Anda di halaman 1dari 16

Tugas 3

Pertimbangan Dalam Memilih Boiler

Rahmat Wijanarko 04211440000013


Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111

1. Pendahuluan
Boiler atau yang biasa disebut ketel uap adalah alat untuk menghasilkan uap air,
yang akan digunakan untuk pemanasan atau tenaga gerak. Boiler dipanaskan
menggunakan air, kayu, oli, batu bara . Setelah air dipanaskan dengan menggunakan panas
dari hasil pembakaran bahan bakar, panas hasil pembakaran dialirkan sehingga
menghasilkan steam (uap air yang memiliki temperatur tinggi). Dari pengertian tersebut
berarti dapat disimpulan bahwa boiler berfungsi untuk memproduksi steam (uap) yang
dapat digunakan untuk proses/kebutuhan selanjutnya. Seperti yang diketahui bahwa steam
dapat digunakan untuk menjaga suhu dalam kolom destilasi minyak bumi dan proses
evaporasi pada evaporator.
Sebuah ketel uap biasanya merupakan bejana tertutup yang terbuat dari baja
Fungsinya adalah memindahkan panas yang dihasilkan pembakaran bahan bakar ke air
yang pada akhirnya akan menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan bisa dimanfaatkan
untuk: 1. Mesin pembakaran luar seperti: mesin uap dan turbin. 2. Suplai tekanan rendah
bagi kerja proses di industri seperti pabrik kelapa sawit, pabrik gula, industri revinery dsb.
3. Menghasilkan air panas, dimana bisa digunakan untuk instalasi pemanas bertekanan
rendah.
Dalam Undang-undang (stoom ordonnantie) verordening stoom ordonnantie 1930
yang dimaksud dengan pesawat uap ialah ketel uap dan alat-alat lainnya yang dengan
peraturan Pemerintah ditetapkan demikian, langsung atau tidak langsung berhubungan
(atau tersambung) dengan suatu ketel uap dan diperuntukan bekerja dengan tekanan yang
lebih besar (tinggi) daripada tekanan udara.
Boiler Menurut Djokosetyardj M.J (1990), boiler merupakan alat yang digunakan
untuk menghasilkan uap/steam untuk berbagai keperluan. Jenis air dan uap air sangat
dipengaruhi oleh tingkat efisiensi boiler itu sendiri. Pada mesin boiler, jenis air yang
digunakan harus dilakukan demineralisasi terlebih dahulu untuk mensterilkan air yang
digunakan, sehingga pengaplikasian untuk dijadikan uap air dapat dimaksimalkan dengan
baik. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi, digunakan
komponen economizer untuk meningkatkan efisiensi dari uap air yang dihasilkan.
Dalam Penggunaanya tentu tiap jenis boiler memiliki spesifikasi masing masing.
Dengan adanya macam macam boiler tentu perlu dilakukan pemilihan terhadap boiler
yang akan digunakan untuk tujuan tertentu maupun dalam berbagai kondisi. Dalam
kesempatan kali ini pembahasan pemilihan boiler akan penulis sajikan.
2 Boiler, Turbin Gas dan Turbin Uap

2. Umum
Permasalahan dalam pemilihan boiler untuk menentukan boiler yang cocok tentu
akan mempertimbangkan pemanasan yang nantinya akan dihasilkan boiler berdasarkan
bahanbakar yang digunakan, sehingga memiliki efisiensi yang tinggi dari kondisi yang ada.
Boiler harus memiliki kemudahan dan kesesuaian dengan kamar mesinyang memiliki
keterbatasan ruang, kemudahan untuk akses inspeksi, akses operasi, dan perawatan, serta
nilai ekonomisnya.
Dengan adanya pemilihan yang sesuai dan desain yang sesuai maka biaya
oprasional dari boiler akan rendah sedangkan masa guna boiler akan lama. Dalam desain
boiler tentunya juga harus mempertimbangkan integrasi dari unsur unsur lain dari unit
untuk menyediakan suatu desain yang memiliki keseimbangan diantara biaya invest utama
dan bahan bakar, pemeliharaan, dan biaya oprasi akan menjadi minimum selama masa
penggunaan kapal.

Gambar 1. Boiler

Boiler juga harus cukup untuk bisa ditempatkan di dalam ruang mesin yang
tempatnya sangat minimal dan mudah diakses untuk operasi, inspeksi, dan perawatan.
Meski ringan, boiler harus dapat diandalkan ketika beroperasi di bawah kondisi laut yang
sering tidak bagus. Operasi di atas rentang beban yang lebar, dengan minimum perhatian,
dan karakteristik operasi yang kompatibel dengan otomasi tingkat tinggi juga dibutuhkan.
Kerja yang efisien ketika pembakaran berbagai macam bahan bakar yang terdapat diseluruh
dunia merupakan sebuah syarat. Boiler tersebut juga harus pas dan tepat sesuai ukuran
minimum kamar mesin, dan juga mudah diakses pada saat operasi, inspeksi, dan
perawatan. Pada akhirnya, boiler harus sesuai dengan peraturan dari badan klasifikasi.

