BIDANG KEGIATAN:
PKM-GT
Diusulkan oleh:
Eko Adittya Priyadi
Achmad Faisyal Fatah
Aditiya Candra Permana
Anisa Tri Utami
(12231039)
(12231013)
(12231040)
(12231033)
(Ketua Pelaksana)
( Anggota )
( Anggota )
( Anggota )
HALAMAN PENGESAHAN
1.
Judul Kegiatan
2.
Bidang Kegiatan
3.
a. Nama Lengkap
b. NIM
: 12231039
c. Jurusan
d. Universitas
: Nglempong
Rt/Rw. 01/15,
Umbulmartani,
Ngemplak,
5.
Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIDN
: 052316003
Dosen Pendamping,
(Ir. Bachnas)
NIP. 852110101
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat,
rahmat dan inayah-Nya , Shalawat serta salam senantiasa tetap tercurahkan
kepada baginda Muhammad SAW yang selalu menjadi teladan kita hingga akhir
zaman sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal pengajuan kegiatan Pekan
Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang gagasan tertulis dengan judul Sa-JAGAT
(Sabun Jengkol Anti Gatal) yang diharapkan dapat diproyeksikan sebagai
alternatif pengalihan bahan anti bakteri dan penanggulangan limbah organik serta
pemberdayaan masyarakat sekitar dalam rangka membantu angka pengangguran.
Selesainya proposal pengajuan kegiatan PKM-GT ini adalah berkat
dukungan dari semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Thorikul Huda, S.Si., M.Sc selaku dosen pembimbing yang
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis.
2. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan doanya.
3. Segenap pihak yang telah ikut andil dalam proses penyelesaian
penulisan proposal pengajuan kegiatan PKM-GT yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Dengan sepenuh hati penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak
memiliki kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat member manfaat dan sumbangan
ilmiah yang sebesar-besarnya bagi penulis dan pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar. ii
Daftar Isi.. iii
Ringkasan Karya Tulis iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah. 1
Tujuan dan Manfaat 2
GAGASAN
Uraian Gagasan.. 2
Pihak-pihak yang Dipertimbangkan Dapat Membantu
Mengimplementasikan Gagasan yang Diajukan.. 5
Langkah yang Harus Dilakukan untuk Mengimplementasikan
Gagasan.. 6
KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan. 7
Teknik Implementasi Gagasan.. 7
Prediksi Hasil.. 8
Daftar Pustaka 8
Daftar Riwayat Hidup
RINGKASAN
Sabun jengkol merupakan terobosan baru sebagai salah satu sabun anti
bakteri yang memanfaatkan limbah organik berupa kulit jengkol. Salah satu
perwujudannya adalah memberdayakan masyarakat sekitar dengan membuka
industri rumahan, sehingga dapat meningkatkan pembangunan ekonomi
masyarakat, meminimalisir kemiskinan dan menekan angka pengangguran.
Kulit buah jengkol sudah lama dimanfaatkan untuk bahan utama dalam
pembuatan salep yang diperuntukan pada pengobatan borok, kudis, panu, luka
bakar dan penyakit kulit lainya. Untuk menyempurnakan formulasi sabun yang
memanfaatkan ekstrak kulit jengkol ini juga ditambahkan minyak atsiri atau
minyak yang diperoleh dalam cairan lembut yang mudah menguap dan bersifat
aromatic yang diperoleh dari ekstrak bunga, biji, daun, kulit, batang, kayu, dan
akar tumbuh-tumbuhan. Bertugas sebagai pemberi efek harum sekaligus
menghilangkan bau dari ekstrak kulit jengkol yang mungkin masih terbawa dalam
produk. Dengan potensi-potensi yang dimiliki dari masing-masing senyawa yang
terkandung dalam ekstrak kulit jengkol dan bahan tambahan lainya, diharapkan
akan diperoleh suatu out put dalam bentuk produk berkualitas yang terjangkau
demi membantu menjaga kesehatan kulit sebagai tameng paling depan dalam
sistem imun dan pertahanan tubuh, dan juga cerminan kepribadian seseorang.
Dalam penerapan program ini di perlukan pihak-pihak yang di harapkan
dapat membantu mengimlentasikan gagasan ini sebagai berikut: Mentri Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM), Dinas Kesehatan, BPOM dan
Lemlitbang, dan Desa Binaan. Selanjutnya, untuk mengimplementasikan gagasan
ini,
diperlukan
langkah-langkah
yang
harus
dilakukan
agar
pengimplementasiannya dapat segera terwujud. Langkah-langkah tersebut
diantaranya adalah :
1. Mengajukan bantuan untuk mengadakan penelitian dan pengembangan atas
produk yang digagas.
2. Bekerja sama dengan BLH dalam mencari bahan utama produk.
3. Mengadakan penyuluhan serta pelatihan kepada masyarakat terutama yang
terdapat di kawasan desa binaan Universita Islam Indonesia serta
mengaplikasikannya.
4. Mengadakan expo ataupun pameran serta membuat artikel.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara beriklim tropis yang berpotensi besar
memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan subur. Dengan
kondisi alam seperti itu Indonesia pernah di juluki sebagai negara agraris karena
hasil pertaniannya. Salah satu tanaman yang dapat tumbuh subur di Indonesia
adalah jengkol. Jengkol adalah tumbuhan salah satu khas di wilayah Asia
Tenggara. Bijinya digemari di Malaysia, Thailand, dan Indonesia sebagai bahan
pangan. Tumbuhan ini juga banyak ditemukan di Malaysia dan Thailand. Namun,
asal-usul tanaman jengkol sejauh ini tidak diketahui dengan pasti. Menurut
Roswati, di Sumatera, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, tumbuhan jengkol banyak
ditanam di kebun atau pekarangan secara sederhana (Priyadi, 2012).
Tumbuhan jengkol merupakan pohon di bagian barat nusantara, tinggi
sampai 26 m, dibudidayakan secara umum oleh penduduk di Jawa dan di beberapa
daerah tumbuh menjadi liar Tumbuh paling baik di daerah dengan musim
kemarau yang sedang sampai keras;tidak tahan terhadap musim kemarau yang
terlalu panjang, sedangkan menurut Jasper & Pirngadie sepanjang pantai
Kalimantan Barat bahan anyam purun di cat hitam dengan memasak cairan kulit
jengkol dan kemudian dibenam dalam lumpur (Heyne. 1987)
Dewasa ini beberapa penelitian telah menguak potensi yang dimiliki oleh
tumbuhan jengkol, namun tidak banyak masyarakat yang memperhatikan perihal
pemanfaatnya. Kebanyakan yang diambil adalah buahnya, setelah itu sisanya
dibuang begitu saja. Padahal, kulit jengkol memiliki kandungan kimia alami yang
salah satunya berupa anti bakteri, yang berguna untuk kesehatan kulit manusia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman jengkol banyak didalamnya
mengandung zat, antara lain adalah sebagai berikut: protein, kalsium, fosfor, asam
jengkolat, vitamin A dan B1, karbohidrat, minyak atsiri, saponin, alkaloid,
terpenoid, steroid, tanin, dan glikosida. Pitoyo melansir dalam jurnal Kandungan
Senyawa Kimia Kulit Buah Jengkol karena kandungan zat-zat tersebut di atas,
maka jengkol memberikan petunjuk dan peluang sebagai bahan obat, seperti yang
telah dimanfaatkan orang pada masa lalu (Enni, 1998). Sementara Hutapea
mengatakan biji, kulit batang, kulit buah dan daun jengkol mengandung beberapa
senyawa kimia, diantaranya saponin, flavonoid dan tanin (Anonim, 2010).
Selain itu Departemen Kesehatan Republik Indonesia juga menyatakan
bahwasanya Biji, kulit batang dan daun jengkol mengandung saponin, flavonoida
dan tannin yang kemudian diperkuat oleh hasil penelitian dari Eka A pada tahun
2007 yang membuktikan buah jengkol mengandung karbohidrat, protein, vitamin
A, vitamin B, vitamin C, fosfor, kalsium, zat besi, alkaloid, steroid, glikosida,
tanin, flavonoid dan saponin (Enni & Krispinus, 1998).
Gagasan
Uraian Gagasan
Penggunaan tumbuhan baik sebagai obat, bahan makanan, bumbu,
kosmetik, maupun sebagai bahan ramuan untuk upacara ritual keagamaan telah
dikenal sejak zaman kuno seperti yang telah ditemukan di dalam berbagai catatan
bangsa Cina, Mesir, Mesopotamia, Yunani, dan Roma. Wiryowidagdo dalam
sebuah artikel menyatakan bahkan penemuan terbaru di Pakistan membuktikan
bahwa penggunaanya telah berlangsung selama 5000 tahun. (Priyadi, 2012).
Pernyataan tersebut memang terbukti oleh adanya berbagai macam produk
yang produksinya bergantung pada senyawa-senyawa yang terkandung dalam
tumbuhan yang saat ini telah berkembang pesat setelah melalui penelitianpenelitian yang dilakukan oleh para ahli. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia
pun tidak terelakan akan ketergantungan pada hal tersebut. Salah satunya adalah
sesuatu yang digunakan untuk membantu membersihkan tubuh yang disebut
sabun. Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya ada dalam bentuk padatan tercetak yang
disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya (Wikipedia). Penggunaan
sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Dalam
sejarahnya penggunaan kata sabun dipakai dalam beberapa versi. Salah satunya
menyatakan bahwa sabun adalah sesuatu yang terbuat dari lemak kambing dan
bubuk kayu khusus yang lebih difungsikan sebagai obat dari penyakit kulit yang
menyerang, sementara itu dalam Historia Naturalis disebutkan bahwa sabun
sebagai bahan cat rambut dan salep dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai
masyarakat di Gaul, Prancis. Di Italia pebuatan sabun dianggap sebagai sebuah
pembaruan seni. Karena kemampuanya dalam membersihkan dan menghadapi
bakteri-bakteri pathogen yang tersebar akibat kontak fisik, maka akhirnya sabun
mulai digunakan dan dianggap sebagai pembersih efektif dalam usaha menjaga
kesehatan dan kondisi tubuh di Inggris dengan menambahkan abu soda dan
larutan alkali.
Hingga saat ini telah ribuan bahkan jutaan sabun yang diproduksi demi
memenuhi tuntutan konsumen yang semakin tinggi. Dan dalam beberapa dekade
terakhir, terobosan ilmiah dalam dunia kesehatan yang memanfaatkan metode
safonifikasi sebagai dasar pembuatannya tersebut sudah mulai dispesifikasikan
fungsi dan penggunaanya. Pelbagai jenis sabun diciptakan, mulai dari sabun
mandi biasa, sabun pencuci piring, hingga sabun yang dikhususkan fungsi dan
area penggunaanya seperti sabun pencuci muka, sabun anti jerawat, sabun
perawatan kulit, antiseptik hingga sabun antibakteri dan sabun kesehatan lainya.
Sabun-sabun tersebut diciptakan bukan sekedar pemenuhan kebutuhan dalam
penanggulangan masalah kesehatan. Akant tetapi juga sudah lama masuh sebagai
ladang pendulang keuntungan material dari nilai ekonomisnya.
Sabun yang sekarang ini banyak dikembangkan adalah jenis sabun
antibakteri. Sesuai namanya, sabun ini difokuskan untuk menghambat,
mengurangi bahkan menghancurkan bankteri-bakteri merugikan yang dapat
menurunkan kondisi kesehatan tubuh dan menimbulkan pelbagai macam penyakit.
Mekanisme senyawa antibakteri dalam sabun ini diantaranya adalah dengan
menghambat sintetis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel
bakteri, menghambat proses sintesis protein dan kerja enzim. Dengan cara-cara
tersebutlah bakteri sebagai target akan mengalami gangguan-gangguan secara
kimiawi yang berujung kekurangan nitrisi yang mengakibatkan kematian bahkan
terputusnya siklus perkembangbiakan.
Sejauh ini banyak produsen sabun yang berlomba-lomba membuat sabun
jenis ini seiring peningkatan kebutuhan dan mutasi bakteri akibat kondisi
lingkungan dan pemberian antibakteri yang bersifat kontinuitas dan dalam skala
yang tinggi yang menyebabkan bakteri-bakteri tersebut menjadi resisten. Mereka
saling susul dalam berinovasi untuk mempercanti penyajian, hasil pemakaian dan
efektifitas senyawa aktif yang digunakan sebagai bahan antibakteri. Banyak jenis
senyawa-senyawa aktif antibakteri yang digunakan baik berupa antibakteri alami
yang diperoleh dengan mengekstraksi bahan-bahan alam maupun antibakteri
sintetis yang dibuat dibuat di laboratorium.
Biasanya sabun-sabun anti bakteri yang ada saat ini menambahkan
senyawa aktif triclosan atau triclorocarbon yang merupakan amulgator yang dapat
larut dalam larutan sebagai bahan aktifnya. Penggunaan triclosan dalam formula
sabun antara 0,3 persen hingga 1 persen, sementara triclorocarbon 1 hingga 1,5
persen. Tapi meski kedua zat tersebut mampu menekan jumlah bakteri, FDA atau
Food and Drug Administration sebagai lembaga resmi pemerintah yang
berwenang dalam pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat menyatakan
kekhawatirannya terhadap penggunaan sabun yang mengandung kedua senyawa
tersebut. Mereka menyebut kalau zat-zat tersebut bekerja seperti halnya antibiotic
yang dapat mengakibatkan bakteri resisten terhadap obat yang berujung
terbentuknya bakteri super yang tidak akan mampu dimusnahkan. Berdasarkan
penelitian lanjutan, triclosan yang juga kerap digunakan dalam pasta gigi dan
deterjen itu dapat merugikan kesehatan dalam pemakaian jangka panjang. Selain
membuat bakteri kebal, proses hormone tubuh secara normal akan terganggu
hingga dapat menjelma menjadi racun tiroid. Selain itu triclosan juga di anggap
berperan dalam meracuni lingkungan dan memicu alergi dan ternyata, Kanada
sudah melarang pemakaian triclosan pada produk-produk yang beredar di
kawasan negaranya akaibat pengaruh negative senyawa tersebut. Lebih jauh lagi
pada penelitian lain didapatkan data bahwa triclosan memiliki sifat klorofenol
yang turut memicu timbulnya kanker dalam tubuh manusia.
Secara bioakumulasi, triclosan juga dapat berpotensi menimbulkan
kelumpuhan, penurunan imun tubuh, penurunan fungsi seksual, masalah jantung,
hingga pendarahan otak meski data tersebut perlu dikaji ulang secara lebih
instensif. Dilain sisi, triclorocarbon diyakini bersifat karsinogenik pada jumlah
yang tinggi setelah terakumulasi dalam tubuh.
Bahan lainnya yang biasa digunakan pada sabun umumnya adalah Sodium
Lauryl Sulfate atau Sodium Laureth Sulfate (SLS), bahan ini hampir terdapat di
seluruh sabun mandi yang beredar di pasaran, fungsi dari bahan ini sendiri adalah
sebagai pembusa dan pembersih. Zat ini sangat membersihkan. jadi seharusnya
tidak boleh dipergunakan untuk pemakaian pada tubuh, hanya untuk mencuci
bahan-bahan seperti perabotan dan pakaian. SLS sendiri jika dipanaskan akan
mengeluarkan racun Sodium Oxides dan Sulfur Oxides dan juga bersifat korosif,
sehingga jika kita mandi dengan air panas yang sabunnya mengandung SLS sama
saja dengan kita menghisap racun yang banyak dengan sengaja. Efek dari SLS
sendiri dapat menyebabkan katarak pada mata orang dewasa dan menyebabkan
ketidak sempurnaan pembentukan mata pada anak. SLS juga seringkali dicampur
dengan Triethanolamine (T.E.A) yang merupakan bahan karsinogenik, yang
kemudian disebut Nitrosames penyebab sebagai penyakit kanker. Untuk
menghindari bahaya tersebut, kini banyak muncul sabun-sabun antibakteri herbal
atau sabun antibakteri yang bahan utamanya diperoleh dari tumbuhan-tumbuhan
yang memiliki daya antibakteri karena selain dianggap lebih aman, pertimbangan
faktor ekonomis serta kemudahan dalam menemukan bahan pun menjadi faktor
yang mempengaruhi diproduksinya sabun tersebut.
Salah satu contoh sumber bahan yang digunakan sebagai antibakteri
adalah ekstrak kulit jengkol. Ekstrak tersebut dapat dicampur dengan bahan sabun
yang kemudian diproduksi menjadi sabun antibakteri yang dapat menghambat
atau membunuh bakteri penyebab rasa gatal terutama pada luka yang membuka
ataupun luka akibat infeksi bakteri pathogen. Flavonoid adalah senyawa aktif
yang bersifat toksik pada mikroba dan bakteri. Bekerja dengan menghambat
proses metabolisme dalam tubuh bakteri sehingga asupan nutrisipun terganggu.
