Anda di halaman 1dari 6

Perubahan Fisiologis pada Lansia Sistem Sensori (Penglihatan)

Oleh, Hasri Rina Walastri 1206218562

Aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh setiap manusia tidak terlepas dari kerja
sistem sensori salah satu nya adalah penglihatan. Pada lansia yang telah mengalami penuaan
dan berbagai masalah kerusakan sel, maka terjadi penurunan serta perubahan fungsi sistem
penglihatan. Sehingga banyak masalah yang ditimbulkan akibat terjadinya perubahan
fisiologis ini, seperti memengaruhi tingkat keamanan lansia, fungsi dan kualitas hidup.
Meskipun perubahan dan faktor risiko yang terjadi pada lansia memengaruhi kesehatan
penglihatan lansia, namun perawat dapat memberikan intervensi untuk membantu menjaga
keoptimalan dari fungsi penglihatan.
a. Perubahan yang Terjadi pada Penglihatan Lansia

Eye Appearance and Tear Ducts


Perubahan yang terjadi pada tampilan mata dan kelopak mata biasanya tidak
memengaruhi penglihatan, tetapi dapat memengaruhi kesejahteraan lansia dengan
menyebabkan kecemasan dan ketidaknyamanan (Miller, 2012). Perubahan pada
kelopak mata dan kulit sekitarnya antara lain hilangnya lemak orbital, perkembangan
keriput, penurunan elastisitas otot kelopak mata, dan akumulasi pigmen gelap di
sekitar mata. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan tampilan mata cekung yang
disebut dengan enopthalmos. Hilangnya lemak orbital dan elastisitas otot dapat
membentuk sebuah lipatan pada kelopak mata yang dapat mengganggu penglihatan.
Relaksasi otot kelopak mata bawah dapat mengakibatkan kondisi ekstrim yaitu
ectropion dan entropion. Pada ectropion, kelopak mata bawah jatuh menjauhi
konjungtiva, memblok aliran air mata melalui punctum bawah dan mengurangi
lubrikasi konjungtiva. Pada entropion, kelopak mata bawah akan berbalik ke dalam
dan bulu mata mengiritasi kornea, sehingga dapat berisiko infeksi. Selain itu juga
terdapat arcus senilis, atau yang biasa disebut dengan corneal arcus yaitu
perkembangan lingkaran kuning atau putih keabu-abuan diantara iris dan sklera, yang

terjadi akibat dari akumulasi lemak/lipid dibagian luar kornea. Beberapa studi
menampilkan adanya hubungan antara arcus senilis dengan beberapa kondisi seperti :
diabetes, hipertensi, hypercholesterolemia, merokok, dan penyakit jantung koroner

(Fernandez, Sorokin, & Thompson, 2007 dalam Miller 2012).


The eye
Struktur spesifik mata yang mengalami perubahan yaitu kornea, lensa, iris dan pupil,
badan ciliary, vitreous, dan retina.

Pada

lansia

kornea menjadi
buram

atau

tidak tembus cahaya dan berwarna kuning, berlawanan dengan jalan melintasnya
cahaya. Perubahan lainnya yaitu, akumulasi deposit lipid yang dapat menyebabkan
meningkatnya penyebaran sinar cahaya sehingga menimbulkan efek kabur/pudar pada
penglihatan. Selain itu juga terdapat lengkunan pada kornea yang berpengaruh pada
kemampuan bias.
Lensa menjadi lebih kaku, tebal, dan buram/tidak tembus cahaya sehingga
menyebabkan berkurangnya responsif terhadap otot siliaris. Perubahan ini
bertentangan dengan transmisi sinar cahaya, sehingga menghamburkan cahaya yang
melalui lensa dan mengurangi jumlah cahaya yang mencapai retina.
Iris merupakan otot spinkter yang berdilatasi dan kontraksi untuk mengontrol
ukuran pupil dan mengatur jumlah cahaya yang mencapai retina. Dengan
bertambahnya usia, iris menjadi sklerotik dan kaku serta berukuran lebih kecil. Hal ini
akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk merespon cahaya yang terlalu sedikit
dan mengurangi jumla cahaya yang masuk ke retina.
Badan siliaris merupakan massa otot yang menghubungkan jaringan dan
pembuluh darah di sekeliling lensa, bertanggung jawab terhadap akomodasi yaitu
proses mengontrol kemampuan untuk memfokuskan penglihatan pada objek yang
dekat. Namun pada lansia, badan siliaris ini menjadi lebih kecil, kaku dan fungsinya
berkurang.
Vitreous merupakan masa berlendir yang bersih dan membentuk substansi
bagian dalam dan menjaga bentuk bola mata. Pada lansia terjadi penyusutan substansi
lendir dan sebanding dengan peningkatan porsi cairan. Sehingga menyebabkan badan

vitreous tertarik dari retina menghasilkan penglihatan yang kabur,gambaran distorsi,

atau kilatan cahaya.


The Retinal-Neural Pathway
Sel photoreseptor akan bertemu pada satu titik di sel ganglion dari saraf optik.
Informasi neurosensori akan melewati saraf optik melalui talamus ke korteks visual.
Pada lansia akan terjadi perubahan yang memengaruhi neuron ini dimana terdapat
perubahan pada sistem saraf pusat yang memengaruhi fungsi kognitif, dan
bertentangan dengan fungsi visual pada lansia.

b. Efek dari Perubahan Fisiologis Penglihatan pada Lansia


Gangguan visual yang didefinisikan sebagai menurunnya penglihatan yang tidak
dapat dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak, yang memliki rentang dari gangguan
ringan hingga kebutaan. Gangguan penglihatan dapat berdampak terhadap kegiatan seharihari lansia, yaitu :

Dampak pada keamanan (kegiatan di luar ruangan, mengendarai kendaraan, naik

turun tangga, dll) dan fungsional (berjalan, keseimbangan dan stabilitas postural)
Dampak pada kualitas hidup (lansia lebih menarik diri dari aktivitas sehingga dapat

menyebabkan kebosanan dan depresi)


Dampak pada saat berkendara (lambatnya adaptasi gelap ke terang akan bermasalah
pada berkendara di malam hari, menurunnya ketajaman penglihatan berdampak pada
saat berpindah jalur kendaraan, dll.

Berikut ini merupakan tabel gangguan penglihatan ringan yang disebabkan oleh perubahan
fisiologis pada lansia antara lain :

Tabel 1. Age-related Changes Affecting Vision (Miller, 2012)

Berkurangnya kemampuan akomodasi atau disebut dengan presbiopi yang dimulai


pada dewasa awal dan terjadi pada semua manusia (Ferrer-Blasco, GonzalezMeijome, & Montes-Mico, 2008 pada Miller, 2012).

Berkurangnya ketajaman penglihatan akibat dari mengecilnya ukuran pupil,


menyebarnya cahaya di lensa dan kornea, dan berkurangnya sel fotoreseptor di retina
(Miller, 2012). Berkurangnya penglihatan pada malam hari dapat mengakibatkan

kesukaran dalam mengemudi dan ambulasi (Stanley, Blair & Beare, 2007).
Perlambatan adaptasi gelap dan terang yang diakibatkan oleh penurunan penerangan
retina dan perubahan di jalur neural-retina. Sehingga lansia perlu waktu yang lebih

untuk beradaptasi dari perpindahan tempat yang terang ke gelap (Miller, 2012).
Peningkatan sensitivitas cahaya, sehingga menyebabkan lansia sering mengedipkan
mata terhadap cahaya terang atau ketika berada di luar pada siang hari yang cerah

(Stanley, Blair & Beare, 2007).


Berkurangnya area penglihatan, yang mulai terjadi pada usia 40-50 tahun (Miller,

2012).
Berkurangnya kedalaman persepsi, sehingga berpengaruh pada pengguanan objek

secara efektif dan keamanan di lingkungan (Miller, 2012).


Perubahan persepsi warna, mengakibatkan warna yang muncul tumpul dan tidak jelas,
terutama warna-warna yang muda seperti biru, hijau, dan ungu (Stanley, Blair &

Beare, 2007).
Perlambatan proses informasi visual, yang mengakibatkan lansia pada umumnya
membutuhkan waktu yang lebih untuk memproses informasi visual (Miller, 2012).

c. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Penglihatan pada Lansia

Gaya hidup (lansia sering terpapar sinar UV berisiko terkena katarak dan merokok)
Nutrisi (nutrisi yang buruk meningkatkaan risiko age-related macular degeneration

(AMD) (Montgomery et al., dalam Miller, 2012))


Lingkungan (temperatur lingkungan yang lebih panas berhubungan dengan terjadinya

presbiopi)
Kondisi penyakit kronik (penyakit Alzheimer, Parkinson, demensia, diabetes,

hipertensi atau hiperkolesterolemia dan malnutrisi)


Medikasi (aspirin, haloperidol, nonsteroid anti-inflamasi, tricyclic antidepressants,
dll)

d. Gangguan Patologis yang Sering Terjadi pada Penglihatan Lansia


Tabel 2. Common Disease Conditions Affecting Vision (Miller, 2012)
Condition
Symptoms
Katarak
Peningkatan sensitivitas cahaya, penurunan sensitivitas kontras,
penglihatan kabur, distorsi gambar, berkurangnya persepsi warna

Kehilangan penglihatan sentral secara berangsur-angsur, distorsi


Age-related

macular garis lurus, penglihatan kabur

degeneration (AMD)

Kronik : slow onset, berkurangnya penglihatan pada cahaya redup,

Glaucoma

meningkatnya sensitivitas cahaya, menurunnya sensitivitas kontras,


berkurangnya penglihatan perifer
Akut: sudden onset, nyeri hebat, penglihatan kabur, lingkaran cahaya
(halos), mual, dan muntah

e. Pengkajian yang Perlu Dilakukan untuk Mengetahui Fungsi Penglihatan pada


Lansia?

Interview mengenai perubahan-perubahan penglihatan. Berisi pertanyaan langsung


mengenai : faktor risiko gangguan penglihatan sekarang dan dahulu, kesadaran lansia
terhadap perubahan penglihatan, dampak perubahan tersebut terhadap aktivitas seharihari dan kualitas hidup, dan sikap lansia terhadap intervensi yang diberikan.

(Lampiran 1)
Observasi tanda-tanda fungsi penglihatan. Perawat dapat mengobservasi mengenai
perilaku dan lingkungan lansia yang berpangaruh terhadap kesehatan lansia.

(Lampiran 2)
Menggunakan tes penglihatan standar. Perawat dapat melakukan pedoman untuk
screening test penglihatan untuk menyediakan informasi yang dapat berguna untuk
perencanaan perawatan dan mengidentifikasi kebutuhan evaluasi lebih lanjut. Alat
pengkajian penglihatan yang dapat digunakan oleh perawat dalam setting klinik
seperti Snellen chart, pinhole assessment, Cardiff Acuity Test, dan Amsler grid.
(Lampiran 3)

Lampiran
Lampiran 1. Pedoman Interview Penglihatan pada Lansia (Miller, 2012)

Lampiran 2. Pedoman Observasi (Miler, 2012)


Lampiran 3. Pedoman Screening Test Penglihatan (Miller, 2012)

Referensi
Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice (6th Ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin.
Stanley, M., Beare, P. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai