kesehatan juga, karena perilaku juga berperan pada faktor tersebut. Apabila
lingkungan baik dan sikap masyarakat positif maka lingkungan dan fasilitas
tersebut
niscaya
akan
dimanfaatkan
atau
digunakan
oleh
masyarakat
(Notoadmodjo, 2003).
Mengingat pentingnya kesehatan dalam segala segi kehidupan individu,
keluarga, dan masyarakat, maka upaya kesehatan khususnya upaya perawatan
yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan
dan pemulihan diarahkan bagi seluruh masyarakat dengan peningkatan peran serta
masyarakat agar dapat melaksanakan upaya kesehatan secara mandiri (Depkes RI,
2001).
Pada permasalahan kesehatan gigi dan mulut masih banyak masyarakat
yang belum sadar akan pentingnya kesehatan gigi karena banyak penyakit
mempunyai gejala-gejala yang dapat dilihat dalam mulut (Depkes RI, 1995). Oral
Hygine (kebersihan mulut) yang baik akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya
sehat seperti bagian-bagian yang lain dari tubuh, agar gigi tetap tahan terhadap
penyakit, maka harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang baik
(Boediharjho, 2002).
Menurut Daliemuthe (2001) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keparahan gingivitis yaitu; umur, jenis kelamin, ras, taraf pendidikan, penghasilan
dan daerah tempat tinggal. Ada juga beberapa faktor resiko lainnya yang
mempengaruhi keparahan gingivitis yaitu Oral Hygine yang buruk, defisiensi
nutrisi, flurosis dan kebiasaan buruk.
Penyakit gusi yang sering terjadi adalah peradangan pada gusi yang bahasa
kedokterannya disebut gingivitis. Penyakit yang awalnya dari dental plak yang
merupakan campuran lengket terdiri dari partikel partikel makanan, lender dan
bakteri, plak terbentuk karena kurang membersihkan gigi sehingga menumpuk
dileher gigi dan memasuki ruang ruang tempat antara perbatasan gigi dan gusi,
plak tersebut lama kelamaan akan menjadi endapan keras yang disebut gingivitis
yang terbentuk pada gigi. Radang gusi lebih sering terjadi karena kurangnya
merawat kebersihan gigi dan gusi sehingga terjadi penumpukan plak yang
kemudian dapat mengiritasi gusi (Herbing Tue, 2007).
gingivitis sebanyak 22,58%. Dari data tersebut terlihat bahwa 22,58% dari
pengunjung puskesmas Baiturrahman mengalami penyakit gingivitis, ssehingga
penulis tertarik ingin meniliti faktor faktor penyebab gingivitis.
Data dari pemeriksaan didusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti Banda
Aceh 2012 mencatat bahwa 62 orang (24,21%) dari 256 populasi masyarakat
mengalami penyakit gingivitis sebagian besar faktor penyebab gingivitis
dikarenakan oleh plak dan oral hygine yang kurang baik. Hal ini menunjukkan
bahwa status kesehatan gigi dan mulut masih memprihatinkan.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya gingivitis pada masyarakat di
Dusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti Kota Banda Aceh tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a.
b.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menjadi panduan dalam melakukan penelitian ataupun riset lebih lanjut
dalam perkembangan ilmu agar terwujudnya pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut yang optimal.
b. Dapat menjadi informasi ilmiah yang berguna dalam kegiatan pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut untuk dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
b. Menjadi pedoman bagi pengambil kebijakan di masyarakat dusun ratu safiatuddin
gampong peuniti Banda Aceh, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan gigi
dan mulut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gingiva (gusi)
1. Pengertian Gingiva (gusi)
Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan
menutupi lingir (ridge) alveolar. Merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi,
periodonsium, dan dengan membentuk hubungan dengan gigi, gingiva berfungsi
melindungi jaringan di bawah pelekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan
rongga mulut. Gingiva tergantung pada gigi geligi ; bila ada gigi geligi, gingiva
juga ada dan bila gigi dicabut gingiva akan hilang (Manson,1993).
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar.
Gingiva seringkali dipakai indikator bila jaringan periodontal terkena penyakit.
Hal ini disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva,
kadang-kadang gingiva juga dapat menggambarkan keadaan tulang alveolar yang
berada dibawahnya (Herijulianti, 2009).
2. Gambaran Klinis Gingiva Normal
Gambaran klinis gingiva dipakai sebagai dasar untuk mengetahui
perubahan patologis yang terjadi pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit.
Gambaran gingiva normal terdiri dari :
a.
Warna Gingiva
Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (corak pink). Hal ini
diakibatkan oleh adanya suplai darah, tebal dan derajat lapisan keratin epitelium
serta sel-sel pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya
dengan pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada
individu yang memiliki warna kulit yang gelap. Pigmentasi pada attached gingiva
mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada alveolar mukosa lebih merah, hal ini
disebabkan oleh karena alveolar muccosa tidak mempunyai lapisan keratin dan
epitelnya tipis.
b. Besar Gingiva
Besar gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai darah.
Perubahan besar gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada
c.
penyakit periodontal.
