebakaran atau pembakaran hutan di sekitar
gunung.
Akankah prediksi peneliti-peneliti tersebut menjadi kenyataan? Akankah gletser Puncak Jaya,
yang dulu sempat bernama Poentjak Soekarno, mencair dalam hitungan 4-5 tahun? Belum
banyak manusia yang merasakan langsung gletser di Puncak Jaya semenjak pertama kali didaki
secara resmi oleh Heinrich Harrer7 pada tahun 1962. Puncak Jaya sekarang adalah satu-satunya

tempat bernaung sang suci di Nusantara8. Gletser di Puncak Mandala dan Trikora sudah lama
kabur9. Pilu rasanya mengetahui tidak banyak yang bisa dilakukan, kalau tidak mau dibilang
sama sekali tidak ada, untuk mencegah atau setidaknya memperlambat gletser ini mencair.
Bukan bermaksud bernada pesimis, namun memang hanya dengan memeliharanya dalam
kenangan kita dapat meneruskannya ke anak-cucu (termasuk dengan tulisan ini).

Anda mungkin juga menyukai