Latar Belakang
Wilayah perencanaan kota baru X yang berada di kaki gunung ini memiliki potensi pada pertaniannya. Hal itu dapat dilihat dari hasil lahan pertanian yang banyak, baik yang
berada didalam wilayah perencanaan maupun di wilayah sekitarnya. Namun, kurangnya pengolahan pada hasil dari lahan pertanian dan murahnya upah petani yang merupakan
penduduk mayoritas wilayah tersebut, membuat lokasi ini menjadi wilayah yang terbelakang. Oleh sebab itu, berdasarkan RTRW Kabupaten Z, wilayah perencanaan kotabaru x akan
dibangun kotabaru agropolitan berbasis agroindustri. Hal ini dilihat pada potensi, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang berada di wilayah perencanaan kotabaru x atau
menggunakan pendekatan SWOT (Strength, Weakness, Oportunity dan Threat). Namun pada perkembangan agroindustri yang akan dikembangkan pada wilayah tersebut akan akan
menggunakan teknologi tinggi (high tech) untuk menunjang percepatan perkembangan. Sehingga, dibutuhkan suatu pelatihan dan pendidikan pada bidang agroteknologi dan
agrobisnis agar nilai tambah yang muncul akan dimiliki warga sekitar. Pengembang teknologi pada agroindustri tersebut membutuhkan suatu fasilitas untuk penelitian. Maka, selain
perguruan tinggi pertanian dan fasilitas penelitian akan juga dibangun pada wilayah tersebut.
Konsepsi Teoritik
Agropolitan berbasis agroindustri
Agropolitan berbasis agroindustri adalah suatu kawasan pertanian dimana
agroindustri akan dijadikan pusat pengembangan kawasan.
Pusat pengembangan
kawasan berperan dalam peningkatan nilai tambah, peningkatan lapangan kerja, yang
selanjutnya akan memperluas sektor jasa/pelayanan, peningkatan sarana dan prasarana,
kemudian memberikan keuntungan bagi seluruh pihak yang terlibat (Anwar 1999).
Konsep pengembangan agropolitan berbasis agroindustri dapat dilihat pada gambar 1
berikut
Gambar 1 Konsep pengembangan agropolitan berbasis agroindustri (modifikasi dari Soenarno 2003)
Konsepsi Fisik
Bentuk Skematis Kota dari Pengaplikasian Konsep Agropolitan Berbasis Agroindustri
Berdasarkan konsep pengembangan agropolitan berbasis agroindustri yang
dimodifikasi dari konsep yang dikembangkan oleh Soenarno pada tahun 2003 tersebut.
Maka, dibentuklah rencana peta secara skematis untuk wilayah perencanaan kota X.
Peta skematis tersebut dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini :
Struktur internal kota X memiliki 3 pusat kegiatan utama, yaitu Pusat perdagangan dan jasa,
Agroindustri, dan Pusat Pemerintahan. dan 3 Sub-pusat kegiatan, yaitu Terminal, Permukiman,
Pendidikan dan penelitian, serta Pertanian.
Wilayah Perencanaan
RDTR
RTBL