Kontur Gingiva
Kontur dan besar gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk
dan susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kontak
proksimal dan dimensi embrasur (interdental) gingiva oral maupun vestibular.
B. Gingivitis
1. Pengertian Gingivitis
Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang menunjukkan adanya tandatanda penyakit atau kelainan pada gusi (Depkes RI, 1996). Menurut Gay (2004)
gingivitis adalah inflamasi pada gusi atau gingival, pada pemeriksaan klinisnya
terdapat gambaran kemerahan di margin gingival. Pembengkakan dengan tingkat
yang berfariasi, pendarahan pada saat didrobing dengan tekanan ringan dan
perubahan bentuk gingival.
Gingival adalah peradangan pada gusi (gingiva) yaitu suatu inflamasi pada
jaringan
gusi,merupakan
penyakit
penyangga
gigi
yang
paling
ringan
dan jarang mau berobat (Zainul, 2004). Gingivitis bias timbul karena plak dan
kuman pathogen dan bias diperparah dengan adanya karang gigi, namun gingivitis
adalah penyakit yang revesible artinya bila iritasi local dihilangkan gigi bias
bersih kembali maka gusi bisa sehat seperti sedia kala (Mulyani, 2005).
2. Macam-macam Gingivitis
Gingivitis terdiri dari 5 macam yaitu :
a.
Gingivitis Marginalis adalah Peradangan gingiva bagian marginal yang
b.
c.
d.
bebas dan gingiva interdental adalah lunak dan getas (mudah tercabik).
Scorbutic Gingivitis adalah merupakan gingivitis yang terjadi karena defisiensi
vitamin C, ditandai adanya hiperplasi atau ulserasi dan berwarna merah terang
e.
2008).
3. Faktor Penyebab Terjadinya Gingivitis
a. Faktor Luar
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan
dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian juga
pemecahan masalah kesehatan gigi dan mulut, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatan gigi dan mulut itu sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada
pengaruhnya terhadap masalah sehat dan sakit atau kesehatan gigi dan mulut itu
sendiri.
Dilihat menurut Hendrik L.Blum hanya faktor yang mempengaruhi kesehatan
didalam hal ini kesehatan gigi dan mulut digambarkan sebagai berikut :
Faktor Keturunan
Seseorang yang mempunyai susunan gigi berjejal atau maloklusi ada
kemungkinan bawaan dari orang tuanya. Gigi berjejal mudah sekali terjadi plak
dan kalkulus karena daerah sukar dibersihkan. Penyakit diabetes mellitus
kebanyakan adalah penyakit keturunan tetapi bukan penyakit menular. Penderita
diabetes mellitus yang tidak terkontrol lebih rentan terhadap penyakit gingivitis
karena gusi diabetes sering kali agak menggelembung atau bengkak, mudah
mengalami infeksi,dan kadang-kadang bernanah. Karena membengkaknya gusi,
gigi akan tanpak keluar. Karena sering mengalami infeksi rongga mulut dan ludah
diabetes semakin mengental, bau mulut dan ludah diabetes sering kurang enak
dengan demikian diabetes harus selalu kumur-kumur atau meskipun sedikit tetap
saja akan dapat menjadi sisa-sisa makanan meskipun sedikit tetap saja dapat
menjadi sumber infeksi di dalam mulut (Askar, 2004). Faktor lain dari keturunan
adalah kelainan darah. Kelainan darah sistemik dapat memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap jaringan periodontal seperti pada penderita leukemia
ditemukan lesi periodontal seperti pembesaran gingival akibat infiltrasi sel-sel
leukemia ke sel jaringan. Penyusupan (infiltrasi) sel-sel leukemia ke dalam gusi
menyebabkan gingivitis dan berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi
akan semakin memperburuk keadaan ini. Gusi tampak merah dan berdarah,
pendarahan sering berlanjut sampai beberapa menit atau lebih karena pada
penderita
leukemia,
darah
tidak
membeku
secara
normal
(http//google.com,gingivitis, 2009).
2) Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang penting yang berpengaruh terjadinya
penyakit gingivitis antara lain pendidikan, ekonomi dan defisiensi vitamin C.
penghasilan dan pendidikan penduduk yang tinggi juga mempengaruhi kesehatan,
masyarakat yang berpenghasilan dan berpendidikan tinggi lebih banyak memiliki
pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta mengetahui
kebiasaan merawat dan mengobati penyakit yang mempengaruhi kesehatan gigi
dan mulut (Notoadmodjo, 2003).
Masyarakat harus memperhatikan nutrisi agar tidak tejadi defisiensi
vitamin C dengan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan,
defisiensi vitamin C dapat mempengaruhi metabolism kolagen pada jaringan
periodonsium yang akan mempengaruhi kemampuan jaringan untuk regenerasi,
defisiensi vitamin C juga dapat mengganggu pembentukan tulang alveolar karena
mengganggu keseimbangan lingkungan (ekologi) bakteri dalam plak sehingga
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit gigi, yaitu bagaimana manusia
merespon, baik secara pasif (mengetahui) penyakit dan rasa sakit gigi yang ada
pada dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan
penyakit dan skit gigi tersebut.
b) Perilaku terhadap system pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah responden
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan baik system pelayanan yang modern
maupun yang tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas
pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatan, yang terwujud
dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obatobatan.
c) Perilaku terhadap lingkungan adalah responden masyarakat terhadap lingkungan
yang mendukung kesehatan gigi dan mulut (Notoadmodjo, 2003).
4) Pelayanan Kesahatan
Secara umum pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas) merupakan
sub system pelayanan kesehatan, yang tujuan utamanya adalah preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan), selain itu pelayanan
kesehatan masyarakat juga melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan
rehabilitasi pemulihan terbatas, ruang lingkup pelayanan kesehatan menyangkut
kepentingan masyarakat banyak maka dari itu pelayanan masyarakat harus
diberikan seoptimal mungkin (Notoadmodjo, 2003).
a.
Faktor Dalam
terletak dibawah marginal gingiva, dapat tumbuh melingkari servikal gigi dengan
warna coklat sampai hittam karena pengaruh serum darah, konsistensi sangat
keras dengan permukaan keras padat dan mudah patah. Kalkulus sub gingiva ini
bertanggung jawab atas terjadinya radang gingiva dan pembentukan soket ataupun
lepasnya gigi dari dalam soketnya apabila dibiarkan akumulasi terus menerus.
Konsentrasi utama kalkulus adalah garam kalsium dan magnesium yang
dipengaruhi oleh faktor makanan dan saliva yang berasal dari glandula salivary.
3) Debris makanan
Merupakan sisa makanan yang tertinggal dalam mulut, mudah dihilangkan
dengan kumur dan semprotan air apabila tidak terjepit dalam ruang antar gigi.
Pada kondisi gigi berjejal tidak beraturan maka debris makanan sangat mudah
dijumpai demikian juga pada penderita radang gingiva lanjut dengan pembesaran
gingiva cekat dan marginal yang mudah berdarah, pada poket serta gigi yang telah
menggalami denudasi.
4) Materi Alba
Lapisan lunak berwarna putih berasal dari protein saliva yang
berkontaminasi dengan mikrobakterium, deskuamasi sel epitel. Melekat lunak
pada permukaan gigi, plak dan gingiva dan sangat mudah untuk dihilangkan
dengan kumur-kumur dan semprotan air bertekanan. Mudah ditemui pada radang
gingiva kronis dengan tingkatan kebersihan mulut rendah.
5) Faktor Latrogenik
Merupakan faktor penyebab penyakit gingivitis yang berasal dari kelalain
dan kesalahan atau tidak tepatnya satu prosedur, tekknik dan material yang
dipergunakan pada kedokteran gigi baik secara langsung ataupun tidak langsung
mempengaruhi/migrasi/merusak jaringan periodontal.
6) Faktor traumatik
Faktor traumatik pada jaringan periodontium akan mengakibatkan
terlepasnya apparatus epithelia gingival dan merupakan awal dari kerusakan
jaringan periodontium lebih lanjut adapun local iritan yang dapat dikelompokkan
pada kondisi diatas adalah :
Adanya peradangan gingival dan mudah berdarah disertai rasa tidak enak pada
area yang terlibat.
Adanya rasa gigi memanjang (modot) dengan rasa sakit bila gigi dalam keadaan
berfungsi karena periodontal ligament terkena inflamasi dalam berbagai tingkatan.
7) Faktor Kimiawi
Pemakaian obat kumur yang keras kadang-kadang dapat mengiritasi
jaringan gingiva, pemakaian secara topikkal obat-obatan analgesik-antiipiretika
pada mukosa dapat menyebabkan jaringan lunak muluut terbakar sehingga
menjadi lepuh, iritasi jaringan gingiva dan mukosa mulut akibat akhir ini telah
bbanyak dijumpai gangguan periodontal yang disebabkan oleh pencemaran
lingkungan akibat dari pengaruh industrialisasi yang tidak memperhatikan faktor
pembuuangan limbah.
8) Faktor Sistemik
Menurut Dali Munthe (2005) ada beberapa faktor sistemik, yaitu :
a) Penuaan
Penuaan dikaitkan dengan perubahan jaringan penyangga gigi karena kepadatan
tulang berkurang dan proses metabolik melambat, penyangga gigi dapat dipelihara
seumur hhidup bila tidak ada faktor etiologi local yang menyertai.
b) Stress Emosional
Keterkaitan antara keparahan gingivitis dengan stress adalah karena pekerjaan,
kejadian tertentu dan reaksi psikologi terhadap perubahan hidup. Kebiasaan
memelihara kesehatan pada orang-orang yang mengalami stress menurun,
tercermin dari meningkatnya kebiasaan merokok, penggunaan alcohol, dan obatobat terlarang, sukar tidur, gangguan makan, dan gangguan oral hygiene yang
buruk.
c) Kelainan Genetik
Beberapa kelainan genetic yang parah dapat menimbulkan efek buruk terhadap
jaringan mulut. Biasanya terjadi karena kekurangan sel-sel darah yang berkaitan
dengan pertahanan hospes.
d) Ketidakseimbangan Endokrin
Kelainan endokrin dapat berpengaruh secara langsung pada jaringan periodontal
yang berasal dari terhambatnya proses penyembuhhan luka.
e) Diabetes Militus
Penderita diabetes militus yang tidak terkontrol lebih rentan terhadap gingivitis.
f)
g) Kelainan darah
Kelainan darah sistemik dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
jaringan periodontal, seperti pada penderita leukemia ditemukan lesi periodontal
seperti pembesaran gingival akibat infiltrasi sel-sel leukemia ke sel jaringan.
h) Kekurangan nutrisi
Kekurangan vitamin C dapat berakibat terjadinya kerusakan periodontal seperti
terjadinya gingivitis ringan hingga sedang sampai pembesaran gingival.
Beberapa dampak bila kadar vitamin C rendah :
1. Terganggu metabolisme kalogen
2. Terganggu pembentukan metabolism tulang alveolar
3. Meningkatkan permiobilitas epitel sulkus terhadap produksi bakteri
4.
5. Difesiensi protein.
6. Obat-obatan
Obat-obatan merupakan faktor penyebab yang berpotensi menimbulkan penyakit
gingivitis seperti : Pembesaran gingival yang terjadi pada pemakai ganja.
Beberapa jenis obat dan efek kerja yang berbeda dapat menginduksi hyperplasia
gingival nonflamin dengan gambaran klinis yang tidak dapat dibedakan, obatobatan yang dimaksud adalah finition, siklasparin, nifedipin.
Kriteria
Nilai
1.
2.
Gingiva sehat
Inflamasi ringan pada gingiva yang di tandai dengan
3.
terjadi pendarahan
Inflamasi gingiva sedang, gingiva berwarna merah,
4.
oedematous,
terjadi
ulserasi,
gingiva
Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari skor Indeks
Gingiva dengan kriteria sebagai berikut :
Skor indek gingival
0,1 1,0
1,1 2,0
2,1 3,0
a.
Kondisi
Gingivitis
Gingivitis
Gingivitis
Gingiva
Ringan
Sedang
Parah
Tanda-Tanda Gingivitis
Menurut Donna Pratiwi (2007), ada beberapa tanda-tanda gingivitis, yaitu :
1) Saat menyikat gigi, ada noda darah yang tertinggal pada bulu sikat gigi.
2) Saat meludah, ada darah didalam air liur.
3) Gusi bisa dipisahkan dari gigi menggunakan sikat gigi.
4) Warna gusi mengkilat dan bengkak, kadang-kadang berdarah saat disentuh.
5) Tidak selalu disertai rasa sakit.
6) Terdapat akumulasi disekitar karang gigi.
1. Proses Terjadinya Gingivitis
Tahap Ketiga
Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak yang baik, dapat terjadi
tahap ketiga. Saat ini akan lebih banyak lagi tulang rahang yang rusak dan gusi
semakin turun, meskipun tidak secepat kerusakan tulang. Poket gusi menjadi lebih
dalam (lebih dari 6 mm). Karena tulang hilang, gigi mulai terasa sedikit goyang,
dan gigi depan kadang-kadang mulai bergerak dari posisi semula. Kemerahan,
pembengkakan, dan perdarahan masih tetap seperti sebelumnya, dan tetap tidak
ada rasa sakit.
d. Tahap Terakhir
Tahap-tahap ini biasanya terjadi pada usia 40-an atau 50-an tahun, tetapi
terkadang dapat lebih awal. Setelah beberapa tahun lagi tetap tanpa pembersihan
plak yang baik dan perawatan gusi, tahap terakhir dapat dicapai. Sekarang
kebanyakan tulang disekitar gigi telah mengalami kerusakan sehingga beberapa
gigi menjadi sangat goyang, dan mulai sakit. Pada tahap ini merupakan suatu
akibat gingivitis yang dibiarkan, sehingga gingivitis terus berlanjut ketahap paling
akut yaitu periodontitis.
2. Akibat Lanjut Dari Gingivitis
Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak dan perawatan gusi yang
baik, maka plak akan bersifat basa. Kalsium akan mengendap pada lapisan plak,
terjadilah pengapuran sehingga plak mengeras menjadi kalkulus. Hal ini di
sebabkan karena kalkulus, selain mengandung banyak kuman, permukaan yang
kasar akan merusak baik gusi maupun jaringan periodontium di bawahnya
(Besford, 1996).
3. Penanggulangan Gingivitis
Menurut Kanal (2009), dalam upaya penanggulangan gingivitis mencakup
3 aspek yaitu upaya promotif, preventif dan kuratif, yaitu :
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dalam penanggulangan gingivitis adalah sebagai berikut:
a) Dokter gigi dan perawat gigi memberikan informasi tentang kesehatan gigi.
b) Memberikan informasi dan pengarahan teknik-teknik pengontrolan plak.
c) Mendidik pasien agar pasien mengetahui cara-cara menjaga kebersihan mulutnya
(Mason, 1993)
2. Upaya Preventif (pencegahan)
Upaya preventif dalam penanggulangan gingivitis adalah sebagai berikut :
a) Menjaga oral hygiene.
b) Sikat gigi merupakan salah satu cara yang semua orang sudah tahu, mungkin juga
sudah dilakukan setiap hari. Jadi yang penting disini adalah pengenalan teknik
sikat gigi yang tepat, memotivasi untuk sikat gigi secara teratur dan pemilihan
pasta gigi dengan tepat. Teknik sikat gigi yang secara horizontal adalah lazim
dikenal umum, dan itu merupakan suatu kesalahan karena dengan cara demikian
lambat laun dapat menimbulkan resesi gingival dan abrasi gigi. Lebih lanjut lagi,
penyakit-penyakit periondontal akan lebih mudah terjadi.
c) Dental floss atau benang gigi meruapakan cara yang akhir-akhir ini mulai banyak
diperkenalkan , dan cukup ampuh untuk membersihkan disela-sela gigi. Tapi
teknik harus dimengerti dengan tepat karena jikalau tidak, alih-alih mencegah
penyakit periodontal, yang terjadi malah melukai gusi dan membuat radang.
d)
Kontrol ke dokter gigi secara teratur diperlukan sebagai salah satu upaya
preventif, karena merekalah ahlinya dan terkadang kita sendiri seringkali luput
mengamati perubahan pada gigi dan gusi yang masih kecil. Bagi mereka yang
pernah menderita penyakit periodontal disarankan untuk kontrol secara teratur ke
dokter gigi setiap 3 bulan sekali.
d)
Kemudian di bantu konsumsi vitamin dan nutrisi seperti buah dan sayur untuk
mengembalikan kesehatan gusi.
Pada akhirnya perlu diingat bahwa penyakit gingivitis adalah kelainan
yang berawal dari plak sehingga kunci sukses dalam upaya preventif adalah
kontrol plak. Dengan mengabaikan kontrol plak, tindakan preventif maupun terapi
secanggih apapun umumnya akan kurang berhasil.
A.
Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian
dilakukan pada gigi M3 rahang atas/rahang bawah.
3.
Bila gigi M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak
dilakukan penilaian.
4.
Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilain dilakukan pada gigi I1 kiri
rahang atas.
5. Bila gigi I1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dilakukan penilian.
6. Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilain dilakukan pada gigi I1 kanan
rahang bawah.
7. Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dilakukan penilaian.
a.
Debris indeks
Debris adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang di dapat pada
waktu dilakukan pemeriksaan debris.
Kriteria debris :
No
1.
2.
Kriteria
Pada permukaan gigi tidak ada debris/pewarnaan extrintik
Pada permukaan gigi terlihat debris yang lunak yang
3.
4.
Nilai
0
1
permukaan gigi
Pada permukaan gigi terlihat ada debris yang lunak yang
5.
: 0 0,6
: 1,9 3,0
Calculus Indeks
Calculus adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang di dapat pada
waktu pemeriksaan calkulus.
Kriteria calkulus :
No
1.
2.
Kriteria
Pada permukaan gigi tidak ada karang gigi
Pada permukaan gigi terlihat karang gigi yang menutupi
3.
4.
permukaan gigi
Pada permukaan gigi terlihat ada karang gigi sub gingiva
yang menutupi sebagian daerah servikal gigi
5.
Nilai
0
permukaan gigi
6.
a.
Baik
: 0 0,6
Sedang
: 0,7 1,8
Buruk
: 1,9 3,0
OHIS
OHIS adalah oral hygiene - simlified merupakan hasil penjumlahan debris
indeks dan calkulus.
Cara menghitung OHIS = Debris indeks + Calculus indeks
Skor OHIS :
Baik
: 0 - 1,2
Sedang
: 1,3 - 3,0
Buruk
: 3,1 - 6,0
: 0 - 0,6
2. Sedang
: 0,7 - 1,8
3. Buruk
: 1,9 - 3,0
: 0 - 1,2
2. Sedang
: 1,3 - 3,0
3. Buruk
: 3,1 - 6,0
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, untuk memperoleh gambaran faktor
penyebab terjadinya gingivitis pada masyarakat di dusun Ratu Safiatuddin
Gampong Peuniti Banda Aceh tahun 2012.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di dusun Ratu Safiatuddin gampong Peuniti Banda Aceh
tahun 2012
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 8 sampai 13 Oktober tahun 2012
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh masyarakat di Dusun Ratu Safiatuddin Gampong
Peuniti Banda Aceh tahun 2012 yang berjumlah 256 orang.
2. Sampel
Sampelnya adalah dengan menggunakan teknik Claster Sampling yaitu
seluruh masyarakat yang mengalami penyakit gingivitis di Dusun Ratu
Safiatuddin Gampong Peuniti Banda Aceh tahun 2012 yang berjumlah 62 orang.
D. Alat -alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Alat diagnose : pinset, sonde, eksavator, dan kaca mulut. Alat ini digunakan untuk
pemeriksaan dan penilaian gingivitis dalam mulut.
2.
3.
Kumpulan data yang telah diolah dan disajikan kemudian dianalisa untuk
mendapatkan gambaran tentang suatu situasi, kemudian dilakukan penarikan
kesimpulan berdasarkan kejadian yang ada.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Hasil dari studi epidemiologi dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kuantitatif pada sampel 62 orang di gampong Peuniti Banda Aceh.
a. Data umum
1. Gampong
Gampong wilayah kerja yaitu Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin
Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh.
