Anda di halaman 1dari 26

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL S1


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya, KM.12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

ANGGOTA KELOMPOK
BOBBY ANSYARI
ELLY AFISHA
MUHAMAD ZULFAKAR
OKI CHANDRA

(1207136372)
(1207136422)
(1207121257)
(1207136485)

Irigasi Pertanian

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga Tugas Irigasi Pertanian ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang pengertian bending, bagian-bagian bending
serta langkah awal dalam perencanaan sebuah bending untuk keperluan irigasi,
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar hasil yang lebih baik di masa yang akan datang. Harapan penulis
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Mei 2015

Penulis

Irigasi Pertanian

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ...........................................................................................2
1.3 Permasalahan .................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .........................................................................................2
PEMBAHASAN .....................................................................................................3
2.1 Pengertian Bendung ......................................................................................3
2.2 Jenis-Jenis Bendung ......................................................................................3
2.3 Pemilihan Lokasi Bendung ...........................................................................4
2.4 Bagian-Bagian Bendung................................................................................6
2.5 Tipe-Tipe Mercu Bendung ..........................................................................12
2.6 Pemilihan Tipe Bendung .............................................................................13
2.7 Perencanaan Tubuh Bendung ......................................................................13
2.8 Stabilitas Bendung .......................................................................................21
PENUTUP .............................................................................................................22
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................22
3.2 Saran ............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

ii

Irigasi Pertanian

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir di setiap wilayah Indonesia terdapat banyak sungai besar maupun
kecil yang menguasai hampir 80% hajat hidup masyarakat Indonesia, terutama
petani sebagai basis dasar negara Agraris. Kebutuhan akan ketersediaan air pada
suatu daerah sangatlah perlu diperhatikan dikarenakan air merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupannya. Indonesia
merupakan daerah yang memiliki dua musim yakni musim kemarau dan musim
penghujan. Sehingga perlu dikembangkan potensi - potensi sungai tersebut guna
meningkatkan hasil produksi pertanian, salah satunya dengan membangun
bendung.
Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali,
bronjong atau beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang tentu saja
bangunan ini dapat digunakan pula untuk kepentingan lain selain irigasi, seperti
untuk keperluan air minum, pembangkit listrik atau untuk penggelontoran suatu
kota. Menurut macamnya bendung dibagi dua, yaitu bendung tetap dan bendung
sementara, bendung tetap adalah bangunan yang sebagian besar konstruksi terdiri
dari pintu yang dapat digerakkan untuk mengatur ketinggian muka air sungai
sedangkan bendung tidak tetap adalah bangunan yang dipergunakan untuk
meninggikan muka air di sungai, sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air
dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier.
Bendung sebagai salah satu contoh bangunan air mencakup hampir
keseluruhan aspek bidang ketekniksipilan, yaitu struktur, air, tanah, geoteknik, dan
manajemen

konstruksi

didalam

perencanaan

teknis

strukturnya.

Untuk

mendapatkan struktur bendung yang tepat perlu dilakukan analisis dan perhitungan
yang detail dan menyeluruh, hal ini dikarenakan adanya hubungan saling
ketergantungan dari banyak aspek dalam pelaksanaannya.

Irigasi Pertanian

1.2 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang bendung
serta bagian-bagiannya dan fungsinya di dalam kehidupan manusia.

1.3 Permasalahan
Adapun permasalahan yang diangkat pada makalah ini yaitu apa itu
bendung, bagian-bagiannya serta fungsinya dalam kehidupan manusia?

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan
akademik (teoritis) untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bendung
serta syarat-syarat perencanaannya.

Irigasi Pertanian

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bendung


Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk
meninggikan muka air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu
bagian dari bangunan utama.
Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang terdiri dari
bagian-bagian: bendung (weir structure), bangunan pengelak (diversion structure),
bangunan pengambilan (intake structure), bangunan pembilas (flushing structure)
dan bangunan kantong lumpur (sediment trap structure).
Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan
elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan
ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure).
2.2 Jenis-Jenis Bendung
a.

