Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN SISTEM NEUROBEHAVIOR


MENINGITIS

DISUSUN OLEH :
KELAS IIB TRANSFER
KELOMPOK 2
AYU AGUSTIANI TALAA

CHINTYA SWEETA SAULAKA

DAVID CASA RAWANDO

DAVID EXPERANDA

DERY IRMANSYAH

DIAH SETIAWATI

DIMPUAN TETI

TITIN KUSMIATI

YUNI WAHYUNI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015

KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat-Nyalah kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Askep gangguan system persepsi sensori
penglihatan dengan tepat waktu.
Kami dari kelompok 11 berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca. Kami memohon
maaf jika masih banyak kekurangan dikarenakan kami masih dalam proses belajar.

PENULIS

KELOMPOK 2

DAFTAR ISI
COVER..

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. .

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..
B. TUJUAN .

4
4

BAB II TINJAUAN TEORI


A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

PENGERTIAN.. .
ETIOLOGI..
PATOFISIOLOGI .
MANIFESTASI KLINIS. .
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK .
PENATALAKSANAAN.. .
KOMPLIKASI.. .

5
5
6
7
7
8
9

BAB III ASKEP MENINGITIS


A.
B.
C.
D.

PENGKAJIAN.. .
INTERVENSI .
IMPLEMENTASI. .
EVALUASI .

10
11
12
14

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN. .
B. SARAN. .

15
15

DAFTAR PUSTAKA.16

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini penyakit meningitis merupakan penyakit yang serius karena letaknyadekat
dengan otak dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan kerusakankendali gerak,
pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkanoleh mikroorganisme
seperti virus, bakteri, jamur atau parasit yang menyebar dalamdarah dan cairan otak.
Daerah Sabuk Meningitis di Afrika terbentang dari Senegal di barat Ethiopia di
timur. Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta jiwa manusia.Pada 1996 terjadi wabah
meningitis dimana 250.000 orang menderita penyakit inidengan 25.000 korban jiwa.
Meningitis bacterial terjadi pada kira-kira 3 per 100.000orang setiap tahunnya di Negaranegara barat.
Studi populasi secara luas memperlihatkan bahwa meningitis virus lebih sering
terjadi sekitar 10,9 per 100.000orang, dan lebih sering terjadi pada musim panas. Di
Brasil, angka meningitis bacterial lebih tinggi, yaitu 45,8 per 100.000 orang setiap
tahun.Oleh karena itu mengingat jumlah penyebaran penyakit infeksi meningitissemakin
hari semakin meningkat, kami bermaksud untuk mengulas lebih lanjutmengenai penyakit
Meningitis melalui makalah yang berisi laporan pendahuluanserta asuhan keperawatan
teori.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian,
penyebab, tanda dan gejala serta penanganan pada meningitis.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus
merupakan penyebab utama dari meningitis. Meningitis merupakan infeksi akut dari
4

meningen, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokokkus,


Meningokokkus, Stafilokokkus, Streptokokkus, Hemophilus influenza dan bahan aseptis
(virus) (Long, 1996). Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf
pusat (Suriadi & Rita, 2001)
B. ETIOLOGI
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae(pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococushaemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichiacoli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa.
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan
wanita.
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada mingguterakhir
kehamilan.
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungandengan
sistem persarafan

C. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi padacairan
otak, yaitu :
1. Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai
cairan

otakyang

jernih.

Penyebab

terseringnya

adalah

Mycobacterium

tuberculosa.Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.


2. Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang
meliputi otak danmedula sypinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus
pneumoniae(pneumokok),

Neisseria

meningitis

(meningokok),

Streptococushaemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,


Escherichiacoli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
5

D. PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti denganseptikemia,
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.Faktor predisposisi
mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru,trauma kepala dan pengaruh
imunologis.Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah
dansaluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen, semuanya
ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.Organisme masuk ke dalam
aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalammeningen dan di bawah korteks,
yang dapat menyebabkan trombus dan penurunanaliran darah serebral. Jaringan serebral
mengalami gangguan metabolisme akibateksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi.
Eksudat purulen dapat menyebarsampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga
menyebar ke dinding membranventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologisintrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah,
daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan tekanan
intrakranial. Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis.Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi
dandihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindrom Waterhouse-Friderichssen)
sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang
disebabkan oleh meningokokus.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering.
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan
koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk

fleksi

kepala

mengalamikesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.


b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalamkeadan
fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksilutut
dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada
salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremitayang
berlawanan.
6

4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.


5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tandatanda

vital

(melebarnya

tekanan

pulsa

dan

bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkatk
esadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tibatibamuncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a. Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut,
jumlahsel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur
positipterhadap beberapa jenis bakteri.
b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, seldarah
putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya
2.
3.
4.
5.
6.
7.

negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.


Glukosa serum : meningkat ( meningitis ).
LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri ).
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil( infeksi bakteri )
Elektrolit darah : Abnormal .
ESR/LED : meningkat pada meningitis.
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat

infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.


8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihatukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intrakranial.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu menyesuaikan
dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi
dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan

pengobatan meningitis meliputi

pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid
dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi
antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan. Obat anti-infeksi
(meningitis tuberkulosa):
7

1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1


setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan. Obat
anti-infeksi (meningitis bakterial):
a. Sefalosporin generasi ketiga.
b. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari.
c. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
4. Pengobatan simtomatis:
a. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6
mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7
mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
b. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
c. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk
mengobati edema serebri.
d. Pemenuhan oksigenasi dengan O2
e. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan
volume cairan intravena.
H. KOMPLIKASI
1. Hidrosefalus obstruktif.
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia ).
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral).
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone ).
5. Efusi subdural.
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebra
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder

BAB IV
ASKEP MENINGITIS
A. PENGKAJIAN
8

1. Biodata klien
2. Riwayat kesehatan yang lalu
a. Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
b. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
c. Pernahkah operasi daerah kepala ?
3. Data bio-psiko-sosiala.
a. AktivitasGejala : Perasaan tidak enak (malaise).Tanda : ataksia, kelumpuhan,
gerakan involunter.
b. SirkulasiGejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda
:tekanan

darah

meningkat,

nadi

menurun,

dan

tekanan

nadi

berat,

taikardi,disritmia.
c. Eliminasi Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
d. Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.Tanda : anoreksia, muntah, turgor
kulit jelek dan membran mukosa kering
e. Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
f. Neurosensori Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan
yangterkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia,ketulian
dan halusinasi penciuman.Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma,
delusi danhalusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis,
kejangumum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif,
rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik
hilang pada laki-laki.
g. Nyeri/keamanan Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah,
menangis.
h. Pernafasan Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja
pernafasan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular, penurunan
kekuatan
3. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal. Kelemahan
umum, vertigo.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa : Infeksi berhubungan dengan diseminata hematogen dari pathogen
KH
: mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa penyebaran infeksi
endogen atau keterlibatan orang lain.
9

Intervensi :
a. Mandiri
Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan
Pertahankan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat, baik pasien,
pengunjung, maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung atau staf sesuai

kebutuhan.
Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda-tanda klinis dari proses

infeksi.
Teliti adanya keluhan nyeri dada, berkembangnya nadi yang tidak teratur/

disritmia atau demam yang terus menerus.


Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan pernafasan dan usaha pernafasan.
Ubah posisi pasien dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan nafas dalam
Catat karakteristik urin, seperti warna, kejernihan, dan bau.
Identifikasi kontak yang beresiko terhadap perkembangan proses infeksi

serebral dan anjurkan mereka untuk meminta pengobatan.


b. Kolaborasi
Berikan terapi antibioka IV sesuai indikasi : penisilin G, ampisilin,

kloramfenikol, gentamisin, amfoterisin B.


Berikan vidarabin
Siapkan untuk intervensi pembedahan sesuai indikasi.

2. Diagnose

: Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema

serebral yang mengubah /menghentikan aliran darah arteri/vena.


KH
: Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik / sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital baik, melaporkan ada atau
tidaknya penurunan berat sakit kepala, mendemonstrasikan takadanya perbaikan
kognitif dan tanda peningkatan TIK
Intervensi
:
a. Mandiri
Pertahankan firth tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda

vital sesuai indikasi setelah dilakukan pungsi lumbal


Pantau/catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan

normalnya, seperti GCS.


Kaji adanya regiditas nukal, gemetar, kegelisahan yang meningkat, peka

rangsang dan adanya serangan kejang.


Pantau tanda vital, seperti tekanan darah. Catat serangan dari / hipertensi
sistolik yang terus menerus dan tekanan nadi yang melebar.
10

Pantau frekuensi/irama jantung


Pantau pernafasan, catat pola dan irama pernafasan, seperti adanya periode

apneu setelah hiperventilasi yang disebut pernafasan cheyne-stokes.


Pantau suhu dan juga suhu lingkungan sesuai klebutuhan
Pantau masukan dan haluaran. Catat karakteristik urine, turgor kulit dan

keadaan membrane mukosa.


Bantu pasien untuk berkemih/membatasi batuk, muntah, mengejan.
Berikan tindakan yang menimbulkan rasa nyaman, seperti masase punggung,

lingkungan yang tenang, suara yang halus dan sentuhan lembut.


Anjurkan keluarga untuk berbicara dengan pasien jika diperlukan.
b. Kolaborasi
Tinggi rendahkan tempat tidur sekitar 14-45 derajat sesuai toleransi/indikasi.

Jaga kepala pasien tetap berada pada posisi netral.


Berikan cairan IV dengan alat control khusus. Batasi pemasukan cairan dan

berikan larutan hipertonik/elektrolit sesuai indikasi.


Pantau gas darah arteri
Berikan obat sesuai indikasi, seperti : steroid (dexametason, metilprednison

), klorpomasin (thorazine), asetaminofen (Tylenol).


3. Diagnose
: trauma berhubungan dengan kelemahan umum
KH
: Tidak mengalami kejang/penyerta/cedera lain
Intervensi
:
a. Mandiri
Paatau otontau adanya kejang/kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot

wajah lain
Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantalan pada penghalang

tempat tidur.
Pertahankan tirah baring pada fase akut
b. Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi, seperti fenitoin (dilantin), diazepam ( valium),
fenobarbital ( luminal).
4. Diagnose
: nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi/inflamasi
KH
: melaporkan nyeri hilang/terkontrol, menunjukan postuir rileks
dan mampu tidur / istirahat dengan tepat
Intervensi
:
a. Mandiri
Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi
Tingkatklan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting
Letakan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata

11

Dukung untuk menemukan posisi yang n dan masase otoyaman, seperti kepala

agak ditinggikan
Berikan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah

leher/bahu
Gunakan pelembab yang hangat pada nyeri leher/punggung jika tidak ada

demam.
b. Kolaborasi
Berikan analgetik, seperti asetaminofen, kodein.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian singkat tentang meningitis diatas dapat diperoleh beberapa poinantara
lain:

12

1. Menurut Smeltzer (2001), Meningitis merupakan radang padameningen


(membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dandisebabkan oleh virus,
bakteri atau organ-organ jamur.
2. Penyebab
dari
penyakit
Mycobacteriumtuberculosa,
Neisseriameningitis
Staphylococcusaureus,

meningitis
Diplococcus

(meningokok),
Haemophilus

antara

lain

pneumoniae
Streptococus
influenzae,

Bakteri;

(pneumokok),
haemolyticuss,

Escherichia

coli,

Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. Penyebab lainnya lues, Virus,To


xoplasma gondhii dan Ricketsia.
3. Faktor predisposisi yang berperan antara lain jenis kelamin laki lakilebih sering
dibandingkan dengan wanita. Faktor maternal anatar lainruptur membran fetal,
infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.Sedangkan faktor imunologinya
adalah defisiensi mekanisme imun,defisiensi imunoglobulin. Kelainan sistem
saraf pusat, pembedahan atauinjury yang berhubungan dengan sistem persarafan.
4. Meningitis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Meningitis serosadan
Meningitis purulenta.
B. SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit meningitis dan

bagaimana

penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis. Semoga makalah ini
dapat dijadikan sumber literature yang layak digunakan untuk mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made
Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin
asih. Ed.3. Jakarta : EGC.

13

Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
Marjono mahar & Sidharta priguna. (2012). Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian
rakyat
Black joyce M & Hokanson jane. (2009). Keperawatan medical bedah. Jakarta:
Salemba medika
Harsono, DSS. (2009). Kapita selekta neurologi. Yogyakarta: Gadjah mada university
press

14

Anda mungkin juga menyukai