Demografi
a.
Kader : 5 Orang
Geografis
a.
Mesjid
:5
Kantor PKK
d. Posyandu
:2
:1
:1
b. Data Khusus
1. Deskripsi faktor luar terjadinya penyakit gingivitis
1) Faktor keturunan
Tabel 3.1
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor keturunan pada masyarakat di
Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
Pertanyaan
No
1
Jawaban
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
2
2
4
0
3
5
9
1
9
4
3
35,4
64,5
4,8
95,1
30,6
69,3
Dari tabel 3.6 diatas tentang faktor keturunan terlihat responden yang
memiliki susunan gigi berjejal 22 responden (35,4%) dan anggota keluarga dari
ibu responden yang memiliki susunan gigi berjejal 19 responden (30,6%).
2) Faktor lingkungan
Tabel 3.2
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor lingkungan pada masyarakat
di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
1
2
3
4
5
6
Pertanyaan
Dilingkungan tempat tinggal menggunakan sikat a.
gigi berbulu halus.
b.
Sikat gigi kepunyaan sendiri.
a.
b.
Anggota keluarga sering mengkonsumsi sayur a.
sayuran dan buah-buahan.
b.
Di lingkungan tinggal terdapat apotik.
a.
b.
Jenis makanan yang banyak mengandung vitamin a.
C.
b.
Penghasilan keluarga selama ini.
a.
b.
c.
Jawaban
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
tidak
500,000-1,000,000
1,000,000-1,500,000
1,500,000-2,000,000
Dari tabel 3.8 diatas dapat dilihat bahwa dilingkungan tempat masyarakat
menggunakan sikat gigi berbulu halus dan (82,2%) masyarakat yang
berpenghasilan 500,000-1,000,000.
a) Pendidikan
Tabel 3.3
Distribusi frekuensi responden menurut pendidikan di Gampong
Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
N
o
1
2
3
4
Kategori
Jumlah
Persentase
SD
7
11,2
SMP
14
22,5
SMA
32
51,6
Sarjana
9
14,5
Total
62
100
Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
F
42
20
62
0
37
25
62
0
46
16
51
9
2
%
67,7
32,2
100
0
59,6
40,3
100
0
74,1
25,8
82,2
14,5
3,2
b) Pekerjaan
Tabel 3.4
Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan di Gampong
Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
Kategori
1 Ibu Rumah Tangga
2 PNS
3 Swasta
Total
Jumlah
19
7
36
62
Persentase
30,6
11,2
58
100
Pertanyaan
Pengertian radang gusi
(gingivitis)
Jawaban
a. Gusi merah, bengkak dan berdarah
b. Bau mulut
c. Tidak tau
5
2
0
3
7
1
5
4
3
4
1
2
3
5
1
5
8
32,
2
59,
6
24,
1
69,
3
6,4
19,
3
56,
4
24,
1
4
2
1
8
67,
7
29
3,2
Sikat gigi yang bagus untuk a. Bulu yang sangat lembut dan kepala
menyikat gigi.
sikat kecil
b. Bulu sikat yang tidak terlalu lembut
dan tidak terlalu kasar dan kepala
sikat kecil
c. Bulu sikat yang kasar dan kepala
sikat kecil
2
1
6
3
2
1
4
2
5
25,
8
51,
6
22,
5
40,
3
3
2
51,
6
11,2
Dari tabel 3.3 terlihat bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui apa
itu penyakit radang gusi (gingivitis) yaitu sebanyak 37 responden (59,6%).
b) Sikap
Tabel 3.6
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor sikap pada masyarakat di
Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
Jawaban
a. Setuju
b. Tidak setuju
52
10
83,8
16,1
62
0
100
0
a. Setuju
b. Tidak setuju
30
32
48,3
51,6
62
0
100
0
62
0
100
0
No
1
pertanyaan
Memeriksakan kesehatan gigi setiap 6
bulan sekali.
Dari tabel 3.4 di atas dapat dilihat bahwa 100% setuju agar gigi bersih dan
sehat harus menggosok gigi setiap hari, 100% responden setuju makanan yang
baik untuk kesehatan gigi adalah makanan yang berserat dan banyak mengandung
air.
c) Tindakan
Tabel 3.7
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor tindakan pada masyarakat di
Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
N
o
1
Jawaban
Pertanyaan
Setiap hari menggosok
gigi.
a. Ya
b. Tidak
a. 1 kali sehari
b. 2 kali sehari
c. 3 kali sehari
a. Di waktu mandi
b. Pagi sehabis makan
c. Pagi, siang sehabis makan, malam
sebelum tidur
5
4
8
5
0
1
2
0
4
5
1
7
0
3
6
1
5
11
4
4
0
1
8
1
8
4
4
0
1
6
3
2
1
4
2
1
3
8
87
12,
9
80,
6
19,
3
0
72,
5
27,
4
0
58
24,
1
17,
7
70,
9
0
29
29
70,
9
0
25,
8
51,
6
22,
5
33,
8
61,
2
3
Berdasarkan tabel 3.5 diatas terlihat bahwa sebagian besar responden hanya
menyikat gigi di waktu mandi saja yaitu 45 responden (72,5%), dan 44 responden
(70,9%) tidak pernah memeriksa kesehatan gigi dan mulut ke poliklinik gigi.
