Anda di halaman 1dari 3

DOSA MEMUTUSKAN HUBUNGAN KEKERABATAN

Oleh
Ustadz Abu Isma il Muslim al-Atsari
KEWAJIBAN SHILATURAHMI
Tidak ada perbedaan pendapat bahwa secara umum shilaturrahmi hukumnya wajib, dan
memutuskannya merupakan dosa besar.
Ini berdasarkan perintah dari Allh Azza wa Jalla dan RasulNya agar shilaturrahmi.
Allh Azza wa Jalla berfirman :
?????????? ??????? ??????? ???????????? ???? ?????????????? ? ????? ??????? ????
? ?????????? ????????
Bertakwalah kepada Allh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allh selalu
menjaga dan mengawasi kamu.[an-Nis /4: 1]
Allh Azza wa Jalla juga berfirman :
??????????? ??????? ????? ?????????? ???? ??????? ? ?????????????????? ?????????
? ??????? ???????????
Beribadahlah kepada Allh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun
. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat... [an-Nis /4: 36]
Juga firman-Nya :
????? ??? ??????????? ??????? ?????????????? ??????? ?????????? ????? ?????????
??????????
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang mis
kin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (har
tamu) secara boros. [al-Isr /17: 26]
Shilaturrahmi termasuk perkara yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wa sallam. Perintah ini pun sudah diketahui oleh orang-orang memusuhi bel
iau Shallallahu alaihi wa sallam. Ibnu Abbs Radhiyallahu anhu memberitakan bahwa A
bu Sufyn pernah mengatakan kepada raja Heraklius tentang dakwah Nabi Shallallahu a
laihi wa sallam , dia berkata:
??????????? ???????????? ????????????? ???????????? ???????????
Muhammad memerintahkan kami shalat, shadaqah, menjaga kehormatan dan shilaturrah
mi. [HR. al-Bukhri, no. 5635]
al-Qdhi Iydh rahimahullah berkata, Tidak ada perbedaan pendapat (diantara para Ulama
-red) bahwa secara umum shilaturrahmi hukumnya wajib, dan memutuskannya merupaka
n dosa besar. Namun shilaturrahmi itu ada beberapa derajat, sebagiannya lebih ti
nggi dari yang lain. Yang paling rendah adalah tidak mendiamkan, artinya dia men
yambungnya dengan mengajaknya bicara, walaupun dengan ucapan salam. Dan shilatur
rahmi itu berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Di antaranya ada y
ang wajib dan ada pula yang mustahab (sunah).
Seandainya seseorang melakukan sebagian perbuatan shilaturrahmi, namun tujuannya
untuk shilaturrahmi tidak tercapai, maka dia tidak dinamakan orang yang memutus
kan shilaturrahmi. Jika dia melalaikan bentuk shilaturrahmi yang dia mampu dan s
epantasnya dilakukan, maka dia tidak disebut orang yang melakukan shilaturrahmi .

(Syarh Nawawi 8/345)


MAKNA SHILATURAHMI
Sedangkan yang dimaksud dengan shilaturrahmi secara istilah syari at adalah sebaga
imana dijelaskan para Ulama berikut:
Imam Nawawi rahimahullah berkata, bahwa shilaturrahmi adalah, Berbuat baik kepada
kerabat sesuai dengan keadaan orang yang berbuat baik dan orang yang menerima p
erbuatan baik itu. Terkadang shilaturrahmi itu dengan harta, jasa, mengunjungi,
ucapan salam dan lainnya . [Lihat Syarh Nawawi 1/287; Kamus Fiqih 1/145, karya Dr.
Sa di Abu Habib; Maktabah Syamilah]
Imam al- Aini rahimahullah berkata, Shilaturrahmi adalah kinyah (ungkapan lain yang
lebih halus-red) dari berbuat baik kepada kerabat dari kalangan orang-orang yang
memiliki hubungan nasab (keturunan-red) dan pernikahan, bersikap sopan dan lema
h-lembut kepada mereka, serta memperhatikan keadaan mereka. Walaupun mereka jauh
dan berbuat buruk. Adapun qath urrahmi (memutuskan persaudaraan) adalah memutuska
n hal-hal yang disebutkan di atas (dengan tanpa alasan syari at-pen) . [Syarh Shahh a
l-Bukhri]
Dalam keterangan Imam al- Aini rahimahullah di atas, dia memasukkan orang-orang ya
ng memiliki hubungan karena pernikahan ke dalam rahmi atau kerabat, namun kebany
akan ulama hanya menyebutkan orang-orang yang memiliki hubungan nasab saja. Maks
udnya, walaupun kita juga diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang-orang ya
ng memiliki hubungan karena pernikahan dengan kita, namun ini tidak termasuk ke
dalam istilah shilaturrahmi. Wallahu a lam.
Dari penjelasan ini kita mengetahui bahwa makna shilaturrahmi di dalam istilah s
yari at bukanlah sebagaimana yang difahami oleh banyak orang, yaitu berkunjung dan
bertemu dengan orang lain, baik kerabat maupun bukan kerabat. Namun makna shila
tur rahmi di dalam istilah syari at adalah berbuat baik kepada kerabat dengan berb
agai bentuk kebaikan sebagaimana diterangkan di atas. Wallahu a lam.
BAHAYA MEMUTUS KEKERABATAN
Selain menjelaskan keutamaan shilaturrahmi, demikian juga Nabi Shallallahu
wa sallam mengancam orang yang memutuskan kerabat dengan sabda beliau :

alaihi

??? ???????? ?????????? ???????


