Anda di halaman 1dari 36

STRATEGI PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANUA PADANG, KEC. BUNGUR,


KAB. TAPIN, PROV. KALIMANTAN SELATAN

Mini Project
Untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan
Program Internship Dokter Indonesia

Oleh :
dr. Chyntia

SIP: 19 / 445 / Dinkes / XI / 2013

dr. Eki Marliani

SIP: 18 / 445 / Dinkes / XI / 2013

dr. Fandi Ahmad

SIP: 17 / 445 / Dinkes / XI / 2013

dr. Hadian Widyatmojo

SIP: 16 / 445 / Dinkes / XI / 2013

dr. Nandang Sudrajat

SIP: 15 / 445 / Dinkes / XI / 2013

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS BANUA PADANG, KEC. BUNGUR, KAB. TAPIN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PERIODE 9 SEPTEMBER 28 DESEMBER 2013

LEMBAR PENGESAHAN
Peneliti :
1.
2.
3.
4.
5.

dr. Chyntia
dr. Eki Marliani
dr. Fandi Ahmad
dr. Hadian Widyatmojo
dr. Nandang Sudrajat

SIP: 19 / 445 / Dinkes / XI / 2013


SIP: 18 / 445 / Dinkes / XI / 2013
SIP: 17 / 445 / Dinkes / XI / 2013
SIP: 16 / 445 / Dinkes / XI / 2013
SIP: 15 / 445 / Dinkes / XI / 2013

Program Penugasan : Internship dokter Indonesia


Judul Penelitian :
Strategi Percepatan Penurunan Angka Kematian Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Banua Padang, Kec. Bungur, Kab. Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan

Penelitian ini ditujukan sebagai tugas mini project pada Program Internship Dokter Indonesia
yang telah dipresentasikan dihadapan dokter pembimbing, Kepala Puskesmas, dan Petugas
Puskesmas
Tapin, 26 November 2013
Mengetahui,
Dokter Pembimbing

dr. Galuh Nia Khairani


NIP: 19741018 200501 2 009

Kepala Puskesmas
Banua Padang

H. Saidi, SKM, MM
NIP: 19700503 199101 1 002

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan...................................................................................................

Daftar isi .................................................................................................................

ii

Kata Pengantar...........................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

A.
B.
C.
D.

Latar Belakang...............................................................................................
Rumusan Masalah..........................................................................................
Tujuan.............................................................................................................
Manfaat..........................................................................................................

1
2
2
2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................

A. Angka Kematian Ibu......................................................................................


1. Kematian ibu............................................................................................
2. Penyebab kematian ibu melahirkan.........................................................
B. Angka Kematian Bayi....................................................................................

3
3
4
5

BAB III METODE.....................................................................................................

11

A.
B.
C.
D.

Rancangan Penelitian.....................................................................................
Populasi dan Sampel......................................................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data.................................................................
Langkah-langkah Pelaksanaan Mini Project..................................................

11
11
11
12

BAB IV HASIL..........................................................................................................

15

A.
B.
C.
D.

Profil Komunitas Umum................................................................................


Profil Desa Timbung......................................................................................
Profil Desa Shabah.........................................................................................
Data Primer....................................................................................................

15
16
19
22

BAB V DISKUSI.......................................................................................................

27

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................

29

A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................

29
29

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

31

KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat petunjuk
dan rahmatNya penelitian ini dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Pada penelitian Kami yang berjudul Strategi Percepatan Penurunan Angka Kematian Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Banua Padang, Kec. Bungur, Kab. Tapin, Prov. Kalimantan
Selatan Kami membahas mengenai tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) pada wilayah
kerja Puskesmas Banua Padang, Kec. Bungur. Kami mengambil kasus pada dua desa yang
memiliki AKB cukup tinggi di wilayah kecamatan Bungur sebagai Pilot Project untuk Desa
lainnya. Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami
mengharapkan maaf, kritik, serta saran agar penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi kita
semua tidak terbatas hanya tenaga kesehatan.
Tapin, 25 Oktober 2013
Chyntia
Marliani
Ahmad
Widyatmojo
Sudrajat

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia Internasional memberikan perhatian yang cukup besar terhadap Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Kematian Bayi (AKB), sehingga memasukannya diantara tujuan
Millenium Development Goals (MDGs), yang ditargetkan selesai pada 2015. Segala tujuan
dari MDGs ini bermaksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia dalam
berbagai aspek.
Dalam aspek kesehatan, AKI maupun AKB menjadi salah satu hal yang menjadi
pokok penting perhatian setiap negara terutama negara berkembang termasuk Indonesia.
Hingga kini, Indonesia masih merupakan negara dengan AKI tertinggi di Asia Tenggara atau
peringkat empat di Asia Pasifik (307 per 100.000 kelahiran hidup). Menurut kementerian
Kesehatan, penyebab utama masih tingginya AKI di Indonesia adalah faktor 4 terlalu, yakni
terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak anak,dan terlalu dekat jarak kelahiran. Disamping
penyebab tadi, tentunya faktor lain juga ikut berpengaruh seperti pelayanan kesehatan yang
buruk ataupun biaya persalinan yang dianggap sulit dijangkau.
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Kesehatan sudah melakukan
bermacam upaya dalam kaitan menurunkan AKI dan AKB. Walaupun hasilnya dapat terlihat
pada AKI dan AKB yang turun, namun masih belum mencapai target MDGs. Untuk AKB
sendiri di Indonesia sudah mengalami penurunan angka yang cukup signifikan dengan ratarata mengalami penurunan 5% setiap tahun sejak dekade 1990-an. Namun begitu AKB di
Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan Malaysia, Filipina dan thailand.
Penyebab paling sering kematian pada Bayi sampai usia 1 tahun menurut Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 2001) adalah infeksi saluran pernapasan, komplikasi
perinatal dan diare. Gabungan ketiganya ini memberikan andil 75% pada kematian bayi.
Kematian bayi sampai usia 1 tahun ini paling sering terjadi pada bulan pertama, dan sekitar
80% terjadi pada minggu pertama kelahiran. Hal ini menunjukan masih rendahnya status
kesehatan Ibu hamil dan bayi baru lahir dan sesaat sesudahnya, serta perilaku ibu hamil,
keluarga dan masyarakat sekitarnya yang bersifat negatif pada kesehatan ibu hamil,
persalinan aman dan perkembangan dini anak.

iii

Untuk daerah Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan sendiri, Angka


Kematian Bayi sampai pada September 2013 ini cukup tinggi dengan kasus 20 Kematian
Bayi dimana 10 kematian Bayi didapat dari kecamatan Bungur, wilayah kerja Puskesmas
Banua Padang. Desa di wilayah kerja Puskesmas Banua Padang yang memiliki Angka
Kematian Bayi tinggi berada di Desa Timbung dan Desa Shabah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang diuraikan diatas mengenai tingginya Angka Kematian Bayi
(AKB) di Desa Timbung dan Desa Shabah maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
Apa faktor yang mempengaruhi tingginya jumlah kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas
Banua Padang Kabupaten Tapin khususnya Desa Timbung dan Desa Shabah?
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab kematian bayi di wilayah
kerja Puskesmas Banua Padang Kabupaten Tapin khususnya Desa Timbung dan Desa Shabah
untuk menunjang perumusan pemecahan masalah tingginya Angka Kematian Bayi.
D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan program ke depan yang berhubungan dengan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
terutama dalam upaya menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).

iv

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Angka Kematian Ibu
1. Kematian Ibu
Kematian ibu menurut International Classification of Diseases (ICD) adalah kematian
wanita dalam kehamilan atau 42 hari pasca terminasi kehamilan, tanpa memandang usia
kehamilan dan kelainan kehamilan, yang disebabkan baik oleh kehamilannya maupun
tatalaksana, namun bukan akibat kecelakaan. Kematian ini terbagi dua, yaitu kematian
langsung dan tidak langsung. Kematian yang bersifat koinsidental, terjadi selama masa
kehamilan atau 42 hari pascaterminasi kehamilan, namun tidak terkait dengan kehamilannya.
Saat ini, WHO telah menetapkan sistem klasifikasi kematian ibu. Sistem klasifikasi
kematian ibu bertujuan:

Mengembangkan sistem klasifikasi standar guna identifikasi kausa kematian ibu

yang akurat, diperlukan perbandingan berbagai studi penelitian


Menjamin sistem tersebut dapat diterapkan secara luas
Mengembangkan sistem klasifikasi paralel terhadap morbiditas maternal berat.

Angka kematian ibu merupakan angka yang didapat dari jumlah kematian ibu untuk
setiap 100.000 kelahiran hidup, sehingga berkaitan langsung dengan kematian ibu. Penyebab
kematian tersebut dapat berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kehamilan,
dan umumnya terdapat sebab utama yang mendasari. Dalam upaya memudahkan identifikasi
kematian ibu, WHO telah menetapkan sejumlah sistem klasifikasi kematian ibu. Dengan
adanya sistem ini, diharapkan akan meningkatkan kewaspadaan, perencanaan tindakan, dan
pada akhirnya akan menurunkan angka kematian ibu.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai
resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan
penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan
pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus
menerus.
1

Grafik 2.1. Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1994-2015
(Dalam 100.000 Kelahiran Hidup)

Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994
sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke
tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000
Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara
target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per
100.000 Kelahiran Hidup.
2. Penyebab Kematian Ibu Melahirkan
Sejumlah kondisi mayor terkait dengan angka mortalitas maternal. Penyebab mayor
dari kematian ibu ternyata berkontribusi besar terhadap kematian bayi.

Grafik 2.2 Angka Kematian Ibu berdasarkan Kausa

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu
angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani
masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni
pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata
masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak
begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan
politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif
dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain
masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai
budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan
melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa
alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat.
Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta,
maupun masyarakat terutama suami.
Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan
darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang
biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28
persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena
retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap
ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat
waktu. Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 24 persen kematian
ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 persen). Pemantauan kehamilan secara teratur
3

sebenarnya dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat
mencegah kematian ibu karena eklampsia.
B. Angka Kematian Bayi
IMR (Infant Mortality Rate) atau Angka Kematian Bayi (AKB) di suatu wilayah
sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, sosial dan ekonomi di wilayah tersebut. Dan
kebijakan pemerintah untuk menekan tingkat kematian bayi di Indonesia sangat berperan
untuk meningkatkan angka harapan hidup bayi.
Secara matematis Angka Kematian Bayi dirumuskan :

Beberapa faktor penyebab kematian bayi adalah:

Faktor ibu (umur, paritas, dan interval kelahiran)

Lingkungan (kondisi udara, air, makanan, serangga yang menyebabkan penyakit)

Adanya faktor politik (perang, bom)

Sistem kekebalan tubuh yang lemah


Pada dasarnya penyebab utama kematian ibu dan neonatal adalah sama, yaitu akses

perawatan yang krang baik serta status sosial ibu yang rendah. Rancangan penelitian adalah
cross-sectional dari data mortalitas SKRT 2001 yang berintegrasi dengan Susenas 2001.
Rancangan sampel dari Susenas 2001 dipakai sebagai rancangan sampel studi mortalitas
SKRT 2001. Sampling Susenas 2001 berdasarkan prosedur PPS (Probability Proportional to
Size) selection dari blok sensus terpilih. Untuk setiap blok sensus terpilih diambil secara
systematic random sampling sebesar 16 rumah tangga. Jumlah rumah tangga terpilih adalah
sebesar 211.168 rumah tangga dengan 3677 kasus kematian.
Variabel-variabel yang dilakukan untuk penelitian adalah penyebab kematian bayi
baru lahir, kesehatan ibu ketika hamil, akses perawatan ibu selama hamil, persalinan, dan
bayi baru lahir. Pembatasan penelitian ini adalah terbatas hanya pada kasus bayi yang
meninggal (survey mortalitas) dan tidak memiliki kasus bayi yang hidup (survive).