4,8
4) Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.8
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor pelayanan kesehatan pada
masyarakat di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
N
Jawaba F
o
Pertanyaan
n
1 Dilingkungan tempat tinggal tersedia pelayanan kesehatan a. Ya
6
gigi.
b. Tidak
2
0
2
Sering memeriksa gigi ketempat pelayanan kesehatan.
a. Ya
1
b. Tidak
8
4
4
3 Jarak rumah ke puskesmas/rumah sakit mencapai
a.Ya
6
2 5 km.
b.Tidak
2
0
4 Di lingkungan tempat tinggal sering dilakukan penyuluhana. Ya
0
kesehatan gigi
b. Tidak
6
2
5 Mendapatkan pelayanan yang baik dari petugas kesehatan a. Ya
2
gigi.
b. Tidak
2
4
0
Dari tabel 3.7 diatas terlihat bahwa kawasan Gampong Peuniti Dusun Ratu
Safiatuddin tersedia tempat pelayanan kesehatan yaitu puskesmas, tetapi 18
responden (29%) yang sering memeriksa gigi ketempat pelayanan kesehatan.
2. Deskripsi Faktor Dalam Penyebab Penyakit Gingivitis
1) Hasil Pemeriksaan Dedris Indeks (DI)
Tabel 3.10
Hasil Pemeriksaan Debris Indeks pada masyarakat di Gampong
%
100
0
29
70,
9
100
0
0
100
35,
4
64,
5
Kategori
Baik (0,06)
Sedang (0,7-1,8)
Buruk (1,9-3,0)
Total
Jumlah
0
25
37
62
Persentase
0
40,3
59,6
100
Dari hasil pemeriksaan debris indeks pada tabel 3.10 diatas diketahui bahwa
37 responden (59,6%) berada pada kriteria buruk.
2) Hasil Pemeriksaan Calculus Indeks (CI)
Tabel 3.11
Hasil Pemeriksaan Calculus Indeks (CI) pada masyarakat di Gampong
Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
1
2
3
Kategori
Baik (0,0-0,6)
Sedang (0,7-1,8)
Buruk (1,9-3,0)
Total
Jumlah
0
20
42
62
Persentase
0
32,2
67,7
100
Dari hasil pemeriksaan calkulus indeks pada tabel 3.11 diatas diketahui
bahwa 42 responden (67,7%) berada pada kriteria buruk.
3) Status Kebersihan Gigi dan Mulut
Tabel 3.12
Hasil Pemeriksaan OHI-S pada masyarakat di Gampong
Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
1
2
3
Kriteria OHI-S
Baik (0,0-0,2)
Sedang (1,3-3,0)
Buruk (3,1-6,0)
Total
Jumlah Responden
0
18
44
62
Persentase
0
29
70,9
100
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu untuk mengetahui berbagai
faktor penyebab terjadinya penyakit gingivitis pada masyarakat Dusun Ratu
Safiatuddin Gampong Peuniti Tahun 2012 dengan sampel 62 responden yang
terkena radang gusi (gingivitis).
Dari hasil penelitian di Dusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti diketahui
dari beberapa hasil pemeriksaan faktor dalam mengenai kebersihan mulut (Oral
Hygiene), dan faktor luar. Kebersihan mulut merupakan indikator yang sangat
penting akan timbulnya radang gusi (gingivitis) (Rahmawati Nur, 2009).
1. Kejadian penyakit gingivitis ditinjau dari faktor keturunan
Keturunan merupakan penyebab terjadinya gingivitis. Dari hasil penelitian
menunjukkan dari 62 responden yang mempunyai susunan gigi berjejal/berlapis
yaitu 22 responden (35,4%) dan anggota keluarga dari ibu responden yang
memiliki susunan gigi berjejal 19 responden (30,6%). Hal ini menggambarkan
bahwa susunan gigi berjejal dari keturunan yang dibawa oleh Ibu/Bapak. Susunan
gigi berjejal mempunyai resiko terjadinya karies dan gingivitis, karena sisa-sisa
makanan yang terdapat pada sela-sela gigi lebih susah dibersihkan, sehingga dapat
menyebabkan
penumpukan
plak,
penumpukan
plak
inilah
yang
dapat
perguruan tinggi hanya beberapa responden yang terkena gingivitis. Hal ini
menunjukkan bahwa pendidikan mempengaruhi kesehatan. Pendidikan yang
rendah kurang bisa menerima informasi dan pengetahuan cenderung rendah.
Tingkat pendidikan seseorang sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan,
khususnya pendidikan kesehatan gigi dan mulut karena makin tinggi tingkat
pendidikan akan makin menyerap informasi dan inovasi, termasuk kesehatan gigi
dengan tingkat pendidikan yang rendah (Boedihardjo, 1998). Faktor kedua
penyebab terjadinya gingivitis adalah sebagian besar dari responden 58% bekerja
sebagai swasta. Hal ini disebabkan karena responden terlalu sibuk dengan
pekerjaan mereka sehingga kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut.
