Pertama, melatih dan mengembangkan sifat kepemimpinan. Hal ini ditunjukkan dengan sistem
pelaksanaan dianpinsat yang beregu. Semua peserta dikelompokkan dalam sangga-sangga
dengan pemimpin sangga berganti-ganti selama kegiatan. Rolling pinsa tersebut dimaksudkan
agar setiap peserta pernah merasakan beban tanggung jawab sebagai pimpinan.
Kedua, menembangkan keterampilan-keterampilan kepramukaan (scouting skills). Jangan
membayangkan keterampilan kepramukaan bagi penegak sama persis dengan penggalang
seperti: sandi morse, semaphore, peta pita, peta lapangan dan sebagainya. Ketrampilan yang
hendaknya dikuasai oleh penegak lebih praktis namun lebih luas. Berkaitan dengan segala
keterampilan yang diperlukan dalam berkegiatan di alam terbuka. Seperti keterampilan tentang
cara yang baik mengelola tapak perkemahan, pengetahuan survival, penjelajahan, bahkan sampai
pengetahuan cara mengatur menu makanan yang sehat ketika berkemah.
Ketiga, menanamkan pada Pramuka Penegak tentang manfaat dan pentingnya berkegiatan secara
terorganisir dalam sangga maupun dewa ambalan.
Kepemimpinan juga tidak selalu disajikan dengan slide presentasi ala training leadership. Lebih
penting bagaimana mereka mampu merasakan langsung pentingnya kepemimpinan dengan
merasakan team building game, penugasan kelompok bahkan bila perlu dibuat skenario problem
solving. Untuk yang terakir ini, sering kali salah kaprah dijadikan ajang penggojlokan bulliying.
Peserta tiba-tiba dimarahi, dibentak tanpa alasan. Peserta dihadapkan dengan masalah yang
dimana mereka tidak punya kesmpatan untuk memecahkannya karena satu-satunya solusi yang
mereka bisa lakukan adalah mendengarkan bentakan dan berlagak sedikit takut.
Materi tentang kegiatan atau saya lebih senang menyebutnya sebagai scouting skills adalah
materi yang paling luas dan kompleks. Sehingga tidak harus diberikan secara menyeluruh dalam
waktu yang terbatas. Lebih baik jika dipilih satu-dua materi yang nantinya cukup waktu untuk
penyajian teoritis dan prakteknya.