Anda di halaman 1dari 44

KEJADIAN GINGIVITIS DITINJAU DARI BERBAGAI FAKTOR

PENYEBAB PADA MASYARAKAT DI DUSUN RATU


SAFIATUDDIN GAMPONG PEUNITI KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 3
pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak
mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab, juga berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan
diterimanya dari tenaga kesehatan (Depkes RI, 2009).
Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat agar tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik.
Diharapkan pada tahun 2000 setiap orang baik dari perkotaan maupun dipedesaan
memperoleh pemeliharaan kesehatan yang memadai sehingga mereka dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Dengan demikian, berarti masyarakat harus
mampu memelihara dan meningkatkan kemandirian dibidang kesehatan
(Herijulianti, 2002).
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi 4 faktor utama yakni,
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan, karena itu upaya untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ditujukan kepada 4
faktor utama tersebut secara bersama. Pendidikan atau promosi kesehatan pada
hakikatnya adalah upaya intervensi yang ditujukan kepada faktor perilaku. Namun
pada hakikatnya 3 faktor yang lain perlu intervensi pendidikan atau promosi

kesehatan juga, karena perilaku juga berperan pada faktor tersebut. Apabila
lingkungan baik dan sikap masyarakat positif maka lingkungan dan fasilitas
tersebut

niscaya

akan

dimanfaatkan

atau

digunakan

oleh

masyarakat

(Notoadmodjo, 2003).
Mengingat pentingnya kesehatan dalam segala segi kehidupan individu,
keluarga, dan masyarakat, maka upaya kesehatan khususnya upaya perawatan
yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan
dan pemulihan diarahkan bagi seluruh masyarakat dengan peningkatan peran serta
masyarakat agar dapat melaksanakan upaya kesehatan secara mandiri (Depkes RI,
2001).
Pada permasalahan kesehatan gigi dan mulut masih banyak masyarakat
yang belum sadar akan pentingnya kesehatan gigi karena banyak penyakit
mempunyai gejala-gejala yang dapat dilihat dalam mulut (Depkes RI, 1995). Oral
Hygine (kebersihan mulut) yang baik akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya
sehat seperti bagian-bagian yang lain dari tubuh, agar gigi tetap tahan terhadap
penyakit, maka harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang baik
(Boediharjho, 2002).
Menurut Daliemuthe (2001) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keparahan gingivitis yaitu; umur, jenis kelamin, ras, taraf pendidikan, penghasilan
dan daerah tempat tinggal. Ada juga beberapa faktor resiko lainnya yang
mempengaruhi keparahan gingivitis yaitu Oral Hygine yang buruk, defisiensi
nutrisi, flurosis dan kebiasaan buruk.
Penyakit gusi yang sering terjadi adalah peradangan pada gusi yang bahasa
kedokterannya disebut gingivitis. Penyakit yang awalnya dari dental plak yang
merupakan campuran lengket terdiri dari partikel partikel makanan, lender dan
bakteri, plak terbentuk karena kurang membersihkan gigi sehingga menumpuk
dileher gigi dan memasuki ruang ruang tempat antara perbatasan gigi dan gusi,
plak tersebut lama kelamaan akan menjadi endapan keras yang disebut gingivitis
yang terbentuk pada gigi. Radang gusi lebih sering terjadi karena kurangnya
merawat kebersihan gigi dan gusi sehingga terjadi penumpukan plak yang
kemudian dapat mengiritasi gusi (Herbing Tue, 2007).

Laporan Survey Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia (SKRT),


prevalensi penyakit gigi dan mulut tinggi meliputi 60% penduduk, dan 40%
penduduk yang menderita gingivitis. Karies dan gingivitis merupakan penyakit
yang paling banyak dijumpai dirongga mulut, sehingga merupakan masalah utama
kesehatan gigi dan mulut (Depkes RI, 2001).
Beberapa penelitian menyebutkan prevalensi gingivitis pada anak-anak
semakin meningkat dengan pertambahan usia yaitu 8% pada anak usia 4-6 tahun,
28% pada usia 6 - 15 tahun, 50% pada usia 6-12 tahun, dan 75% pada usia 5-14
tahun (Mathewson dan Primosch, 1995). Hasil penelitian di Indonesia yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 1984 menunjukkan persentase
penderita gingivitis yang cukup tinggi, yaitu kelompok usia 8 tahun mencapai
57,79 sampai 62,79%, kelompok usia 14 tahun mencapai 62,19 - 68,90% (Eriska
Riyanti, 2010).
Radang gusi biasanya baru muncul pada usia 30 an hingga 40 an tahun.
Pravalensi dan keparahan gingivitis dan periodontitis dipengaruhi oleh berbagai
faktor diantaranya usia (Kuntari, 2006). Prevalansi penyakit tersebut meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia. Namun hal tersebut bukan berarti penuaan
menyebabkan peningkatan prevalansi dan keparahan penyakit periodontal, tetapi
dikarenakan proses pembentukan plak dan sisa-sisa makanan yang menyebabkan
karang gigi. Gingivitis karies dan penyakit gigi lainnya berbeda-beda tanpa
mengabaikan kenyataan bahwa penyakit karies dan periodonsium tidak hanya
disebabkan oleh satu faktor tetapi multikausal dan dengan berbagai faktor
(Dalimunthe, 2001).
Menurut hasil penelitian Reyne Purnama Raya (2003) menunjukkab
bahwa prevalensi gingivitis adalah 94,4% dimana 63,9% tingkat keparahan ringan
dan 30,6% tingkat keparahan sedang. Penelitian ini merupakan penelitian
penjelasan (explanatory research) dengan metode survei dan pendekatan cross
sectionalpurpose Sampling dengan jumlah sampel 27 responden. Analisa data
dilakukan secara univariat dan bivariat (Reyne Purnama Raya, 2003).
Berdasarkan data yang diambil dari puskesmas Baiturrahman tahun 2011
tercatat persentase karies gigi 13,83%, penyakit pulpa 21,75%, dan penyakit

gingivitis sebanyak 22,58%. Dari data tersebut terlihat bahwa 22,58% dari
pengunjung puskesmas Baiturrahman mengalami penyakit gingivitis, ssehingga
penulis tertarik ingin meniliti faktor faktor penyebab gingivitis.
Data dari pemeriksaan didusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti Banda
Aceh 2012 mencatat bahwa 62 orang (24,21%) dari 256 populasi masyarakat
mengalami penyakit gingivitis sebagian besar faktor penyebab gingivitis
dikarenakan oleh plak dan oral hygine yang kurang baik. Hal ini menunjukkan
bahwa status kesehatan gigi dan mulut masih memprihatinkan.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya gingivitis pada masyarakat di
Dusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti Kota Banda Aceh tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a.

Mengetahui terjadinya gingivitis ditinjau dari faktor luar di dusun Ratu


Safiatuddin Gampong Peuniti Banda Aceh Tahun 2012

b.

Mengetahui terjadinya gingivitis ditinjau dari faktor dalam di dusun Ratu


Safiatuddin Gampong Peuniti Banda Aceh Tahun 2012.

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menjadi panduan dalam melakukan penelitian ataupun riset lebih lanjut
dalam perkembangan ilmu agar terwujudnya pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut yang optimal.
b. Dapat menjadi informasi ilmiah yang berguna dalam kegiatan pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut untuk dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
b. Menjadi pedoman bagi pengambil kebijakan di masyarakat dusun ratu safiatuddin
gampong peuniti Banda Aceh, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan gigi
dan mulut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gingiva (gusi)
1. Pengertian Gingiva (gusi)
Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan
menutupi lingir (ridge) alveolar. Merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi,
periodonsium, dan dengan membentuk hubungan dengan gigi, gingiva berfungsi
melindungi jaringan di bawah pelekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan
rongga mulut. Gingiva tergantung pada gigi geligi ; bila ada gigi geligi, gingiva
juga ada dan bila gigi dicabut gingiva akan hilang (Manson,1993).
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar.
Gingiva seringkali dipakai indikator bila jaringan periodontal terkena penyakit.
Hal ini disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva,
kadang-kadang gingiva juga dapat menggambarkan keadaan tulang alveolar yang
berada dibawahnya (Herijulianti, 2009).
2. Gambaran Klinis Gingiva Normal
Gambaran klinis gingiva dipakai sebagai dasar untuk mengetahui
perubahan patologis yang terjadi pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit.
Gambaran gingiva normal terdiri dari :
a.

Warna Gingiva
Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (corak pink). Hal ini
diakibatkan oleh adanya suplai darah, tebal dan derajat lapisan keratin epitelium
serta sel-sel pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya
dengan pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada
individu yang memiliki warna kulit yang gelap. Pigmentasi pada attached gingiva
mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada alveolar mukosa lebih merah, hal ini
disebabkan oleh karena alveolar muccosa tidak mempunyai lapisan keratin dan

epitelnya tipis.
b. Besar Gingiva

Besar gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai darah.
Perubahan besar gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada
c.

penyakit periodontal.
Kontur Gingiva
Kontur dan besar gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk
dan susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kontak
proksimal dan dimensi embrasur (interdental) gingiva oral maupun vestibular.

Interdental papil menutupi bagian interdental, sehingga tampak lancip


d. Kosistensi
Gingiva melekat erat kestruktur dibawahnya dan tidak mempunyai lapisan
e.

submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal.


Teksture
Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik- bintik ini
di sebut stipiling. Stipiling akan terlihat jelas apabila permukaan gingiva
dikeringkan (Herijulianti, 2009).

B. Gingivitis
1. Pengertian Gingivitis
Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang menunjukkan adanya tandatanda penyakit atau kelainan pada gusi (Depkes RI, 1996). Menurut Gay (2004)
gingivitis adalah inflamasi pada gusi atau gingival, pada pemeriksaan klinisnya
terdapat gambaran kemerahan di margin gingival. Pembengkakan dengan tingkat
yang berfariasi, pendarahan pada saat didrobing dengan tekanan ringan dan
perubahan bentuk gingival.
Gingival adalah peradangan pada gusi (gingiva) yaitu suatu inflamasi pada
jaringan

gusi,merupakan

penyakit

penyangga

gigi

yang

paling

ringan

(http/sitaminah.blogspot.com.2009). menurut Entri (2009) gingivitis adalah


peradangan pada gingival yang menunjukkan adanya tanda-tanda penyakit atau
kelainan pada gingiva disebabkan oleh plak dan dipercepat adanya iritasi local dan
sintetik.
Gingivitis adalah radang gusi yang merupakan bentuk penyakit rongga
mulut yang sering dijumpai. Karena penyakit ini demikian sering timbul dan tidak
menunjukkan gejala - gejala yang berat, maka penderita menjadi acuh tak acuh

dan jarang mau berobat (Zainul, 2004). Gingivitis bias timbul karena plak dan
kuman pathogen dan bias diperparah dengan adanya karang gigi, namun gingivitis
adalah penyakit yang revesible artinya bila iritasi local dihilangkan gigi bias
bersih kembali maka gusi bisa sehat seperti sedia kala (Mulyani, 2005).
2. Macam-macam Gingivitis
Gingivitis terdiri dari 5 macam yaitu :
a.
Gingivitis Marginalis adalah Peradangan gingiva bagian marginal yang
b.

merupakan stadium awal dari penyakit periodontal (Rosad, 2008).


Gingivitis Pubertas adalah gingivitis yang sering terjadi pada anak-anak usia
pubertas, yang ditandai dengan gejala gingiva mengalami perubahan warna
menjadi merah sampai kebiru-biruan, konsistensi gingiva berubah menjadi lunak
atau oedematous, licin dan berkilat dan permukaan gingiva, terutama papila

c.

interdental yang terlibat terlihat licin dan berkilat.


Gingivitis Pregnancy adalah gingivitis yang sering terjadi pada ibu hamil
biasanya ditandai dengan gejala gingiva cenderung mudah berdarah, baik karena
iritasi mekanis maupun secara spontan, gingiva biasanya mengalami perubahan
warna menjadi merah terang sampai merah kebiru-biruan dan konsistensi gingiva

d.

bebas dan gingiva interdental adalah lunak dan getas (mudah tercabik).
Scorbutic Gingivitis adalah merupakan gingivitis yang terjadi karena defisiensi
vitamin C, ditandai adanya hiperplasi atau ulserasi dan berwarna merah terang

e.

atau merah menyala.


Anug (Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis) merupakan satu-satunya
gingivitis yang akut, terjadi sangat mendadak dan cepat meluas. Biasanya terjadi
pada masa pergantian gigi di mana anak mempunyai oral hygiene buruk. Nama
lain dari Anug adalah Vincents Gingivitis atau Trench Mouth (Daliemunthe,

2008).
3. Faktor Penyebab Terjadinya Gingivitis
a. Faktor Luar
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan
dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian juga
pemecahan masalah kesehatan gigi dan mulut, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatan gigi dan mulut itu sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada

pengaruhnya terhadap masalah sehat dan sakit atau kesehatan gigi dan mulut itu
sendiri.
Dilihat menurut Hendrik L.Blum hanya faktor yang mempengaruhi kesehatan
didalam hal ini kesehatan gigi dan mulut digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan


Keempat faktor tersebut (keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan
kesehatan) di samping berpengaruh kepada kesehatan gigi dan mulut. Juga saling
berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan gigi dan mulut akan tercapai
secara optimal bila mana keempat faktor tersebut secara bersama-sama
mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam
keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan gigi dan mulut
akan tergeser dibawah optimal.
1)

Faktor Keturunan
Seseorang yang mempunyai susunan gigi berjejal atau maloklusi ada
kemungkinan bawaan dari orang tuanya. Gigi berjejal mudah sekali terjadi plak
dan kalkulus karena daerah sukar dibersihkan. Penyakit diabetes mellitus
kebanyakan adalah penyakit keturunan tetapi bukan penyakit menular. Penderita

diabetes mellitus yang tidak terkontrol lebih rentan terhadap penyakit gingivitis
karena gusi diabetes sering kali agak menggelembung atau bengkak, mudah
mengalami infeksi,dan kadang-kadang bernanah. Karena membengkaknya gusi,
gigi akan tanpak keluar. Karena sering mengalami infeksi rongga mulut dan ludah
diabetes semakin mengental, bau mulut dan ludah diabetes sering kurang enak
dengan demikian diabetes harus selalu kumur-kumur atau meskipun sedikit tetap
saja akan dapat menjadi sisa-sisa makanan meskipun sedikit tetap saja dapat
menjadi sumber infeksi di dalam mulut (Askar, 2004). Faktor lain dari keturunan
adalah kelainan darah. Kelainan darah sistemik dapat memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap jaringan periodontal seperti pada penderita leukemia
ditemukan lesi periodontal seperti pembesaran gingival akibat infiltrasi sel-sel
leukemia ke sel jaringan. Penyusupan (infiltrasi) sel-sel leukemia ke dalam gusi
menyebabkan gingivitis dan berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi
akan semakin memperburuk keadaan ini. Gusi tampak merah dan berdarah,
pendarahan sering berlanjut sampai beberapa menit atau lebih karena pada
penderita

leukemia,

darah

tidak

membeku

secara

normal

(http//google.com,gingivitis, 2009).
2) Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang penting yang berpengaruh terjadinya
penyakit gingivitis antara lain pendidikan, ekonomi dan defisiensi vitamin C.
penghasilan dan pendidikan penduduk yang tinggi juga mempengaruhi kesehatan,
masyarakat yang berpenghasilan dan berpendidikan tinggi lebih banyak memiliki
pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta mengetahui
kebiasaan merawat dan mengobati penyakit yang mempengaruhi kesehatan gigi
dan mulut (Notoadmodjo, 2003).
Masyarakat harus memperhatikan nutrisi agar tidak tejadi defisiensi
vitamin C dengan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan,
defisiensi vitamin C dapat mempengaruhi metabolism kolagen pada jaringan
periodonsium yang akan mempengaruhi kemampuan jaringan untuk regenerasi,
defisiensi vitamin C juga dapat mengganggu pembentukan tulang alveolar karena
mengganggu keseimbangan lingkungan (ekologi) bakteri dalam plak sehingga

meningkatkan patogenitas bakteri yang menyebabkan penyembuhan menjadi


lambat (Katherinearta, 2009).
3) Perilaku
Perilaku masyarakat sangat mempengaruhi status kesehatan, perilaku
kesehatan terutama kesehatan gigi pada dasarnya adalah suatu responden
seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system
pelayanan, makanan dan lingkungan.
Perilaku terhadap kesehatan gigi dan mulut mencakup :
a)

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit gigi, yaitu bagaimana manusia
merespon, baik secara pasif (mengetahui) penyakit dan rasa sakit gigi yang ada
pada dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan
penyakit dan skit gigi tersebut.

b) Perilaku terhadap system pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah responden
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan baik system pelayanan yang modern
maupun yang tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas
pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatan, yang terwujud
dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obatobatan.
c) Perilaku terhadap lingkungan adalah responden masyarakat terhadap lingkungan
yang mendukung kesehatan gigi dan mulut (Notoadmodjo, 2003).
4) Pelayanan Kesahatan
Secara umum pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas) merupakan
sub system pelayanan kesehatan, yang tujuan utamanya adalah preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan), selain itu pelayanan
kesehatan masyarakat juga melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan
rehabilitasi pemulihan terbatas, ruang lingkup pelayanan kesehatan menyangkut
kepentingan masyarakat banyak maka dari itu pelayanan masyarakat harus
diberikan seoptimal mungkin (Notoadmodjo, 2003).
a.