3. Permasalahan Desain Boiler


Pertimbangan Dalam Memilih Boiler 3

Permasalahan pokok dalam boiler design adalah untuk menentukan proporsi


sesuai dari berbagai pemanasan permukaan sangat menarik untuk menggunakan panas
yang maksimum yang tersedia di (dalam) produk pembakaran. suatu disain yang sesuai
akan memenuhi biaya yang paling rendah pada life cycle basisnya. masing-masing
komponen harus terintegrasi dengan unsur-unsur lain dari unit untuk menyediakan suatu
disain yang seimbang diantaranya biaya invest utama dan bahan bakar, pemeliharaan, dan
biaya operasi akan menjadi minimum selama masa penggunaan kapal. Berikut hal yang
harus dipertimbangkan:
1. peralatan fuel burning
2. Tungku perapian
3. Boiler generating surface
4. superheater ( dan reheater jika digunakan)
5. economizer dan alat pemanas udara
6. attemperator ( atau kendali) dan pelengkap desuperheaters
7. Circulatory dan system steam separator
8. casing dan setting
9. Pembersihan peralatan
10. Safety valves dan alat-alat bantu lain
11. Feed watrer dan treatment
12. foundations dan support ( dasar dan pendukung alat )
13. combustion air system
14. system uptake gas duct dan stack

Gambar 2. Bagian Bagian Boiler


4 Boiler, Turbin Gas dan Turbin Uap

pertimbangan ini memerlukan banyak langkah-langkah interrelasi. dalam banyak kasus,


sejumlah asumsi harus dilakukan untuk memulai disain. Seperti proses perhitungan
desain, asumsi harus disaring untuk mencapai ketelitian yang diinginkan didalam analisa
akhir.

4. Siklus yang Dibutuhkan

Desain dari boiler maritim dipengaruhi langsung oleh siklus panas yang dipilih
oleh perancang kapal. Tekanan dan temperatur uap yang lebih tinggi bisa membuat
pengurangan ukuran dan berat dari rencana propulsi yang diberikan atau izin pemasangan
daya yang lebih tinggi pada ruang yang sama. Selama perang dunia II, kebanyakan kapal
tempur angkatan laut beroperasi pada 600 psig-850 F sedangkan uap sampai 450 psig-750 F
banyak digunakan pada kapal dagang. Pada era setelah perang, angkatan laut menaikan
sampai 1200psig- 950 F (nominal) untuk konstruksi kapal perangnya. Pada akhir 1940an dan
1950an sebuah julah yang signifikan dari kapal dagang muncul menggunakan uap pada 600
psig- 850 F dan 850 psig-850 F. Pada 1960an hampir semua konstruksi baru menggunakan
850 psig- 950 F uap; beberapa kapal yang besar menggunakan uap (pada beberapa kasus
dengan pemanasan ulang) pada 1500psig- 950 F. Pabrik mesin menggunakan uap pada
tekanan 850 sampai 1500 psig dan temperatur pada 950 sampai 1000 F adalah karakteristik
dari banyak kapal uap komersial dibangun pada tahun terakhir.
Kuantitas uap yang dihasilkan oleh boiler maritim bisa bernilai dari 1500lb/hr
pada boiler bantu yang kecil sampai lebih 400.000 lb/hr pada propulsi utama boiler yang
besar. Uap keluaran dari 750.000 lb/hr atau lebih per boiler adalah praktis untuk instalasi
tenaga yang besar.

Gambar 3. Siklus Pada Boiler

5. Keseimbangan Panas
Pertimbangan Dalam Memilih Boiler 5

Biaya bahan bakar per poros tenaga merupakan salah satu factor penentu dalam
membangun karakteristik instalasi boiler dan apakah instalasi memiliki nilai ekonomis.
Tingkat bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan tekanan uap dan temperatur
yang lebih tinggi atau dengan siklus yang lebih canggih ini dapat digunakan pemanasan
ulang, economizer, dan atau pemanasan udara, tahap lebih dari pemanasan umpan dll.
Desainer harus menganalisa faktor ini dengan harga seminimal mungkin, perawatan, berat,
dan ruangan yang dibutuhkan.. Berbanding dengan hasil yang menguntungkan dari
efisiensi thermal.
Saat tekanan uap meningkat, perlu sekali menggunakan perlatan tambahan
perolehan panas kembali pada unit boiler. Hal ini karena peningkatan suhu uap jenuh yang
menghasilkan suhu gas yang lebih tinggi meninggalkan boiler dan dengan demikian
mengurangi efisiensi boiler pada tingkat pembakaran yang diberikan.
Memanaskan uap meningkatkan efisiensi termal tetapi membutuhkan boiler yang lebih
besar dan ketentuan khusus untuk melindungi alat pemanas selama operasi . Uap tekanan
tinggi dan suhu , bersama dengan pemanasan , lebih mungkin untuk digunakan dalam
instalasi lebih dari 30.000 shp, dimana nilai bahan bakar yang disimpan mungkin
memberikan alasan biaya awal yang lebih besar dan siklus sulit . Selain itu, menjadi factor
pemanfaatan atau factor muatan di kapal tersebut sangat tepat untuk menjadi lebih tinggi,
memberikan tambahan pemicu untuk pembentukan desain yang lebih efisien
Ini adalah bentuk detail dari kesetimbangan panas yang disiapkan oleh insinyur bahwa
jmlah uap dan alran air air umpan ditentukan. Di pabrik biasanya dari dua sampa empat
tahapan pemanasan umpan air yang digunakan untuk memasok air ke boiler pada suhu
270-400 F.
Efisiensi boiler lebih dari 90 persen adalah hal yang mungkin. Namun, untuk
meminimalkan korosi dan perawatan dalam penukar panas dan dingin dan ipstake, ini
membuktikan keuntungan untuk keterbayasan efisiensi 88,5 90 % dengan beberapa bahan
bakar. Bahan bakar minyak bervariasi dalam kualitas dan sering mengandung sulfur dalam
jumlah besar yang dapat membentuk asam sulfat jika ada kondensasi di jalur gas buang .
Korosi dan biaya pemeliharaan akhir 1940an dan 1950an adalah sejumlah besar pedagang
harus seimbang terhadap penghematan mungkin dalam biaya bahan bakar yang berasal
dari efisiensi boiler yang lebih tinggi.

6. Bahan Bakar dan Metode Pembakaran

Pada saat mendesain sebuah kapal, karakteristik dari bahan bakar pada sebuah
kapal harus ditentukan terlebih dahulu. Karena pemilihan bahan bakar ikut pula
menentukan pemilihan boiler. Bahan bakar yang bisa digunakan adalah Batubara, Minyak,
Gas alam.
Pada umumnya boiler memiliki bahan bakar minyak. Jarang yang menggunakan
bahan bakar batu bara. Minyak telah digunakan sebagai bahan bakar boiler sejak tahun 1870
namun belum di aplikasikan secara luas sampai dunia otomotif menggunakan bahan bakar
minyak.

6.1 Batu Bara


6 Boiler, Turbin Gas dan Turbin Uap

Pada sebuah boiler dengan bahan bakar batubara, sistem kontrol pembakaran yang
ada menjadi satu hal yang sangat krusial. Untuk memaksimalkan efisiensi operational,
proses pembakaran harus diatur secara akurat, sehingga bahan bakar yang digunakan harus
pada jumlah yang tepat sesuai dengan kebutuhan uap air. Selain itu, proses pembakaran
harus dilakukan dengan aman, sehingga tidak membahayakan para pekerja, pabrik, serta
lingkungan sekitar.
Jumlah batubara dengan udara sehingga didapatkan proses pembakaran yang
sempurna di dalam furnace boiler diatur sesuai dengan air-fuel ratio teoritis. Namun secara
prakteknya, untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna tersebut tidaklah mudah.
Karena faktor kerugian dari proses pembakaran tidak mungkin dapat dihindari. Yang dapat
dilakukan yaitu mengatur proses pembakaran dengan menekan serendah-rendahnya
kerugian/losses yang mungkin terjadi.
Ada dua faktor kerugian yang muncul pada saat proses pembakaran batubara
dilakukan. Jika jumlah udara (oksigen) kurang dari kebutuhan pembakaran, maka jumlah
bahan bakar yang tidak terbakar akan semakin banyak sehingga terbuang sia-sia melalui
cerobong (stack). Namun jika sebaliknya, jumlah oksigen semakin banyak yang ditandai
dengan jumlah excess air juga semakin banyak, maka akan semakin banyak pula energi
panas yang ikut terbuang keluar karena diserap oleh excess air tersebut. Kerugian yang
kedua ini sering disebut dengan heat loss. Oleh karena adanya dua macam kerugian inilah
maka dicari kerugian total yang paling rendah. Untuk lebih memahami kerugian-kerugian
dari proses pembakaran batubara tersebut mari kita perhatikan grafik di bawah ini. Sesuai
dengan grafik tersebut kerugian total yang paling rendah, didapatkan pada jumlah excess
air "A".

Gambar 3 Pembangkit Listrik Tenaga Batu bara

Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari boiler berbahan bakar batu bara, yaitu:
Harga jauh lebih murah
Memerlukan tungku yang besar
Pertimbangan Dalam Memilih Boiler 7

Di kontrol oleh stoker


Memerlukan Coal handling equipment
Memerlukan pekerja cukup banyak
Proses maintenance yang sering
Batubara terdiri dari pengotor anorganik dikenal sebagai abu (A), kelembaban (M),
dan sejumlah besar senyawa organik kompleks. Yang terakhir terdiri dari lima pokok
elemen: karbon (C), hidrogen (H), oksigen (0), sulfur (S), dan nitrogen (N) (Gambar 20).
Untuk alasan ini, analisis kimia dari batubara umumnya ditentukan dalam hal unsur-unsur.
Analisis ini disebut analisis utama. Massa fraksi ini unsur -unsur kimia dalam bahan bakar
ditentukan sesuai dengan ASTM D3176 standar untuk batubara. Karena kompleksnya
percobaan yang terlibat dalam analisis pokok, Metode lain yang sederhana, dikenal sebagai
analisis pendekatan, sering digunakan dalam pembangkit. Pada analisi proksimat batu bara
terdiri dari empat komponen: materi volatil (VM), karbon tetap (Fe), abu (A), dan
kelembaban (M). Hal ini ditentukan sesuai standar ASTM D3172. Karbon, merupakan
Subbitumi
Saw n Bitumin Petroleu-
Peat Lignite Antracite
dust us u-s m coke

Proxim Dry DAF 23.4 5.2 7.7 5


a-te
Moistur 16.5 33.3 40.8 40.2 6.4 1.3
-e
VM 68 43.6 54 50.7 83.1 83.7
FC 45.3 5.2 9.1 10.5 10
Ultimat DAF DAF
e (%)
C 51.2 57.5 63.3 72 74 83.7 82
H 6.3 5.9 4.5 5 5.1 1.9 0.5
N 1.9 1 0.95 1.6 0.9 0.7
S 0.1 1.1 0.44 2.3 0.7 0.8
A 11.1 5.2 9.1 10.5 10
O 35 19 16.41 7.9 2.3 2
HHV 9880 20.95 16.491 21.376 29.168 27.656 28.377
0
IDT 1120 1110 1149 1215
Table 1. komposisi beberapa bahan bakar padat,

elemen utama yang mudah terbakar dalam batubara. Ia berada dalam bentuk
tetap. karbon dan zat terbang (CH4, C2H3, CO), Semakin besar usia geologi batubara,
semakin besar tingkat karbonisasi dan tinggi kandungan karbon. Hidrogen dalam batubara,
yang berjumlah 3-6% dari kandungannya, menggabungkan dengan oksigen, menghasilkan
uap selama pembakaran. Uap ini dalam gas buang marupakan potensi sumber kehilangan
panas diboiler Kandungan oksigen batubara bervariasi. Tergantung pada tingkat
karbonisasi mungkin naik dari 2% untuk antrasit sampai 20% untuk lignit. Kandungan
nitrogen dalam batubara kecil (0,5-2%). Batubara membentuk nitrogen oksida selama
pembakaran dan dengan demikian menyebabkan pencemaran lingkungan. Belerang, yang
merupakan sumber lain dari polusi udara, ada dalam tiga bentuk: sulfur organik, FeS, dan
sulfat (CaS04, MgS04, dan FeS04) Sulfat merupakan konstituen dari abu. Hal ini tidak dapat
teroksidasi. Sulfur yang mudah terbakar termasuk sulfur organik dan FeS. Nilai kalor
8 Boiler, Turbin Gas dan Turbin Uap

adalah sekitar 900 kJ/kg. Batubara mungkin memiliki kelembaban dalam dua bentuk:
inheren dan permukaan. Kelembaban permukaan (Ma), yang terkumpul pada batubara
selama penyimpanan, dll, dapat dihilangkan dengan udara pengeringan.Namun,
kelembaban yang melekat (Mi), yang terperangkap dalam batubara selamaa bentukan
geologis, tidak dibebaskan kecuali selama pembakaran.Dalam hal apapun, dua bentuk
kelembaban dan yang dibentuk melalui pembakaran hidrogen pada batubara, berkontribusi
pada kelembaban dalam gas buang.
Abu terdiri dari residu padat anorganik tersisa setelah bahan bakar benar- benar
terbakar.Bahan utamanya adalah silikon, aluminium, besi, dan kalsium. jumlah kecil
senyawa magnesium, titanium, natrium, dan kalium juga hadir dalam abu. Abu ditentukan
dengan memanaskan sampel batubara pada 800C selama 2 jam di bawah Prosedur kondisi-
kondisi atmosfer diberikan dalam ASTM 03174. Fusi abu merupakan ciri penting dari
batubara.Ini sangat mempengaruhi desain boiler. Suhu fusi abu dapat diukur dengan ASTM
tes 01857. Ketika sampel kerucut abu perlahan dipanaskan selanjutnya melalui empat tahap:
1. suhu awal deformasi (IOT) tercapai ketika pembulatan sedikit dari puncak kerucut dari
sampel abu terjadi.
2. suhu pelunakan (ST) tercapai ketika sampel menyatu ke benjolan yang bulat, yang
tingginya sama dengan lebarnya.
3. suhu Hemispherical (HT) ditandai dengan fusi lanjut abu ketika ketinggian kerucut
merupakan salah satu-setengah lebar alasnya.
suhu Fluid (FT) adalah suhu di mana abu menyebar di lapisan hampir rata dengan tinggi
maksimum 1,6 mm.

6.2 Minyak
Jenis ini memiliki bahan bakar dari fraksi minyak bumi, dengan karakteristik yaitu
memiliki bahan baku pembakaran yang lebih mahal, tetapi memiliki nilai efesiensi yang
lebih baik jika dibandingkan dengan yang lainnya. Prinsip Kerja: Pemanasan yang
bersumber dari hasil pembakaran antara campuran bahan bakar cair (kerosen, solar, residu)
dengan oksigen dan sumber panas. Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari
boiler berbahan bakar minyak, yaitu:
Biasanya dipilih minyak (oil) yang low sulfur.
Mudah dalam hal pemasukan ke kapal dan penyimpanannya.
Firing equipment memiliki biaya maintenance yang lebih murah
Harga lumayan murah
Pekerja sedikit

6.3 Gas Alam


Gas alam berasal dari tambang gas atau minyak juga.metana adalah komponen
utama gas alam. Hal ini disertai dengan beberapa hidrokarbon lainnya (CnH2n + 2) dan gas
tidak mudah terterbakar. Gas dari ladang gas mengandung hingga 75-98% metana. Gas
alam dari ladang minyak hanya berisi 30--70% metana. Gas alam memiliki nilai pemanasan
yang tinggi. Lebih rendah nilai kalor (LHV) adalah 36,600-54,400 kJ / Nm3.
7. Efek dari Desain Kapal dan Mesin Lainya pada desain Boiler
Faktor faktor seperti ruang, berat, dan persyaratan dari bentuk merupakan
pertimbangan utama dalam desain boiler. Sebagai tambahan, bagaimanapun, pemilik kapal
Pertimbangan Dalam Memilih Boiler 9

atau arsitek mungkin memiliki preferensi mengenai desain boiler dan persyaratan desain
boiler secara spesifik. Preferensi ini mungkin mencakup jumlah boiler, jenis boiler dan
pengaturannya, lokasi koneksi utama, penggunaan economizer atau pemanas udara atau
keduanya, pemanasan, dan penilaian evaporative dan jenis motode pembakaran. Biaya
siklus juga mempengaruhi preferensi, karena total biaya dan tenaga kerja yang terlibat
dalam mempertahankan desain atau konstruksi sebelumnya dapat dilihat dari spesifikasi
pemilik dan menghasilkan pemilihan rancangan dan kostruksi yang lebih baik.

7.1 Ruang
Ruang yang direncanakan oleh seorang perancang kapal harus sedemikian rupa
sehingga semua komponen dan peralatan yang tersedia bisa memenuhi kebutuhan di kapal.
Kamar mesin merupakan kompartemen yang sangat penting pada sebuah kapal. Di tempat
inilah terdapat mesin penggerak kapal yang biasanya dinamakan mesin induk atau mesin
utama. Di kamar mesin pula terletak sumber tenaga untuk membangkitkan listrik yang
berupa generator listrik kapal, pompa-pompa, dan bermacam-macam peralatan kerja yang
menunjang pengoperasian kapal. Konstruksi kamar mesin dibuat khusus karena adanya
beban-beban tambahan yang bersifat tetap, seperti berputarnya mesin utama dan mesin
lainnya. Dalam perencanaannya kamar mesin biasanya direncanakan dengan jarak
seminimal mungkin dengan syarat harus bisa memenuhi kebutuhan dari segi penempatan
mesin utama, mesin bantu, dan peralatan lain yang dibutuhkan oleh kapal, sehingga bisa
menambah nilai angkut sebuah kapal.
Perancang boiler biasanya diminta untuk mengadaptasi desain boiler ke ruang yang
tersedia. Ketinggian boiler dapat dibatasi oleh lokasi casing dek atau mesin. Dimensi
kedepan dan belakang atau kedalaman boiler dapat dikendalikan oleh lokasi sekat, akses,
atau persyaratan ruang pembaharuan tabung serta lokasi konsol kontrol, mesin utama, dll.
Dalam penempatan mesin boiler harus tersedianya jarak (space) antara mesin yang satu
dengan yang lainnya dan juga sebagai jalan untuk operasional, perawatan, maupun
perbaikan untuk memudahkan operator dalam bekerja. Hal ini di atur pada kelas dalam hal
penempatan instalasi permesinan di kapal.
Untuk sebagian besar ruang yang tersedia, akan menentukan nilai ekonomi dari sebuah
desain. Pembatasan ketinggian pada boiler sangat diperhatikan dengan serius dan juga
dipertimbangkan dengan matang, karena biasanya mesin boiler memerlukan ukuran yang
lebar atau panjang untuk mendapatkan permukaan pemanas yang dibutuhkan. Hal ini
umumnya menghasilkan kenaikan biaya dalam pembuatan boiler, bertambahnya berat, dan
area dasar yang ditandai.

7.2 Berat
Pada boiler type Drum , berat minimum untuk efisiensi maksimum didapatkan dari
kedalaman tungku yang minimum, panjang tabung maksimum, dan jumlah barisan tabung
maksimum. Dengan membatasi ketinggian akan mempengaruhi kapasitas mengingat
terjadinya pengurangan sirkulasi. Hal ini juga akan menyebabkan tabung yang melekuk
dan jarak ruangan pembakaran yang kurang dari ukuran minimum untuk hasil rancang
yang baik.
Pada boiler type Header , lebar dari boiler ini akan berubah sejalan dengan
penambahan atau pengurangan dari bagian header, dan ketinggian yang beragam dengan
merubah jumlah tabung yang terdapat di header. Selain itu, semenjak efisiensi maksimum
yang diberikan oleh pemanas permukaan diperoleh dari jumlah yang sangat banyak dari
10 Boiler, Turbin Gas dan Turbin Uap

barisan tabung, boiler type ini harus dirancang dengan tinggi yang maksimum, panjang
yang maksimum, dan lebar yang maksimum yang sesuai dengan kondisi perancangan.
Berat minimum boiler bermacam-macam tergantung pada kondisi desain; peningkatan nilai
evaporasi, kapasitas tungku pembakaran, atau tekanan udara yang mengurangi berat dari
boiler yang dirancang untuk uap keluaran yang khusus.
Berat boiler per pon uap yang dihasilkan kurang untuk boiler dengan keluaran dari
boiler yang lebih besar, karena bagian boiler tertentu tetap dalam ukuran dan beratnya
dalam kisaran kapasitas tertentu. Berat sangat tergantung pada ruang yang tersedia. Secara
umum semakin besar dimensi atau ukuran fisik dari boiler, semakin besar juga berat dari
boiler tersebut. Berat juga tergantung pada ruang yang tersedia umumnya. Secara umum,
lebih besar dimensi dari boiler untuk hasil keluaran yang diberikan, semakin berat pula
boiler.

7.3 Regulasi
Untuk kapal berbendera asing, aturan dan regulasi dari regulasi yang lain bisa
digunakan. Dengan kata lain, banyak galangan dan operator dari armada kapal yang besar
menentukan permintaan tambahan mereka sendiri. Banyak aturan yang menyinggung
tentang konstruksi dan inspeksi serta material yang diterima, dan menentukan beberapa
batasan perfoma. Administrasi maritim mengikuti prosedur yang sama dan biasanya
menentukan kecepatan penguapan dan panas tungku pembakaran untuk setiap desain.
Pada kapal perang mempunyai peraturan dan spesifikasi tersendiri untuk boiler.
Lingkungan laut bukanlah tempat untuk mencoba prinsip yang belum terbukti. Hal
ini semakin jelas ketika pada tahun-tahun sebelumnya, kontruksi kapal uap membutuhkaan
regulasi untuk melindungi kehidupan properti. Tujuan regulasi bukan untuk membatasi
desain tapi justru untuk menghasilkan rancangan yang lebih sukses dari rancangan
sebelumnya.
Bencana ledakan boiler membuat adanya inspeksi pelayanan dan regulasi tetap
dalam proses konstruksi, perhatian, dan operasi dari boiler uap tersebut. Pada perancangan
boiler, standar dan aturan yang berlaku harus diikuti. Banyak unit yang dibangun dengan
bendera Amerika Serikat harus mematuhi persyaratan dari Badan Klasifikasi Amerika.
Boiler untuk kapal perang dibangun berdasarkan spesifikasi angkatan laut, walaupun
untuk kapal perang bantu penggunaan United States Coast Guard dan American Berau of
Shipping diijinkan . Untuk kapal asing, aturan dan regulasi lain bisa saja diaplikasikan.
Sebagai tambahan, banyak galangan kapal dan operator dari armada yang luas telah
mendirikan aturan dan standar mereka sendiri.
Hampir semua aturan menyinggung mengenai konstruksi , inspeksi, dan
persetujuan dari material dan mendirikan sedikit batasan dari performansi. Walaupun
spesifikasi kapal perang membatasi laju panas yang lepas per kaki kubik dari volume
tungku, permukaan serap panas per kaki persegi , dan total permukaan pemanas per kaki
persegi, batasan ini dapat diubah pada spesifikasi khusus yang dikeluarkan oleh kelas dari
kapal tersebut.

8. Kriteria Desain Boiler


Secara teori dan praktis pertimbangan perancangan boiler dengan desain dan
kriteria tidak secara langsung berhubungan dengan aturan badan regulasi, yang mana
Pertimbangan Dalam Memilih Boiler 11

utamanya memperhatikan penekanan dan teknik kontruksi, kriteria desain yang paling
penting terdapat pada wilayah:
- pembakaran
- sirkulasi
- pressure-drop
- jumlah penyerapan panas

8.1 Pembakaran
Di jantung boiler yang berhasil adalah tungku yang dirancang dengan benar dan
sistem pembakaran bahan bakar. Jika bahan bakar yang dipasok ke tungku tidak dibakar
dengan sempurna dan bersih di dalam tungku sepanjang rentang operasi, tidak mungkin
memprediksi secara akurat kinerja dari kombinasi superheater evaporator. Misalnya, total uap
yang dihasilkan mungkin tidak mencukupi, suhu uap mungkin tidak benar, atau efisiensi
dapat diturunkan dengan pembakaran yang tidak sempurna atau udara berlebih yang tidak
tepat.
Sejumlah kriteria dimana pembakaran di tungku bisa disemburkan dan dimana tungku
yang berbeda dapat dibandingkan dan telah dikembangkan. Secara umum, terkecuali
tingkat penyerapan panas tungku yang berasal dari perhitungan perpindahan panas aktual
yang dikembangkan untuk tungku, mereka adalah hubungan empiris dengan sedikit nilai
teoretis; Namun, mereka dapat digunakan untuk membandingkan desain ketel serupa
sehingga keterbatasannya diakui karena kriteria yang paling sering digunakan untuk
perbandingan ini adalah:
Pelepasan nilai panas per kubik dari volume tungku
Nilai pembakaran per kaki peregi dari luas permukaan yang menyerap panas
Nilai penyerapan panas per kaki persegi dari luas permukaan yang menyerap
panas

tinjauan singkat tentang faktor-faktor ini akan menunjukkan pentingnya dan kegunaannya.
Tingkat pelepasan kalor per kaki kubik dari volume tungku berguna untuk
membandingkan geometris yang serupa namun banyak digunakan karena
kesederhanaannya, ini bukan kriteria penting. Panas yang dilepaskan adalah produk dari
tingkat bahan bakar per jam dan nilai pemanasannya yang lebih tinggi, dengan
mengabaikan 100 F di atas udara pembakaran.
Jika tingkat penyerapan panas berseri, suhu gas tungku, dan suhu logam tabung
tungku memuaskan, satu-satunya batasan pada panas. Tingkat pelepasan per kaki kubik
volume tungku harus dipaksakan oleh kemampuan peralatan penembak untuk
mempertahankan kondisi pembakaran yang baik. Penggunaan yang tinggi, namun
memuaskan. tingkat pelepasan panas volume tungku sangat memudahkan pemasangan
kapasitas tinggi, boiler ringan didalam ruangan yang kecil.
12 Boiler, Turbin Gas dan Turbin Uap

Gambar 5. Pembakaran pada Boiler

Suhu di dalam tungku ketel dapat dikendalikan sebagian besar oleh permukaan
penyerap panas berseri efektif yang ada di tungku. Panas dipancarkan dari amplop api ke
permukaan menyerap panas dengan permukaan refraktori yang tidak dikoordinasikan
sebagai perantara, menerima panas dari nyala api dan kemudian kembali memancarkan
sebagian panas yang diterima kembali atau permukaan api dan dingin. Untuk laju
penembakan masukan panas yang diberikan, panas yang diserap per satuan luas berkurang
dengan peningkatan RHAS total. Semakin besar RHAS maka semakin besar jumlah panas
yang diserap oleh tungku. Oleh karena itu, suhu gas yang meninggalkan tungku akan lebih
rendah.
Sebagai boiler laut biasanya dibakar dengan bahan bakar minyak residu dengan
nilai pemanasan yang hampir seragam, masukan Btu dapat dikurangi menjadi pon bahan
bakar minyak per jam dan kriteria "tingkat tembakan per kaki persegi dari permukaan
menyerap panas berseri" diperoleh. Kriteria populer ini hanya memiliki sedikit basis dalam
analisis perpindahan panas teoretis namun banyak digunakan.
Tingkat penyerapan panas per kaki persegi permukaan menyerap panas berseri
mendapat sedikit perhatian selama bertahun-tahun karena desain tungku sangat
konservatif dan tekanan uap rendah. Tetapi, wajib untuk menentukan tingkat penyerapan
panas tungku untuk unit boiler bertekanan tinggi dan berperingkat tinggi. Tarif ini
menawarkan dasar yang baik untuk membandingkan kinerja tungku karena hubungan
antara penyerapan panas dan permukaan yang bercahaya, serta efek udara bakar yang
dipanaskan, diperhitungkan.
Perancang terutama berkaitan dengan penyerapan panas tungku oleh radiasi ke
tabung dinding tungku dan dengan perpindahan panas berseri dan konveksi ke baris
tungku tabung boiler karena ini adalah basis dari mana suhu gas tungku keluar, suhu
logam tabung, thermal tekanan, dan ketebalan timbangan internal yang diijinkan dihitung.
Semakin tinggi tingkat penyerapan, kimia yang lebih baik harus menghindari skala dan
lumpur yang menghambat perpindahan panas melalui dinding tungku. Jika suhu tabung
Pertimbangan Dalam Memilih Boiler 13

logam yang dihasilkan melebihi batas yang diijinkan, kegagalan tabung awal dan tiba-tiba
akan terjadi.

8.2 Sirkulasi
Sirkulasi boiler secara alami tergantung pada input panas untuk membangun
kerapatan yang berbeda antara campuran uap dengan air.Geometri boiler berperan dalam
hal ini karena boiler dirancang untuk bersirkulasi tanpa memperhatikan sudut atau trim
kapal yang mungkin dialami di sebuah seaway. Dalam hal ini sirkulasi boiler di kapal lebih
memerlukan tempat daripada di shoreside boiler. Selain itu, masukan panas dan keluaran
uap dari boiler kapal mungkin lebih tinggi daripada jika diaplikasikan di darat dengan
perbandingan yang sama.

Gambar Siklus Boiler Alami dan Paksa

8.3 Pressure Drop


Aliran air, uap, udara, dan gas buang dalam boiler memerlukan penurunan
tekanan. Desain yang baik membatasi kerugian ini terhadap nilai-nilai yang konsisten
dengan keuntungan yang didapat oleh incurring tersebut. Di sisi uap, penurunan tekanan
air yang mengalir melalui economizer dan uap yang mengalir melalui superheater
memberikan distribusi antara sirkuit tabung paralel dan dengan demikian memastikan
bahwa tabung akan didinginkan secara merata oleh cairan tertentu. Tekanan yang
berlebihan turun di sisi steam mengakibatkan kenaikan tekanan desain boiler dan
economizer yang tidak beralasan. Hal ini meningkatkan biaya pertama dan menghasilkan
boiler yang lebih berat dan pipa yang lebih tebal, serta kebutuhan daya pompa umpan
tambahan.
Kehilangan tekanan udara dan gas buang yang tinggi dapat menyebabkan boiler
yang lebih kecil karena bank tabung dapat diatur dengan ruang kosong yang lebih sedikit
antara tabung yang berdekatan dan kecepatan tinggi yang dihasilkan dari tetesan tekanan
yang lebih tinggi meningkatkan tingkat perpindahan panas konveksi. Tingkat perpindahan
panas yang lebih tinggi ini memungkinkan penggunaan permukaan yang lebih sedikit dan
menghasilkan ketel kecil yang lebih ringan untuk menghasilkan uap tertentu. Biaya siklus
14 Boiler, Turbin Gas dan Turbin Uap

hidup yang meningkat terkait dengan pendekatan ini tercermin pada tenaga kuda
tambahan yang diperlukan untuk mendorong blower paksa paksa selama umur kapal.

8.4 Siklus Kerja


Siklus bekerjanya sistem propulsi kapal adalah faktor yang sangat penting untuk
menentukan tipe boiler apa yang digunakan. Boiler harus berkemampuan cepat untuk
merespon perubahan kebutuhan akan output pembakaran. Hal tersebut sangat penting
untuk kemampuan bermanuver yang sangat besar dan kapal berkecepatan tinggi.Selain
boiler harus merespon cepat dalam permintaan output yang berbeda beda, boiler juga harus
dalam keadaan kondisi stabil untuk waktu yang lama. Pembersihan rangkaian akan mudah
dilakukan jika digunakan penyusunan yang paling tepat antara economizer, pemanas
udara, boiler furnace, dan generating surface untuk meminimalkan terjadinya fouling di
dalam.
Siklus kerja dapat dilihat dari berapa banyak boiler yang dipakai, sebenarnya satu
boiler saja cukup dittempatkan dalam kapal dengan catetan harus memenuhi standart
90.000 SHP. Dua atau lebih boiler bisa digunakan untuk menyuplai tingkatan power yang
lebih tinggi atau ketika redudansi diinginkan atau dibutuhkan.Tapi pada faktanya satu
boiler saja itu sudah terbukti keandalannya dalam melakukan fungsi boiler.Dengan catatan
boiler ini mampu secara continue mencapai kesetimbangan suhu dan mampu
mengoptimalkan kinerja aliran cairan kimia.Pada umumnya jika ditinjau dari sudut
peforma boiler, meminimalisir penggunaan jumlah boiler yang mampu menyalurkan panas
yang dibutuhkan secara maksimal adalah pilihan terbaik pada beberapa kapal.
Bagaimanapun juga masih banyak operator yang menggunakan boiler lebih dari satu
dengan alasan apabila terjadi perbaikan dalam satu boiler tidak perlu mematikan seluruh
sistem mesin karena masih bisa menggunakan boiler lainnya.
Hal ini seharusnya dipertimbangkan dengan benar sehingga mendapatkan hasil
yang efektif, dengan menggunakan kombinasi pembakar optimal untuk rentang jenis bahan
bakar yang disntisipasi untuk dilumasi dan dengan menggunakan pengaturan terbaik dan
economizer, pemanas udara, tungku boiler, dan permukaan pembangkit untuk
meminimalkan fouling.