Grafik 2.3 Kematian Neonatal Menurut Wilayah Di Indonesia, 2001

Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes


Grafik 2.4 Kematian Neonatal Menurut Wilayah Perkotaan/Pedesaan, 2001

Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes


Grafik 2.5 Kematian Neonatal Menurut Umur Kematian, 2001

Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes

Grafik 2.6 Kematian Neonatal Menurut Jenis Kelamin, 2001

Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes

Grafik 2.7 Kematian Neonatal Menurut Penolong Persalinan Pertama, 2001

Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes

Grafik 2.8 Kematian Neonatal Menurut Tempat Bersalin, 2001

Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes


Grafik 2.9 Kematian Neonatal Menurut Jenis Kelamin, 2001

Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes

Bayi meninggal pada bulan pertama kehidupannya dapat di sebabkan karena ibunya
meninggal. Kematian maternal mempunyai implikasi yang luas kepada seluruh keluarga dan
dampaknya melambung melampui generasi. Yang paling terasa dan cepat dari komplikasi
yang menyebabakn kematian dan disabilitas pada ibu adalah bayi yang mereka lahirkan. Dari
kerangka kopnsep menurut Lawn, penyebab yang mendasari kematian (underlying cause)
neonatal yang berhubungan dengan masyarakat dan system pemeliharan kesehatan adalah
kesehatan ibu selama kehamilan dan perawatan ketika hamil, besalin, dan postpartum yang
tidak adekuat.
Selain peran kesehatan ibuketika hamil, perawatan yang tidak adekuat dan tidak tepat
selama hamil, bersalin, dan beberapa jam setelah melahirkan juga mempunyai konsekuensi

terhadap terjadinya kematian bayi barun lahir. Untuk menurunkan angka kematian neonatal,
kunci utama terletak pada kualitas perawatan neonatal emergensi.
Masih ada factor lain yang berkontribusi terhadap kematian neonatal, seperti status
sosial-ekonomi ibu yang rendah, status gizi ibu dan fertilitas yang tinggi. Data menunjukan
bahwa ada korelasi antara tingkat tingkat pendidikan ibu dan angka kematian bayi. Agama,
budaya, pengalaman yang lalu dan pendidikan mempengaruhi persepsi ibu. Factor tersebut
mewarnai dengan kuat kepercayaan

masyarakat, pengertian dan penerimaan terhadap

pengobatan tradisional dan modern.


Kontribusi faktor keterlambatan untuk mendapatkan perawatan yang berkualitas bagi
bayi yang sakit merupakan salah satu dari penyebab kematian neonatal. keterlambatan
tersebut adalah ssb;
1. Keterlambatan dalam mengenal masalah ketika di rumah.
2. Keterlambatan dalam memutuskan untuk mencari pengobatan.
3. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan akibat hambatan transportasi dan
sumber daya.
4. Keterlambatan dalam menerima perawatan yang berkualitas pada fasilitas kesehatan.

Kecenderungan Penyakit Penyebab Kematian Bayi dan Anak Balita di Indonesia


Menurut WHO, setiap tahun lebih dari sebelas juta anak meninggal karena menderita
sakit dan kurang gizi. Tujuh dari sepuluh penyebab kematian anak di negara berkembang
dapat disebabkan oleh lima penyebab utama atau kombinasinya: pnemonia, diare, campak,
malaria, dan kurang gizi. Dari 10 penyakit tersebut dipilih lima penyakit terbesar untuk
kematian bayi.
Terdapat keberagaman penyakit penyebab kematian pada bayi, dimana gngguan
perinatal (47%) merupakan penyakit kematian bayi yang banyak terjadi di perkotaan.
Sedangkan sistem pernapasan merupakan penyakit penyebab kematian pada bayi yang
banyak terjadi di pedesaan (32%).
Tingkat kematian berhubungan erat dengan tingkat kesakitan. Kejadian kematian
merupakan terminasi akhir dari berbagai penyebab terjadi kematian. Dengan melihat penyakit
penyebab kematian dari waktu ke waktu dapat dijadikan bahan evaluasi pelakasnaan
pembangunan kesehatan.
Secara umum gangguan perinatal merupakan masalah utama pada bayi. Gangguan ini
terjadi pada usia 0-7 hari termasuk lahir mati. Kasus kematian perinatal pada studi mortalitas
ini dibedakan dalam dua sebab utama pada janin dan sebab utama pada ibu. Menurut sebab
8

utama kematian utama pada janin, aspixia lahir (39%), prematur dan bayi baru lahir (33,2%),
serta kelainan bawaan (4,2%). Sedangkan sebab si ibu yang mempengaruhi janin sebesar
5,1%. Di dunia 3,9 juta bayi meninggal pada usia minggu pertama.

BAB III
METODE
A. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif. Penelitian yang
dilakukan dengan metode ini bertujuan mendapatkan gambaran atau informasi terhadap objek
yang akan diteliti tentang faktor yang mempengaruhi kematian bayi di wilayah kerja
Puskesmas Banua Padang Kabupaten Tapin khususnya Desa Timbung dan Desa Shabah.
B. Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang sedang hamil dan nifas di Desa
Timbung dan Desa Shabah.
Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu yang sedang hamil dan nifas pada bulan
Oktober 2013 di Desa Timbung dan Desa Shabah yang ada saat kunjungan rumah atau hadir
ke Poskesdes berdasarkan undangan.
Cara pengambilan sampel
Cara pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik sampel secara
random sederhana. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan mengambil kasus atau
responden yang kebetulan ada atau tersedia saat penelitian sedang berlangsung, yaitu ibu
hamil dan nifas yang ada pada saat kunjungan rumah serta ibu hamil dan nifas yang hadir ke
Poskesdes berdasarkan undangan.
C. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara
berdasarkan kuesioner. Alat pengambilan data/ instrumen adalah kuesioner.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan alat pengambil data /
instrumen yaitu kuesioner.

10

Data sekunder di dapat dari data kependudukan yang dimiliki Bidan Desa Timbung
dan Shabah serta data Pemantauan Wilayah Sekitar-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Puskesmas Banua Padang bulan Januari-September 2013.
D. Langkah-langkah Pelaksanaan Mini Project
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor
yang mempengaruhi tingginya kematian bayi di Desa Timbung dan Desa Shabah, antara lain:
1. Mencari masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Banua Padang
berdasarkan data yang ada di Puskesmas Banua Padang. Ditemukan bahwa Angka
Kematian Bayi (terutama di Desa Timbung dan Desa Shabah) tinggi.
2. Mencari referensi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya AKB (Angka
Kematian Bayi).
3. Melakukan wawancara dengan petugas kesehatan yang berhubungan dengan
Kesehatan Ibu dan Anak (terutama Bidan Desa Timbung dan Shabah) untuk
mengetahui gambaran umum mengenai faktor penyebab tingginya Angka Kematian
Bayi.
4. Mengumpulkan dan menganalisis data sekunder yang didapat dari data Pengawasan
Wilayah Sekitar Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA).
5. Menyusun metode penelitian dan membuat kuesioner yang akan digunakan sebagai
instrumen pengumpulan data primer.
6. Melaksanakan penyebaran kuesioner kepada responden di Desa Timbung dan Shabah.
7. Menganalisis data primer dan data sekunder yang sudah di dapat sebelumnya. Lalu
Menyimpulkan penyebab masalah.
8. Menentukan alternatif pemecahan masalah kemudian menyusun rencana penerapan.
9. Penyusunan laporan.

11

Gambar 3.1 Siklus Pemecahan Masalah


Langkah yang digunakan dalam mini project ini mengacu pada siklus pemecahan
masalah. Pada langkah awal, penulis mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan
Kepala Puskesmas Banua Padang dan beberapa petugas kesehatan lainnya. Didapatkan
bahwa Angka Kematian Bayi masih tinggi terutama pada Desa Shabah dan Desa Timbung
sehingga masalah ini yang penulis angkat sebagai topik permasalahan yang akan
diselesaikan.
Penulis selanjutnya menentukan penyebab masalah yang mungkin melalui wawancara
dengan petugas kesehatan terkait, yaitu bidan Desa Timbung pada tanggal 1 Oktober 2013
dan bidan Desa Shabah pada tanggal 5 Oktober 2013. Selain itu, dicari juga kemungkinan
penyebab melalui tinjauan pustaka dari berbagai referensi. Kemudian penyebab masalah yang
mungkin dikonfirmasi melalui penelitian secara deskriptif. Penelitian dilakukan dengan
wawancara terarah menggunakan instrumen kuesioner kepada responden pada tanggal 8, 9
dan 10 Oktober 2013. Data yang didapat melalui kuesioner dianalisa dan dibandingkan
dengan data sekunder untuk menentukan penyebab masalah yang paling mungkin.
Selanjutnya, setelah didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin, penulis
menyusun rencana pemecahan masalah untuk diterapkan. Penentuan pemecahan ini
sebelumnya didiskusikan dengan beberapa tenaga kesehatan terkait. Pemecahan masalah
yang dipilih adalah sebagai berikut:
1. Penyuluhan Umum Ibu Hamil
Penyuluhan disampaikan bersama pada saat ibu hamil memeriksakan diri ke
Posyandu. Tema yang disampaikan mengenai bahaya yang dapat terjadi selama hamil,
bersalin dan melahirkan berikut cara mengatasinya. Tujuan diadakan penyuluhan ini
adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan mengarahkan ibu hamil agar
merencanakan kelahirannya pada sarana kesehatan.
2. Penyuluhan Kader
Penyuluhan kader disampaikan bersamaan dengan Penyuluhan Umum Ibu Hamil.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan kader agar selanjutnya dapat
turut menyampaikan informasi kepada masyarakat.
3. Konsultasi Pribadi Ibu Hamil
Konsultasi ditujukan kepada ibu hamil yang usia kehamilannya lebih dari delapan
bulan (mendekati kehamilan). Konsultasi ini tujuannya adalah memberikan informasi
pemantapan secara personal kepada ibu hamil yang akan melahirkan agar
merencanakan kelahirannya pada sarana kesehatan. Konsultasi dilakukan secara
persuasif dan berorientasi pada keselamatan pasien.
12

Ketiga kegiatan tersebut dilakukan dalam satu hari sekaligus untuk satu tempat
(Posyandu), dengan tanggal pelaksanaan sebagai berikut:
1. Posyandu Tampunang, Desa Shabah : kamis, 7 November 2013
2. Posyandu Desa Timbung
: senin, 11 November 2013
3. Posyandu Desa Shabah
: kamis, 21 November 2013.

13

BAB IV
HASIL
A. Profil Komunitas Umum
Puskesmas Banua padang memiliki wilayah kerja seluas 149,98 km 2 yang mencakup
12 desa dengan jumlah penduduk sebesar 11.621 jiwa.
Wilayah kerja Puskesmas Banua Padang terdiri dari 12 desa, yaitu:
1. Desa Paring Guling
2. Desa Rantau Bujur
3. Desa Hangui
4. Desa Linuh
5. Desa Kalumpang
6. Desa Shabah
7. Desa Timbung
8. Desa Purut
9. Desa Banua Padang
10. Desa Banua Padang Hilir
11. Desa Bungur Lama
12. Desa Bungur Baru.
Wilayah kerja Puskesmas Banua Padang berbatasan dengan:
1.
2.
3.
4.

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tapin Utara.


Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tapin Selatan.
Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Piani.
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tapin Tegah.
Gambar 4.1 Peta wilayah kerja Puskesmas Banua Padang

B. Profil Desa Timbung


1. Data geografis

14

Desa Timbung terletak di Kecamatan Bungur Kabupaten Tapin. Jarak dengan ibukota
kecamatan atau Puskesmas adalah 3,5 Km. dan jarak dari ibukota Kabupaten atau RSUD
Datu Sanggul Rantau adalah 6 Km. Dengan Wilayah 1,50 Km2. Terdiri atas 2 RT dan 1 RW.
Desa Timbung mempunyai batas-batas wilayah:
1.
2.
3.
4.

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Banua Padang.


Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tampunang Shabah.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Purut.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sandar Kalumpang.

Rata-rata Desa Timbung adalah daratan dengan 2 musim yaitu iklim hujan terjadi pada bulan
Januari sampai dengan Juni, Nopember dan Desember. Di samping musim kemarau terjadi
pada bulan juli sampai dengan Oktober.
Penduduk yang bermukim di Desa Timbung merupakan sebagian besar adalah
penduduk asli dengan suku bangsa banjar 100% dan seluruhnya menganut agama Islam.
Kultur dan sosial budaya masyarakat Timbung masih sederhana dan banyak dipengaruhi oleh
agama Islam sehingga masyarakatnya terkenal religius. Ini dapat dilihat dengan maraknya
acara-acara peringatan keagamaan yang diperingati masyarakat seperti acara baayun anak
yang biasa digelar pada bulan rabiul awal tahun hijriyah atau bulan maulid disamping
perayaan keagamaan lainnya.
Gambar 4.1 Peta Desa Timbung

2. Data demografis
Desa Timbung merupakan desa yang berada di Kecamatan Bungur dengan jumlah
penduduk 626 jiwa. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:
15

Tabel 4.1 Data demografi Desa Timbung tahun 2009

Demograf
RT 1
RT 2
Jumlah
penduduk

Lk

Pr

111
183
254

135
197
254

KK
Miskin
16
28
44

PUS

Bumil

34
62
96

2
4
6

Sumber: Data desa 2009

Desa Timbung yang memiliki jumlah KK sebanyak 173 KK dilihat dari tingkat
pendidikannya jumlah putus sekolah (tidak tamat SD adalah 107 orang. Ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.2 Data penduduk berdasarkan jenis pendidikan Desa Timbung Tahun 2009

Jenis Pendidikan

RT 1

RT 2

Tidak sekolah
Masih SD
SD
Masih SMP
SMP
Masih SMA
SMA
Perguruan Tinggi
Jumlah

27
28
86
5
25
4
8
6
189

80
84
62
14
17
3
0
2
262

Jumla
h
107
112
148
19
42
7
8
8
451

%
23,7
24,8
32,8
4,2
9,3
1,6
1,8
1,8
100

Sumber: Data desa 2009

Disamping itu jumlah angkatan kerja adalah 451 orang tertapi yang bekerja hanya 233
orang yaitu sekitar 51,7%. Hal ini terlihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.3 Data penduduk berdasarkan jenis pekerjaan Desa Timbung tahun 2009

Jenis Pekerjaan
Penduduk tidak
bekerja
Petani / kebun
PNS
Swasta
Lainnya
Jumlah

RT 1

RT 2
137

Jumla
h
218

81
46
4
58
0
189

%
48,3

59
0
66
0
262

105
4
124
0
451

23,3
0,9
27,5
0,0
100

Sumber Data desa 2009

3. Sarana prasarana kesehatan


16

Jumlah Posyandu balita yang ada di Desa Timbung adalah sebanyak 1 buah dengan
kader aktif sebanyak 5 orang. Untuk pemenuhan kebutuhan ait bersih sebagian masyarakat
menggunakan hidrant umum yang dikelola oleh pokmair sebanyak 3 kelompok disamping
ada pula 3 KK yang memilih sumur sebagai sarana air bersih keluarga dan ada pula yang
sudah menggunakan PDAM. Sebagian besar masyarakat desa Timbung masih MCK di
sungai, hanya 26 KK saja yang memiliki jamban keluarga.
Adapun saranan prasarana kesehatan di Desa Timbung dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.3 Data sarana prasarana kesehatan Desa Timbung tahun 2009

Sarana Prasarana
Kesehatan
Polindes
Poskesdes
Pustu
Pos Obat Desa
Bidan desa
Nakes lainnya
SAB hidrant umum
Jamban umum
Pokmair

Jumla
h
1
1
3
5
3

Kondisi
Baik
Baik
Baik

Keteran
gan
Berfungsi
PNS
Berfungsi
Berfungsi
Aktif

Sumber: Data desa 2009

Poskesdes yang berada di Desa Timbung ditinggali oleh Bidan Desa yang melayani
pertolongan persalinan sekaligus pelayanan dasar dan emergency karena tidak tersedianya
Nakes lainnya di desa tersebut. Fasilitas di poskesdes mencukupi untuk pertongan persalinan,
pelayanan kesehatan, tempat penyimpanan obat dan alkes serta sebagai tempat tinggal bagi
bidan desa dan keluarganya.
4. Data Kematian Neonatal
Total kematian bayi tahun 2013 sampai bulan September di Desa Timbung berjumlah
4 bayi. Data lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Tabel data kematian neonatal-perinatal tahun 2013

<7 hari

Usia
Kehamilan
40 mgg

4x

7 hari

1x

Lahir mati

No

Nama Bayi

Usia Ibu

ANC

Umur

By. Ny. Maimunah

>20 th

1x

By. Ny. Aisyah

25 th

By. Rahimah

>20 th

>2500 gr

Penyebab
Kematian
Asfiksia

Penolong
Persalinan
Bidan

Tempat
Kejadian
Bidan

43 mgg

2500 gr

Lain-lain

Bidan

R. Sakit

32 mgg

>2500 gr

Lahir mati

Bidan

R. Pasien

BBL

17

By. Siti

<20 th

3x

<7 hari

43 mgg

>2500 gr

Asfiksia

Bidan

R. Pasien

Sumber: data register KIA Puskesmas

C. Profil Desa Shabah


1. Data geografis
Desa Shabah terletak di Kecamatan Bungur Kabupaten Tapin. Jaraknya dengan
ibukota kecamatan yaitu Bungur Lama adalah 5 Km. Dan jarak ke ibukota kabupaten atau
pasar rantau adalah 8 Km. Dengan luas wilayah 1.374 Km2. Terdiri dari 9 RT dan 4 RW.
Desa Shabah mempunyai batas batas wilayah yaitu:
1.
2.
3.
4.

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bitahan Baru


Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kalumpang
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bungur Lama
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Miawa.

Rata- rata daerah Shabah terdiri atas daratan dan pegunungan. Dengan dua musim yaitu:
musim hujan pada bulan November sampai dengan Juni dan musim kemarau pada bulan Juli
sampai dengan Oktober.
Gambar 4.2 Peta Desa Shabah

2. Data demografis
Desa Shabah merupakan desa yang berada di Kecamatan Bungur dengan jumlah penduduk
2174 jiwa. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Data demografi Desa Shabah tahun 2012

Demografi

KK

Lk

Pr

KK Miskin
18

RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
RT 7
RT 8
RT 9
Jumlah penduduk

55
58
40
59
78
79
91
120
70
650

97
94
61
123
124
130
148
201
140
1118

86
99
64
120
19
126
152
198
128
992

4
5
3
21
5
4
4
1
0
47

Sumber: Data desa 2012

Pendidikan
Untuk melihat gambaran secara umum mengenai perkembangan pendidikan di Desa
Shabah, perlu di bedakan atas jenjang pendidikan yang tersedia yakni tingkat pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Tabel 4.6 Data penduduk berdasarkan jenis pendidikan Desa Shabah Tahun 2012

Pendidika
Belum tamat SD
n
RT 1
9
RT 2
8
RT 3
7
RT 4
11
RT 5
64
RT 6
102
RT 7
13
RT 8
0
RT 9
8
Jumlah
222
Sumber: Data desa Shabah 2012

S
D
49
61
47
98
102
77
97
148
100
779

SMP

SMA

PT

61
81
52
73
48
50
135
154
80
734

52
36
15
38
29
26
44
68
55
363

12
13
4
23
0
1
11
29
25
118

Mata Pencaharian
Tabel 4.7 Data penduduk berdasarkan jenis pekerjaan Desa Shabah tahun 2012

Jenis
pekerjaan
RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
RT 7

76
89
55
122
117
128
130

1
1
1
2
6
25
22

0
0
0
0
0
0
1

94
81
63
50
52
38
120

6
10
2
5
8
13
5

1
0
4
2
2
2
3

1
14
3
62
58
50
9

19

RT 8
RT 9
Jumlah

160
126
1003

0
4
62

0
3
4

2
52
552

1
9
59

0
1
15

236
73
506

Sumber Data desa 2012


KET:
1 = TIDAK BEKERJA

5 = PEDAGANG

2 = BURUH PEGAWAI

6 = PNS / POLRI / TNI / PENSIUNAN

3 = NELAYAN

7 = KARYAWAN SWASTA

4 = PETANI PEMILIK

3. Sarana prasarana kesehatan


Tabel 4.8 Data penduduk berdasarkan jenis pendidikan Desa Shabah Tahun 2012

No
1
2
3
4
5
6

Tempat Umum
Langgar
Mesjid
Balai Desa
Balai Serbaguna
SD
TK

Jumlah
6
4
1
1
1
3

Sumber: Data Desa 2012

4. Data Pemantauan Wilayah Sekitar Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)


Tabel 4.9 Cakupan K1, K4, Persalinan Nakes & Kunjungan Neonatus Desa Shabah th. 2011

Bulan

K1

K4

Persalinan

Neonatus

Risti

10

11

12

Jumlah

39

30

21

18

18

Target

25

25

25

24

Cakupan (%)

156

120

84

75

257
20

Sumber: PWS tahun 2011

5. Sosial budaya
Sosial budaya meliputi agama, suku bangsa, status gizi dan personal hygiene
Agama Islam 100%
Suku Banjar dan Suku Jawa
Makanan yg sering dikonsumsi keluarga tergantung keadaan ekonomi.
D. Data Primer
1. Karakteristik demografi ibu
Karakteristik sebagian besar responden adalah berusia 20-34 tahun, status kehamilan
sedang hamil, pendidikan tamat SD, pekerjaan ibu rumah tangga dan tidak pernah memiliki
riwayat kematian bayi sebelumnya.
Tabel 4.10 Distribusi karakteristik demografi ibu

Variabel Bebas
Umur ibu
<20 tahun
20-34 tahun
>34 tahun
Total
Status Hamil
Hamil
Nifas
Total
Pendidikan
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Total
Pekerjaan
Ibu rumah Tangga
Pegawai Swasta
Petani
Pedagang
Guru
Total
Riwayat Kematian
Bayi
Gangguan
pernapasan
Keguguran
Tidak pernah

Frekuensi
(n=29)

Persentase
(%)
3
24
2
29

10,3
82,8
6,9
100

27
2
29

93,1
6,9
100

11
9
9
29

37,9
31
31
100

21
3
3
1
1
29

72,4
10,3
10,3
3,4
3,4
100

10,3

1
26

3,4
89,7

21

Total

29

100,0

2. Tingkat pengetahuan ibu


Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu, peneliti mengajukan tiga pertanyaan yaitu
tentang kehamilan, persalinan dan nifas. Peneliti menyimpulkan sendiri tingkat pengetahuan
berdasarkan akurasi jawaban atas pertanyaan tersebut. Kemudian tingkat pengetahuan dibagi
menjadi 3 tingkat, yaitu: kurang, sedang dan baik. Didapatkan sebagian besar ibu hamil yang
menjadi responden memiliki pengetahuan kesehatan yang kurang mengenai kehamilan,
persalinan dan nifas.
Tabel 4.11 Tingkat pengetahuan kesehatan ibu mengenai kehamilan, persalinan dan nifas

Tingkat
Pengetahuan
Kurang
Sedang
Baik
Total

Frekuensi
(n=29)
19
9
1
29

Persentase
(%)
65,5
31,0
3,4
100,0

3. Kualitas gizi harian


Dalam menentukan kualitas gizi harian, peneliti menanyakan menu dan jumlah porsi
makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari. Selanjutnya peneliti menentukan tingkat kualitas
konsumsinya ke dalam kelompok baik atau kurang. Ditemukan sebagian besar ibu yang
menjadi responden sudah memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan kualitas gizi
baik. Ibu juga sudah terbiasa mengkonsumsi sayur dalam menu harian, namun kurang dalam
hal mengkonsumsi buah. Sebagian ibu beralasan jarang mengkonsumsi buah karena dianggap
mahal dan cukup sulit untuk didapat (harus membeli ke pasar ibu kota kabupaten, Rantau).
Tabel 4.12 Kualitas gizi harian ibu

Variabel Bebas

Frekuensi
Persentas
(n=29)
e (%)
Kualitas konsumsi makanan harian
Baik
23
79,3
Kurang
6
20,7
Total
29
100,0
Kebiasaan konsumsi buah
Ya
12
41,4
Tidak
17
58,6
Total
29
100,0
Kebiasaan konsumsi sayur

22

Ya
Tidak
Total

26
3
29

89,7
10,3
100,0

4. Sanitasi
Mengenai sanitasi dan kebiasaan hidup bersih ibu yang menjadi responden dapat
dilihat pada tabel. Sebagian besar ibu memiliki akses air minum yg berasal dari PDAM yang
kemudian dimasak terlebih dahulu atau air minum kemasan siap minum. Ibu sebagian besar
memiliki kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun terutama sebelum makan. Ibu sebagian
besar sudah memiliki jamban keluarga untuk aktivitas buang air. Dan ibu sebagian besar telah
memiliki kebiasaan menggosok gigi dengan frekuensi 2-3 kali sehari.
Tabel 4.13 Kebiasaan ibu yang berhubungan dengan sanitasi

Variabel Bebas

Frekuensi
(n=29)

Persentase
(%)

Sumber Air Minum


PDAM
10
Sumur
9
Kemasan
10
Total
29
Kebiasaan cuci tangan dengan sabun
Ya
18
Tidak
11
Total
29
Kebiasaan BAB
Jamban keluarga
26
Jamban umum
1
Sungai
2
Total
29
Kebiasaan Menggosok Gigi
Ya
28
Tidak
1
Total
29

34,5
31,0
34,5
100,0
62,1
37,9
100,0
89,7
3,4
6,9
100,0
96,6
3,4
100,0

5. Akses ke sarana pelayanan kesehatan


Sebagian besar ibu tidak memiliki kesulitan untuk mengakses sarana pelayanan
kesehatan. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar jarak menuju ke sarana pelayanan
kesehatan <500 meter yang rata-rata dapat diakses dalam waktu 5-10 menit menggunakan
motor.
Tabel 4.14 Akses ke sarana pelayanan kesehatan

Variabel
Bebas

Frekuensi
(n=29)

Persentase
(%)

23

Jarak
<500 m
500-1.000 m
>1 km
Total
Waktu tempuh
<5 menit
5-10 menit
>10 menit
Total
Kendaraan
Jalan kaki
Motor
Total

14
10
5
29

48,3
34,5
17,2
100,0

10
14
5
29

34,5
48,3
17,2
100,0

8
21
29

27,6
72,4
100,0

Ibu yang menjadi responden ditanya mengenai rencana pilihan tenaga penolong
persalinan yang akan datang. Sebagian besar ibu menjawab untuk memilih Bidan sebagai
penolong persalinan. Alasan memilih Bidan sebagai penolong persalinan terutama karena ibu
menganggap Bidan lebih ahli. Sedangkan sebagian yang memilih dukun kampung sebagai
penolong persalinan terutama karena dirasa lebih nyaman. Beberapa ibu beralasan nyaman
karena dukun kampung memiliki kebiasaan mengurut selama proses pertolongan persalinan.
Selain itu muncul juga beberapa alasan memilih dukun kampung karena ketakutan dengan
tindakan medis seperti disuntik, dijahit atau dirujuk ke RS.
Tabel 4.15 Rencana pemilihan tenaga persalinan

Variabel Bebas

Frekuensi
Persentase
(n=29)
(%)
Rencana Penolong Persalinan
Bidan
19
65,5
Dukun kampung
3
10,3
Bidan dan dukun
7
24,1
kampung
Total
29
100,0
Alasan memilih bidan (pilihan dapat lebih dari
satu)
Nyaman
16
55,2
Ahli
18
62,1
Murah
7
24,1
Kebiasaan keluarga
2
6,9
Alasan memilih dukun kampung (pilihan dapat
lebih dari satu)
Nyaman
14
48,3
Ahli
5
17,2

24

Murah
5
Kebiasaan keluarga
12
Hambatan bekerjasama dengan Nakes
Tidak selalu ada
3
Tidak ada hambatan
26
Total
29

17,2
41,4
10,3
89,7
100,0

6. Sumber biaya kesehatan


Sebagian besar ibu mendapat biaya kesehatan dari jaminan pemerintah. Ada beberapa
yang tidak mengetahui adanya biaya jaminan kesehatan dari pemerintah sehingga terbiasa
menggunakan dana sendiri. Selain itu bagi ibu yang memiliki jaminan asuransi swasta
biasanya didapat dari jaminan perusahaan tempat ibu atau keluarganya bekerja.
Tabel 4.16 Sumber biaya kesehatan

Variabel Bebas

Frekuensi (n=29)

Persentase
(%)
Sumber Biaya Kesehatan (pilihan dapat lebih dari
satu)
Sendiri
13
44,8
Asuransi swasta
3
10,3
Jaminan pemerintah
17
58,6

25

BAB V
DISKUSI
Berdasarkan hasil analisis data primer, dapat dinyatakan bahwa secara umum usia ibu
hamil di Desa Timbung dan Desa Shabah berada pada rentang usia aman dalam kehamilan,
yaitu 20-34 tahun (82,8%). Sehingga hal ini dianggap tidak menjadi faktor risiko dalam
kematian bayi. Namun, menurut Arinta dan Rachmah (2012), pada umur aman ini terdapat
suatu fenomena yang melatarbelakangi kejadian suatu penyakit yang secara tidak langsung
mempengaruhi kondisi bayi, salah satunya riwayat kesehatan ibu yang lalu (misalnya alergi,
hipertensi dll) dan riwayat keluarga (misalnya hipertensi, diabetes, riwayat keturunan kembar
dll).
Pendidikan para ibu juga tidak terlalu menonjol dalam menentukan faktor kematian
bayi karena persentasi yang hampir sama, dengan jumlah terbanyak adalah lulusan SD
(37,9%) dan pekerjaan rata-rata sebagai ibu rumah tangga (72,4%).
Dari pertanyaan untuk menilai pengetahuan ibu mengenai kesehatan kehamilan,
persalinan dan nifas, didapatkan hasil yang sekiranya cukup berpengaruh. Sebagian besar ibu
(65,5%) memiliki pengetahuan yang kurang terhadap kesehatan kehamilan, persalinan dan
nifas. Hanya satu ibu (3,4%) yang memiliki pengetahuan baik.
Mengenai kualitas gizi harian, para ibu yang menjadi responden sebagian besar
(79,3%) sudah memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan gizi baik. Ibu dan
keluarga sudah terbiasa mengkonsumsi makanan sebanyak tiga kali sehari dengan menu
masakan beraneka ragam dengan porsi yang cukup. Mereka juga sudah terbiasa
mengkonsumsi makanan cukup protein dengan komposisi terbanyak telur dan ikan. Ibu dan
keluarganya cukup terbiasa mengkonsumsi sayur, namun jarang mengkonsumsi buah. Hal ini
dikarenakan kesulitan mendapatkan buah di daerah sekitar tempat tinggalnya dan harganya
pun cukup mahal.
Dilihat dari aspek kebersihan dan sanitasi sepertinya tidak menjadi faktor risiko
kematian bayi karena dianggap sudah baik. Sumber air minum yang biasa dikonsumsi ibu dan
keluarganya didapat dari air PDAM, sumur atau kemasan dengan persentasi yang hampir
sama. Ibu sebagian besarmemiliki kebiasaan mencuci tangan dengan sabun (62,1%) dan
menggosok gigi rutin (96,6%). Ibu dan keluarganya sebagian besar (89,7%) juga telah
terbiasa menggunakan jamban keluarga untuk aktifitas buang air.

26

Fasilitas kesehatan juga nampak bukan menjadi faktor risiko kematian bayi. Karena
fasilitas kesehatan di Desa Timbung dan Shabah sudah dianggap cukup mudah diakses. Jarak
sebagian besar ibu ke sarana pelayanan kesehatan adalah <500 meter (48,3%) dengan waktu
tempuh rata-rata (48,3%) 5-10 menit dengan menggunakan kendaraan roda dua (72,4%).
Mengenai kerjasama dengan tenaga kesehatan, sebagian besar ibu (89,7%) merasa tidak
menemukan hambatan.
Sumber pembiayaan kesehatan para ibu sebagian besar (58,6%) berasal dari jaminan
pemerintah. Namun persentasi cukup tinggi juga (44,8%) menunjukkan pembiayaan
kesehatan ibu berasal dari dana sendiri. Sebagian ibu yang membiayai kesehatan sendiri
masih belum tahu mengenai adanya jaminan kesehatan dari pemerintah.
Dalam wawancara dengan ibu yang menjadi responden didapatkan jawaban yang
cukup menarik mengenai rencana penolong persalinan. Didapatkan bahwa sebagian besar
(65,5%) memilih untuk ditolong persalinannya oleh bidan. Namun didapatkan dengan
persentasi yang cukup tinggi responden yang memilih penolong persalinan dengan
melibatkan dukun kampung (34,4%), bahkan sebagiannya berencana ditolong dukun
kampung tanpa melibatkan bidan (10,3%).
Dari responden ditanyakan alasan mengapa memilih bidan sebagai penolong
persalinan. Jawaban terbanyak adalah karena dianggap ahli (62,1%). Selanjutnya ditanyakan
juga kepada responden mengenai alasan mengapa memilik dukun kampung sebagai penolong
persalinan. Jawaban terbanyak adalah alasan kenyamanan (48,3%). Kenyamanan yang
diutarakan oleh responden adalah karena dukun kampung sering melakukan pemijatan, selain
itu juga dianggap nyaman karena dukun kampung tidak pernah melakukan penjahitan atau
penyuntikan yang dianggap menakutkan bagi ibu. Alasan lain mengapa memilih dukun
kampung adalah masalah kebiasaan keluarga. Orang tua ibu hamil sebelumnya juga ditolong
persalinannya oleh dukun kampung, sehingga mereka menganjurkan kembali menggunakan
dukun kampung dalam menolong persalinan.
Perihal pemilihan tenaga penolong persalinan ini sepertinya menjadi bagian yang
perlu diperhatikan lebih sebagai penyebab kematian bayi. Karena prosedur yang digunakan
oleh dukun kampung belum tentu sesuai dengan kaidah kesehatan yang baik.

27

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Permasalahan tingginya Angka Kematian Bayi merupakan masalah kesehatan yang
sampai saat ini masih banyak terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Begitu juga yang terjadi
di Desa Shabah dan Desa Timbung yang merupakan bagian dari wilayah kerja Puskesmas
Banua Padang, Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan. Berdasarkan data yang didapat, faktor
dasar yang paling mempengaruhi tingginya Angka Kematian Bayi adalah tingkat
pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan, persalinan dan nifas yang kurang. Kurangnya
pengetahuan ini menyebabkan kecenderungan ibu hamil lebih memilih penolong persalinan
non-nakes (dukun kampung).
Pertolongan persalinan yang ditangani oleh non-nakes banyak yang tidak memenuhi
standar keselamatan medis. Oleh karena itu, banyak kejadian pertolongan persalinan yang
tidak aman sehingga Angka Kematian Bayi menjadi tinggi.
Alasan utama pemilihan dukun kampung sebagai penolong persalinan adalah karena
dianggap sudah berpengalaman dalam membantu persalinan keluarga dari ibu hamil
sebelumnya. Selain itu alasan kenyamanan juga cukup menjadi dasar pemilihan penolong
persalinan, dimana persalinan oleh dukun kampung dianggap lebih nyaman dibandingkan
dengan bidan.
Intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan dan konsultasi pribadi terhadap ibu
hamil dirasa dapat meningkatkan pengetahuan. Namun untuk menentukan indikator
perbaikan pengetahuan dan sikap masih belum dapat ditentukan.
B. Saran
1. Penyuluhan dan konsultasi pribadi terhadap ibu hamil perlu diusahakan tetap berjalan
secara berkelanjutan. Sasaran yang menjadi prioritas adalah ibu hamil yang usia
kehamilannya lebih dari delapan bulan (mendekati persalinan) berserta suami atau
orangtuanya. Hal ini dimaksudkan agar ibu hamil dan keluarga memutuskan untuk
memilih tenaga persalinan nakes. Kader di desa sebaiknya dilibatkan sebagai peserta
penyuluhan agar dapat menyampaikan pengetahuan kepada sasaran yang lebih luas
lagi.

28

2. Pendekatan kepada pejabat Desa, tokoh masyarakat, tokoh agama serta guru untuk
meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi dalam masyarakat mengenai
pentingnya persalinan yang aman. Dengan begitu diharapkan informasi dapat sampai
kepada sasaran yang lebih luas dan terwujud kerjasama lintas sektoral dalam
menurunkan Angka Kematian Bayi.
3. Perlu dilakukan pemberian informasi melalui media poster, spanduk atau leaflet yang
ditempatkan di tempat umum seperti Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, Kantor Desa,
Rumah Ibadah atau tempat lain yang memungkinkan banyak masyarakat
memperhatikan terutama ibu hamil.
4. Diperlukan peninjauan lebih mendalam mengenai kemitraan dukun kampung yang
pernah gagal sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab dan
solusinya agar dapat kembali berjalan sesuai harapan.

29

DAFTAR PUSTAKA
1. Roeshadi, R.H.. 2007. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu
pada Penderita Preeklampsia dan Eklampsia. Bagian KSMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan
2. Rahmawan, Ahmad. 2009. Upaya menurunkan angka kematian ibu. Bagian/smf ilmu
kebidanan dan penyakit kandungan FK Unlam RSUD Ulin Banjarmasin
3. Ashari, M.A. 2009. Preeclampsia dan Eklampsia. RSUD Panembahan Senopati
Bantul
4. Departemen Kesehatan RI. Kajian Kematian Ibu dan Anak di Indonesia. Jakarta,
2004.
5. Adiyono, Darmono. 1996.Optimalisasi pelayanan kesehatan ibu dan anak menjelang
tahun 2000. Badan Penerbit Undip: Semarang.
6. WHO. Making Pregnancy Safer, a HealthSector Strategy for Reducing Maternal/
PerinatalMortality, 1999.
7. Rukmini, Ristrini. Persepsi Dukun bayi Terhadap Kemitraan Dengan Bidan Dalam
Pertolongan Persalinan Di Pedesaan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 10
No. 2 April 2007; 116-122.
8. Wandira AK, Indawati R. Faktor Penyebab Kematian Bayi Di Kabupaten Sidoarjo.
Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 1 No. 1, Agustus 2012: 33-42.
9. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2013.
10. Pedoman Pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun. Kementerian Kesehatan RI.
11. Laksmiarti T, Roosihermiatie B. Kebijakan Dalam Upaya Menurunkan Angka
Kematian Ibu dan Kematian Bayi di 5 Kabupaten/ Kota Provinsi Kalimantan Selatan.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 10 No. 2 April 2007: 109-115.
12. Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB). Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, 2009.
13. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA).
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2010.
14. Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI, 2010.
15. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2011.
16. Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

30

Anda mungkin juga menyukai