3. Kejadian penyakit gingivitis ditinjau dari faktor perilaku
Faktor lain yang menyebabkan radang gusi (gingivitis) pada masyarakat di
Dusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti adalah faktor pengetahuan masyarakat.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden
cenderung rendah yaitu 51,6% dari responden bila gigi terasa goyang, gusi
membengkak dan terasa sakit, hanya meminum obat, sedangkan yang berkunjung
ke poliklinik gigi 22,5%. Peneliti berasumsi bahwa responden untuk mengobati
rasa sakit atau gusi membengkak ke poli gigi kurang, ini disebabkan karena
pengetahuan masyarakat kurang, seperti yang kita ketahui bahwa pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan
yang tepat (Notoadmodjo, 2003).
Selain itu faktor tindakan juga mempengaruhi terjadinya radang gusi
(gingivitis) yaitu kebiasaan responden menggosok gigi di waktu mandi sebanyak
72,5%. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya radang gusi (gingivitis) karena
masyarakat hanya menyikat gigi diwaktu mandi saja, bukan diwaktu pagi sesudah
makan dan malam sebelum tidur. Kebiasaan menyikat gigi diwaktu mandi
merupakan tindakan yang tidak benar karena setelah itu orang akan makan lagi.
Hal ini dapat menyebabkan penumpukan sisa-sisa makanan pada sela-sela gigi
dan permukaan gigi yang dapat menyebabkan terbentuknya plak (Ircham, 2005).
terjadi penumpukan plak yang kemudian dapat mengiritasi gusi. Peradangan pada
gusi juga dapat terjadi karena defisiensi/kekurangan vitamin, terutama vitamin C
(Dalimunthe, 2005).
Hasil pemeriksaan mengenai debris indeks pada responden ternyata dalam
kategori dengan indeks debris yang buruk adalah sebesar 59,6%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kebersihan mulut responden sebagian besar cenderung buruk
yang menandakan banyak sisa-sisa makanan yang masih melekat atau terselip di
gigi sehingga akan merusak lapisan permukaan gigi. Oleh karena itu
kecenderungan untuk terkena penyakit gingivitis lebih besar. Gingivitis
dikarenakan adanya plak yang merupakan campuran lengket yang terdiri dari
partikel makanan, lendir dan bakteri plak terbentuk karena kurang membersihkan
gigi sehingga menumpuk dileher gigi dan memasuki ruang-ruang sempit antara
perbatasan gigi dan gusi (Maulani, 2005).
Kecenderungan terkena penyakit radang gusi yang besar dapat dilihat pada
hasil pemeriksaan mengenai calculus indeks pada responden, ternyata dalam
kategori dengan calculus indeks yang buruk yaitu sebanyak 67,7%. Calculus
merupakan endapan keras hasil mineralisasi plak gigi dan melekat erat
mengelilingi permukaan gigi dan akar gigi bahkan dapat menutupi seluruh
permukaan gigi (Dalimunthe, 2005). Pengukuran calculus indeks dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar endapan keras yang terjadi karena proses pengapuran
yang berwarna putih sampai dengan coklat, kehitam-hitaman (Be Kien Nio,
1997).
Dari hasil pemeriksaan melalui pengukuran dengan OHI-S (hasil
pemeriksaan debris indeks dan calculus indeks) bahwa untuk kategori OHI-S yang
buruk sebesar 70,9%, sedangkan untuk kriteria sedang sebesar 29%. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa kecenderungan untuk terjadi gingivitis di Dusun
Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti lebih tinggi, sehingga nilai OHI-S yang tinggi
turut ikut menjadikan indikator mudahnya terkena radang gusi (gingivitis). Karena
OHI-S merupakan hasil penjumlahan dari debris indeks dan calculus indeks pada
diri seorang buruk, maka otomatis nilai OHI-S nya buruk yang berarti kebersihan
gigi dan mulutnya jelek (Heri Julianti, 2001).
Dari
keseluruhan
dapat
disimpulkan
bahwa
faktor-faktor
yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian kejadian gingivitis ditinjau dari berbagai faktor
penyebab pada masyarakat di Dusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti Kota
Banda Aceh Tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa :
1. Faktor penyebab terjadinya penyakit gingivitis
a.
1)
Faktor luar
Keturunan turut menentukan timbulnya penyakit gingivitis, 22 responden
(35,4%) mempunyai susunan gigi berjejal/berlapis yang beresiko terjadinya
gingivitis.
2) Sebagian besar yang terkena penyakit gingivitis adalah yang berpendidikan SMA
sebanyak 32 responden (51,6%) dan yang bekerja sebagai swasta sebanyak 36
responden (58%).
3) Berdasarkan faktor perilaku, sebanyak 59,6% responden tidak mengetahui apa itu
penyakit radang gusi (gingivitis), dan 45 responden (72,5%) menyikat gigi
diwaktu mandi saja serta 44 responden (70,9%) tidak pernah memeriksakan
kesehatan gigi dan mulut ke poliklinik gigi.
4)
b. Faktor dalam
Pemeriksaan OHI-S dengan proporsi paling besar adalah dalam kategori buruk
yaitu sebesar 70,9%.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat