Siti Aminah1
Latar belakang
Masa bayi adalah masa yang
sangat
penting
dalam
siklus
kehidupannya, khususnya pada usia 0
6 bulan karena pada masa ini bayi harus
bisa
beradaptasi
dengan
lingkungannya. Selain itu pada masa ini
bayi juga memasuki masa tumbuh
kembang.
Untuk
membantu
mempertahankan daya tahan tubuh serta
untuk menunjang tumbuh kembangnya,
bayi membutuhkan makanan sebagai
faktor penunjangnya. Makanan yang
paling ideal adalah Air Susu Ibu (ASI),
(Indah. JS : 2003).
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomor 2/April 2012
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomor 2/April 2012
Hasil Penelitian
1. Data Umum
a. Umur
c. Pekerjaan
4
5%
21
25%
41
48%
23
27%
20 - 35
tahun
> 35
tahun
< 20
tahun
2
2%
16
19%
IRT
Petani
63
74%
Swasta
PNS
b. Pendidikan
Kedua
5
6%
21
25%
29
34%
19
22%
SD
SMP
SMA
23
27%
41
48%
Lebih dari
2
Pertama
PT
32
38%
Berdasarkan
diagram tersebut
diketahui bahwa pendidikan ibu
responden di Puskesmas Rejowinangun
Trenggalek Tahun 2010 hampir
setengah dari responden berpendidikan
SMP, yaitu 32 ibu responden (38%).
2.
Data Khusus
Kategori
1
2
Ya
f
65
%
76,47
Tidak
20
23,53
Jumlah
85 100,00
1
2.
Kategori
Tidak Ada
Kejadian
Diare
Ada Kejadian
Diare
75
76,47
10
23,53
Jumlah
85
Sumber : Data Primer Penelitian 2010
100
Berdasarkan
Tabel di atas
bahwa responden di Puskesmas
Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010
tidak ada kejadian diare, yaitu 75
responden (76,47%).
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomor 2/April 2012
DAFTAR PUSTAKA
Arief,
Saran
Bagi ibu-ibu yang mempunyai
bayi usia 0-6 bulan diharapkan mampu
memberikan kolostrum sejak dini.
Abstract:Low birth weight (LBW) was a problem that give huge contribution
on perinatal mortality. LBW has 40 times higher on neonatal mortality. Once
of a LBW factor was pre eclamp. This research objective was determining
the correlation between pre eclamp with LBW in Gambiran Hospital City of
Kediri 2009. This was an analytic correlation research. The population was all
partum mothers in the Gambiran Hospital City of Kediri 2009 amount 412
people, with purposive sampling to get 137 person as research sample. The
instrument was check list an the result was analyzed by spearman rank.
The research result shown almost all of respondents in Gambiran Hospital
City of Kediri 2009 havent pre eclamp amount 116 persons and almost all of
respondents in Gambiran Hospital City of Kediri 2009 have normal birth
weight (without LBW), amount 115 person. There was correlation between
pre eclamp with LBW in Gambiran Hospital City of Kediri 2009. Base on
those results it was suggested to the correlation between pre eclamp with
LBW in Gambiran Hospital City of Kediri for counseling and health
education giving about preventing the pre eclamp on pregnancy.
Keywords : LBW, Pre Eclamp
Latar Belakang
Badan kesehatan dunia (WHO)
sangat
mendukung
negara-negara
anggota untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu dan
perinatal. Sesuai dengan komitmen
global Indonesia menetapkan target
penurunan AKI menjadi 75% dari
kondisi tahun 1990 sebesar 390/100.000
menjadi 125/100.000 kelahiran hidup
pada 2015 (BPS, 2003)
Kematian
perinatal
akibat
komplikasi pre eklampsia di negara
maju lebih rendah dibandingkan dengan
negara
berkembang.
Di
negara
berkembang dilaporkan bahwa berkisar
antara 42,2 % sampai dengan 50 %
sebab kematian perinatal karena
Jurnal Ilmiah Perawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
20 35
tahun
16
12%
Kurang
dari 20
tahun
Lebih dari
35 tahun
107
78%
10
b. Karakteristik ANC
29
21%
Teratur
Tidak
Teratur
108
79%
6
4%
Ibu Rumah
Tangga
Petani
19
14%
96
70%
Swasta
Pegawai Negeri
atau TNI
Berdasarkan
diagram
diatas
diketahui bahwa pekerjaan responden
sebagian besar adalah ibu rumah tangga
yaitu sebanyak 96 responden (70%).
Jurnal Ilmiah Perawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
d. Status Gravida
6
4%
1
1%
50
37%
Tabel 2
Distribusi
Frekuensi
Terjadinya Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) di RSUD
Gambiran
Kota Kediri
Tahun 2009
1
80
58%
2
3
No.
Kategori
Normal
115
83,94
BBLR
22
16,06
Jumlah
137 100,00
2. Data Khusus
a. ASI
Tabel 1
No.
1
2
3
Distribusi
Frekuensi
Pengetahuan tentang ASI di
RSUD Gambiran Kota Kediri
Tahun 2009
Kategori
Tidak Pre
Eklamsi
Pre Eklamsi
Ringan
Pre Eklamsi
Berat
Jumlah
116
84,67
11
8,03
10
7,30
137
100,00
BBLR
BBLR
Normal
n
%
n
%
Total
n
5,8
108
78,8
116
84,7
3,6
4,4
11
8,0
11
Rin
gan
Pre
9
6,6
1
0,7
10
7,3
Ekl
amp
si
Ber
at
Tot
22 16,1 115 83,9 137 100,
al
0
Z-hitung = 0,583 P-Value = 0,000 = 5%
Sumber : Data Primer Penelitian 2009
Jurnal Ilmiah Perawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
2.
13
Simpulan
Adanya Preeklampsia dapat
menyebabkan
terjadinya
kejadian
BBLR, hal ini di akibatkan oleh karena
adanya disfungsi plasenta dan uterus
faktor lain yang mempengaruhi juga
adalah kurangnya asupan diet pada ibu
yang
pre
eklampsia
sehingga
berkontribusi terjadinya BBLR.
Saran
Bagi ibu-ibu supaya pergi
konsul,
terutama
yang
beresiko
mengalami Eklampsia di harapkan juga
para petugas kesehatan
mampu
memberikan gambaran yang jelas pada
pasien yaitu tentang dampak bila ada
ibu yang mengalami Eklampsia.
DAFTAR PUSTAKA
14
Mochtar,
R.
1998.
Synopsis
Obstetric.Jilid 1. Jakarta: EGC.
Jurnal Ilmiah Perawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
15
Latar Belakang
Infeksi Menular Seksual (IMS)
adalah
penyakit
infeksi
yang
penularannya
terutama
melalui
hubungan seksual. Cara hubungan
kelamin tidak hanya terbatas secara alat
kelamin dengan alat kelamin (genitogenital), atau anus dengan alat kelamin
(ano-genital) sehingga kelainan yang
timbul akibat penyakit kelamin ini tidak
terbatas pada daerah alat kelamin
(ekstra genital) (FK UI, 1989).
17
Jurnal Keperawatan Ilmiah STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
18
meningkatkan
pengetahuan,
ketrampilan dibidang lain, sikap,
keyakinan, perilaku, tingkat kepatuhan
dan tindakan untuk mengurangi perilaku
berisikonya. Bahkan diharapkan dengan
perubahan perilakunya bisa mencegah
terjadinya penularan terhadap semua
kasus Infeksi Menular Seksual. Karena
WPS adalah kelompok yang paling
potensial
untuk
terjadinya
penularan,meskipun jumlah mereka
relatif
sedikit,
karena
mereka
merupakan pelaku utama terhadap
penularan dan penyebaran
Infeksi
Menular Seksual. Karena program
pencegahan terhadap Infeksi Menular
Seksual merupakan salah satu tugas
bidan di wilayah Puskesmas Ngunut
dan juga merupakan upaya untuk
mendukung tercapainyan Millenium
Developematianment Goals (MDGs)
untuk mengatasi kematian ibu dan bayi
serta
mengendalikan
penyakit
HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara
perilaku seksual dengan kejadian
Infeksi Menular Seksual (IMS) pada
WPS di Lokalisasi.
Bahan Dan Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan
dalam penelitian ini dijelaskan dalam
berbagai perspektif yaitu berdasarkan
lingkup penelitian termasuk jenis
penelitian kasus, berdasarkan tempat
penelitian termasuk jenis lapangan,
berdasarkan waktu pengumpulan data
termasuk jenis rancangan crossectional,
berdasarkan ada tidaknya perlakuan
termasuk
jenis
expost
facto
(mengungkap
fakta)
penelitian,
berdasarkan
pengumpulan
data
termasuk
jenis
observasional,
berdasarkan sumber data termasuk jenis
primer, berdasarkan tujuan penelitian
termasuk analitik korelasional.
=
( 1) + 2. .
= 215 (1,96)2 0,5 0,5
,
=
,
= 64,5
= dibulatkan menjadi 65
responden
Keterangan:
n
= perkiraan jumlah sampel
N = perkiraan besar populasi
Z
= nilai standar normal untuk d =
0,05 (1,96)
P
= perkiraan proporsi, jika tidak
diketahui dianggap 50%
q
= I P (100% P)
d
= tingkat kesalahan yang dipilih (d
= 0,05)
(dikutip dari Zainudin M, 2000)
2.
Variabel Independen
Variabel
independen
dalam
penelitian ini adalah perilaku
pemakaian kondom dan kesediaan
melayani tamu WPS.
Variabel Dependen
Variabel
dependen
dalam
penelitian ini adalah kejadian
IMS.
19
Jurnal Keperawatan Ilmiah STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
dalam
20
Hasil Penelitian
1. Data Umum
a. Umur
2 Resp
(3%)
24 Resp
(37%)
< 20 th
39 Resp
(60%)
20-35
th
> 35 th
27 Resp.
(41%)
35 Resp.
(54%)
SD
SMP
SMA
PT
b.
Tabel
Hasil tabulasi
melayani tamu
kesediaan
No
12 Resp
(18%)
27 Resp
(42%)
< 1 th
1-2 th
> 2 th
26 Resp
(40%)
Kesediaan
Jumlah
Pro
melayani
sent
tamu
ase
1
Tidak bersedia
melayani tamu
5
11.9
2
Bersedia melayani
tamu
37
88.1
Jumlah
42
100
Sumber: Data Penelitian Primer Tahun 2010
Kejadian IMS
Ju
ml
ah
Prosentase
Tidak
Terinfeksi
31
47.69
2
Terinfeksi
34
52.36
Jumlah
65
100
Sumber: Data Penelitian Primer Tahun 2010
No
21
Jurnal Keperawatan Ilmiah STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
N
o
Peril
aku
Pema
kaian
Kond
om
Ya
Kejadian IMS
Tidak
Terinfeksi
Terinfeksi
9.23
10
26.
15
15.
38
32
49.23
27
41.
54
38
58.46
6
5
17
2
Tida
k
Juml
ah
Total
J
m
l
2
3
4
2
Jml
J
ml
%
35.
38
64.
62
10
0.0
0
N
o
Kesedi
aan
Melay
ani
Tamu
Tidak
berse
dia
Berse
dia
Juml
ah
4
10
14
9,52
23,81
33,3
1
27
28
2,38
64,28
66,67
Total
Jm
l
11,
9
37
88,
1
42
100
22
Pearson ChiSquare
Continuity
Correction(a)
Likelihood Ratio
Value
5.562(b
)
df
Asy
mp.
Sig.
(2side
d)
.018
3.434
.064
5.282
.022
Fisher's Exact
Test
Linear-by-Linear
Association
5.430
N of Valid Cases
42
E
xa
ct
Si
g.
(2
si
de
d)
Ex
act
Sig
.
(1sid
ed)
.0
35
.03
5
.020
Pembahasan
1. Perilaku Pemakaian Kondom
23
Jurnal Keperawatan Ilmiah STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
24
4.
25
Jurnal Keperawatan Ilmiah STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
26
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
S.
(1998).
Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
___________.
(2002).
Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik. Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Daili S.F. (1999). Penyakit Menular
Seksual. Edisi 2. Jakarta: FKUI.
___________.
(2003).
Penyakit
Menular Seksual. Edisi 2. Jakarta:
FKUI.
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Tulungagung. Laporan Tahun
2009/2010.
FKUI.
(2000).
Kapita
Selekta
Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
___________. (2000). Kapita Selekta
Kedokteran Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius.
Hupatena, Ronald. (2003). AIDS, PMS
dan Perkosaan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Mahfoez, I, dkk. (2005). Metodologi
Penelitian Bidang Kesehatan,
Keperawatan dan Kebidanan. Ed.
Yogyakarta: Fitra Maya.
Manuaba,
IBG.
(2005).
Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan
dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Margono. (2001). Dampak Pergaulan
Bebas. Jakarta: Rekayasa Putra.
Muchtar, Rustam. (2005). Sinopsis
Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.
Mundiharno. (1999). Perilaku Seksual
Beresiko Tertular PMS dan
HIV/AIDS. Universitas Gajah
Mada.
Notoatmodjo. Soekidjo. (2002). Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
____________.
(2003).
Metode
Penelitian Kesehatan dan Ilmu
Perilaku
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Nurainur.
(1997).
Pengantar
Epidemiologi Penyakit Menular.
Jakarta: Rineka Cipta.
___________. (2003). Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan
Konsep dan Penerapan. Jakarta:
Salemba Medika.
RI,
Depkes.
(1999).
Pedoman
Pengobatan Penyakit Menular
Seksual. Jakarta: Ditjen PPM &
PLP.
____________.
(1996).
Pedoman
Penatalaksanaan
Penyakit
Menular Seksual. Jakarta: Ditjen
PPM & PLP.
____________.
(2003).
Pedoman
Penatalaksanaan
Penyakit
Menular Seksual. Jakarta: Ditjen
PPM & PLP.
Meliono, Armayanti. (2007). Perilaku
Seksual.
[internet].
http://id.wikipedia.org. Diakses 21
Juni 2010.
www.cybernet.com. Anonim. (2007).
Upah Tenaga Kerja Wanita.
Wening, Noor. (2009). Mitos dan
Perilaku
Seksual
Remaja.
[internet]. http://www.jawapos.com.
Diakses 21 Juni 2010.
Suryaatmadja,
Susanto.
(2009).
Kencing Nanah Ancam Anak, Ada
Yang Mengaku Pernah Ke
Lokalisasi.
[internet].
http://www.jawapos.com. Diakses
21 Juni 2010.
Dosen
Fakultas
Ilmu
Universitas Kadiri Kediri
Kesehatan
27
Nuh Huda1
Latar Belakang
Parese merupakan manisfestasi
dari penyakit yang disebabkan oleh
gangguan persyarafan (Wilkinson,
1999). Parase yang terjadi memberikan
gambaran bahwa adanya kelainan atau
lesi sepanjang traktus piramidalis. Lesi
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
suplai darah, kerusakan jaringan oleh
trauma atau infeksi, ataupun penekanan
langsung dan tidak langsung oleh massa
hematoma, abses, dan tumor. Hal
tersebut
selanjutnya
akan
mengakibatkan adanya gangguan pada
tractus
kortikospinalis
yang
bertanggung jawab pada otot-otot
anggota gerak atas dan bawah. Sehingga
seseorang akan mengalami penurunan
kemampuan dalam mobilisasi, dimana
seseorang tidak dapat bergerak secara
aktif/bebas karena kondisi yang
Pengaruh Posisi Miring Untuk Mengurangi Luka Tekan Pada Pasien Dengan Gangguan Persyarafan
(Nuh Huda)
Hasil Penelitian
Pelaksanaan pemberian posisi
miring 30 derajat tersebut, pasien
dilakukan perubahan posisi secara
berkala setiap 2 jam. Yaitu mulai jam
08,00 10.00 wib pasien di miringkan
kearah kanan, kemudian jam 10.0012.00 wib pasien di terlentangkan, dan
jam 12.00-14.00 wib pasien di
miringkan kearah kiri, dan seterusnya
seperti itu . Observasi dilakukan setiap
hari
yaitu
dengan
melakukan
pemeriksaan dan penilaian terhadap
terjadinya luka tekan yang dialami pada
pasien tersebut. Observasi pada setiap
pasien dilakukan sampai 6 hari
perawatan. Daerah yang diobservasi
adalah terutama daerah tulang-tulang
yang menonjol yaitu daerah belakang
kepala, sacrum, iskium, koksik, tumit
dan trokanter. Kondisi yang diobservasi
mencakup perabaan kulit yang hangat,
adanya perubahan konsistensi jaringan
lebih keras atau lunak, adanya
perubahan sensasi dan adanya kulit
yang berwarna merah (Braden, 2001).
Dari 20 pasien yang di observasi
tersebut didapatkan hasil sebagai
berikut : 1) Jenis kelamin laki-laki 15
orang dan 5 perempuan, 2). Usia antara
45 tahun sampai 75 tahun 3).
Hemiparese kanan 12 orang dan
hemiparese kiri 8 orang. 4). Kekuatan
otot yang lemah antara 0-3.
Sebelum dilakukan pemberian
posisi lateral 30 derajat, sebelumnya
pasien di lakukan observasi pada
daerah-daerah yang beresiko terkena
luka dekubitus, dengan menggunakan
skala braden, dari observasi ini
didapatkan hasil bahwa 20 pasien yang
diobservasi beresiko mengalami luka
tekan dengan rentang nilai skala 8- 16.
Pada skala braden bila didapatkan
rentang skor nilai > 18, maka pasien
tidak beresiko mengalami luka tekan,
tetapi bila skor nilai 18, maka pasien
29
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
30
Pengaruh Posisi Miring Untuk Mengurangi Luka Tekan Pada Pasien Dengan Gangguan Persyarafan
(Nuh Huda)
31
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
32
Saran
Diharapkan perawat seharusnya
mampu
memberikan
asuhan
keperawatan
yang
professional
diantaranya
adalah
melakukan
pencegahan luka tekan dengan tekhnik
posisi lateral/miring 30 derajat, dan
Pengaruh Posisi Miring Untuk Mengurangi Luka Tekan Pada Pasien Dengan Gangguan Persyarafan
(Nuh Huda)
DAFTAR PUSTAKA
Young. (2004). The 30 tilt position vs
the 90 lateral and supine positions
in reducing the incidence of non
blanching erythema in a hospital
inpatient population. Journal of
tissue viability. Volume: 14
Number:
3
Retrieved
from
http://www. ebscohost.com/uph.edu
on February 2, 2010
Brown. (2004). The Braden scale: A
review of the research evidence.
Retrievedfromhttp://journals.www.
com/orthopaedicnursing/Abstract/2
004 on March 1, 2010.
Bryant, R. (2000). Acute and chronic
wound: Nursing management.
Mosby: St. Louis.
Braden, B. (2001). Protocols by levels
of the risks: Braden scale.
Retrieved
from
http://
www.bradenscale.com/ulcers
on
March 13, 2010.
Defloor, T., Vanderwee, K., Wilborn,
D., Dassen, T. (2006). Pressure
33
Dya Sustrami1
Abstract:Progressing the science and medical technology and changing the concept
of individually patient nursing. The perfect nursing caused the communication role
become more important in the giving nursing. The purpose of therapeutic
communication is led to expand the client, such as increasing the function and skill
to satisfy the need and to achieve the realistic personal objective. The aim of the
research is to identify correlation between therapeutic communication and family
satisfaction that one of their families was hospitalized at VI B pavilion Dr.Ramelan
Navy Hospital Surabaya.
This research is using the correlation research metod and design is cross sectional.
The amount of sample is 9 respondents. Technique sampling is using non probability
sampling i.e. purposive sampling. Data gathering is using questonaire and
observation sheet. Data collection, then, was analyzed by spearman rho test.
The result of this research showed that one of their families is having familys
enough and very satisfaction of 8 (89%) and 1 (11%) respondents, respectively.
Spearman Rho test result was obtained that significant value = 0.049 and
correlation coefficient = -0.250 so that H1 was accepted meaning that there is
correlation between therapeutic communication and family satisfaction that one of
their family was hospitalized at VIB Pavilion Dr. Ramelan Navy Hospital Surabaya.
Expected from the result is obtained increasing to apply the therapeutic
communication by nurse at VIB Pavilion in order to increase the family satisfaction.
Keyword : Therapeutic Communication, Famili Satisfaction
Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran serta perubahan
konsep keperawatan dari perawatan
orang sakit secara individual, kepada
perawatan paripurna menyebabkan
peranan komunikasi menjadi lebih
penting dalam pemberian asuhan
keperawatan. Keperawatan pada intinya
adalah sebuah proses interpersonal,
maka perawat yang kompeten harus
menjadi seorang komunikator yang
efektif dan setiap perawat mempunyai
tanggung jawab untukmemperhatikan
perkembangannya sendiri dibidang ini
Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik Dan Kepuasan Keluarga Yang Anggotanya Di Rawat Di Pav
VI B
(Dya Sustrami)
35
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
36
Gambar 1 Karakteristik
berdasarkan umur
responden
Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik Dan Kepuasan Keluarga Yang Anggotanya Di Rawat Di Pav
VI B
(Dya Sustrami)
a. Karakteristik
Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan
gambar
di
atas
menunjukkan bahwa responden yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 7
orang (78%) dan kelamin laki-laki
sebanyak 2 orang (22%).
c. Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan
37
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
c.