Faktor Dalam

Menurut Dali Munthe (2005) gingivitis disebabkan oleh berbagai faktor


yaitu:
1) Bakteri Plak
Bakteri plak melekat erat pada permukaan gigi terutama permukaan gigi
kasar, restorasi, alat orthodonsi, dan prosthodonsia. Bakteri di dalam plak akan
tumbuh secara berkonoli dan akan menutup permukaan gigi apabila dibiarkan
dalam jangka waktu kurang lebih satu minggu sehingga merangsang giginya
marginal untuk timbul gingivitis marginalis dan papillaris. Bila plak setelah
menebal dan menutup permukaan gigi akan sukar dibersihkan hanya dengan
kumur tanpa dilakukan pembersihan secara mekanik. Bakterial plak tersusun atas
beberapa koloni bakteri gram positif dan gram negative bentuk kokkus serta rod.
2) Kalkulus
Kalkulus merupakan endapan keras hasil mineralisasi plak gigi dan melekat
erat mengelilingi permukaan gigi dan akar gigi bahkan dapat menutup seluruh
permukaan gigi. Kalkulus dapat pula melekat pada permukaan gigi tiruan baik
gigi tiruan lepas atau cekat, pada restorasi gigi, melekat pada fisure gigi, daerah
gigi yang retak, daerah yang mengalami resorbsi, permukaan kasar sementum, dan
dentin melalui sekunder kutikel, penetrasi mikroorganisme dalam sementum.
Warna kalkulus putih atau kekuning-kuningan yang kadang-kadang berubah
coklat tua sammpai hiijau kehitaman dan dapat dipengaruhi oleh pigmen
makanan, rokok atau kopi serta serum darah dan saliva. Konsisten kalkulus lunak
sampai keras dan mudah patah. Komponen kalkulus tersusun oleh komponen
organic dan anorganik. Zat anorganik terdiri dari kalsium, fosfor, karbon dioksida,
magnesium, sodium, seng, strontium, bromium, tembaga, mangan, tungsten
kadang-kadang emas dan aluminium, silikon, besi dan fluor. Sedangkan garamgaram anorganik tersusun dari garam kalsium fosfat, kalsium karbonat dan
magnesium fosfat. Lokasi kalkulus hampir pada seluruh permukaan gigi. Menurut
letak berlekatan pada permukaan gigi kalkul;us dapat dibedakan kalkulus supra
gingiva dan kalkulus sub gingiva. Kalkulus supra gingiva ini pada umumnya
lunak dan amorf serta berwarna keputihan sampai putih kekuningan dan menyebar
keseluruh permukaan gigi bersama plak gigi sedangkan kalkulus sub gingiva

terletak dibawah marginal gingiva, dapat tumbuh melingkari servikal gigi dengan
warna coklat sampai hittam karena pengaruh serum darah, konsistensi sangat
keras dengan permukaan keras padat dan mudah patah. Kalkulus sub gingiva ini
bertanggung jawab atas terjadinya radang gingiva dan pembentukan soket ataupun
lepasnya gigi dari dalam soketnya apabila dibiarkan akumulasi terus menerus.
Konsentrasi utama kalkulus adalah garam kalsium dan magnesium yang
dipengaruhi oleh faktor makanan dan saliva yang berasal dari glandula salivary.
3) Debris makanan
Merupakan sisa makanan yang tertinggal dalam mulut, mudah dihilangkan
dengan kumur dan semprotan air apabila tidak terjepit dalam ruang antar gigi.
Pada kondisi gigi berjejal tidak beraturan maka debris makanan sangat mudah
dijumpai demikian juga pada penderita radang gingiva lanjut dengan pembesaran
gingiva cekat dan marginal yang mudah berdarah, pada poket serta gigi yang telah
menggalami denudasi.
4) Materi Alba
Lapisan lunak berwarna putih berasal dari protein saliva yang
berkontaminasi dengan mikrobakterium, deskuamasi sel epitel. Melekat lunak
pada permukaan gigi, plak dan gingiva dan sangat mudah untuk dihilangkan
dengan kumur-kumur dan semprotan air bertekanan. Mudah ditemui pada radang
gingiva kronis dengan tingkatan kebersihan mulut rendah.
5) Faktor Latrogenik
Merupakan faktor penyebab penyakit gingivitis yang berasal dari kelalain
dan kesalahan atau tidak tepatnya satu prosedur, tekknik dan material yang
dipergunakan pada kedokteran gigi baik secara langsung ataupun tidak langsung
mempengaruhi/migrasi/merusak jaringan periodontal.
6) Faktor traumatik
Faktor traumatik pada jaringan periodontium akan mengakibatkan
terlepasnya apparatus epithelia gingival dan merupakan awal dari kerusakan
jaringan periodontium lebih lanjut adapun local iritan yang dapat dikelompokkan
pada kondisi diatas adalah :

Adanya peradangan gingival dan mudah berdarah disertai rasa tidak enak pada
area yang terlibat.

Adanya gingival margin yang menurun ke apical.

Kemungkinan terbentuknya abses periodontal

Pada keadaan lanjut timbul rasa sakit pada perkusi

Adanya rasa gigi memanjang (modot) dengan rasa sakit bila gigi dalam keadaan
berfungsi karena periodontal ligament terkena inflamasi dalam berbagai tingkatan.

Kerusakan tulang alveolar.

Timbulnya karies akar pada keadaan lama terabaikan.

7) Faktor Kimiawi
Pemakaian obat kumur yang keras kadang-kadang dapat mengiritasi
jaringan gingiva, pemakaian secara topikkal obat-obatan analgesik-antiipiretika
pada mukosa dapat menyebabkan jaringan lunak muluut terbakar sehingga
menjadi lepuh, iritasi jaringan gingiva dan mukosa mulut akibat akhir ini telah
bbanyak dijumpai gangguan periodontal yang disebabkan oleh pencemaran
lingkungan akibat dari pengaruh industrialisasi yang tidak memperhatikan faktor
pembuuangan limbah.
8) Faktor Sistemik
Menurut Dali Munthe (2005) ada beberapa faktor sistemik, yaitu :
a) Penuaan
Penuaan dikaitkan dengan perubahan jaringan penyangga gigi karena kepadatan
tulang berkurang dan proses metabolik melambat, penyangga gigi dapat dipelihara
seumur hhidup bila tidak ada faktor etiologi local yang menyertai.
b) Stress Emosional
Keterkaitan antara keparahan gingivitis dengan stress adalah karena pekerjaan,
kejadian tertentu dan reaksi psikologi terhadap perubahan hidup. Kebiasaan
memelihara kesehatan pada orang-orang yang mengalami stress menurun,
tercermin dari meningkatnya kebiasaan merokok, penggunaan alcohol, dan obatobat terlarang, sukar tidur, gangguan makan, dan gangguan oral hygiene yang
buruk.
c) Kelainan Genetik

Beberapa kelainan genetic yang parah dapat menimbulkan efek buruk terhadap
jaringan mulut. Biasanya terjadi karena kekurangan sel-sel darah yang berkaitan
dengan pertahanan hospes.
d) Ketidakseimbangan Endokrin
Kelainan endokrin dapat berpengaruh secara langsung pada jaringan periodontal
yang berasal dari terhambatnya proses penyembuhhan luka.
e) Diabetes Militus
Penderita diabetes militus yang tidak terkontrol lebih rentan terhadap gingivitis.
f)

Ketidakseimbangan Hormon Seks


Ketidakseimbangan hormone seks dapat menimbulkan efek merugikan pada
gingival. Sebagai contoh : Kehamilan dan Pubertas.

g) Kelainan darah
Kelainan darah sistemik dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
jaringan periodontal, seperti pada penderita leukemia ditemukan lesi periodontal
seperti pembesaran gingival akibat infiltrasi sel-sel leukemia ke sel jaringan.
h) Kekurangan nutrisi
Kekurangan vitamin C dapat berakibat terjadinya kerusakan periodontal seperti
terjadinya gingivitis ringan hingga sedang sampai pembesaran gingival.
Beberapa dampak bila kadar vitamin C rendah :
1. Terganggu metabolisme kalogen
2. Terganggu pembentukan metabolism tulang alveolar
3. Meningkatkan permiobilitas epitel sulkus terhadap produksi bakteri
4.