Bendung tetap (fixed weir, uncontrolled weir)


Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya

tidak dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai
yang dikehendaki.
Pada bendung tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai
dengan debit sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur naik
ataupun turun). Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah hulu sungai.
Pada daerah hulu sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih curam
dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air di
bendung tetap (fixed weir) yang dibangun di daerah hulu tidak meluber
kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena terkurung oleh
tebing-tebingya yang curam.

Irigasi Pertanian

b.

Bendung gerak/bendung berpintu (gated weir, barrage)


Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya

dapat diubah sesuai dengan yang dikehendaki.


Pada bendung gerak, elevasi muka air di hulu bendung dapat
dikendalikan naik atau turun sesuai yang dikehendaki dengan membuka atau
menutup pintu air (gate). Bendung gerak biasanya dibangun pada daerah hilir
sungai atau muara. Pada daerah hilir sungai atau muara sungai kebanyakan
tebing-tebing sungai relative lebih landai atau datar dari pada di daerah hilir.
Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air sisi hulu bendung gerak yang
dibangun di daerah hilir bisa diturunkan dengan membuka pintu-pintu air
(gate) sehingga air tidak meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang
luas) karena air akan mengalir lewat pintu yang telah terbuka kea rah hilir
(downstream).
2.3 Pemilihan Lokasi Bendung
Dalam pemilihan lokasi bendung hendaknya dipilih lokasi yang paling
menguntungkan dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan,
pengamanan bendung, pelksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dan
sebagainya. Dari beberapa pengalaman dalam memilih lokasi bendung, tidak semua
persyaratan yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Sehingga lokasi bendung ditetapkan
pada persyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi bendung didasarkan pada
beberapa faktor, yaitu :
a.

Keadaan Topografi

Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus
dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari;

Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka
elevasi mercu bendung dapat ditetapkan;

Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat
diseleksi.

Irigasi Pertanian

b.

Keadaan Hidrologi

Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah


faktor-faktor hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang
bendung serta tinggi bendung tergantung pada debit rencana. Faktor
faktor yang diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana, perhitungan
debit rencana, curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit hidrograf,
dan banjir di site atau bendung.

c.

Kondisi Topografi

Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu :

Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi; bila bendung dibangun di


palung sungai, maka sebaiknya ketinggian bendung dari dasar sungai
tidak

lebih

dari

tujuh

meter,

sehingga

tidak

menyulitkan

pelaksanaannya.

Trase saluran induk terletak di tempat yang baik; misalnya


penggaliannya tidak terlalu dalam dan tanggul tidak terlalu tinggi
untuk tidak menyulitkan pelaksanaan, penggalian saluran induk
dibatasi sampai dengan kedalaman delapan meter.

Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan
angkutan sedimen; sehingga aliran ke intake tidak mengalami
gangguan dan angkutan sedimen yang akan masuk ke intake juga dapat
dihindari.

d.

Kondisi Hidraulik dan Morfologi

Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit
banjir, sedang dan kecil;

Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan
kecil;

Tinggi muka air pada debit banjir rencana;

Potensi dan distribusi angkutan sedimen.

Irigasi Pertanian

e.

Kondisi Tanah Pondasi

Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup


baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus
dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan dan potensi gerusan
karena arus dan sebagainya.

f.

Biaya Pelaksanaan

Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu


faktor penentu pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa
alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan
pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.

2.4 Bagian-Bagian Bendung


a.

Tubuh Bendung (Weir)


Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk

membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari
elevasi awal. Bagian ini biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali,
dan bronjong atau beton.

Gambar 2.1 Bagian Utama Bendung


Tubuh bendung umumnya dibuat melintang pada aliran sungai. Tubuh
bendung merupakan bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam
keadaan normal maupun air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap

Irigasi Pertanian

tekanan air, tekanan akibat perubahan debit yang mendadak, tekanan


gempa,dan akibat berat sendiri.

b.

Pintu Air (Gates)


Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk

mengatur, membuka, dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka
maupun tertutup. Bagian yang penting dari pintu air, yaitu:

Daun Pintu (Gate Leaf)


Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat
digerakkan untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.

Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)


Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton
yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai
dengan yang direncanakan.

Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan
untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan
muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.

Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan
ditutup dengan mudah.

c.

Pintu Pengambilan (Intake)


Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk

saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam


saluran. Pada bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu
kanan dan kiri, dan bisa juga hanya sebuah, tergantung dari letak daerah yang

Irigasi Pertanian

akan diairi. Bila tempat pengambilan dua buah, menuntut adanya bangunan
penguras dua buah pula. Kadang-kadang bila salah satu pintu pengambilam
debitnya kecil, maka pengambilannya lewat gorong-gorong yang di buat pada
tubuh bendung. Hal ini akan menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan
penguras dan cukup satu saja.
d.

Pintu Penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan

bendung dan kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini
disebabkan letak daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak
pada sebelah kiri bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kiri pula.
Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kanan bendung, maka penguras
pun terletak pada sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-kadang pintu
pengambilan ada dua buah, mungkin saja bangunan penguras cukup satu hal
ini terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu
penguras ini terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung
dengan pilar, atau antara pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50
meter tergantung konstruksi apa yang dipakai. Pintu penguras ini berfungsi
untuk menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu
tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat,
pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60 menit. Bila
ada benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu penguras, sebaiknya
dipertimbangkan untuk membuat pintu menjadi dua bagian, sehingga bagian
atas dapat diturunkan dan benda-benda hanyut dapat lewat diatasnya.

Gambar 2.2 Bagian Pintu Penguras

Irigasi Pertanian

e.

Kolam Peredam Energi


Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada

palung maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi
loncatan air. Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan
gerusan setempat (local scouring). Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu,
dibuat suatu konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan
suatu bentuk pertemuan antara penampang miring, penampang lengkung, dan
penampang lurus. Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi
4 (empat) tipe, yaitu :

Ruang Olak Tipe Vlughter


Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak
membawa batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi
oleh tinggi energi di hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu
dengan muka air banjir hilir.

Ruang Olak Tipe Schoklitsch


Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan
peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis
kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi
energi di atas mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka
air banjir di hilir.

Ruang Olak Tipe Bucket


Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket,
slotted rooler bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga
tipe ini mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun
perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini
digunakan bilamana sungai membawa batuan sebesar kelapa (boulder).
Untuk menghindarkan kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai
yang melengkung sehingga bilamana ada batuan yang terbawa akan
melanting ke arah hilirnya.

Irigasi Pertanian

Ruang Olak Tipe USBR


Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10
meter. Ruang olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting
ada empat tipe yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan
konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I
merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi akibat
benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang
olakan tipe USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-blok
saluran tajam (gigi pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir
(end sill) dan tipe ini cocok untuk aliran dengan tekanan hidrostatis
lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe USBR III merupakan ruang
olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu, pada dasar ruang
olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir dibuat perata aliran,
dan tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis
rendah, dan ruang olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yang
dipasang gigi pemencar di ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran,
cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan
Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.

Ruang Olak Tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint Anthony Falls)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan
bentuk ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk melebar.
Bentuk hidrolis tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar
antara 1,7 sampai dengan 17. Pada pembuatan kolam ini dapat
diperhatikan bahwa panjang kolam dan tinggi loncatan dapat di reduksi
sekitar 80% dari seluruh perlengkapan. Kolam ini akan lebih pendek
dan lebih ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa kelemahan, yaitu
faktor keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics, V.T.Chow : 417420)

10

Irigasi Pertanian

f.

Kantong Lumpur
Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen

yang lebih besar dari fraksi pasir halus (0,06 s/d 0,07 mm) dan biasanya
ditempatkan persis disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang
telah mengendap dalam kantung lumpur kemudian dibersihkan secara berkala
melalui saluran pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk
menghanyutkan endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.
g.

Bangunan Pelengkap
Terdiri

dari

bangunan-bangunan

atau

pelengkap

yang

akan

ditambahkan ke bangunan utama untuk keperluan :

Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.

Pengoperasian pintu.

Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga


eksploitasi dan pemeliharaan.

Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama mudah


dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.

Gambar 2.3 Bangunan Pelengkap (Jalan Penghubung)

11

Irigasi Pertanian

2.5 Tipe-Tipe Mercu Bendung


a.

Tipe Mercu Bulat


Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit

yang jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar.
Pada sungai sungai, type ini banyak memberikan keuntungan karena akan
mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi
lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada mercu.
Untuk bendung dengan 2 jari jari hilir akan digunakan untuk menemukan
harga koefisien debit.
b.

Tipe Mercu Ogee


Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung

ambang tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub
atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit
rencananya. Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan
permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan digunakan Tipe Ogee
adalah karena tanah disepanjang kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik,
maka tipe mercu yang cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan lantai
muka untuk menahan penggerusan, digunakan tumpukan batu sepanjang kolam
olak sehingga dapat lebih hemat.
c.

Tipe Mercu Vlughter


Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak

membawa batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.


d.

Tipe Mercu Schoklitsch


Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang

mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.

12

Irigasi Pertanian

2.6 Pemilihan Tipe Bendung


Pemilihan tipe bendung (bendung tetap ataupun bendung gerak) didasarkan
pada pengaruh air balik akibat pembendungan (back water). Jika pengaruh air balik
akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang luas maka bendung
gerak (bendung berpintu) merupakan pilihan yang tepat.
Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada
daerah yang tidak terlalu luas (misal di daerah hulu) maka bendung tetap merupakan
pilihan yang tepat.
Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka
peredam energi yang sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu muka pelimpah
direncanakan mempunyai kemiringan untuk mengantisipasi agar batu-batu
bongkah dapat terangkut lewat di atas pelimpah. Jika sungai tidak mengangkut
batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka peredam energi yang sesuai adalah
tipe kolam olakan (stilling basin).
2.7 Perencanaan Tubuh Bendung
Bangunan tubuh bendung (weir) terdiri dari: pelimpah (spilway), peredam
energi (energy dissipator), pondasi bendung dan lantai hulu bendung.
a.

Pelimpah (spilway).
Pelimpah berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air. Elevasi puncak

pelimpah direncanakan berdasarkan banyak hal antara lain : elevasi muka air
rencana di bangunan bagi paling hulu, kehilangan tinggi energi pada alat ukur,
kehilangan tinggi energi pada pengambilan saluran primer, kehilangan tinggi
energi pada pengambilan, faktor keamanan dan kemiringan saluran antara
bangunan intake dengan bangunan bagi paling hulu.
Ada beberapa macam profil pelimpah antara lain : pelimpah profil
bulat, pelimpah profil Bazin, pelimpah profil Modified Creager, pelimpah
menurut standard WES (Waterways Experiment Station) serta banyak lagi
bentuk profil lainnya.

13

Irigasi Pertanian

b.

Menentukan Tinggi Muka Air Maksimum Pada Sungai

Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi oleh:

Kemiringan dasar sungai ( I );

Lebar dasar sungai (b);

Debit maksimum (Qd).

c.

Menentukan Tinggi Mercu Bendung

Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh;

Elevasi kedalaman air di sawah;

Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah;

Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier;

Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder;

Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran;

Kehilangan tekanan di alat alat ukur;

Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer;

Persediaan tekanan untuk eksploitasi;

Persediaan untuk bangunan lain.


Tinggi mercu bendung (p) yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik

atau dasar sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam menentukan
tinggi mercu bendung maka harus dipertimbangkan terhadap :

Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan;

Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan;

Tinggi muka air genangan yang akan terjadi;

Kesempurnaan aliran pada bendung;

Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung;

Tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan
minimum 0,5 H (H = tinggi energi di atas mercu).
Tinggi mercu bendung (p) dianjurkan tidak lebih dari 4.00 meter dan

minimum 0.5 H.

14

Irigasi Pertanian

d.

Menentukan Tinggi Muka Air di Atas Mercu Bendung

Gambar 2.4 Bendung dengan Mercu Bulat

Tinggi muka air di atas mercu bendung dapat dihitung dengan


persamaan tinggi energy debit, yaitu :
Qd = Cd . (2/3) . {(2/3) . g}0.5. b . (H1 )1.5
Dimana :
Qd = debit desain (m3/det)
Cd = koefisien debit (Cd = C0 . C1. C2)
g = percepatan gravitasi
b = lebar mercu efektif
H1 = tinggi energy di atas mercu
Koefisien debit Cd adalah hasil dari:
C0 : fungsi dari H1/r (lihat gambar berikut)
C1 : fungsi dari P/H1 (lihat gambar berikut)

15

Irigasi Pertanian

C2 : fungsi dari P/H1 dan kemiringan permukaan hulu bendung (lihat


gambar berikut)

Gambar 2.5 Harga-harga koefisien C0 untuk bendung ambang bulat


sebagai fungsi H1/r
C0 mempunyai harga maksimum 1.49 jika H1/r lebih dari 5.0. Harga C0
sahih apabila mercu bendung cukup tinggi diatas dasar rata-rata alur pengarah
(p/H1 > 1.5).

Gambar 2.6 Koefisien C1 sebagai fungsi pebandingan P/H1


Dalam tahap perencanaan P dapat diambil setengah dari jarak dari
mercu sampai dasar rata-rata sungai sebelum bendung dibuat. Untuk hargaharga P/H1 yang kurang dari 1.50 maka gambar tersebut dapat dipakai untuk
menemukan faktor pengurangan C1.

16

Irigasi Pertanian

Gambar 2.7 Koefisien C2 menurut USBR, 1960


Harga-harga koefisien koreksi untuk pengaruh kemiringan muka
bendung bagian hulu terhadap debit diberikan pada gambar dari koefisien C2
untuk mercu bendung ogee dengan kemiringan permukaan hulu. Koefisien
koreksi (C2) diasumsi kurang lebih sama dengan harga factor koreksi untuk
bentuk-bentuk mercu tipe ogee.
Harga-harga factor pengurangan aliran tenggelam f sebagai fungsi
perbandingan H2/H1 dapat diperoleh pada gambar di bawah. Faktor
pengurangan aliran tenggelam mengurangi debit dalam keadaan tenggelam.
Koefisien debit efektif Ce adalah hasil C0, C1, dan C2 (Ce = C0 . C1 . C2).
C0 adalah konstanta (= 1.30)
C1 adalah fungsi P/hd dan H1/hd.
C2 adalah factor koreksi untuk permukaan hulu
Faktor koreksi C1 disajikan pada gambar factor koreksi untuk selain
tinggi energy rencana pada bendung mercu Ogee, dan sebaiknya dipakai untuk
berbagai tinggi bendung diatas dasar sungai.
Harga-harga C1 pada gambar tersebut berlaku untuk bendung mercu
ogee dengan permukaan hulu vertical. Apabila permukaan bendung bagian
hulu miring, koefisien koreksi tanpa dimensi C2 harus dipakai; ini adalah fungsi
baik kemiringan permukaan bendung maupun perbandingan p/H1. Harga C2

17

Irigasi Pertanian

dapat diperoleh pada gambar harga koefisien C2 untuk bendung mercu Ogee
dengan kemiringan hulu.
e.

Panjang atau Lebar Mercu Bendung


Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkan

terhadap :

Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang


cukup;

Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diizinkan pada debit
desain.

Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan, yaitu

Sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh
alur (bank full discharge);

Umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada ruas
sungai yang telah stabil.
Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak pula

terlalu lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu pendek, akan
memberikan tinggi muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggul
banjir di udik akan bertambah tinggi pula. Demikian pula genangan banjir akan
bertambah luas. Sebaliknya bila terlalu lebar dapat mengakibatkan profil
sungai bertambah lebar pula sehingga akan terjadi pengendapan sedimen di
udik bendung yang dapat menimbulkan gangguan penyadapan aliran ke intake.
f.

Lebar Efektif Mercu Bendung


Lebar mercu bendung efektif (Be) yaitu panjang mercu bendung bruto

(Bb) dikurangi dengan lebar pilar dan pintu pembilas. Artinya panjang mercu
bendung yang efektif melewatkan debit banjir desain.
Lebar mercu bendung efektif dapat dihitung dengan cara yaitu :
Be = Bb 20% b t
Be = Bb 2 (n . Kp + Ka)H

18

Irigasi Pertanian

Dimana :
Be = lebar mercu efektif (m)
Bb = lebar mercu bruto (m)
b = jumlah lebar pembilas
t = jumlah pilar-pilar pembilas
n

= jumlah pilar pembilas dan pilar jembatan

Kp = koefisien kontraksi pilar


Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H = tinggi energy (H=h+k ; h = tinggi air; k = v2/2g)
Harga koefisien kontraksi pilar dapat dilihat pada Standar Perencanaan
Irigasi, KP-02.
g.

Menentukan Panjang dan Dalam Kolam Olak


Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam

energi yang terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis


dari suatu aliran yang berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh
tinggi loncatan hidraulis, yang terjadi di dalam aliran.
h.

Menentukan Panjang Lantai Muka


Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan

tekanan, selanjutnya akan terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat


air mencari jalan dengan hambatan yang paling kecil yang disebut Creep
Line, maka untuk memperbesar hambatan, Creep Line harus diperpanjang
dengan memberi lantai muka atau suatu dinding vertical. Untuk menentukan
Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus atau teori :

Teori Bligh
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran
adalah sebanding dengan panjang jalan Creep Line.

19

Irigasi Pertanian

Teori Lane
Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi
yang diperlukan oleh air untuk mengalir ke arah vertical lebih besar
daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1.

i.

Menentukan Stabilitas Bendung


Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung

sesuai dengan yang direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Stabilitas bendung ditentukan oleh gaya gaya yang bekerja pada bendung,
seperti:

j.

Gaya berat

Gaya gempa

Tekanan Lumpur

Gaya hidrostatis

Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).


Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk ke

saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam


saluran (pintu pengambilan atau intake gate). Pada bendung tempat
pengambilan bisa terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa juga hanya satu
tergantung letak daerah yang akan dialiri. Tinggi ambang tergantung pada
material yang terbawa oleh sungai. Ambang makin tinggi makin baik, untuk
mencegah masuknya benda padat dan kasar ke saluran, tapi tinggi ini
ditentukan atau dibatasi oleh ukuran pintu. Pada waktu banjir, pintu
pengambilan cukup ditutup untuk mencegah masuknya benda kasar ke saluran.
Penutupan pintu tidak berakibat apa apa karena saat banjir di sungai biaanya
tidak lama. Maka yang dianggap air normal pada sungai adalah setinggi mercu.
Ukuran pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya
maksimal 2 m untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih besar dari
2 m, harus dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.

20

Irigasi Pertanian

k.

Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B),

sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Bila banjir lewat di atas
pintu, maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu bendung. Oleh karena
itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air banjir

2.8 Stabilitas Bendung


Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat syarat konstruksi dari bendung,
antara lain:

Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir

Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai
dan aliran air yang meresap di dalam tanah

Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya

Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka
air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi

21

Irigasi Pertanian

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk
meninggikan muka air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu
bagian dari bangunan utama. Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah
untuk meninggikan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa
disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure).
Bendung terdiri atas dua jenis yaitu, bendung tetap dan bendung gerak. Dalam
penentuan suatu bendung perlu dilihat pemilihan lokasi bendung yang tepat.

3.2 Saran
Dalam perencanaan suatu

bangunan air seperti

bendung, perlu

memperhatikan pemilihan lokasi yang tepat berdasarkan faktor-faktor, seperti


keadaan topografi, keadaan hidrologi, kondisi topografi, kondisi hidraulik dan
morfologi, kondisi tanah serta biaya perencanaan. Selain itu, pemilihan tipe
bendung yang tepat dan perlu memperhatikan stabilitas bendung tersebut

22

Irigasi Pertanian

DAFTAR PUSTAKA

23

Anda mungkin juga menyukai