Hal inilah yang mengakibatkan musnahnya bakteri karena larva yang ada pun
terhambat perkembanganya karena tidak mendapatkan asupan nutrisi demi
kelanjutan hidupnya. Dengan demikian, senyawa ini sangat baik digunakan untuk
melumpuhkan bakteri-bakteri pathogen yang menyerang pada kulit terutama pada
luka dan penyakit kulit lain. Jenis flavonoid yang terkandung dalam kulit jengkol
disinyalir mengandung quercetine yang mampu menggantikan peran vit E sebagai
bahan antioksidan kelas tinggi yang bekerja dengan memerangkap reactive
oxygen species (ROS) sebagai radikal bebas yang dapat menimbulkan berbagai
macam masalah kesehatan salah satunya adalah kanker. Di samping itu, senyawa
ini juga dipercaya dapat merangsang pembaruan sel kulit sehingga kondisinya
tetap terjaga. Flavonoid ini juga dipercaya dapat mengabsorpsi dan memantulkan
sinar UV yang dapat menyebabkan penuaan dini dan dhermatohileosis.
Flavonoida yang ada akan mereduksi ROS ataupun radikal bebas lain yang
disebabkan oleh radiasi UV menjadi radikal bebas yang lemah dan relatif tidak
berbahaya. Selain dikatakan bahwa senyawa falavonoida ini mampu bekerja
sebagai antibakteri dan antioksodan, berbagai ahli juga mengemukakan potensi
lain yang dapat dimanfaatkan sebagai antivirus, antitumor/antikanker, antipatelet,
dan anti-inflamatory.
Senyawa selanjutnya yang terkandung dalam kulit jengkol adalah tannin.
Senyawa yang berperan memberikan rasa kelat dan bau yang sangat khas ini dapat
berfungsi sebagai melindungi proses regenarasi jaringan kulit yang sedang
berlangsung akibat kerusakan atau luka pada lapisan diatasnya dengan
membentuk antiseptik sehingga pembentukan jaringan kulit baru dapat cepat
terselesaikan, serta membantu flavonoid dalam memerangi bakteri. Kemudian ada
steroid yang merupakan tiruan dari hormon testoteron yang dapat memberikan
terapi dalam mengatasi peradangan dan meredakan rasa nyeri akibat luka pada
kulit.
Alkaloid merupakan senyawa kompleks yang didalamnya terdapat
senyawa aktif saponin. Saponin ini adalah senyawa aktif yang dapat menghasilkan
buih saat berinteraksi dengan air. Memiliki tugas sebagai pembersih sekaligus
antiseptik serta membantu mencerahkan kulit. Sementara senyawa terakhir yang
menjadi inti bahan pembuatan sabun Sa-JAGAT ini adalah fosfor yang juga
berperan aktif memerangi bakteri-bakteri penyebab rasa gatal dan pada proses
penyembuhan luka. Data-data senyawa tersebut didukung oleh pengaplikasian
tumbuhan jengkol dalam bidang kesehatan. Kulit buah ini sudah lama
dimanfaatkan untuk bahan utama dalam pembuatan salep yang diperuntukan pada
pengobatan borok, kudis, panu, luka bakar dan penyakit kulit lainya. Untuk
menyempurnakan formulasi sabun yang memanfaatkan ekstrak kulit jengkol ini
juga ditambahkan minyak atsiri atau minyak yang diperoleh dalam cairan lembut
yang mudah menguap dan bersifat aromatic yang diperoleh dari ekstrak bunga,
biji, daun, kulit, batang, kayu, dan akar tumbuh-tumbuhan. Bertugas sebagai
pemberi efek harum sekaligus menghilangkan bau dari ekstrak kulit jengkol yang
mungkin masih terbawa dalam produk. Dengan potensi-potensi yang dimiliki dari
masing-masing senyawa yang terkandung dalam ekstrak kulit jengkol dan bahan
tambahan lainya, diharapkan akan diperoleh suatu out put dalam bentuk produk
berkualitas yang terjangkau demi membantu menjaga kesehatan kulit sebagai
tameng paling depan dalam sistem imun dan pertahanan tubuh, dan juga cerminan
kepribadian seseorang.
KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan
Seiring perkembangan produksi sabun dewasa ini, banyak bermunculan
berbagai jenis sabun bakteri yang mengklaim dapat memusnahkan bakteri dengan
efektif. Mereka menambahkan zat-zat atau senyawa-senyawa aktif yang dianggap
sebagai antibakteri paling efektif. Akan tetapi pada kenyataanya, senyawasenyawa yang digunakan malah memiliki efek negatif yang justru berbahaya bagi
kesehatan, bukanya melindungi kondisi tubuh. Untuk mengindari bahaya tersebut
kini banyak diciptakan sabun antibakteri alternatif yang memanfaatkan daya
antibakteri dari senyawa aktif yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Salah
satunya adalah jengkol. Kandungan tumbuhan jengkol yang hampir merata
memungkinkan dimanfaatkanya limbah organik yang berupa kulit buah sebagai
bahan utama sabun antibakteri. Flavonoid, saponin, tannin, fosfor, dan senyawa
lainya yang terdapat pada kulit jengkol sangat potensial untuk membantu imun
tubuh dalam menekan angka bakteri ptogen yang bersarang pada kulit. Selain itu
kemampuanya sebagai antioksidan, antitumor, antivirus, antiplatelet memberikan
nilai lebih pada produk sabun Sa-JAGAT karena beberapa keuntungan usaha
peningkatan dan penjagaan kesehatan tubuh pada kulit akan didapatkan diluar
fungsi utamanya sebagai alat pembersih tubuh.
Prediksi Hasil
Gagasan yang diusulkan dalam program kreativitas mahasiswa ini
diharapkan dampat bermanfaat dan berdampak positif pada lingkungan. Dengan
mekanisme pemanfaatan limbah organik kulit jengkol yang potensial menjadi
sebuah produk berupa sabun antibakteri Sa-JAGAT, penulis mengharapkan
masalah limbah organic yang selama ini diterlantarkan dan dibiarkan saja menjadi
polutan alam dapat terkurangi, selain itu pengaplikasian gagasan ini dalam dunia
industri dapat berperan serta dalam menekan angka pengangguran dan
meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat. Sementara dalam bidang kesehatan,
gagasan tersebut akan memberikan pilihan alternatif sesuai dengan kemampuan
senyawa-senyawa aktif yang dikandung dalam kulit jengkol tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Admin, 2012, Artikel Ilmiah : Sabun Anti Bakteri, (Online),
(http://ardywna.blogspot.com/2012/Sabun-Anti-Bakteri.html, 26 Februari 2013)
Anonim. 2012. Jurnal : Tinjauan Pustaka Tumbuhan Jengkol. USU. Sumaterta.
Buhler, Donald R and Cristobal Miranda. 2000. International Journal:
Antioxidant Activities of Flavonoids. Department of Enviromental and Molecular
Toxicology Oregon University. The Linus Pauling Institute. California.
Cholisoh, Zakky dan Wahyu Utami. 2009. Jurnal Sains: Aktivitas Penangkap
Radikal Ekstrak Ethanol 70% Biji Jengkol. Fakultas Farmasi. UMS. Surakarta
Chusnic, T.P Tim and Andrew J. Lamb. 2005. International Journal of
Antimicrobial Agents: Antimicroba Activities of Flavonoids. School of Pharmacy
the Robert Gordon University. Elsevier. United Kingdom.
Davies, Tony. 1998. Body Positive. Diterjemahkan oleh WartaAIDS. Yayasan
Spiritia. Jakarta
Enni, S.p. dan Krispinus K.P. 1998. Kandungan Senyawa Kimia Kulit Buah
Jengkol dan Pengaruh terhadap Pertumbuhan Beberapa Gulma Padi. Laporan
Penelitian. Lembaga IKW. Semarang.
Kartawiguna, Elna. 2010. Artikel Ilmiah: Dhermatoheliosis. Tidak diterbitkan
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Yayasan Sarana Warna Jaya.
Jakarta.
