Aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh setiap manusia tidak terlepas dari kerja
sistem sensori salah satu nya adalah penglihatan. Pada lansia yang telah mengalami penuaan
dan berbagai masalah kerusakan sel, maka terjadi penurunan serta perubahan fungsi sistem
penglihatan. Sehingga banyak masalah yang ditimbulkan akibat terjadinya perubahan
fisiologis ini, seperti memengaruhi tingkat keamanan lansia, fungsi dan kualitas hidup.
Meskipun perubahan dan faktor risiko yang terjadi pada lansia memengaruhi kesehatan
penglihatan lansia, namun perawat dapat memberikan intervensi untuk membantu menjaga
keoptimalan dari fungsi penglihatan.
a. Perubahan yang Terjadi pada Penglihatan Lansia
terjadi akibat dari akumulasi lemak/lipid dibagian luar kornea. Beberapa studi
menampilkan adanya hubungan antara arcus senilis dengan beberapa kondisi seperti :
diabetes, hipertensi, hypercholesterolemia, merokok, dan penyakit jantung koroner
Pada
lansia
kornea menjadi
buram
atau
tidak tembus cahaya dan berwarna kuning, berlawanan dengan jalan melintasnya
cahaya. Perubahan lainnya yaitu, akumulasi deposit lipid yang dapat menyebabkan
meningkatnya penyebaran sinar cahaya sehingga menimbulkan efek kabur/pudar pada
penglihatan. Selain itu juga terdapat lengkunan pada kornea yang berpengaruh pada
kemampuan bias.
Lensa menjadi lebih kaku, tebal, dan buram/tidak tembus cahaya sehingga
menyebabkan berkurangnya responsif terhadap otot siliaris. Perubahan ini
bertentangan dengan transmisi sinar cahaya, sehingga menghamburkan cahaya yang
melalui lensa dan mengurangi jumlah cahaya yang mencapai retina.
Iris merupakan otot spinkter yang berdilatasi dan kontraksi untuk mengontrol
ukuran pupil dan mengatur jumlah cahaya yang mencapai retina. Dengan
bertambahnya usia, iris menjadi sklerotik dan kaku serta berukuran lebih kecil. Hal ini
akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk merespon cahaya yang terlalu sedikit
dan mengurangi jumla cahaya yang masuk ke retina.
Badan siliaris merupakan massa otot yang menghubungkan jaringan dan
pembuluh darah di sekeliling lensa, bertanggung jawab terhadap akomodasi yaitu
proses mengontrol kemampuan untuk memfokuskan penglihatan pada objek yang
dekat. Namun pada lansia, badan siliaris ini menjadi lebih kecil, kaku dan fungsinya
berkurang.
Vitreous merupakan masa berlendir yang bersih dan membentuk substansi
bagian dalam dan menjaga bentuk bola mata. Pada lansia terjadi penyusutan substansi
lendir dan sebanding dengan peningkatan porsi cairan. Sehingga menyebabkan badan
turun tangga, dll) dan fungsional (berjalan, keseimbangan dan stabilitas postural)
Dampak pada kualitas hidup (lansia lebih menarik diri dari aktivitas sehingga dapat
Berikut ini merupakan tabel gangguan penglihatan ringan yang disebabkan oleh perubahan
fisiologis pada lansia antara lain :
kesukaran dalam mengemudi dan ambulasi (Stanley, Blair & Beare, 2007).
Perlambatan adaptasi gelap dan terang yang diakibatkan oleh penurunan penerangan
retina dan perubahan di jalur neural-retina. Sehingga lansia perlu waktu yang lebih
untuk beradaptasi dari perpindahan tempat yang terang ke gelap (Miller, 2012).
Peningkatan sensitivitas cahaya, sehingga menyebabkan lansia sering mengedipkan
mata terhadap cahaya terang atau ketika berada di luar pada siang hari yang cerah
2012).
Berkurangnya kedalaman persepsi, sehingga berpengaruh pada pengguanan objek
Beare, 2007).
Perlambatan proses informasi visual, yang mengakibatkan lansia pada umumnya
membutuhkan waktu yang lebih untuk memproses informasi visual (Miller, 2012).
Gaya hidup (lansia sering terpapar sinar UV berisiko terkena katarak dan merokok)
Nutrisi (nutrisi yang buruk meningkatkaan risiko age-related macular degeneration
presbiopi)
Kondisi penyakit kronik (penyakit Alzheimer, Parkinson, demensia, diabetes,
degeneration (AMD)
Glaucoma
(Lampiran 1)
Observasi tanda-tanda fungsi penglihatan. Perawat dapat mengobservasi mengenai
perilaku dan lingkungan lansia yang berpangaruh terhadap kesehatan lansia.
(Lampiran 2)
Menggunakan tes penglihatan standar. Perawat dapat melakukan pedoman untuk
screening test penglihatan untuk menyediakan informasi yang dapat berguna untuk
perencanaan perawatan dan mengidentifikasi kebutuhan evaluasi lebih lanjut. Alat
pengkajian penglihatan yang dapat digunakan oleh perawat dalam setting klinik
seperti Snellen chart, pinhole assessment, Cardiff Acuity Test, dan Amsler grid.
(Lampiran 3)
Lampiran
Lampiran 1. Pedoman Interview Penglihatan pada Lansia (Miller, 2012)
Referensi
Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice (6th Ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin.
Stanley, M., Beare, P. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC