Anda di halaman 1dari 6

Nama :

Desi Annike Putri

(4214100010)

Reklamasi (Teluk Benoa) di Bali


Bali adalah sebuah pulau di sebelah timur Pulau Jawa dan di sebelah barat pulau Lombok.
Terdiri atas beberapa pulau, yaitu : Pulau Bali, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau
Nusa Lembongan, Pulau Nusa Serangan, dan Pulau Menjangan. Luas wilayah Pulau Bali secara
keseluruhan 5.632,86 km2 dan jumlah penduduknya kurang lebih 3,7 4 juta jiwa (Badan Pusat
Statistik Provinsi Bali, 2012). Meskipun Bali sebuah pulau kecil yang luasnya hanya 0,29% dari
luas Nusantara (5.632,86 km2), namun memiliki semua unsur lengkap di dalamnya, mulai dari
empat buah danau, ratusan sungai, gunung dan kawasan hutan yang membentang di pesisir utara
dari barat ke timur. Wisatawan mancanegara yang berulang kali menghabiskan liburan di Pulau
Seribu Pura tidak pernah merasa bosan dan jenuh, karena selalu menemukan suasana baru serta
atraksi yang unik dan menarik untuk dinikmati.
Bali adalah sebuah destinasi tempat wisata terbaik di Indonesia, kini tercetus sebuah rencana
untuk memperluas wilayah sebagai pendukung pembangunan berkelanjutan di pulau Dewata
tersebut. Disisi lain muncul penolakan-penolakan karena dinilai rencana reklamasi akan
menimbulkan dampak negativ.
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Orang dalam rangka meningkatkan manfaat
sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan,
pengeringan lahan atau drainase (UU No 27 Thn 2007). Pengertian reklamasi lainnya adalah suatu
pekerjaan atau usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih
kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai,
daerah rawa-rawa, di lepas pantai dan di laut, di tengah sungai yang lebar, ataupun di danau. Pada
dasaranya reklamasi merupakan kegiatan merubah wilayah perairan pantai menjadi daratan.
Reklamasi dimaksudkan upaya merubah permukaan tanah yang rendah (biasanya terpengaruh
terhadap genangan air) menjadi lebih tinggi (biasanya tidak terpengaruh genangan air).
Sesuai dengan definisinya, tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang
rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut, biasanya
dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta
objek wisata. Dalam perencanaan kota, reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran
kota. Reklamasi diamalkan oleh negara atau kota-kota besar yang laju pertumbuhan dan kebutuhan
lahannya meningkat demikian pesat tetapi mengalami kendala dengan semakin menyempitnya
lahan daratan (keterbatasan lahan). Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah
tidak memungkinkan lagi, sehingga diperlukan daratan baru.
Dalam konteks pengembangan wilayah, reklamasi kawasan pantai ini diharapkan akan dapat
meningkatkan daya tampung dan daya dukungan lingkungan (environmental carrying capacity)
secara keseluruhan bagi kawasan tersebut. Reklamasi dilakukan dalam rangka meningkatkan
manfaat sumberdaya lahan yang ditinjau dari sudut lingkungan dan social ekonomi dengan cara
pengurugan, pengeringan lahan atau drainase (UU 27, 2007). Hal ini umumnya terjadi karena
semakin tingginya tingkat populasi manusia, khususnya di kawasan pesisir, sehingga perlu dicari
solusinya. Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990, Tujuan reklamasi yaitu untuk memperbaiki
daerah atau areal yang tidak terpakai atau tidak berguna menjadi daerah yang dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan manusia antara lain untuk lahan pertanian, perumahan, tempat rekreasi
dan industri.
Usaha reklamasi ini dilakukan karena pertumbuhan penduduk yang tinggi dan kebutuhan
lahan yang meningkat pesat, tetapi kendala keterbatasan ruang dan lahan. Untuk mendukung
laju pertumbuhan yang tinggi, sehingga reklamasi diperlukan untuk meningkatkan daya tampung
dan daya dukung lingkungan, terutama di wilayah yang strategis dimana terjadi aktifitas
perekonomian yang padat.