Mengganggu keseimbangan ekologis sub gingival sehingga meningkatkan


pathogenesis bakteri tertentu.

5. Difesiensi protein.
6. Obat-obatan
Obat-obatan merupakan faktor penyebab yang berpotensi menimbulkan penyakit
gingivitis seperti : Pembesaran gingival yang terjadi pada pemakai ganja.
Beberapa jenis obat dan efek kerja yang berbeda dapat menginduksi hyperplasia
gingival nonflamin dengan gambaran klinis yang tidak dapat dibedakan, obatobatan yang dimaksud adalah finition, siklasparin, nifedipin.

1. Pathogenesis Penyakit Gingivitis


Penyebab utama dari gingivitis adalah plak dan kalkulus, plak terdiri dari
kumpulan bakteri yang komposisinya selalu berubah, sesuai dengan umur plak
yang melekat pada gigi atau jaringan gusi. Berbagai bakteri aerob dan anaerob
berkumpul dan lama-kelamaan akan menimbulkan radang gusi. Timbulnya plak
yang berada pada permukaan gigi dikarenakan pengaruh mineral dari saliva yang
dapat membentuk kalkulus, secara tidak langsung juga dianggap sebagai
penyebab gingivitis. Plak dan kalkulus mempunyai korelasi yang kuat dengan
gingivitis.
Gingivitis atau radang gusi bila kurang mendapat perawat akan menjadi
parah menyebar ke gigi sehingga mengakibatkan gigi lepas/tanggal. Keadaan
tersebut disebut dengan periodontitis, yang merupakan tahap lebih lanjut dari
gingivitis, dengan peradangan gusi yang lebih parah. Periodontitis merupakan
penyakit gusi yang hebat yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Hygine/kesehatan
mulut yang buruk memberi tempat bagi bakteri untuk berkembang biak. Bakteri
tersebut memasuki kantong-kantong yang ditimbulkan gingivitis, selanjutnya akan
merusak gusi, tulang dan jaringan pengikat, lama kelamaan gigi bisa menjadi
lepas. Pada pengobatan periodontitis diperlukan operasi untuk mencegah kambuh
kembali, disertai juga dengan peningkatan kebersihan mulut dan memeriksakan
gigi secara teratur (Hembing Tue, 2007).
2. Gingival Indeks
Adapun cara pemeriksaan gingival indeks menurut Loe dan Silnes adalah :
a. Cara Menentukan Gingivitis
Indeks yang diperkenalkan oleh Loe dan Silness ini digunakan untuk
menilai derajat keparahan inflamasi. Pengukuran dilakukan pada empat sisi gigi
geligi yang diperiksa : papila distovestibular, tepi gingiva vestibular, papila
mesiovestibular dan tepi gingiva oral (Daliemunthe, 2008).
Kriteria untuk penentuan skor sebagai berikut :
No

Kriteria

Nilai

1.
2.

Gingiva sehat
Inflamasi ringan pada gingiva yang di tandai dengan

perubahan warna, sedikit oedema, pada palpasi tidak

3.

terjadi pendarahan
Inflamasi gingiva sedang, gingiva berwarna merah,

4.

oedema dan berkilat, pada palpasi terjadi pendarahan


Inflamasi gingiva parah, gingiva berwarna merah
menyolok,

oedematous,

terjadi

ulserasi,

gingiva

cenderung berdarah spontan.


Skor setiap gigi diperoleh dengan menjumlahkan skor keempat sisi yang
diperiksa, lalu dibagi dengan empat (jumlah sisi yang dipriksa). Jumlah skor
semua gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa maka
diperoleh skor indeks gingiva untuk individu.

Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari skor Indeks
Gingiva dengan kriteria sebagai berikut :
Skor indek gingival
0,1 1,0
1,1 2,0
2,1 3,0
a.

Kondisi
Gingivitis
Gingivitis
Gingivitis

Gingiva
Ringan
Sedang
Parah

Tanda-Tanda Gingivitis
Menurut Donna Pratiwi (2007), ada beberapa tanda-tanda gingivitis, yaitu :

1) Saat menyikat gigi, ada noda darah yang tertinggal pada bulu sikat gigi.
2) Saat meludah, ada darah didalam air liur.
3) Gusi bisa dipisahkan dari gigi menggunakan sikat gigi.
4) Warna gusi mengkilat dan bengkak, kadang-kadang berdarah saat disentuh.
5) Tidak selalu disertai rasa sakit.
6) Terdapat akumulasi disekitar karang gigi.
1. Proses Terjadinya Gingivitis

Menurut John Besford (1996), proses terjadinya gingivitis dimulai dari :


a. Tahap Pertama
Plak yang terdapat pada gigi didekat gusi menyebabkan gusi menjadi
merah (lebih tua dari merah jambu), sedikit membengkak (membulat dan
bercahaya, tidak tipis dan berbintik seperti kulit jeruk), mudah berdarah ketika di
sikat (karena adanya luka kecil pada poket gusi), tidak ada rasa sakit.
b. Tahap Kedua
Setelah beberapa bulan atau beberapa tahun peradangan ini berlangsung.
plak pada gigi dapat menyebabkan serabut paling atas antara tulang rahang dan
akar gigi membusuk, dan ini diikuti dengan hilangnya sebagian tulang rahang
pada tempat perlekatan. Poket gusi juga menjadi lebih dalam dengan penurunan
tinggi tulang rahang tersebut. Gusi tetap berwarna merah, bengkak dan mudah
berdarah ketika disikat. Tetapi tidak terasa sakit.
c.

Tahap Ketiga
Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak yang baik, dapat terjadi
tahap ketiga. Saat ini akan lebih banyak lagi tulang rahang yang rusak dan gusi
semakin turun, meskipun tidak secepat kerusakan tulang. Poket gusi menjadi lebih
dalam (lebih dari 6 mm). Karena tulang hilang, gigi mulai terasa sedikit goyang,
dan gigi depan kadang-kadang mulai bergerak dari posisi semula. Kemerahan,
pembengkakan, dan perdarahan masih tetap seperti sebelumnya, dan tetap tidak
ada rasa sakit.

d. Tahap Terakhir
Tahap-tahap ini biasanya terjadi pada usia 40-an atau 50-an tahun, tetapi
terkadang dapat lebih awal. Setelah beberapa tahun lagi tetap tanpa pembersihan
plak yang baik dan perawatan gusi, tahap terakhir dapat dicapai. Sekarang
kebanyakan tulang disekitar gigi telah mengalami kerusakan sehingga beberapa
gigi menjadi sangat goyang, dan mulai sakit. Pada tahap ini merupakan suatu
akibat gingivitis yang dibiarkan, sehingga gingivitis terus berlanjut ketahap paling
akut yaitu periodontitis.
2. Akibat Lanjut Dari Gingivitis

Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak dan perawatan gusi yang
baik, maka plak akan bersifat basa. Kalsium akan mengendap pada lapisan plak,
terjadilah pengapuran sehingga plak mengeras menjadi kalkulus. Hal ini di
sebabkan karena kalkulus, selain mengandung banyak kuman, permukaan yang
kasar akan merusak baik gusi maupun jaringan periodontium di bawahnya
(Besford, 1996).
3. Penanggulangan Gingivitis
Menurut Kanal (2009), dalam upaya penanggulangan gingivitis mencakup
3 aspek yaitu upaya promotif, preventif dan kuratif, yaitu :
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dalam penanggulangan gingivitis adalah sebagai berikut:
a) Dokter gigi dan perawat gigi memberikan informasi tentang kesehatan gigi.
b) Memberikan informasi dan pengarahan teknik-teknik pengontrolan plak.
c) Mendidik pasien agar pasien mengetahui cara-cara menjaga kebersihan mulutnya
(Mason, 1993)
2. Upaya Preventif (pencegahan)
Upaya preventif dalam penanggulangan gingivitis adalah sebagai berikut :
a) Menjaga oral hygiene.
b) Sikat gigi merupakan salah satu cara yang semua orang sudah tahu, mungkin juga
sudah dilakukan setiap hari. Jadi yang penting disini adalah pengenalan teknik
sikat gigi yang tepat, memotivasi untuk sikat gigi secara teratur dan pemilihan
pasta gigi dengan tepat. Teknik sikat gigi yang secara horizontal adalah lazim
dikenal umum, dan itu merupakan suatu kesalahan karena dengan cara demikian
lambat laun dapat menimbulkan resesi gingival dan abrasi gigi. Lebih lanjut lagi,
penyakit-penyakit periondontal akan lebih mudah terjadi.
c) Dental floss atau benang gigi meruapakan cara yang akhir-akhir ini mulai banyak
diperkenalkan , dan cukup ampuh untuk membersihkan disela-sela gigi. Tapi
teknik harus dimengerti dengan tepat karena jikalau tidak, alih-alih mencegah
penyakit periodontal, yang terjadi malah melukai gusi dan membuat radang.

d)

Kontrol ke dokter gigi secara teratur diperlukan sebagai salah satu upaya
preventif, karena merekalah ahlinya dan terkadang kita sendiri seringkali luput
mengamati perubahan pada gigi dan gusi yang masih kecil. Bagi mereka yang
pernah menderita penyakit periodontal disarankan untuk kontrol secara teratur ke
dokter gigi setiap 3 bulan sekali.