5.1.2 Data Khusus Hasil Penelitian
a. Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutik
38
Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik Dan Kepuasan Keluarga Yang Anggotanya Di Rawat Di Pav
VI B
(Dya Sustrami)
2. Kepuasan keluarga
Berdasarkan gambar 7 di atas
dapat diketahui bahwa kepuasan
keluarga dalam kategori cukup puas
sebanyak 8 responden (89%), Dari
angka ini menunjukkan bahwa sebagian
besar responden di Ruang Pav VI B Dr.
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
40
Simpulan
Penerapan Komunikasi terapeutik
oleh perawat di Pav VI B Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya sebagian besar baik.
Kepuasan keluarga di Pav VI B
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
didapatkan sebagian besar cukup puas.
Berdasarkan hasil uji Sperman Rho
didapatkan ada hubungan antara
komunikasi terapeutik dan kepuasan
keluarga di Pav VI B Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya.
Saran
Bagi Institusi (Rumah Sakit)
Perlu adanya pelatihan-pelatihan
untuk mendapatkan pengetahuan, baik
melalui pelatihan yang di dalam atau di
luar rumah sakit dan juga perlu
dilakukan
penilaian
terhadap
performance perawat dalam komunikasi
terapeutik klien dan keluarga, baik atau
tidak.
Bagi Keluarga
Mampu menerima keterangan dari
perawat dalam hal kepuasan pelayanan
yang diberikan perawat.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu
diadakan
penelitian
lanjutan tentang komunikasi terapeutik
dan kepuasan keluarga dan menambah
responden agar kevalidan dari kuesioner
dapat diakui.
Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik Dan Kepuasan Keluarga Yang Anggotanya Di Rawat Di Pav
VI B
(Dya Sustrami)
DAFTAR PUSTAKA
Alimul,
Aziz.
(2003).
Riset
Keperawatan
Dan
Teknik
Penulisan Ilmuan. Jakarta :
Salemba Medika.
Alma, Buchari. (2002). Manajemen
Pemasaran dan Pemasaran
Jasa, Bandung : CV alfabeta.
Arikunto, Suharsini. (1998). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Proses. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
PPNI, Buletin. (1999). Pelatihan
Komunikasi Terapeutik Dalam
Asuhan Keperawatan Dengan
Kepuasan Klien, Jawa Timur
Danim, Sudarwan. (2003). Riset
Keperawatan:
sejarah dan
metodologi, Jakarta : EGC
Effendy, Nasrul. (1998). Dasar Dasar
Keperawatan
Kesehatan
Masyarakat, Jakarta : EGC
Ellis, Gates, Ken.Wothy. (2000).
Komunikasi
Interpersonal
Dalam Keperawatan, Jakarta :
EGC
Hamid, Achir yani. S. (1999). Buku
Ajar Riset Keperawatan, Jakarta
: Widya Medika
Kotler, Philip. (2004). Manajemen
Pemasaran, Jakarta : PT Indeks
Keliat, Budi Ana, (1996). Hubungan
Terapeutik Perawat Klien,
Jakarta : EGC
Notoatmojo , Soekidjo , (2002).
Metodologi
Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
,
(1997).
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat. Jakarta :
Rineka Cipta
Nurjanah, Intan Sari (2001). Hubungan
Terapeutik Perawat dan Klien,
Jakarta : EGC
Nursalam.
(2003).
Konsep
dan
Penerapan Metodologi Riset
41
Abstract: Deglet Nour dates supposed to be used for controlling blood pressure in
hypertension patients. The aim of this study is knowing the effect of Deglet Nour
dates on reducing blood pressure in hypertension patients. Design of this study used
a quasi-experimental. Samples were 36 responden who divided into intervention and
control group where each group had 18 respondens. Intervention group received 147
gr or 15 Deglet Nour dates and nifedipine 1 x 10 mg, meanwhile control group
received nifedipine 1 x 10 mg without Deglet Nour dates. The result showed that
there were decrease of systolic pressure 18,44 mg (p=0,029) and diastolic pressure
14,23 mmHg (p=0,087). Consuming Deglet Nour dates is recomended in order to
decrease and maintain blood prssure stable.
Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang utama
(Cappuccio et al, 2004). Berdasarkan
data dari Framingham Heart Study
menunjukkan bahwa seseorang yang
normotensif pada usia 55 tahun akan
memiliki 90 % resiko untuk mengalami
perkembangan menjadi hipertensi (JNC,
2003). Tekanan darah akan naik
umumnya seiring dengan pertambahan
umur terutama setelah diatas umur 40
tahun dengan prevalensi hipertensi pada
usia diatas 40 tahun sebesar 20 % 30
% dibandingkan dengan prevalensi
hipertensi pada usia dibawah 40 tahun
sebesar 10 % (Hasurungan,2002).
Perawatan
pada
pasien
hipertensi dengan memodifikasi gaya
hidup antara lain dengan mengadopsi
perencanaan makan menurut The
Dietary
Approaches
to
Stop
Hypertension
(DASH
)
yaitu
mengkonsumsi makanan yang bearasal
dari buah buahan dan sayuran yang
dapat membantu untuk menjaga tingkat
tekanan darah yang sehat dan
membantu menurunkan tekanan darah
(National Institutes of Health, 2006).
World Health Organisation (WHO) dan
International Society of Hypertension
(2003) memberikan rekomendasi untuk
diet tinggi buah buahan dan sayur
sayuran karena mengandung beberapa
Pengaruh Kurma Deglet Nour Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Paien Hipertensi Primer
(Nia Ayu S)
unsur
mineral
seperti
kalium,
magnesium dan kalsium alami yang
dapat membantu menurunkan insiden
hipertensi (Houston & Harper, 2008).
Berbagai macam buah dan
sayuran yang mengandung kalium,
magnesium dan kalsium yang tinggi
seperti pisang, kurma, alpukat, aprikot,
anggur, kentang, wortel, kacang, bayam
dan lain lain. Berdasarkan beberapa
penelitian menunjukkan bahwa diantara
buah dan sayuran tersebut terdapat satu
buah yang tinggi akan potassium,
magnesium dan kalsium dan rendah
sodium dibandingkan buah buahan
yang lainnya yaitu buah kurma
(Houston & Harper, 2008 ; Elleuch et
al, 2008).
Kurma merupakan makanan
pokok penduduk kawasan Arab seperti
Arab Saudi, Aljazair, Maroko, Mesir,
Tunisia dan Iran ( Rostita, 2009).
Konsumsi rata rata tahunan kurma
perkapita dibeberapa negara di kawasan
Arab tergolong tinggi yaitu 150 - 185
Kg ( Rostita, 2009). Sebuah penelitian
mengenai tingkat variasi tekanan darah
dan hipertensi pada populasi Badui
Towara di Mesir menunjukkan bahwa
suku Badui Towara memiliki nilai
tekanan darah dan angka kejadian
hipertensi yang lebih rendah. Hal ini
diperkirakan karena buah kurma yang
dimakan sebagai makanan utama setiap
hari (Vitelson & Kobyliansky, 2001).