Reklamasi akan menjadi mimpi buruk ketika pembangunan tersebut didasari oleh niat-niat
keuntungan pribadi semata dan menyampingkan aspek sosial dan aspek lingkungan sekitar. Banyak
timbul aksi-aksi yang menyuarakan dan sudah mencium dampak atas reklamasi tersebut.
Reklamasi Teluk Benoa (menurut Kubu Pro)
o Menciptakan destinasi wisata baru
o Menambah 1-2 juta wisatawan
o Menambah ruang terbuka hijau
o Terciptanya lapangan kerja baru 250.000 tenaga kerja
o Meningkatkan pendapatan perkapita US$1000 - US$5000
o Kembalinya luasan Pulau Udut sebagai pulau Adat dan Budaya
o Menaikan kelas dan kualitas wisata Bali
o Tambahan PPN Negara dan Daerah minimal Rp 3 Triliyun
o Atasi bencana dan lestarikan mangrove
Reklamasi Teluk Benoa (Menurut Kubu Kontra)
o Reklamasi akan merusak fungsi dan nilai konservasi kawasan serta perairan
o Reklamasi menyebabkan berkurangnya fungsi Teluk Benoa sebagai reservoir (tampungan banjir)
o Reklamasi dengan membuat pulau baru akan menimbulkan kerentanan terhadap bencana
o Peningkatan padatan tersuspensi serta sedimentasi di habitat terumbu karang dapat mematikan
polip karang dan merusak terumbu karang di kawasan sekitarnya
o Reklamasi akan menyebabkan perubahan kondisi perairan, seperti salinitas, temperature serta
masukan nutrient yang terbatas dari luar teluk, termasuk menyebabkan pola perpindahan sedimen
o Reklamasi Teluk Benoa semakin mengancam dan memperparah abrasi pantai
o Reklamasi adalah cara investor mendapatkan tanah dengan biaya murah di kawasan strategis
pariwisata
o Peraturan yang dikeluarkan pemerintah hanya berpihak dan menguntungkan kepentingan investor
rakus
o Investasi rakus selalu memberi janji manis namun sering tidak terwujud
o Pariwisata Bali bergantung kepada alam yang membentuk budaya dan spritualitasnya
Kebijakan Gubernur Bali dengan mengeluarkan SK Gubernur Nomor 2138/02-C/HK/2012
tentang Pemberian Izin dan Hak Pemanfaatan Pengembangan dan Pengelolaan Perairan Teluk
Benoa tertanggal 26 Desember 2012 menimbulkan gelombang protes yang luar biasa. Polemik yang
terjadi dengan kebijakan publik Gubernur Bali tersebut secara fakta memberikan keleluasan pihak
swasta untuk mengelola Teluk Benoa secara bebas. Teluk Benoa yang terletak di Bali Selatan
(Kabupaten Badung) merupakan kawasan yang menggiurkan bagi investor. Secara ekonomi
kebijakan publik Gubernur Bali memang menguntungkan, yaitu meningkatkan perekonomian,
mengurangi pengangguran dan menyerap banyak tenaga kerja di Provinsi Bali. Yang menjadi
permasalahan adalah ketidaktransparan Gubernur Bali dalam mengeluarkan SK Gubernur tersebut
dan terkesan tidak tahu tentang tindakan yang telah dilakukannnya. Walaupun akhirnya Gubernur
Bali mengakuinya dan melakukannya sesuai dengan prosedur dan kajian. Perlu diketahui, bahwa
pertumbuhan ekonomi Bali yang terpusat di Bali Selatan juga menjadi pemicu ketidakcocokan
masyarakat Bali. Mereka mengharapkan bahwa manfaat industri pariwisata bisa dirasakan
masyarakat Bali secara merata. Oleh karena itu, Gubernur Bali seharusnya mengedapankan aspek
partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas dalam mengeluarkan kebijakan publik.
Gubernur Bali berhak mengarahkan investor ke arah Bali Utara. Provinsi Bali berbeda sekali
dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Rencana proyek reklamasi Teluk Benoa dan sekitarnya
(Pulau Pudut) dirasakan banyak kalangan telah melanggar berbagai peraturan yang ada di atasnya
atau peraturan yang telah dibuat Gubernur sendiri mengenai kawasan Sarbagita sebagai kawasan
konservasi. Meskipun secara ekonomi akan mendongkrak perekonomian. Tindakan yang telah
dilakukan Gubernur Bali diharapkan menajadi pelajaran Pemerintah Provinsi Bali ke depan dalam
mengeluarkan kebijakan tentang pengelolaan aset Provinsi Bali, agar tidak berbenturan
dengan peraturan yang ada dan agama Hindu sebagai agama mayoritas masyarakat Bali.