8.5 Otomatisasi
Meluasnya penggunaan peralatan otomatis dan pemantauan telah membuat
kontrol jembatan pembangkit listrik menjadi kenyataan dan mengurangi jumlah pengawas
di ruang mesin. Perbaikan yang diinginkan ini telah menambahkan pertimbangan
tambahan pada masalah perancangan boiler yang sesuai. Yang paling penting adalah sistem
pembakaran bahan bakar yang dapat merespon dengan cepat sepanjang rentang operasi
dari standby hingga daya maksimum tanpa perhatian pemadam kebakaran. Ini harus
dilakukan untuk mencegah ekskursi dalam tekanan uap dan mengurangi fluktuasi water
level (mengecil dan membengkak karena perubahan volume uap yang ada dalam ketel),
yang mungkin menyebabkan pengangkutan air ke superheater . Pembakar dapat dirancang
untuk beroperasi di atas jangkauan boiler penuh dengan semua pembakar dalam servis,
atau jenis pembakar lainnya dengan rentang kurang yang dapat diurutkan, yaitu
ditempatkan atau keluar dari layanan pada perintah oleh sistem kontrol. Pengaman
pemantauan api yang sesuai dan pembersihan interlock yang diperlukan dalam berbagai
tingkat kompleksitas tergantung pada tingkat pengawasan manual yang diinginkan.
Regulator feedwate, kontrol suhu uap, peralatan data logging untuk aliran, tekanan,
Pertimbangan Dalam Memilih Boiler 15

temperatures, level, dan lainnya. Semuanya tersedia dari yang sederhana sampai yang
ultrasophisticated. Pemilik dan arsitek angkatan lautnya biasanya memilih ruang lingkup
peralatan dan menyarankan perancang boiler sehingga kombinasi boiler dan burner dapat
dibuat sesuai dengan itu.

3. Kesimpulan
Untuk mendapatkan boiler yang sesuai kebutuhan dan paling efektif serta efisien,
maka haruslah Melakukan pertimbangan, membandingkan dan memikirkan kelebihan
kekurangan maupun mengukur kebutuhan dari kapal. Hal tersebut diperlukan agar ketika
memilih boiler tidak terjadi kesalahan dan biaya yang dikeluarkan pun dapat sesuai dengan
harapan. Beberapa poin dari pertimbangan pemilihan boiler secara umum yang pertama
menyesuaikan ruangan atau tempat dan pada kondisi apa boiler tersebut digunakan.
Sebagai contoh apabila menggunakan boiler pada kapal, tentu saja boiler tersebut harus
memiliki ruang di dalam kapal, jarak yang tidak terlalu jauh dengan kamar mesin namun
bisa dengan mudah untuk dilakukan perawatan, lalu kuat dari goncangan agar bisa tahan
pada gocangan yang terjadi di lautan. Selain mempertimbangkan hal itu, dalam merancang
boiler perlu Beberapa pertimbangan khusus seperti cara pembakaran boiler tersebut, untuk
mengetahui kebutuhan bahan bakar maupun berhubungan dengan biaya oprasional boiler,
sirkulasi yang diperlukan dari boiler agar boiler dapat bekerja dengan baik, penurunan
tekanan yang terjadi pada boiler yang dapat mengganggu kinerja boiler agar dapat di
lakukan penanganan atau rencana awal ketika kejadian ini terjadi, siklus kerja dari boiler
tersebut sehingga bisa mengetahui kapan boiler bekerja dan kapan boiler tersebut harus
dilakukan perawatan, dan otomatisasi dimana pengontrolan dari boiler tersebut dapat
dilakukan secara otomatis agar mempermudahkan ABK dalam bekerja yang dapat
berdampak pada kebutuhan jumlah ABK ataupun beban kerja ABK dapat dialihfungsikan
sesuai keahlian yang dimiliki.

Djokosetyardjo, M.J. (1999). Ketel Uap, PT Pradnya Paramita, Jakarta.


Roy, L. Harrington. (1972). Marine Engineering, The Society Of Naval Architects And Marine
Engineers, 601 Pavonia Avenue, Jersey City, N.J 07306
Flanangan, G.T.H. (1990). Marine Boiler, Butterworth-Heinemann, Great Britain.
Jackson, J. James, Steam Boiler Operation. Prentice-Hall Inc., New Jersey. 1980.
16 Boiler, Turbin Gas dan Turbin Uap

Latham, R. F. (1956), Naval Boiler, U.S. Naval Institute, Annapolis, Md.


De Brujin, L.A. ; Muilwijk, L. (1982). Ketel Uap, Bhrata Karya Aksara, Jakarta
Undang-Undang (stoom ordonnantie) Verordening stoom ordonnantie 1930
nangan, G.T.H (1990). Marine Boiler, Butterworth-Heinemann, Great Britain.
Sanuri, Semin.. Consideration in The Selection of A Boiler. Departemen Teknik Sistem
Perkapalan ITS

Anda mungkin juga menyukai