3. Upaya Kuratif (pengobatan)


Upaya kuratif dalam penanggulangan gingivitis yaitu sebagai berikut :
a)

Scaling merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan kalkulus


(karang gigi). Kalkulus (karang gigi) adalah deposit yang terkalsifikasi sehingga
merekat keras dan tidak hilang dengan sikat gigi. Kalkulus ini terbagi 2 yaitu
supragingiva dan subgingiva. Umumnya kalkulus supragingiva berlokasi pada sisi
bukal dari gigi-gigi molar rahang atas dan sisi lingual dari gigi-gigi anterior
rahang bawah sedangkan kalkulus subgingiva itu berwarna hitam.

b) Kuretase merupakan tindakan pembersihan periodontal pocket yang berisi banyak


food debris maupun kuman untuk mencegah peradangan lanjut. apabila pocket
sedang dalam keadaan akut maka salah satu cara yang dilakukan adalah tindakan
kuretase.
c)

Kumur-kumur antiseptic merupakan bahan aktif yang sering digunakan sebagai


kumur-kumur. Yang dijual bebas umumnya berasal dari minyak tumbuhtumbuhan seperti metal salisilat (seperti pada produk Listerine), sedangkan yang
perlu diresepkan dokter adalah Chlorhexidine 0,20% (seperti pada produk
Minosep) dan H2O2 1,5% atau 3,0%. Kumur-kumur yang lebih murah dan cukup
efektif adalah dengan air garam hangat. Sedangkan kumur-kumur antiseptic yang
sering digunakan adalah Chlorhexidine 0.20 %. Kumur-kumur sekurangnya 1
menit sebanyak 10 cc terbukti efektif dalam meredakan proses peradangan pada
jaringan periodontal.

d)

Antibiotik digunakan apabila terbukti keterlibatan kuman baik secara klinis


maupun mikrobiologis, maka antibiotic mutlak diperlukan. Pada umumnya
antibiotic yang digunakan pada penyakit-penyakit gigi adalah golongan penisilin
karena kuman yang sering menjadi causanya sensitive terhadap golongan ini.
Tetapi pada penyakit periodontal, terutama yang lanjut, perlu dipertimbangkan

keterlibatan kuman-kuman gram negativ serta anaerob, sehingga dengan demikian


pilihan antibiotic jatuh pada tetrasiklin (sering kali digantikan dengan golongan
aminopenisilin karena berspectrum luas juga) atau metronidazol karena efektivitas
terhadap anaerob. Pemberian dapat berupa per oral maupun lokal seperti gel,
tergantung dari luasnya dan tahap proses penyakit dan juga dibantu dengan
analgetik - anti inflamasi untuk merdaka gejala simtomatik.
e)

Kemudian di bantu konsumsi vitamin dan nutrisi seperti buah dan sayur untuk
mengembalikan kesehatan gusi.
Pada akhirnya perlu diingat bahwa penyakit gingivitis adalah kelainan
yang berawal dari plak sehingga kunci sukses dalam upaya preventif adalah
kontrol plak. Dengan mengabaikan kontrol plak, tindakan preventif maupun terapi
secanggih apapun umumnya akan kurang berhasil.

A.

Kebersihan Gigi Dan Mulut

1. Pengertian Kebersihan Gigi Dan Mulut


Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan dimana mulut bebas dari plak
dan karang gigi. Kebersihan gigi yang baik akan membuat jaringan sekitarnya
sehat. Seperti bagian lain dari tubuh, maka gigi dan jaringan penyangganya
mudah terkena penyakit. Oleh karena itu, kebersihan gigi harus mendapat
perhatian dan perawatan yang baik (Beodihardjo, 1985).
Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan dimana mulut terbebas dari
plak dan calculus (Depkes R.I, 1995).
2. Cara Pengukuran Kebersihan Gigi Dan Mulut
Menurut Herijulianti (2002), untuk menilai kebersihan gigi dan mulut
seseorang dilihat adalah adanya debris (plak) dan calculus (karang gigi) pada
permukaan gigi. Pemeriksaan debris dan calculus dilakukan pada gigi tertentu dan
pada permukaan tertentu dari gigi tersebut, yaitu :
Untuk rahang atas yang diperiksa :
a) Gigi M1 kanan atas pada permukaan bucal.
b) Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial.

c) Gigi M1 kiri atas pada permukaan bucal.


Untuk rahang bawah yang diperikasa :
a) Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual.
b) Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial.
c) Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual.
Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah
dicabut/tinggal akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah
ditetapkan untuk mewakilinya, yaitu :
1. Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada
gigi M2 rahang ata /rahang bawah.
2.

Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian
dilakukan pada gigi M3 rahang atas/rahang bawah.

3.

Bila gigi M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak
dilakukan penilaian.

4.

Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilain dilakukan pada gigi I1 kiri
rahang atas.

5. Bila gigi I1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dilakukan penilian.
6. Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilain dilakukan pada gigi I1 kanan
rahang bawah.
7. Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dilakukan penilaian.
a.

Debris indeks
Debris adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang di dapat pada
waktu dilakukan pemeriksaan debris.
Kriteria debris :
No
1.
2.

Kriteria
Pada permukaan gigi tidak ada debris/pewarnaan extrintik
Pada permukaan gigi terlihat debris yang lunak yang

3.

menutupi gigi seluas 1/3 permukaan/lebih 1/3 permukaan


Pada permukaan gigi tidak ada debris lunak tetapi ada

4.

Nilai
0
1

pewarnaan extrinsik yang menutupi sebagian / seluruh

permukaan gigi
Pada permukaan gigi terlihat ada debris yang lunak yang

menutupi permukaan gigi lebih 1/3 tapi kurang dari 2/3


permukaan gigi
Pada permukaan gigi terlihat ada debris yang lunak menutupi

5.

permukan gigi seluas 2/3 sampai seluruh permukaan gigi

Cara menghitung debris indeks :

Skor debris indeks :


Baik

: 0 0,6

Sedang : 0,7 1,8


Buruk
a.

: 1,9 3,0

Calculus Indeks
Calculus adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang di dapat pada
waktu pemeriksaan calkulus.
Kriteria calkulus :
No
1.
2.

Kriteria
Pada permukaan gigi tidak ada karang gigi
Pada permukaan gigi terlihat karang gigi yang menutupi

3.

gigi lebih 1/3 permukaan gigi


Pada permukaan gigi terlihat karang gigi supra gingiva
yang menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3

4.

permukaan gigi
Pada permukaan gigi terlihat ada karang gigi sub gingiva
yang menutupi sebagian daerah servikal gigi

5.

Nilai
0

Pada permukaan gigi terlihat karang gigi supra gingiva


yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan / seluruh

permukaan gigi
6.

Pada permukaan gigi terlihat ada karang gigi sub gingiva


yang menutupi dan melingkari seluruh permukaan gigi

Cara menghitung calkulus indeks :

Skor calculus indeks :

a.