Pemerintah seharusnya untuk menjalin relasi dengan media dan menggunakan media untuk
berkomunikasi kepada masyarakat jika ada rencana atau kebijakan baru yang akan diaplikasikan.
Seharusnya pemerintah lebih tegas untuk bisa memberikan keputusan yang adil dari seluruh aspek.
pembangunan yang terjadi meresahkan, tidak memperdulikan aspek sosial dan aspek lingkungan,
lebih condong kepada aspek ekonomi saja. Tidak berprinsip kepada memenuhi kebutuhan sekarang
tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Diperlukan kajian ulang atas
rencana reklamasi tersebut agar kebijakan yang diambil pemerintah adalah solusi yang terbaik.
Bagaimanapun juga pembangunan harus bersifat dua arah, dan diperlukan dialog antara pemerintah
dengan masyarakat agar dapat berhasil. Bagi penelitian berikutnya agar memperluas waktu dan
media yang dipilih agar menjadi lebih obyektif.

Nama :
Desi Annike Putri

(4214100010)

A. Gagasan
Pengaruh artis mancanegara terhadap penyimpangan norma-norma Bangsa Indonesia
B. Latar Belakang
1. Banyak pemuda yang terkikis rasa nasionalismenya.
2. Banyak pemuda yang berperilaku seperti artis idolanya.
3. Banyak pemuda yang gaya hidupnya menyimpang dari norma-norma.
C. Solusi
1. Menanamkan pendidikan moral sejak kecil.
2. Memperkuat ilmu agama yang diyakini.
3. Membatasi diri untuk melakukan hal yang tidak baik.
4. Menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat seperti olahraga, belajar
kesenian tradisional, dan lain-lain.

Nama :
Desi Annike Putri

(4214100010)

Empat Konsensus Negara


Konsensus Nasional merupakan Kesepakatan nasional yang mewakili kekuatan-kekuatan
sosial dalam masyarakat sebagai hasil musyawarahnya dalam rangka mencapai cita-cita dan
perkembangan suatu bangsa, karena dengan konsensus nasional perbedaan-perbedaan yang ada
dapat dihilangkan, dan sebagai gantinya diupayakan persamaan-persamaan sebagai modal pertama
untuk melangkah bersama. Bangsa Indonesia harus mempertahankan empat konsensus dasar
berdirinya Negara Indonesia. Keempat konsensus, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika, itu merupakan pilar dasar dan identitas Indonesia.
Keempatnya sebagai pilar yang menjadi dasar dan identitas Indonesia serta buah perjuangan para
pendahulu bangsa. Para pendiri bangsa menggunakan segala daya upaya, termasuk perang dan
diplomasi, untuk merebut kemerdekaan. Oleh sebab itu, sebagai generasi penerus, seluruh warga
bangsa harus berani mempertahankan 4 konsensus dasar. Konsensus dasar nasional ada 4 yaitu
Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila dibahas sebagai aspek-aspek yang
Bangsa Indonesia anut. UUD 45 merupakan jiwa kehidupan. Di dalam UUD 45 juga disebutkan
visi-misi negeri yang dituangkan di dalam pembukaan UUD 45. NKRI merupakan pilihan hidup.
NKRI juga dapat menyatukan keterpisahan politik karena perbedaan. Bhinneka Tunggal Ika
merupakan hakikat hidup manusia dan juga ajaran moral Bangsa Indonesia.
Jika kita mendengar nama Indonesia, maka yang terbayang di dalam benak kita adalah
gambaran masyarakat yang bersifat majemuk. Indonesia memiliki jumlah pulau yang sangat banyak
yang berada di wilayah terpisah. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia membutuhkan nilai-nilai
kebangsaan untuk menjaga keutuhan NKRI. Nilai-nilai kebangsaan ini diwujudkan ke dalam 4
konsensus dasar nasional.
Pancasila sebagai satu-satunya ideologi Negara yang diakui oleh segenap lapisan
masyarakat. Di dalam Pancasila itu memuat semua kepentingan dan dasar pemikiran yang dianggap
mewakili seluruh golongan dalam masyarakat Indonesia. 5 sila sebagai dasar-dasar Negara dalam
pancasila tersebut, dianggap menyatukan Bangsa Indonesia yang majemuk, terdiri dari puluhan
suku bangsa dan bahasa, sehingga ideologi Pancasila bisa dianggap sebagai pondasi berdirinya
Negara Indonesia ini. Pancasila sebagai pondasi dasar Negara, kemudian dioperasionalisasikan
dengan Undang-Undang Dasar 1945, dengan bagian-bagiannya seperti, Pembukaan, Batang Tubuh
dan Penjelasan. Dalam UUD 1945 itu sudah termaktub di dalamnya tentang bentuk Negara
(Republik) , bentuk susunan pemerintahan (NKRI), pembagian kekuasaan (Trias Politika) dan
sistem pemerintahan (Presidensiil).
Lalu kita juga mengenal konsep dan rumusan Bhineka Tunggal Ika, dan pada prinsipnya,
konsep ini juga bentuk operasionalisasi dari Pancasila. Bahwa kemajemukan bangsa haruslah
diartikan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa. 2 konsep inilah yang sebetulnya menjadi
pilar kebangsaan kita.
Lalu, apakah atapnya? Atap bangunan Negara Indonesia adalah apa yang termaktub dalam
pembukaan UUD 1945, di mana tertulis apa yang sudah mencakup seluruh elemen dasar dari
bangsa Indonesia. Apabila dikaji alenia demi alenia dalam pembukaan UUD 1945 tersebut, sudah
termuat makna dasar akan kemerdekaan, cita-cita bangsa, dasar Negara dan tujuan dari berdirinya

Negara Indonesia. Yang pada prakteknya secara teknis, dijalankan oleh administrasi birokrasi
kenegaraan, dari tingkat Pusat hingga daerah pada level terkecil.
Lalu posisi doktrin NKRI, yang sebetulnya adalah bagian dari UUD 1945 itu sendiri yang
tertulis di dalam batang tubuh, yang pada prinsipnya bisa diubah dan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi wilayah Indonesia yang luas dan terpisah oleh lautan dan samudra, ketika dijadikan sebagai
salah satu pilar dan posisinya sederajat dengan Pancasila, maka bentuk susunan pemerintahan ini
menjadi terlalu kuat dan sulit untuk disesuaikan dengan jaman dan situasi realistis wilayah Republik
Indonesia.
4 konsensus tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, bahwa
Pancasila sebagai nilai-nilai dasar kebangsaan, UUD 1945 sebagai rambu-rambu dalam
berkonstitusi, doktrin NKRI sebagai ruang kedaulatan dari Sabang sampai Merauke, dan Bhinneka
Tunggal Ika sebagai simbol kemajemukan, kesatuan dalam keberagaman, tidak terpisahkan sebagai
falsafah Negara, namun harus diletakkan pada posisi dan porsi yang lebih ideal, seperti analogi
bangunan rumah di atas. Bangsa Indonesia harus mempertahankan empat konsensus dasar, yaitu
Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Bila ditinjau dari aspek sosiologis, konsensus dasar Indonesia adalah merupakan negara
multikultur. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan konflik karena adanya perbedaan-perbedaan
antara suku bangsa yang satu dengan yang lain. Karena Indonesia yang merupakan negara
multikultural juga banyak suku bangsa yang menuntut kesetaraan. Sehingga tantangan yang
dihadapi oleh pemerintah adalah ancaman-ancaman disintegrasi dari berbagai macam wilayah.
Kita harus memahami bahwa 4 konsensus dasar nasional adalah sumber-sumber nilai kebangsaan.
memahami bahwa falsafah bangsa adalah Pancasila. Pancasila adalah dasar Negara karena di dalam
Untuk menjadi pemimpin kita harus mengirti tantangan yang dihadapi negeri ini dan melakukan
pemantapan terhadap nilai-nilai kebangsaan. S

Anda mungkin juga menyukai