2. Pemberian ijin
Pemberian ijin usaha untuk industri diharapkan mengacu pada rencana
tata ruang wilayah daerah masing- masing. Pemberian ijin pembuangan
limbah cair mencakup semua jenis industri baik industri lama maupun
3. Pengawasan
Agar lebih efektif pengawasan terhadap kegiatan industri tidak hanya
ditekankan pada aparat pemerintah saja tetapi harus melibatkan
masyarakat. Oleh karena itu perlu dibentuk suatu forum pengawasan
yang terdiri dari masyarakat, industri, pemerintah (mencakup semua
unsur daerah).
Adanya mekanisme pelaporan yang jelas (disusun dalam Peraturan
Daerah, PP) mengenai pencemaran sehingga dapat ditindaklanjuti dan
diselesaikan.
4. Penegakan Hukum
Perlu dibuat revisi peraturan perundang-undangan yang dapat
memperkuat upaya penegakan hukum lingkungan
Perlu ditetapkan prosedur penegakan hukum.
Upaya Penegakan Hukum perlu memperhatikan adanya usaha
pengembangan kelembagaan meliputi LSM, penyedia dana, pemerintah.
Pengembangan Environmental Fund yang dapat dijadikan sebagai dana
lingkungan yang dihimpun untuk menyelesaikan masalah lingkungan.
Perlu dibentuk forum aparat hukum yang melibatkan masyarakat, swasta,
LSM, Pemerintah.
Review Rencana Tata Ruang DPS Citarum, yang telah ada di tingkat propinsi
dan Kabupaten/Kota perlu disesuaikan kembali dengan kebutuhan pelestarian
dan perlindungan kualitas air sungai.
Pemerintah Propinsi dan Kabupatan/Kota melaksanakan pengendalian tata
ruang sesuai dengan rencana yang telah ada.
Mengkaji kembali kesesuaian pelaksanaan program rehabilitasi lahan dan
konservasi tanah untuk meningkatkan efektifitasnya.
Peninjauan kembali sistem perizinan yang terkait dengan perlindungan air
dan sumber air. Untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaannya, antara lain
perlu kajian terhadap perizinan pengambilan air, penambangan galian C,
pembuangan limbah, dll.
PROKASIH perlu dilaksanakan lebih intensif. Pemantauan pencemaran yang
bersifat lintas wilayah perlu dilakukan untuk menunjang upaya penegakan
hukum.
Peningkatan pembangunan sarana pengolahan limbah domestik sebagai
salah satu sumber pencemar terbesar setelah industri.
Pemanfaat air perlu memberi insentif untuk upaya perlindungan air dan
sumber air di daerah hulu sungai (Access to Cost and Benefit Sharing).
Pembentukan sistem informasi lingkungan terpadu di tingkat Propinsi dan
Kabupaten/Kota.
Sosialisasi penerapan peraturan-peraturan yang terkait dengan perlindungan
air dan sumber air kepada seluruh stakeholders, termasuk Baku Mutu Air dan
Baku Mutu Limbah Cair. Peran serta masyarakat dalam pengawasan perlu
ditingkatkan.
Ketegasan dalam penegakan hukum.
Perlu meninjau kembali PERDA yang dikeluarkan oleh Pemda propinsi Jawa
Barat Nomor 10 Tahun 1995 dan PERDA Nomor 5 Tahun 2001 yang
dikeluarkan oleh Pemda Kabupaten Bandung
Penetapan environmental fee didasarkan pada baku mutu limbah cair bagi
kegiatan industri yang berlaku mulai bulan Januari 2000 sesuai dengan
klasifikasi jenis industri.
3. Environmental fee diusulkan untuk diterapkan di semua sektor kegiatan
yang komersial, antara lain: industri, hotel dan rumah sakit, sedangkan untuk
pemukiman (domestik) akan diberlakukan secara bertahap (misalnya akan
diterapkan sekitar tahun 2003 atau 2005).
4. Besaran environmental fee ditetapkan atas dasar acuan berikut:
Baku mutu limbah cair, ditinjau dari kadar maksimum dan beban pencemaran
maksimum
Peninjauan dilakukan terhadap setiap parameter, mengingat bahwa tingkat
purification setiap parameter berbeda
Biaya operasi instalasi pengolahan air limbah dapat dijadikan sebagai acuan
dalam menetapkan environmental fee
Dalam penetapan environmental fee dapat dilakukan studi banding dengan
pengelolaan IPAL terpadu, antara lain IPAL Cisirung, PT. SIER dan PT.
JABABATEK.
5. Penetapan environmental fee diusulkan diprakarsai oleh Gubernur dengan
legislatifnya dan
dikoordinasikan dengan Kabupaten maupun
Kotamadya. Gubernur
membentuk Tim Koordinasi dengan anggota tim yang meliputi instansi
terkait, industri, asosiasi dan LSM.