Baik

: 0 0,6

Sedang

: 0,7 1,8

Buruk

: 1,9 3,0

OHIS
OHIS adalah oral hygiene - simlified merupakan hasil penjumlahan debris
indeks dan calkulus.
Cara menghitung OHIS = Debris indeks + Calculus indeks
Skor OHIS :
Baik

: 0 - 1,2

Sedang

: 1,3 - 3,0
Buruk

: 3,1 - 6,0

Kriteria Debris Indeks dan Calculus Indeks adalah :


1. Baik

: 0 - 0,6

2. Sedang

: 0,7 - 1,8

3. Buruk

: 1,9 - 3,0

Kriteria OHI-S adalah :


1. Baik

: 0 - 1,2

2. Sedang

: 1,3 - 3,0

3. Buruk

: 3,1 - 6,0

3. Sikat Gigi dan Dental Floss


Bentuk dan ukuran sikat gigi baik pada bagian kepala, bahan, permukaan
susunan serabut sikatnya serta bagian tangkainya sangat bervariasi. Bentuk sikat
gigi dan kemampuan individu mempunyai peranan besar dalam efisien
membersihkan plak. Sikat gigi yang memenuhi syarat tangkai lurus, bulu rata dan
halus, serta ujung kepala bulat mengecil.
Pada gigi dengan papil interdental memenuhi ruang interdental dengan
penggunaan benang gigi merupakan metode pilihanuntuk membersihkan
permukaan interproximal.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, untuk memperoleh gambaran faktor
penyebab terjadinya gingivitis pada masyarakat di dusun Ratu Safiatuddin
Gampong Peuniti Banda Aceh tahun 2012.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di dusun Ratu Safiatuddin gampong Peuniti Banda Aceh
tahun 2012
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 8 sampai 13 Oktober tahun 2012
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh masyarakat di Dusun Ratu Safiatuddin Gampong
Peuniti Banda Aceh tahun 2012 yang berjumlah 256 orang.
2. Sampel
Sampelnya adalah dengan menggunakan teknik Claster Sampling yaitu
seluruh masyarakat yang mengalami penyakit gingivitis di Dusun Ratu
Safiatuddin Gampong Peuniti Banda Aceh tahun 2012 yang berjumlah 62 orang.
D. Alat -alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Alat diagnose : pinset, sonde, eksavator, dan kaca mulut. Alat ini digunakan untuk
pemeriksaan dan penilaian gingivitis dalam mulut.
2.

Kartu status untuk mengetahui perbedaan gingivitis masyarakat antara satu


dengan yang lainnya.

3.

Kuisioner, digunakan untuk menggali pengetahuan, sikap, dan tindakan


masyarakat terhadap gingivitis.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data ini diperoleh langsung dengan mewawancarai responden melalui
kuisioner dan pemeriksaan gingivitis pada masyarakat dusun Ratu Safiatuddin
gampong Peuniti Banda Aceh tahun 2012.
2. Data Sekunder
Data mengenai jumlah masyarakat ini diperoleh dari Keuchik gampong
Peuniti Banda Aceh tahun 2012, dan data lainnya yang berhubungan dengan
kesehatan gigi.
F. Pengelolaan dan Analisa Data
1. Pengelolaan Data
Setelah data berhasil dikumpulkan langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah mengelola data sehingga jelas sifat sifat yang dimiliki oleh data tersebut.
Tahap-tahap dalam pengelolaan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Editing
Dengan memeriksa kembali kelengkapan jawaban memeriksa nama dan identitas
responden, data yang diberikan berkesinambungan atau tidak dalam arti tidak
ditemukan data yang bertentangan satu sama lainnya.
b. Coding
Data yang telah diperoleh disederhanakan untuk memudahkan pengelolaannya
yaitu dengan menggunakan angaka atau kode kode tertentu.
c. Tabulating
Datat dikelompokkan kedalam table tertentu menurut sifat yang dimiliki sesuai
tujuan penelitian.
2. Analisa Data

Kumpulan data yang telah diolah dan disajikan kemudian dianalisa untuk
mendapatkan gambaran tentang suatu situasi, kemudian dilakukan penarikan
kesimpulan berdasarkan kejadian yang ada.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
Hasil dari studi epidemiologi dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kuantitatif pada sampel 62 orang di gampong Peuniti Banda Aceh.
a. Data umum
1. Gampong
Gampong wilayah kerja yaitu Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin
Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh.

Demografi

a.

Jumlah kepala keluarga di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin : 192 KK

b. Jumlah penduduk di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin : 456 Jiwa


c.

Kader : 5 Orang

Geografis

2. Batas daerah Gampong Peuniti


a.

Utara berbatasan dengan Gampong Kuta Alam

b. Selatan berbatasan dengan Gampong Peuniti


c.

Timur berbatasan dengan Gampong Ateuk Pahlawan

d. Barat berbatasan dengan Gampong Neusu Jaya

Sarana dan Prasaran

a.

Mesjid

:5

b. Rumah Bidan Gampong


c.

Kantor PKK

d. Posyandu

:2
:1
:1

b. Data Khusus
1. Deskripsi faktor luar terjadinya penyakit gingivitis
1) Faktor keturunan
Tabel 3.1
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor keturunan pada masyarakat di
Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
Pertanyaan
No
1

Jawaban

Mempunyai susunan gigi berjejal/berlapis.

a. Ya
b. Tidak

Anggota keluarga dari ayah anda mempunyai


susunan gigi berjejal/berlapis.

a. Ya
b. Tidak

Anggota keluarga dari ibu anda mempunyai susunan a. Ya


gigi berjejal/berlapis.
b. Tidak

2
2
4
0
3
5
9
1
9
4
3

35,4
64,5
4,8
95,1
30,6
69,3

Dari tabel 3.6 diatas tentang faktor keturunan terlihat responden yang
memiliki susunan gigi berjejal 22 responden (35,4%) dan anggota keluarga dari
ibu responden yang memiliki susunan gigi berjejal 19 responden (30,6%).

2) Faktor lingkungan
Tabel 3.2
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor lingkungan pada masyarakat
di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
1
2
3
4
5
6

Pertanyaan
Dilingkungan tempat tinggal menggunakan sikat a.
gigi berbulu halus.
b.
Sikat gigi kepunyaan sendiri.
a.
b.
Anggota keluarga sering mengkonsumsi sayur a.
sayuran dan buah-buahan.
b.
Di lingkungan tinggal terdapat apotik.
a.
b.
Jenis makanan yang banyak mengandung vitamin a.
C.
b.
Penghasilan keluarga selama ini.
a.
b.
c.

Jawaban
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
tidak
500,000-1,000,000
1,000,000-1,500,000
1,500,000-2,000,000

Dari tabel 3.8 diatas dapat dilihat bahwa dilingkungan tempat masyarakat
menggunakan sikat gigi berbulu halus dan (82,2%) masyarakat yang
berpenghasilan 500,000-1,000,000.
a) Pendidikan
Tabel 3.3
Distribusi frekuensi responden menurut pendidikan di Gampong
Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
N
o
1
2
3
4

Kategori

Jumlah

Persentase

SD
7
11,2
SMP
14
22,5
SMA
32
51,6
Sarjana
9
14,5
Total
62
100
Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

mempunyai pendidikan hanya sampai sekolah menengah atas (SMA) yaitu


sebanyak 32 responden (51,6%).

F
42
20
62
0
37
25
62
0
46
16
51
9
2

%
67,7
32,2
100
0
59,6
40,3
100
0
74,1
25,8
82,2
14,5
3,2

b) Pekerjaan
Tabel 3.4
Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan di Gampong
Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
Kategori
1 Ibu Rumah Tangga
2 PNS
3 Swasta
Total

Jumlah
19
7
36
62

Persentase
30,6
11,2
58
100

Kategori responden menurut pekerjaan berdasarkan tabel 3.2 dapat di


ketahui bahwa pekerjaan yang banyak di miliki oleh responden adalah swasta
dengan jumlah 36 responden (58%).
3) Faktor Perilaku
a) Pengetahuan
Tabel 3.5
Distribusi Frekuensi Item Pertanyaan Faktor Pengetahuan
pada masyarakat di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
N
o
1

Pertanyaan
Pengertian radang gusi
(gingivitis)

Jawaban
a. Gusi merah, bengkak dan berdarah
b. Bau mulut
c. Tidak tau

Penyebab penyakit gingivitis.a. Plak


b. Lubang gigi
c. Tidak tau

Waktu yang tepat untuk


menggosok gigi.

a. Sesudah makan dan sebelum tidur


b. Waktu mandi
c. Bangun tidur

5
2
0
3
7
1
5
4
3
4
1
2
3
5
1
5

8
32,
2
59,
6
24,
1
69,
3
6,4
19,
3
56,
4
24,
1

Akibat yang terjadi bila


radang gusi di abaikan.

a. Gigi menjadi patah


b. Gigi goyang, gusi merah, dan gigi
tanggal dengan sendirinya
c. Gigi menjadi rapuh

4
2
1
8

67,
7
29
3,2

Bila gigi terasa goyang, gusi a. Membiarkannya


membengkak dan terasa
b. Minum obat
sakit.
c. Berkunjung ke poliklinik gigi

Sikat gigi yang bagus untuk a. Bulu yang sangat lembut dan kepala
menyikat gigi.
sikat kecil
b. Bulu sikat yang tidak terlalu lembut
dan tidak terlalu kasar dan kepala
sikat kecil
c. Bulu sikat yang kasar dan kepala
sikat kecil

2
1
6
3
2
1
4
2
5

25,
8
51,
6
22,
5
40,
3

3
2

51,
6

11,2

Dari tabel 3.3 terlihat bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui apa
itu penyakit radang gusi (gingivitis) yaitu sebanyak 37 responden (59,6%).

b) Sikap
Tabel 3.6
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor sikap pada masyarakat di
Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
Jawaban

a. Setuju
b. Tidak setuju

52
10

83,8
16,1

Selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut. a. Setuju


b. Tidak setuju

62
0

100
0

Bila mengalami gusi bengkak ditunggu


sembuh sendiri.

a. Setuju
b. Tidak setuju

30
32

48,3
51,6

Agar gigi bersih dan sehat harus menggosoka. Setuju


gigi setiap hari.
b. Tidak setuju

62
0

100
0

Makanan yang baik untuk kesehatan gigi a. Setuju


adalah makanan yang berserat dan banyak b. Tidak setuju
mengandung air.