Penelitian
tentang
kurma
terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi primer sejauh ini
belum banyak diketahui. Penelitian
tentang kurma yang telah dilakukan
oleh beberapa pakar menunjukkan
kurma memiliki khasiat sebagai anti
oksidan, anti alergi, analgesik atau
pereda nyeri yang kandungannya sama
seperti aspirin dan lain lain. Namun
belum ada satupun penelitian yang
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3Nomer 2/ April 2012
Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
Variabel
Tabel 1 Distribusi
Frekuensi
Responden Hipertensi Primer
Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Kelompok Intervensi
Dan
Kelompok
Kontrol
(n1=18, n2=18)
Jenis Kelamin
%
Intervensi
Kontrol
n=18
n=18
Total
33,3
27,8
11
Perempuan
12
66,7
13
72,2
25
Total
18
100
18
100
36
Laki-laki
44
IMT
Kelompok
Mean
SD
CI95%
Intervensi
23,11
4.079
21.08-25.13
Kontrol
24,94
3.519
23,19-26,69
Pengaruh Kurma Deglet Nour Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Paien Hipertensi Primer
(Nia Ayu S)
Sebelum
Setelah
Tekanan
Darah
Diastolik
Kelompok
Intervensi
Kontrol
Mean
SD
23,11 4.079 18
0,157
24,94 3.519 18
Intervensi
Kontrol
171,22 8.447
167,11 6.883
18
18
0,118
Intervensi
Kontrol
96,67 5.488
95,72 4.688
18
18
0,582
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3Nomer 2/ April 2012
Pembahasan
Berdasarkan
hasil
analisis
terhadap data diperoleh hasil sebagai
berikut :
Variabel Kelompok Pengukuran Mean
SD C195%
p valuea. Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan
TD
Intervensi
Sebelum
Sistolik
18,44 4,076 16,42-20,47
bahwa responden yang mengalami
Setelah
hipertensi primer sebagian besar berjenis
0,000
Kontrol
Sebelum
kelamin perempuan yaitu sebesar 69,4 %
15,28 4,240 13,17-17,39
sedangkan responden laki-laki sebesar
Setelah
0,000
30,6%. Hal ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya seperti penelitian yang
TD
Intervensi
Sebelum
Diastolik
14,23 1,734 13,36-15,08
dilakukan di Mumbai yang menunjukkan
Setelah
prevalensi hipertensi lebih banyak pada
0,000
Kontrol
Sebelum
wanita yaitu sebesar 10,57 % sedangkan
13,00 2,376 11,82-14,18
laki-laki sebesar 6,13 % (Joshi, Patel,
Setelah
0,000
Dhar, 2000). Penelitian di Rumah Sakit
militer
Alkharj,
Saudi
Arabia
menunjukkan bahwa angka kejadian
Berdasarkan tabel 5 terlihat
hipertensi pada perempuan sebesar 3,05%
bahwa nilai p pada tekanan darah
dan laki-laki sebesar 2,67% (Siddiqui et
sistolik dan tekanan darah diastolik
46
Pengaruh Kurma Deglet Nour Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Paien Hipertensi Primer
(Nia Ayu S)
al, 2000).
b. IMT
IMT pada responden dalam
penelitian ini termasuk dalam kategori
normal sesuai dengan penelitian
kroseksional
sebelumnya
yang
menunjukkan bahwa peningkatan berat
badan terjadi sampai usia 55 tahun dan
kemudian menurun setelah usia 65
sampai dengan 70 tahun (Safar &
Froslich, 2007).Penelitian di Australia
mengenai IMT pada responden lansia
yang memiliki IMT yang normal
memiliki resiko kematian yang sama
dengan responden lansia yang memiliki
IMT obesitas yang disebabkan oleh
berbagai penyakit termasuk hipertensi
dan penyakit jantung (Barclay, 2010)
c. Pengaruh Kurma Deglet Nour
Terhadap Penurunan Tekanan
darah
Kurma Deglet Nour dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi pada penelitian ini berdasarkan
dari kandungan mineral, vitamin dan serat
yang terkandung di dalamnya yang telah
terbukti dari beberapa penelitian
sebelumnya dan mekanisme bekerja dari
mineral, vitamin dan serat tersebut yang
dapat menurunkan tekanan darah.
Penelitian-penelitian yang pernah di
lakukan mengenai kandungan kalium
dapat menurunkan tekanan darah antara
lain penelitian klinis dengan pemberian
kalium membuktikan bahwa kalium dapat
menurunkan tekanan darah lebih besar
pada penderita hipertensi yaitu sebesar
4,4 mmHg pada tekanan darah sistolik
dan 2,5 mmHg pada tekanan darah
diastolik dibandingkan dengan kelompok
yang normotensif yaitu sebesar 1,8
mmHg dan 1,0 mmHg pada tekanan
diastolik (Kapoor & Kapoor, 2009).
Penelitian yang dilakukan pada wanita ras
Hubungan
Faktor
Perancu
Terhadap Penurunan Darah
Setelah Diberikan Kurma Deglet
Nour
Penelitian ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang meneliti
mengenai pemberian asupan suplemen
kalium dan menunjukkan bahwa tekanan
darah menurun baik baik pada perempuan
dan laki-laki serta tidak ada hubungan
yang signifikanantara jenis kelamin
dengan penurunan tekanan darah setelah
diberikan asupan suplemen kalium (He et
al,
2009).
Penelitian
lainnya
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara jenis kelamin baik perempuan dan
laki-laki dalam mengontrol tekanan darah
(Ong et al, 2008).
Simpulan
Terjadi perbedaan penurunan
tekanan darah diastolik dan sistolik
sebelum dan sesudah pemberian kurma
Deglet pada kelompok intervensi, serta
terjadi perbedaan yang signifikan dalam
penurunan
tekanan
darah
antara
kelompok intervensi dengan kelompok
kontrol, dan tidak ada hubungan antara
variabel perancu jenis kelamin dan IMT
terhadap penurunan darah.
Saran
Perawat
diharapkan
dapat
memberikan
pendidikan
kesehatan
berupa informasi mengenai kurma Deglet
Nour sebagai makanan yang mengandung
mineral, vitamin dan serat yang berfungsi
untuk menurunkan tekanan darah pada
pasien hipertensi dan berkolaborasi
dengan tim gizi di rumah sakit.
47
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3Nomer 2/ April 2012
DAFTAR PUSTAKA
Appel et al. (1997). A clinical trial of
the effects of dietary patterns on
blood pressure. The
New
England Journal of Medicine,
336(8). April 20, 2010. http//
proquest.umi.com.
Burnier, M et al. (2003). Issues in
blood pressure control and the
potential role of single-pill
combination
therapies.
The
International Journal of Clinical
Practice.
Februari5,2010.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov.
Cappuccio,
F
et
al.
(2004).
Prevalence,
detection,
management,
and control of
hypertension
in ashanti, west
africa.
American
Heart
Association
Journal.Maret4,
2010.http://www.hyper.ahajournals.
org.
Catherine,
C.
(2006).
Dietary
interventions on blood pressure:
The dietary approaches to stop
hypertension
(DASH)
trials.
International
Life
Sciences
Institute,64(2) Februari 4,2010.
http://www.web.ebscohost.com.
Departemen Kesehatan RI. (2008).
Profil kesehatan indonesia. Maret
4,2010. http://www.depkes.go.id.
Elleuch, M et al. (2008). Date flesh:
Chemical
composition
and
characteristics of the dietary fibre.
Food Chemistry. Maret 1, 2010.
http://www.elsevier.com.
Gizi.net.
(2009).
Hipertensi:
Konsumsi
garam
masyarakat
indonesia berlebihan. Maret 4,
2010. http://www.gizi.net.
Guntara,
L.
(2001).
Hubungan
kadar magnesium serum dan
asupan
magnesium
dengan
hipertensi serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya pada orang
dewasa di kecamatan mampang
48
Pengaruh Kurma Deglet Nour Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Paien Hipertensi Primer
(Nia Ayu S)
Staf Departemen
Indonesia
Kesehatan
Republik
49
Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah suatu
kelompok penyakit metabolik yang
dikarakteristikkan oleh hiperglikemia
akibat defek sekresi insulin, kerja insulin,
atau keduanya (American Diabetic
Association, 2007). Komplikasi jangka
panjang dari diabetes melitus salah satunya
adalah ulkus diabetik (15%) (ADA, 2007;
Clayton, 2009) dan 85% merupakan
penyebab terjadinya amputasi pada pasien
diabetes melitus (Clayton, 2009). Lebih
lanjut Clayton (2009), Jeffcoate (2003) dan
Frykberg (2000) mengungkapkan bahwa
komplikasi lanjut ulkus diabetik adalah
terjadinya infeksi.
Salah satu penyebab terjadinya
ulkus diabetik adalah akibat penurunan
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/ April 2012
52
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Proses Penyembuhan Ulkus
Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus di
Wilayah Banten Tahun 2010 (n1=7, n2=6)
MinMak
95%
CI
0,039
0,020,15
0,0460,119
0,082
0,110,32
0,1270,299
Kelompok
Mean
SD
Tanpa
elevasi
0,083
Elevasi
0,213
Tabel 2
Pengaruh Elevasi Ekstremitas Bawah terhadap
Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik di Wilayah
Banten Tahun 2010 (n1=7, n2=6)
Kelompok
Tanpa elevasi
ekstremitas
bawah
Dengan elevasi
ekstremitas
bawah
Me
an
0,0
83
SD
SE
0,03
9
0,0
15
0,2
13
0,08
2
0,0
34
p
Value
n
7
0,003
6
Hari rawat
ketujuh
14 Mei 2010
Gambar 2
Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik dengan Nilai
Healing Index Terbesar
pada Kelompok Elevasi
Hari rawat
pertama
24 Mei 2010
Hari rawat
ketujuh
31 Mei 2010
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/ April 2012
sampel
yang
kecil
dan
tidak
menggambarkan kondisi sebenarnya.
Selain itu terdapat nilai ekstrim baik pada
kelompok kontrol maupun kelompok
intervensi.
Penelitian ini juga tidak melihat
komponen nutrien yang mengalami
perubahan
dikarenakan
keterbatasan
peneliti. Walaupun pada kenyataannya
status nutrisi dapat dilihat melalui
beberapa indikator seperti kadar Hb, kadar
albumin, kadar asam folat, vitamin A,
vitamin C, Zinc, atau glukosamin. Peneliti
hanya
menggunakan IMT
sebagai
indikator status nutrisi namun tidak
melihat
komponen
nutrien
dalam
penelitian ini.
Variabel infeksi menunjukkan hasil
uji statistik nilai p sebesar 0,175. Hasil
menunjukkan infeksi tidak signifikan
terhadap skor healing index perkembangan
ulkus diabetik. Hal ini bertentangan
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Emerson (2010). Jika dilihat rerata,
rerata responden dengan kultur positif
lebih besar (0,166) dibandingkan dengan
rerata responden dengan kultur negatif
(0,106). Kemungkinan hal tersebut
disebabkan karena pada kelompok kontrol
maupun kelompok intervensi skor healing
index mengalami perbaikan. Peneliti
berasumsi bahwa hal ini terkait dengan
faktor lain yang dikontrol dalam penelitian
ini yaitu off-loading dan perawatan ulkus
dengan metoda moist.
Pearson (2006) mengungkapkan
pemilihan balutan dan jenis perawatan
ulkus mempengaruhi proses penyembuhan
ulkus. Metoda perawatan ulkus dengan
konsep moist menyebabkan suasana
lembab tetap terjaga sehingga eksudat
dapat terserap lebih baik (Pearson, 2006;
Benbow, 2010). Selain itu tindakan
nekrotomi yang berkala juga membantu
membuang jaringan nekrotik yang
menghambat penyembuhan ulkus.
55
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/ April 2012
Implikasi Penelitian
Saat
penelitian,
peneliti
menemukan bahwa respon responden
cukup antusias saat melihat kondisi
lukanya yang menjadi lebih baik. Namun
di
sisi
lain,
pengetahuan
akan
penatalaksanaan ulkus diabetik di kalangan
petugas kesehatan belum terlihat baik.
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan
perawat di lapangan adalah melakukan
tindakan elevasi ekstremitas bawah pada
pasien diabetes melitus dengan ulkus
setiap kali pasien mobilsiasi >15 menit.
Elevasi dapat dilakukan dengan alat
khusus elevasi ekstremitas bawah atau
menggunaan sumber daya yang ada seperti
tumpukan bantal atau selimut untuk
menopang pangkal paha.
Penerapan metoda moist di lain
pihak, tidak dijadikan pilihan utama saat
menemukan pasien dengan kondisi ulkus
yang buruk. Alasan utamanya adalah
efesiensi biaya tidak mungkin dijangkau
oleh pasien dengan karakteristik tertentu.
Padahal manfaat yang didapatkan cukup
besar. Pada pelaksanaan off-loading pun
tidak diketahui banyak oleh petugas
kesehatan di pelayanan. Pasien seringkali
tidak diperhatikan apakah ia menggunakan
kursi roda dalam aktivitasnya, walaupun
alat tersebut tersedia di ruangan. Karena
itu penggunaan metoda sederhana elevasi
ekstremitas bawah dengan penggunaan
balutan moist dan tanpa elevasi aktivitas
merupakan hal yang perlu diperhatikan
dalam penatalaksanaan ulkus diabetik.
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan
rerata proses perkembangan ulkus diabetik
pada kelompok intervensi lebih tinggi
sebesar 0,213 dibandingkan dengan
kelompok
kontrol
yaitu
0,083.
Pelaksanaan elevasi ekstremitas bawah
menunjukkan hasil yang signifikan (P
value
0,003)
terhadap
proses
penyembuhan luka. Perawat sebaiknya
56
Complete.
(Document
ID: 1166454441).
Falanga, V. (2005). Wound Healing and
Its Impairment in The Diabetic Foot.
Boston: thelancet.
Frykberg, R.G, Armstrong, D., Giurini, J.,
et al. (2000). Diabetic Foot Disorders
A Clinical Practice Guideline. The
Journal of Foot and Ankle Surgery.
Frykberg, R.G. (2002). Diabetic Foot
Ulcer: Pathogenesis and Management.
American Family Phisician. Volume
66 Number 9.
Jeffcoate, W.J., Harding, K.G. (2003).
Diabetic Foot Ulcers. Departement od
Diabetes and Endrocrinology, City
Hospital, Nottingham : The Lancet.
Online Published February, 2003.
February 10, 2010.
Keast, D., & Orsted, H. (2008). The Basic
Principles of Wound Healing. Journal
of Poediatry. February 10, 2010.
http://www.pilonidal.org/pdfs/Principl
es-of-Wound-Healing.pdf.
57
Diyah Arini1
Abstract: Breastfeeding is food and beverages that foremost for babies. Foods
addition besides breastfeeding at earlier ages can increase morbidity. Children who
drink ASI rarely get diarrhea than those who drink formula milk. This study aims
at identifying the relations between breast feeding patterns with the frequency of
diarrhea occurance and ARI in children aged 6-12 months in Balong Panggang
Gresik Health center.
The design applied in this study was Analytical observational carried out through
cross-sectional design. The population is a group of mothers having children aged
6-12 months. The sample included 153 mothers selected by probability sampling
approach to Stratified random sampling. Questionnaire was accepted as the
research instrument. Data were analyzed using multiple logistic regression tests.
The study found that the pattern of breastfeeding in children aged 6-12 months was
36.6% partial. With confidence level = 0.05, the study showed the frequency of
diarrhea occurance associated to the breastfeeding pattern (p = 0.006), birth weight
(p = 0.003), and the solid foods provision in < 6 months children (p = 0.008). It
also found a significant relations between ARI occurance frequency of breastfeeding pattern (p = 0.000), giving MPASI in <6 months children (p = 0.026) and
immunization status (p = 0.020)
Implication of this study is the pattern of breastfeeding associated with the
occurance of diarrhea and ARI. Therefore, all parties, both parents and health
workers should pay attention in childrens nutrition, especially for childrens
breastfeeding exclusivity to reduce the occurance of diarrhea and ARI in children.
Latar Belakang
Bayi
akan
mengalami
pertumbuhan dan
perkembangan
sensorik, kognitif, motorik dan sosial
yang cepat. Melalui hubungan timbal
balik dengan pemberi perawatan (orang
tua), bayi menjalani poses tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tugas
perkembangannya. Untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangannya,
bayi memerlukan dukungan nutrisi yang
optimal (Khasanah, 2011). Air susu ibu
adalah satu-satunya makanan atau
Hubungan Pola Pemberian ASI Dengan Frekuensi Kejadian Diare Dan ISPA Pada Anak 6-12 Bulan
(Diyah Arini)
59
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
Sedangkan
target pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan yang
saat ini hanya mencapai 32,44 % dari
target 80 %. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara dengan
petugas kesehatan yang ada di
Puskesmas Balongpanggang, bahwa
masyarakat Balongpanggang sampai
saat ini masih kesulitan untuk
mendapatkan
air
bersih
untuk
memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Buruknya
pemberian
ASI
eksklusif di Indonesia, terbatasnya
persediaan pangan di tingkat rumah
tangga serta terbatasnya akses balita
sakit terhadap pelayanan kesehatan
yang berkualitas menyebabkan 5 juta
anak menderita gizi kurang. (Arwin,
dkk, 2010). Apalagi dengan melihat
masih tingginya angka kejadian Diare
dan ISPA di Indonesia, khususnya di
Jawa Timur. Sekian banyak usaha
preventif untuk mencegah kematian
anak balita, tampak bahwa pemberian
ASI adalah cara paling banyak untuk
dapat menurunkan kematian anak balita
(Suradi, 2004), namun cakupan ASI
ekslusif masih rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara pola
pemberian ASI dengan frekuensi
kejadian Diare dan ISPA pada anak
Bahan Dan Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah jenis analitik
observasional dengan rancang bangun
penelitian
adalah
cross-sectional.
Penelitian dilaksanakan di wilayah
puskesmas Balongpanggang Gresik
mulai bulan Mei - Juli 2011. Populasi
pada penelitian ini adalah ibu yang
memiliki anak berusia 6 12 bulan
yang bertempat tinggal di wilayah
puskesmas
Balongpanggang Gresik
sebanyak 327
ibu.
Berdasarkan
perhitungan diatas maka besar sampel
60
Data Khusus
Pola pemberian ASI
N
o
Karakteristik
Responden
frekuens
i
Non ASI
32
20,9
Parsial
56
36,6
Predominan
28
18,3
Eksklusif
37
24,2
Persentase (%)
Hubungan Pola Pemberian ASI Dengan Frekuensi Kejadian Diare Dan ISPA Pada Anak 6-12 Bulan
(Diyah Arini)
b.
ASI
No
1
Karakteristik
responden
Sering
frekuensi
Persentase
(%)
61
39,9
Non
ASI
Parsial
Predominan
Jarang
43
28,1
Tidak pernah
49
32,0
Sering
No
Karakteristik
Responden
frekuensi
Persentase
(%)
Sering
77
50,3
BBLN(refe
rence)
1). MPASI
< 6 bulan
Jarang
37
24,2
Ya
Tidak
pernah
39
25,2
Tidak(refer
ence)
2).
MPASI< 6
bulan
275857
339
0,177
13,798
0,304
0.021
18,362
1,544
275857
339
625,69
5
216,89
4
0,004
55,979
3,628
863,82
3
0,12
27,160
2,071
356,24
2
0,033
42,918
1,345
1369,1
70
0,013
23,332
1,924
282,90
0
BBLN(refe
rence)
2). Berat
badan lahir
BBLR
Sering
3x108
Eksklusive(
reference)
1). Berat
badan lahir
BBLR
Jarang
Jarang
Ya
Tidak(refer
ence)
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
62
Freku
ensi
Kejad
ian
ISPA
Jenis
variabel
p
value
Prevalenc
e resiko
0.998
3x1010
0,000
0.997
15
0,000
0,000
95% C.I
Batas
bawah
Batas atas
1). Pola
pemberian
ASI
Non ASI
Parsial
4x10
Sering
Predominan
0.998
Eksklusive(re
ference)
2). Pola
pemberian
ASI
2x10
Jarang
Non ASI
Parsial
Predominan
Sering
267,640
267,640
0,097
1x108
0,000
0,002
314,969
8,741
11349,907
Eksklusive(re
ference)
1). MPASI <
6 bulan
Ya
Tidak
(reference)
2). MPASI<
6 bulan
0.000
2x1011
2612229
575
1,105x1013
Ya
Tidak
(reference)
1) Status
imunisasi
5x1010
4853814
0052
48538140052
Ya
Tidak
(reference)
2) Status
imunisasi
0,059
473,998
0,801
280565,514
Ya
Tidak
(reference)
0,028
1085,769
2,163
545114,096
Jarang
Sering
267,640
Jarang
Hubungan Pola Pemberian ASI Dengan Frekuensi Kejadian Diare Dan ISPA Pada Anak 6-12 Bulan
(Diyah Arini)
63
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
64
Hubungan Pola Pemberian ASI Dengan Frekuensi Kejadian Diare Dan ISPA Pada Anak 6-12 Bulan
(Diyah Arini)
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
66
Abstract: DHF disease have long axisted in Indonesia. Until now DHF disease is
still a serious problem for thegovernment or the people at Indonesia. The purpose
of this research is to analyze corelation level of mother knowwledge about DHF
disease with prevalence of DHF diseases.
This research design is correlational analytic. The population used to 842 house
wifes. A sample taken using a purpotive sampling of 271 house wifes. The
Independent Variables in this research is level of Mother Knowledge about DHF
disease. While dependent variable is prevalence of DHF disease. Data was taken
using quesionare, documentation study, and sheet interview, after data were
tabulated then tested using SPSS with the statistical wilcoxon test.
The results showed that the good of knowledge with occurence of DHF 6 (2,2%)
mothers good level of knowledge but nooccurence of 83 (30,6%) mothers,
sufficient level of knowledge with occurence of DHF 9 (3,3%) mothers, sufficient
level of knowledge but no occorence 125 (46%) mothers, less level of knowledge
with occurence or DHF disease 6 (2,2%) mothers, less level of knowledge but no
occurance 42 (15,5%) mother. From the statistical results of significant value
p=0,000 ( 0,05) meaning H0 refused and H1 accepted.
The research result showed the correlation between level of mother knowledge
about DHF disease with a prevalence of DHF disease in Kedung Kendo Candi
Sidoarjo. Society the result of this research is the need to increase mother
knowledge about DHF disease conducted to reduce the incidence of DHF disease.
Keyword : Knowledge, prevalence, DHF
Latar Belakang
DHF atau DBD (Demam Berdarah
Dengue) merupakan penyakit yang
berbasis lingkungan artinya kejadian
dan penularannya dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan. Penyakit
DHF hingga kini masih merupakan
masalah serius bagi pemerintah maupun
masyarakat di Indonesia. Melalui
program
Indonesia
Sehat
2010
diharapkan masyarakat Indonesia hidup
dalam lingkungan yang sehat dan
mempraktekkan perilaku hidup bersih
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
68
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit DHF Dengan Prevalensi DHF
(Norma A, Imroatul F)
Dapat
pula
dilakukan
melalui
pengendalian
biologis
dengan
menggunakan ikan pemakan jentik dan
pengendalian
kimiawi
melalui
pengasapan (fogging) dan pembubuhan
bubuk abate (temephus) pada tempattempat penampungan air (Susanto, 2007
: 12).
Bahan Dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian analitik korelasional
menggunakan metode case control,
besar sampel sebanyak 271 responden
yang di ambil secara purposive
sampling dengan kriteria Ibu rumah
tangga yang tinggal di desa kedung
kendo, pendidikan minimal SMP,
berusia 30-50 tahun dan tidak sedang
sakit.
Hasil Penelitian
1. Data Umum
a. Umur
0;0%
0;0%
<30 th
26;10%
69;25%
89;33%
87;32%
30 th - 35
th
36 th - 40th
41 th - 45
th
46 th - 50
th
>50 th
69
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
0;0%
0;0%
92;34%
19;7%
tidak
sekolah/tida
k lulus SD
lulus SD
lulus SLTP
160;59
%
d. Pekerjaan
lulus SLTA
0; 0% 0; 0%
271;10 0; 0%
0%
0; 0%
ibu
rumah
tangga
buruh
pabrik
500.000/bulan
36;13%
80;29%
21;8%
Rp 500.000-
90;33%Rp1.000.000/b
40;15%
leflet/poster
ulan
124;46
%
2.000.000/bul
an
70
televisi
Rp 1.000.000Rp
koran/majal
ah
110;41
%
penyuluhan
41;15%
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit DHF Dengan Prevalensi DHF
(Norma A, Imroatul F)
2. Data Khusus
Tabel
1
Distribusi
Tingkat
Pengetahuan Ibu di Desa
Kedung Kendo Kecamatan
Candi, Juni 2010
No
Tingkat Pengetahuan
Jumlah
prosentase
Baik
89 ibu
33 %
Cukup
134 ibu
49 %
Kurang
48 ibu
18 %
271 ibu
100 %
Total
Prevalensi penyakit
DHF
Jumlah
Prosentase
Ada kejadian
21 orang
8%
250 orang
92 %
271 orang
100 %
Total
Tingkat
Pengetahuan
tentang
penyakit
DHF
Tidak ada
kejadian
Total
Baik
2,2 %
83
30,6
%
89
Cukup
3,3 %
125
46,1
%
134
kurang
2,2 %
42
15,5
%
48
total
21
7,7 %
250
92,3
%
271
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit DHF Dengan Prevalensi DHF
(Norma A, Imroatul F)
73
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
74
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit DHF Dengan Prevalensi DHF
(Norma A, Imroatul F)
75
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012
76
Simpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan bahwa tingkat pengetahuan
ibu tentang penyakit DHF di Desa
Kedung Kendo Kecamatan Candi
Sidoarjo rata-rata cukup. Prevalensi
penyakit DHF di Desa Kedung Kendo
Kecamatan Candi Sidoarjo selama
periode bulan Januari-Juni 2010 dengan
angka kejadian sebanyak 21 orang dan
tidak ada kejadian sebanyak 271 orang.
Hasil penelitian ini ada hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu tentang
penyakit DHF dengan prevalensi
penyakit DHF.
Saran
1. Bagi Puskesmas
Petugas
Kesehatan
dapat
mengetahui
dengan
jelas
dan
meningkatkan pengetahuan melalui
penyuluhan
kesehatan
kepada
masyarakat tentang penyakit DHF
dalam
pencegahannya
dengan
memberikan leaflet dan poster baik di
fasilitas kesehatan ataupun di sarana
umum lainnya.
2.
Bagi
ibu,
Masyarakat
Keluarga,
dan
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit DHF Dengan Prevalensi DHF
(Norma A, Imroatul F)
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Nasrul (1998). Dasar-Dasar
Keperawatan
Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : EGC.
Hendra,
(2008).
Pengetahuan.
www.wordpress.com. 6 Februari
2010.
Hidayat, Azis Alimul (2006). Pengantar
Ilmu Keperawatan Anak Buku 2,
Jakarta : Salemba Medika.
Hastuti, Oktavi. (2008). Demam
Berdarah Dengue Penyebab &
Cara
Pencegahannya.
Yogyakarta : Kanisius
Kompas, (2010) . Januari - April,
10.471
kasus
DBD
.
kompas.com. 6 Februari 2010.
Murwani, Arita (2008). Perawatan
Pasien
Penyakit
Dalam,
Jogjakarta : Mitra Cendekia
Press.
Nadesul, Handrawan (2007). Cara
Mudah Mengalahkan Demam
Berdarah, Jakarta : PT Kompas
Media Nusantara.
Nasronudin, dkk (2007). Penyakit
Infeksi di Indonesia, Solusi Kini
77