1. Keutamaan Ilmu
Dalam agama Islam, ilmu merupakan sarana yang amat penting untuk
meningkatkan iman. Oleh karena itu, kita mendapatkan banyak himbauan
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. mengenai keutamaan ilmu
ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Di antara hasad yang diperbolehkan
Secara umum, hasad atau iri itu dilarang, alias haram. Namun
untuk ilmu, apalagi ilmu yang bermanfaat, hasad itu diperbolehkan.
Nabi Muhammad saw. bersabda:
. .
Hasad itu tidak diperkenankan, kecuali dalam dua hal. Pertama, hasad
pada seseorang yang diberi oleh Allah akan harta yang melimpah, lalu
ia menghabiskan harta itu di jalan kebenaran. Kedua, hasad pada
seseorang yang diberi oleh Allah akan ilmu, lalu ia menggunakan ilmu
itu untuk memutuskan perkara dan mengajarkannya. (Muttafaq alaih)
b. Memudahkan penuntut ilmu masuk surga
Kebanyakan umat Islam menganggap bahwa orang yang
dimudahkan masuk surga adalah orang yang ahli ibadah; banyak puasa
atau shalat misalnya. Namun ternyata, menuntut ilmu juga merupakan
jalan untuk mencapai surga, bahkan dimudahkan. Nabi Muhammad
saw. bersabda:
. .
Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
akan memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim)
. .
Apabila anak Adam (manusia) meninggal, maka terputuslah semua
amalnya, kecuali tiga hal, yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak saleh yang senantiasa mendoakannya. (HR.
Muslim)
d. Orang yang belajar itu sama dengan berjihad
Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa jihad itu harus dengan
senjata. Ternyata belajar itu termasuk jihad. Nabi Muhammad saw.
bersabda:
Barangsiapa keluar rumah untuk menuntut suatu ilmu, maka ia sama
dengan orang yang berangkat jihad fi sabilillah, sampai ia kembali ke
rumahnya. (HR. Tirmidzi)
e. Malaikat pun membentangkan sayap untuk pencari ilmu
Malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah bermaksiat.
Rasulullah saw. menggambarkan kemuliaan orang yang menuntut itu
dengan hadirnya para malaikat yang mengembangkan sayapnya untuk
orang tersebut.
. .
Sungguh para malaikat itu membentangkan sayapnya pada orang
yang sedang menuntut ilmu sebagai tanda ridha malaikat pada orang
itu. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
2. Keutamaan Ilmuwan
Apabila Islam demikian menghargai usaha orang-orang yang menuntut
ilmu, sudah selayaknya Islam pun amat menghargai orang-orang yang
berilmu. Berikut ini beberapa keutamaan ilmuwan:
a. Ditinggikan derajatnya
Menggambarkan keutamaan orang yang berilmu atau ilmuwan,
Allah Taala berfirman:
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. (QS. Al-Mujadilah: 11)
b. Hanya orang yang berilmu yang selamat
Lalu Nabi Muhammad saw. seakan menegaskan keutamaan
ilmuwan itu dengan sabda beliau:
Dunia itu terlaknat, dan terlaknatlah semua yang ada di dunia itu,
kecuali dzikir kepada Allah, ketaatan kepada-Nya, dan orang yang
berilmu, atau yang mengajarkan ilmu. (HR. Tirmidzi)
.
.
Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi itu selalu
memohonkan ampunan bagi orang yang berilmu, termasuk ikan paus
di laut. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
d. Memperoleh keutamaan jauh di atas ahli ibadah
Seorang yang beribadah berdasarkan ilmu jauh lebih mulia
daripada seorang yang beribadah hanya berdasarkan ikut-ikutan,
meskipun praktik ibadahnya secara dhahir adalah sama. Sama-sama
benar. Tapi orang yang pertama beribadah dengan mengetahui
ilmunya, sementara orang yang kedua beribadah tanpa mengetahui
ilmunya. Hal ini menunjukkan betapa mulianya orang yang ahli ibadah
berdasarkan ilmu.
. .
. .
Sesungguhnya orang-orang yang berilmu adalah pewaris para nabi.
Sedangkan para nabi itu tidak mewariskan dirham. Para nabi itu
hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya, maka ia
telah mengambil keuntungan yang besar. (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi)
3. Keutamaan Majelis Ilmu
Mengingat demikian utamanya ilmu dan ilmuwan, sudah tentu hal ini
menunjukkan keutamaan majelis ilmu. Keutamaan mejelis ilmu ini bisa
kita pahami dengan adanya etika atau akhlak mencari ilmu yang akan kita
rinci dalam bahasan berikutnya. Semoga Allah memberikan kemudahan.
. .
Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah akan suatu kebaikan, maka Allah
akan memahamkan orang itu pada agama. (Muttafaq alaih)
Berdasarkan hadits di atas, menurut anggapan itu, bila Allah hendak
memberikan kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah akan memberikan
pemahaman yang baik kepadanya tentang agama. Sebaliknya, bila Allah tidak
ingin memberikan kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah tidak akan
memberikan pemahaman yang baik tentang agama kepadanya.
Secara umum, pemahaman tersebut tidaklah salah. Ibadah shalat misalnya,
memang harus didasari ilmu yang benar. Dan ilmu di sini tentu saja
merupakan ilmu yang secara langsung merujuk kepada al-Quran dan hadits.
Namun demikian, bukan berarti bahwa ilmu yang tidak secara langsung
merujuk kepada al-Quran dan hadits itu menjadi kurang utama. Bagaimana
kita bisa menghadap kiblat secara tepat misalnya, bila kita tidak menguasai
ilmu perbintangan atau astronomi dengan baik.
Pemilahan ilmu dengan cara seperti itu akan mengakibatkan terpisahnya
kehidupan masyarakat muslim dari pondasi agama. Hasilnya agama akan
dibatasi ruang geraknya dalam ruang-ruang ibadah saja. Agama tidak boleh
mengatur selain urusan dalam masjid, mushalla dan tempat wudhu. Keadaan
demikian tentu saja tidak bisa dibenarkan, karena akan menjadikan seorang
pedagang (misalnya) berlaku ramah dan jujur sekedar ingin menarik simpati
dari pembeli dan menambah pelanggan. Dimana perilaku seperti ini justru
dikecam oleh agama. Bahkan perilaku seperti ini sudah diberi nama khusus
oleh agama, yaitu riya sebagai salah satu sebab yang menggugurkan pahala
ibadah.
Pemilahan ilmu dengan cara seperti itu secara pasti tumbuh dan
berkembang bukan dari tradisi Islam, yang membatasi ibadah sebagai bentuk
penghambaan diri seorang hamba kepada Tuhan hanya di ruang-ruang ibadah.
Islam justru mengajarkan, bahwa ibadah itu tidak terbatas dilakukan di ruang
ibadah. Seorang suami yang mendekati istrinya misalnya, bila diniatkan
sebagai ibadah akan menjadi ibadah. Demikian pula seorang suami yang
sedang bekerja keras mencukupi keperluan ekonomi rumah tangganya juga
disebut sedang beribadah dan berhak memperoleh kemuliaan agamawi.
- -
. .
10
. .
Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu, lalu ia menyembunyikan
ilmu itu, maka kelak di hari kiamat ia akan dicambuk dengan cambuk
dari api. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
b. Tidak segan mengatakan tidak tahu
Apabila kita ditanya tentang suatu ilmu, dan kita tidak
mengetahuinya dengan baik, hendaknya kita tidak merasa malu untuk
mengatakan, Saya tidak tahu. Dalam hal ini Nabi Muhammad saw
berpesan:
.
.
Sesungguhnya Allah tidak mencabut suatu ilmu secara tiba-tiba
dari tengah manusia. Tapi Allah mencabut ilmu itu dengan mengambil
para ulama. Sehingga, apabila tidak ada lagi orang yang berilmu,
orang-orang pun bertanya kepada orang-orang yang jahil. Lalu orang11
orang jahil itu pun ditanya tentang beberapa perkara, dan mereka pun
memberikan fatwa tanpa ilmu, sehingga mereka tersesat dan
menyesatkan. (Muttafaq alaih)
12
teknologi dalam hal senjata ini sejak awal diperhitungkan apa maslahatnya
untuk kehidupan bersama.
3. Memperhatikan skala prioritas
Di zaman yang serba canggih seperti zaman sekarang, realitanya masih
banyak warga negara atau warga dunia yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Oleh karena itu, seharusnya pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi jangan sampai semakin memperlebar jurang perbedaan
antara si kaya dan si miskin. Artinya, jangan sampai ilmu pengetahuan dan
teknologi itu dikembangkan justru untuk kepentingan si kaya semata.
4. Menjauhi sikap mubadzir
Dalam hukum Islam ada empat istilah yang berkaitan dengan
kebutuhan dan keinginan manusia, yaitu: dharuriyat, hajiyat, tahsiniyat
dan kamaliyat. Dharuriyat adalah kebutuhan yang apabila tidak tercukupi
menjadikan manusia mati, seperti kebutuhan kepada makanan yang cukup.
Hajiyat adalah kebutuhan yang apabila tidak dipenuhi tidak menjadikan
manusia mati, tapi akan membuatnya hidup dengan susah payah, seperti
kebutuhan kepada aneka macam masakan yang lezat. Tahsiniyat adalah
kebutuhan untuk keindahan, seperti aneka tempat makanan yang
berwarna-warni. Ketiga kebutuhan ini hukumnya adalah boleh atau halal.
Adapun kamaliyat adalah kebutuhan yang sebenarnya lebih sebagai
keinginan, seperti makanan yang harganya hingga jutaan rupiah untuk tiap
porsinya. Atau nomor telephon cantik yang harganya mencapai puluhan
juta rupiah. Memang kemampuan setiap orang beraneka ragam, sehingga
penerapan dari keempat macam kebutuhan ini bisa berbeda antara satu
orang dengan orang yang lain.
Berkaitan dengan keempat macam kebutuhan tersebut, hendaknya
kemajuan teknologi bisa digunakan seoptimal mungkin untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang bersifat dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat
13
yang berasal dari luar pasangan tidak bisa dibenarkan. Pembuahan seperti
ini menjadi tidak berbeda dengan perzinahan yang diharamkan.
Kedua, hendaknya rahim tempat bersemainya bakal janin itu adalah
istri dari pemilik sperma. Yang demikian ini diatur, sehingga tidak ada
wanita yang mengandung benih dari laki-laki yang bukan suaminya. Bila
hal ini diabaikan, akan lahir bayi dari rahim seorang wanita yang bukan
istri dari bapaknya. Tentu saja dampak dari pengabaian ini akan
menimbulkan kekacauan hukum perkawinan.
2. Kloning
Dengan bantuan teknologi pula, sekarang makhluk hidup yang
biasanya berketurunan dengan cara bertemunya sel sperma dengan sel
telur, menjadi tidak demikian. Dengan bantuan teknologi yang disebut
dengan kloning, telah dimungkinkan terjadinya pembuahan tanpa bantuan
sperma.
Secara sederhana, proses kloning ini terjadi dengan cara:
Pertama, menyiapkan sebuah sel telur yang diambil inti selnya.
Kedua, mengambil inti sel dari sel selain sel telur.
Ketiga, menyuntikkan inti sel tersebut ke dalam sel telur di atas.
Dengan proses demikian, terbentuklah zigot atau bakal janin.
Teknologi ini bisa diterapkan kepada seluruh binatang, termasuk secara
teori kepada manusia.
Lalu bagaimana hukum kloning? Hukum kloning dibedakan kepada
obyeknya. Bila obyeknya binatang, apalagi binatang langka yang hampir
punah, maka kloning tidak dipermasalahan.
Adapun kloning kepada manusia hukumnya adalah haram. Kloning
kepada manusia diharamkan dengan beberapa alasan.
Pertama, dari segi hak asuh anak. Setiap anak memiliki hak untuk
mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah dan seorang ibu. Sementara
seorang bayi hasil kloning hanya memiliki orang tua dari ibu saja.
15
Kedua, dari segi hukum. Apa jadinya bila setiap wanita yang hamil di
luar perkawinan mengaku telah melakukan kloning.
3. Operasi Ganti Kelamin
Berkat kecanggihan teknologi pula, sekarang manusia bisa melakukan
operasi ganti kelamin. Seorang yang semula berkelamin laki-laki bisa
berganti kelamin perempuan, dan sebaliknya.
Dalam Islam, jenis kelamin mempengaruhi kedudukannya dalam
melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba. Dalam Islam,
pembedaan jenis kelamin memiliki konsekuensi yang serius, sejak lahir
hingga mati.
Bagi seorang bayi laki-laki aqiqahnya adalah dua ekor kambing,
sedangkan aqiqah seorang bayi perempuan satu ekor kambing. Aurat lakilaki adalah sebatas pusar hingga lutut, sedangkan aurat perempuan adalah
seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Hak waris seorang
anak perempuan adalah separo dari hak waris seorang anak laki-laki.
Ketika seorang laki-laki meninggal, kain kafannya berlapis tiga.
Sedangkan ketika seorang wanita meninggal, kain kafannya berlapis lima.
Demikian pula ada pembedaan di mana posisi seorang imam shalat
jenazah berdiri; dibedakan antara jenazah laki-laki dan jenazah
perempuan.
Mengingat konsekuensi-konsekuensi hukum di atas, operasi ganti
kelamin hukumnya adalah haram.
4. Bedah Plastik
Rasulullah Saw. pernah menyampaikan bahwa Allah itu indah dan
menyukai semua yang indah. Oleh karena itu, Rasulullah Saw.
memberikan teladan kepada kita bagaimana berperilaku untuk menjaga
dan menyempurnakan keindahan-keindahan yang telah diberikan oleh
Allah Swt. Mulai dari berpakaian, menyisir rambut, memotong rambut dan
kuku, serta menggunakan wangi-wangian.
16
F. PERTANYAAN
1. Jelaskanlah hubungan antara iman dan ilmu dalam agama Islam!
2. Apakah ada seorang ilmuwan yang dihukum karena dia memperoleh
sebuah temuan ilmiah karena ternyata bertentangan dengan isi kitab suci?
Jelaskankan jawaban Anda dengan membandingkan sejarah agama Kristen
dan agama Islam!
3. Bagaimana sikap Islam terhadap kemajuan teknologi?
G. REFERENSI
a. Software Maktabah Syamilah.
b. Yusuf al-Qaradhawi. ar-Rasul wal-Ilm. Kairo: Maktabah Wahbah,
17
1999.
c. Yusuf al-Qaradhawi. al-Aql wa al-Ilm fi al-Quran al-Karim. Kairo:
Maktabah Wahbah: 1996.
18