Marisa, Hanifa dan Salni. Jurnal Penelitian Sains: Isolasi Senyawa Anti Bakteri
dari Daun Jengkol dan Penentuan Nilai KHM-nya. Volume 14 Nomor 1(D)
14109. Jurusan Biologi. FMIPA UNSRI. Sumatra Selatan
BIODATA
1. Nama Ketua
NIM
: 12231039
Jurusan
: D3 Analis Kimia
Fakultas
: MIPA
2. Nama
NIM
: 12231013
Jurusan
: D3 Analis Kimia
Fakultas
: MIPA
3. Nama
NIM
: 12231040
Jurusan
: D3 Analis Kimia
Fakultas
: MIPA
4. Nama
NIM
: 12231033
Jurusan
: D3 Analis Kimia
Fakultas
: MIPA
A. IDENTITAS
1. Nama Lengkap
2. NIP/NIS/NPP/NKK
3. Tempat Lahir
4. Tgl-Bln-Thn-Lahir
5. Jenis Kelamin
6. Agama
7. Status Perkawinan
8. Pendidikan Tertinggi
9. Golongan/Pangkat
10. Terhitung Mulai Tanggal
11. Status Dosen
: 4 tahun
: Asisten Ahli
: Kepala Laboratorium Instrumentasi
Terpadu
: Kembangan, Candibinangun, Pakem,
Sleman
Jalan
: Jl. Kaliurang
P.O.BOX
:-
Kota
: Sleman
Kab./Kodya
: Sleman
Propinsi
Negara
: Indonesia
P.O.BOX
:-
Kota
: Sleman
Kab./Kodya
: Sleman
Propinsi
Negara
: Indonesia
17. Telepon
7476564
18. Faksimili
: Kantor
0274-896439,
Rumah
: 0274-6598330
HP
: 0274-6598330
: Kantor
Rumah
19. Email
: 0274-896439
:-
: thorikul.huda@staff.uii.ac.id
0274-
B. PENDIDIKAN / KEAHLIAN
1 Jenjang S1 / Diploma
: S.Si.
Perguruan Tinggi
Fakultas
Jurusan
: Ilmu Kimia
Program Studi
: Kimia
Lulus (Tgl/Bln/Th)
: 9 Mei 2003
Bidang Keahlian
: Kimia Analisis
2 Jenjang S2 / Spesialis I
: M.Sc.
Perguruan Tinggi
Fakultas
: MIPA
Jurusan
: Kimia
Program Studi
: Kimia
Lulus (Tgl/Bln/Th)
: 31 Agustus 2009
Bidang Keahlian
: Kimia Lingkungan
Judul Thesis
C. PENGALAMAN MENGAJAR
1. Mata Kuliah dalam Program Studi ini dan Perguruan Tinggi ini pada Tahun
Terakhir :
No.
Mata Kuliah
SKS
Semester*)
Gasal Genap
Kimia Analisis 1
1.
2
Kimia Analisis 2
2.
2
Praktikum Spektrokopi 1
7.
1
Praktikum Spektrokopi 2
8.
1
Praktikum Kromatografi 1
9.
1
*) Beri tanda
4.
5.
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Prosiding
Seminar
Nasional UNY
Prosiding
Seminar
Nasional UNY
Prosiding
seminar
Internasional
FMIPA UII
Jurnal
Reaktor,
Jurusan Teknik
Kimia, UNDIP
Seminar
Nasional kimia
Tahun
2009
2009
2009
2007
2007
7.
8.
dan
Pendidikan
Kimia UNY
-
Penelitian
DIKTI
Penelitian
Penelitian
E. PENGALAMAN MEMBIMBING
Judul
No
1
2
3
4
2007
Jurnal
Penelitian
Sains dan
Teknologi
LOGIKA
Jurnal Ilmuilmu MIPA
Eksakta
2007
Jenis Karya
Tahun
Tugas Akhir
2007
Tugas Akhir
2007
Tugas Akhir
2006
Tugas Akhir
2006
2006
Nama Kegiatan/Judul
Pelatihan Validasi Metode
Pengujian dan Estimasi
Ketidakpastian Pengukuran
Kuliah Umum
Lingkup Keg
*)
Peserta
Tanggal
Pelaksanaan
27 Juni 2009
Peserta
22 November
2007
17 Oktober
42007
22 Juni 2007
Tempat
Instruktur
Peserta
5
6
7
UII
Peserta
9
10
11
12
Instruktur
Peserta
Tutor
Instruktur
Peserta
Panitia
Peserta