62
0

100
0

No
1

pertanyaan
Memeriksakan kesehatan gigi setiap 6
bulan sekali.

Dari tabel 3.4 di atas dapat dilihat bahwa 100% setuju agar gigi bersih dan
sehat harus menggosok gigi setiap hari, 100% responden setuju makanan yang
baik untuk kesehatan gigi adalah makanan yang berserat dan banyak mengandung
air.

c) Tindakan
Tabel 3.7
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor tindakan pada masyarakat di
Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
N
o
1

Jawaban
Pertanyaan
Setiap hari menggosok
gigi.

a. Ya
b. Tidak

Sehari menggosok gigi.

a. 1 kali sehari
b. 2 kali sehari
c. 3 kali sehari

Waktu menggosok gigi.

a. Di waktu mandi
b. Pagi sehabis makan
c. Pagi, siang sehabis makan, malam
sebelum tidur

Untuk mencegah terjadinyaa. Menjaga kebersihan gigi dan mulut


penyakit gingivitis
b. Tidak melakukan apa apa
c. Mencegah dengan menggunakan ramuan

Memeriksa kesehatan gigi a. Tidak pernah


dan mulut ke poliklinik gigi.
b. Sering
c. Pernah (6 bulan sekali)

Membersihkan karang gigi.a. Pernah


b. Tidak pernah
c. Sering

Bila gigi terasa goyang, a. Membiarkannya


gusinya membengkak dan b. Minum obat
terasa sakit.
c. Berkunjung ke poliklinik gigi

Menggunakan tusuk gigi a. Ya, sering


untuk membersihkan sisa b. Kadang kadang
sisa makanan yang melekatc. Tidak pernah
pada sela sela gigi

5
4
8
5
0
1
2
0
4
5
1
7
0
3
6
1
5
11
4
4
0
1
8
1
8
4
4
0
1
6
3
2
1
4
2
1
3
8

87
12,
9
80,
6
19,
3
0
72,
5
27,
4
0
58
24,
1
17,
7
70,
9
0
29
29
70,
9
0
25,
8
51,
6
22,
5
33,
8
61,
2

3
Berdasarkan tabel 3.5 diatas terlihat bahwa sebagian besar responden hanya
menyikat gigi di waktu mandi saja yaitu 45 responden (72,5%), dan 44 responden
(70,9%) tidak pernah memeriksa kesehatan gigi dan mulut ke poliklinik gigi.

4,8

4) Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.8
Distribusi frekuensi item pertanyaan faktor pelayanan kesehatan pada
masyarakat di Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
N
Jawaba F
o
Pertanyaan
n
1 Dilingkungan tempat tinggal tersedia pelayanan kesehatan a. Ya
6
gigi.
b. Tidak
2
0
2
Sering memeriksa gigi ketempat pelayanan kesehatan.
a. Ya
1
b. Tidak
8
4
4
3 Jarak rumah ke puskesmas/rumah sakit mencapai
a.Ya
6
2 5 km.
b.Tidak
2
0
4 Di lingkungan tempat tinggal sering dilakukan penyuluhana. Ya
0
kesehatan gigi
b. Tidak
6
2
5 Mendapatkan pelayanan yang baik dari petugas kesehatan a. Ya
2
gigi.
b. Tidak
2
4
0

Dari tabel 3.7 diatas terlihat bahwa kawasan Gampong Peuniti Dusun Ratu
Safiatuddin tersedia tempat pelayanan kesehatan yaitu puskesmas, tetapi 18
responden (29%) yang sering memeriksa gigi ketempat pelayanan kesehatan.
2. Deskripsi Faktor Dalam Penyebab Penyakit Gingivitis
1) Hasil Pemeriksaan Dedris Indeks (DI)
Tabel 3.10
Hasil Pemeriksaan Debris Indeks pada masyarakat di Gampong

%
100
0
29
70,
9
100
0
0
100
35,
4
64,
5

Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012


No
1
2
3

Kategori
Baik (0,06)
Sedang (0,7-1,8)
Buruk (1,9-3,0)
Total

Jumlah
0
25
37
62

Persentase
0
40,3
59,6
100

Dari hasil pemeriksaan debris indeks pada tabel 3.10 diatas diketahui bahwa
37 responden (59,6%) berada pada kriteria buruk.
2) Hasil Pemeriksaan Calculus Indeks (CI)
Tabel 3.11
Hasil Pemeriksaan Calculus Indeks (CI) pada masyarakat di Gampong
Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
1
2
3

Kategori
Baik (0,0-0,6)
Sedang (0,7-1,8)
Buruk (1,9-3,0)
Total

Jumlah
0
20
42
62

Persentase
0
32,2
67,7
100

Dari hasil pemeriksaan calkulus indeks pada tabel 3.11 diatas diketahui
bahwa 42 responden (67,7%) berada pada kriteria buruk.
3) Status Kebersihan Gigi dan Mulut
Tabel 3.12
Hasil Pemeriksaan OHI-S pada masyarakat di Gampong
Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin Tahun 2012
No
1
2
3

Kriteria OHI-S
Baik (0,0-0,2)
Sedang (1,3-3,0)
Buruk (3,1-6,0)
Total

Jumlah Responden
0
18
44
62

Persentase
0
29
70,9
100

Berdasarkan tabel 3.12 diatas dapat diketahui 44 responden (70,9%) berada


pada kriteria buruk.

B. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu untuk mengetahui berbagai
faktor penyebab terjadinya penyakit gingivitis pada masyarakat Dusun Ratu
Safiatuddin Gampong Peuniti Tahun 2012 dengan sampel 62 responden yang
terkena radang gusi (gingivitis).
Dari hasil penelitian di Dusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti diketahui
dari beberapa hasil pemeriksaan faktor dalam mengenai kebersihan mulut (Oral
Hygiene), dan faktor luar. Kebersihan mulut merupakan indikator yang sangat
penting akan timbulnya radang gusi (gingivitis) (Rahmawati Nur, 2009).
1. Kejadian penyakit gingivitis ditinjau dari faktor keturunan
Keturunan merupakan penyebab terjadinya gingivitis. Dari hasil penelitian
menunjukkan dari 62 responden yang mempunyai susunan gigi berjejal/berlapis
yaitu 22 responden (35,4%) dan anggota keluarga dari ibu responden yang
memiliki susunan gigi berjejal 19 responden (30,6%). Hal ini menggambarkan
bahwa susunan gigi berjejal dari keturunan yang dibawa oleh Ibu/Bapak. Susunan
gigi berjejal mempunyai resiko terjadinya karies dan gingivitis, karena sisa-sisa
makanan yang terdapat pada sela-sela gigi lebih susah dibersihkan, sehingga dapat
menyebabkan

penumpukan

plak,

penumpukan

plak

inilah

yang

dapat

menyebabkan terjadinya radang gusi (gingivitis).


2. Kejadian penyakit gingivitis ditinjau dari faktor lingkungan
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi terhadap kesehatan gigi, dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa dilingkungan masyarakat Gampong Peuniti Dusun
Ratu Safiatuddin sebanyak 67,7% responden menggunakan sikat gigi yang
berbulu halus sedangkan keadaan ekonomi dominan berpenghasilan 500,0001,000,000. Lingkungan yang baik juga ikut mendukung untuk menjaga kesehatan.
Radang gusi disebabkan oleh faktor luar yaitu tingkat pendidikan hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Dusun Ratu Safiatuddin
Gampong Peuniti sebagian besar responden hanya menempuh pendidikan SMP
SMA yaitu 74,1%. Dari hasil penelitian yang berpendidikan sarjana atau

perguruan tinggi hanya beberapa responden yang terkena gingivitis. Hal ini
menunjukkan bahwa pendidikan mempengaruhi kesehatan. Pendidikan yang
rendah kurang bisa menerima informasi dan pengetahuan cenderung rendah.
Tingkat pendidikan seseorang sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan,
khususnya pendidikan kesehatan gigi dan mulut karena makin tinggi tingkat
pendidikan akan makin menyerap informasi dan inovasi, termasuk kesehatan gigi
dengan tingkat pendidikan yang rendah (Boedihardjo, 1998). Faktor kedua
penyebab terjadinya gingivitis adalah sebagian besar dari responden 58% bekerja
sebagai swasta. Hal ini disebabkan karena responden terlalu sibuk dengan
pekerjaan mereka sehingga kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut.
3. Kejadian penyakit gingivitis ditinjau dari faktor perilaku
Faktor lain yang menyebabkan radang gusi (gingivitis) pada masyarakat di
Dusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti adalah faktor pengetahuan masyarakat.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden
cenderung rendah yaitu 51,6% dari responden bila gigi terasa goyang, gusi
membengkak dan terasa sakit, hanya meminum obat, sedangkan yang berkunjung
ke poliklinik gigi 22,5%. Peneliti berasumsi bahwa responden untuk mengobati
rasa sakit atau gusi membengkak ke poli gigi kurang, ini disebabkan karena
pengetahuan masyarakat kurang, seperti yang kita ketahui bahwa pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan
yang tepat (Notoadmodjo, 2003).
Selain itu faktor tindakan juga mempengaruhi terjadinya radang gusi
(gingivitis) yaitu kebiasaan responden menggosok gigi di waktu mandi sebanyak
72,5%. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya radang gusi (gingivitis) karena
masyarakat hanya menyikat gigi diwaktu mandi saja, bukan diwaktu pagi sesudah
makan dan malam sebelum tidur. Kebiasaan menyikat gigi diwaktu mandi
merupakan tindakan yang tidak benar karena setelah itu orang akan makan lagi.
Hal ini dapat menyebabkan penumpukan sisa-sisa makanan pada sela-sela gigi
dan permukaan gigi yang dapat menyebabkan terbentuknya plak (Ircham, 2005).

4. Kejadian penyakit gingivitis ditinjau dari faktor pelayanan kesehatan


Pelayanan kesehatan merupakan faktor yang penting dalam menentukan
kesehatan gigi yang telah diketahui Gampong Peuniti berdekatan dengan
puskesmas, tetapi para responden tidak memanfaatkan sarana yang tersedia, hal
ini dapat dilihat bahwa 29% responden yang sering memeriksa gigi ketempat
pelayanan tersebut. Selain itu di desa tersebut dilakukan penyuluhan kesehatan
gigi, pada hal penyeluhan sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat, khususnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut karena
dengan adanya diberikan penyuluhan kesehatan gigi kepada masyarakat mengenai
pentingnya menjaga kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut. Jadi
masyarakat akan lebih tahu dalam memelihara kesehatan, khususnya kesehatan
gigi dan mulut (Azwar, 1998).
5. Kejadian penyakit gingivitis ditinjau dari status kebersihan gigi dan mulut
Pengukuran terhadap kebersihan mulut dalam penelitian ini diperiksa
dengan menggunakan 3 (tiga) pemeriksaan yaitu dengan pemeriksaan debris
indeks, calculus indeks, serta OHIS. Pengukuran debris indeks diakukan untuk
mengetahui seberapa besar lapisan endapan lunak yang terjadi karena adanya
kotoran atau sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi (Be Kien Nio,
1997). Sehingga jika angka debrisnya baik maka yang berarti terbebas dari sisasisa makanan yang kemungkinan terjadi radang gusi, sebaliknya jika angka debris
indeks buruk maka didalam gigi orang tersebut banyak sisa makanan sehingga
kemungkinan terjadinya gingivitis oleh hygiene (kebersihan mulut) yang akan
membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat mudah terkena penyakit, maka
kebersihan gigi dan mulut harus mendapat perhatian dan perawatan yang baik
(Kuntari, 2006).
Pemeriksaan untuk mengetahui kriteria gingivitis. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa yang berkriteria moderete gingivitis berjumlah 32 responden
(51,6%), mild gingivitis 18 responden (29%) dan severe gingivitis berjumlah 12
responden (19,3%), sedangkan yang normal 0 responden. Radang gusi lebih
sering terjadi karena kurangnya merawat kebersihan gigi dan gusi, sehingga

terjadi penumpukan plak yang kemudian dapat mengiritasi gusi. Peradangan pada
gusi juga dapat terjadi karena defisiensi/kekurangan vitamin, terutama vitamin C
(Dalimunthe, 2005).
Hasil pemeriksaan mengenai debris indeks pada responden ternyata dalam
kategori dengan indeks debris yang buruk adalah sebesar 59,6%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kebersihan mulut responden sebagian besar cenderung buruk
yang menandakan banyak sisa-sisa makanan yang masih melekat atau terselip di
gigi sehingga akan merusak lapisan permukaan gigi. Oleh karena itu
kecenderungan untuk terkena penyakit gingivitis lebih besar. Gingivitis
dikarenakan adanya plak yang merupakan campuran lengket yang terdiri dari
partikel makanan, lendir dan bakteri plak terbentuk karena kurang membersihkan
gigi sehingga menumpuk dileher gigi dan memasuki ruang-ruang sempit antara
perbatasan gigi dan gusi (Maulani, 2005).
Kecenderungan terkena penyakit radang gusi yang besar dapat dilihat pada
hasil pemeriksaan mengenai calculus indeks pada responden, ternyata dalam
kategori dengan calculus indeks yang buruk yaitu sebanyak 67,7%. Calculus
merupakan endapan keras hasil mineralisasi plak gigi dan melekat erat
mengelilingi permukaan gigi dan akar gigi bahkan dapat menutupi seluruh
permukaan gigi (Dalimunthe, 2005). Pengukuran calculus indeks dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar endapan keras yang terjadi karena proses pengapuran
yang berwarna putih sampai dengan coklat, kehitam-hitaman (Be Kien Nio,
1997).
Dari hasil pemeriksaan melalui pengukuran dengan OHI-S (hasil
pemeriksaan debris indeks dan calculus indeks) bahwa untuk kategori OHI-S yang
buruk sebesar 70,9%, sedangkan untuk kriteria sedang sebesar 29%. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa kecenderungan untuk terjadi gingivitis di Dusun
Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti lebih tinggi, sehingga nilai OHI-S yang tinggi
turut ikut menjadikan indikator mudahnya terkena radang gusi (gingivitis). Karena
OHI-S merupakan hasil penjumlahan dari debris indeks dan calculus indeks pada
diri seorang buruk, maka otomatis nilai OHI-S nya buruk yang berarti kebersihan
gigi dan mulutnya jelek (Heri Julianti, 2001).

Dari

keseluruhan

dapat

disimpulkan

bahwa

faktor-faktor

yang

mempengaruhi penyakit gingivitis yaitu faktor keturunan, faktor lingkungan,


faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, serta faktor kebersihan gigi dan
mulut.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian kejadian gingivitis ditinjau dari berbagai faktor
penyebab pada masyarakat di Dusun Ratu Safiatuddin Gampong Peuniti Kota
Banda Aceh Tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa :
1. Faktor penyebab terjadinya penyakit gingivitis
a.
1)

Faktor luar
Keturunan turut menentukan timbulnya penyakit gingivitis, 22 responden
(35,4%) mempunyai susunan gigi berjejal/berlapis yang beresiko terjadinya
gingivitis.

2) Sebagian besar yang terkena penyakit gingivitis adalah yang berpendidikan SMA
sebanyak 32 responden (51,6%) dan yang bekerja sebagai swasta sebanyak 36
responden (58%).
3) Berdasarkan faktor perilaku, sebanyak 59,6% responden tidak mengetahui apa itu
penyakit radang gusi (gingivitis), dan 45 responden (72,5%) menyikat gigi
diwaktu mandi saja serta 44 responden (70,9%) tidak pernah memeriksakan
kesehatan gigi dan mulut ke poliklinik gigi.
4)

Dari 62 responden yang diteliti terdapat 44 responden (70,9%) tidak sering


memeriksakan gigi ketempat pelayanan kesehatan dan masyarakat tidak
mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut.

b. Faktor dalam

Pemeriksaan OHI-S dengan proporsi paling besar adalah dalam kategori buruk
yaitu sebesar 70,9%.

B. Saran
1. Bagi Masyarakat

Masyarakat Gampong Peuniti Dusun Ratu Safiatuddin hendaknya lebih


meningkatkan pengetahuan dan memperbanyak informasi, sehingga masyarakat
lebih banyak tahu dan mau dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
2. Bagi Petugas Kesehatan Gigi
Bagi petugas diharapkan lebih aktif dalam mempromosikan tentang kesehatan gigi
dan mulut dengan memberikan penyuluhan secara rutin, sehingga dapat
menambah pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan
gigi dan mulut.

Anda mungkin juga menyukai