Tidak akan masuk sorga orang yang memutuskan (persaudaraan). [HR. al-Bukhri dan M
uslim, dari Jubair bin Muth im]
Hadits ini menunjukkan bahwa memutuskan kekerabatan merupakan dosa besar, dan me
nghalangi masuk surga.
Maksud Tidak akan masuk surga

dalam hadits di atas, ada dua kemungkinan:

1. Tertuju kepada orang yang menganggap halal memutuskan persaudaraan tanpa seba
b, padahal dia mengetahui keharamannya, maka orang ini kafir, dia kekal di dalam
neraka, dan tidak akan masuk surga selamanya.
2. Maksudnya: tidak masuk surga semenjak awal bersama orang-orang yang dahulu, t
etapi dia dihukum dengan diundurkan dari masuk surga dengan ukuran yang dikehend
aki oleh Allh Azza wa Jalla . [Lihat Syarh Imam Nawawi, 16/113-114]
Demikian juga di antara bahaya memutuskan shilaturrahmi adalah Allh Azza wa Jalla
memutuskan kebaikan kepada pelakunya. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda
:
????? ????????? ???????? ???? ??????????? ? ??????? ??????? ???? ???????? ??????

???? ? ?????? ???????? ??????????


Sesungguhnya (kata) rahmi diambil dari (nama Allh) ar-Rahman. Allh berkata, Barangs
iapa menyambungmu (rahmi/kerabat), Aku akan menyambungnya; dan barangsiapa memut
uskanmu, Aku akan memutuskannya . [HR. al-Bukhri dari Abu Hurairah Radhiyallahu anh
u]
Karena ada ancaman tidak masuk surga, maka dosa memutus kekerabatan termasuk kab ir
(dosa-dosa besar). Selain itu banyak menimbulkan kerusakan dalam kehidupan. Kare
na memutus kekerabatan akan melepaskan ikatan di antara kerabat, menimbulkan per
musuhan dan kebencian, dan merusakkan hubungan kekeluargaan. Bahkan memutus keke
rabatan termasuk sebab yang akan mendatangkan laknat, menjadikan ketulian dan ke
butaan hati. Allh Azza wa Jalla berfirman:
?????? ?????????? ???? ????????????? ???? ?????????? ??? ????????? ?????????????
????????????? ???? ?????????? ????????? ?????????? ??????? ????????????? ??????
???? ?????????????
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi
dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dila'nati A
llh dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. [Muham
mad/47: 22-23]
Ada dua panafsiran tentang ayat ini:
Pertama. Tawalla dalam ayat di atas diartikan dengan berkuasa, sebagaimana terjema
h dari Depag di atas.
Kedua. Tawalla
m-hukumnya.

diartikan dengan berpaling, yaitu berpaling dari kitab Allh dan huku

Diriwayatkan bahwa Qatdah rahimahullah berkata, Bagaimana kamu melihat orang-orang


ketika berpaling dari kitab Allh, bukankah mereka menumpahkan darah, memutuskan
kerabat, dan bermaksiat kepada ar-Rahmn (Allh yang Maha Pemurah)? [Lihat Tafsir alBaghawi, 7/287]
Karena bahayanya dosa memutuskan kekerabatan ini, maka hukumannya disegerakan di
dunia sebelum di akhirat. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
??? ???? ?????? ???????? ???? ????????? ??????? ??????????? ???????????? ??? ???
??????? ???? ??? ????????? ???? ??? ????????? ???? ????????? ??????????? ???????
??
Tidak ada satu dosa yang lebih pantas untuk disegerakan hukuman bagi pelakunya d
i dunia bersamaan dengan hukuman yang Allh siapkan baginya di akhirat daripada ba
ghyu (kezhaliman dan berbuat buruk kepada orang lain) dan memutuskan kerabat. [H
R. al-Bukhri dalam Adabul Mufrad, no. 29; Tirmidzi, no. 2511; Abu Dawud, no. 4902
; al-Hakim, no. 3359, 7289; dll. Dishahihkan oleh Tirmidzi, al-Hkim, adz-Dzahabi
dan al-Albani]
Ketika kita sudah mengetahui berbagai akibat buruk dari memutuskan kekerabatan,
maka sepantasnya untuk segera memperbaiki diri dengan menyambung kekerabatan den
gan sebaik-baiknya. Semoga Allh Azza wa Jalla memberikan kekuatan untuk mengamalk
annya, sesuai dengan keadaan kita. Amin.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XVII/1435H/2014. Diterbitkan Yaya
san Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo So
lo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

Anda mungkin juga menyukai