Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah korban akibat mengonsumsi arak di Indonesia terus bertambah khususnya di
Bali. Dari hasil tes pada Laboratorium Forensik (Labfor) Polri Cabang Denpasar,
terungkap bahwa minuman yang telah merenggut belasan nyawa itu adalah cairan
oplosan yang terdiri atas unsur arak dicampur bahan mengandung metanol. Hal ini
disebabkan karena metanol lebih murah dibandingkan etanol. Selain itu juga disebabkan
karena ketidakpahaman masyarakat akan bahaya metanol yang lebih besar dari etanol.
Arak (Alkohol), juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah
senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling
sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap,
tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan
daripada etanol). Penggunaan arak secara oral dapat menimbulkan gejala-gejala klinis
yang nyata setelah terpapar selama 40 menit sampai 72 jam. Tanda dan gejala dapat
berupa nyeri kepala, vertigo, letargi, menurunnya fungsi visual, diplopia, mual, muntah,
hipotensi, bradikardi, dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukannya asam format
dalam darah serta asidosis metabolik.
Tanda dan gejala tersebut timbul karena di dalam tubuh arak (alkohol) akan
dimetabolisme di hati oleh enzim Alkohol Dehidrogenase ( DHA ) menjadi formaldehide
dan selanjutnya oleh enzim Formaldehide dehidrogenase ( FDH ) diubah menjadi asam
format. Kedua hasil metabolisme tersebut merupakan zat beracun bagi tubuh terutama
asam format, yang dapat menghambat respirasi mitokondria di tingkat sel sehingga
menimbulkan hipoksia jaringan dan produksi asam laktat, hal ini dapat terjadi pada organ
gaster.

Alkohol termasuk golongan alkohol, khususnya alkohol primer serta kedua zat
tersebut mudah diabsorbsi baik oleh saluran pencernaan yaitu di gaster. Bertolak dari
permasalahan tersebut, pengaruh etanol terhadap gaster dapat terjadi juga pada gaster
yang diberikan metanol. Etanol 80% per oral yang diberikan berulang pada tikus dapat
menginduksi terjadinya gastritis subkronis dan berpotensi pembentukan ulkus lambung.
Berdasarkan hal- hal yang telah diuraikan pada di atas, maka dapat dirumuskan
masalah, yaitu apakah terdapat pengaruh pemberian arak (alkohol) terhadap tingkat
kerusakan sel gaster tikus wistar?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan secara langsung antara
pemberian arak (alkohol) per oral dengan dosis bertingkat terhadap gambaran
histopatologi gaster tikus wistar. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi bahan
informasi kepada masyarakat luas tentang pengaruh pemberian arak (alkohol) dengan
dosis bertingkat terhadap terhadap tingkat kerusakan sel gaster tikus wistar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah dapat diambil rumusan masalah :
Bagaimana pengaruh pemberian arak (alkohol) per oral dengan dosis bertingkat terhadap
gambaran histopatologi gaster tikus wistar ?
1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk membuktikan arak (alkohol) dapat merusak jaringan gaster tikus wistar dewasa .
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran histopatologis gaster tikus wistar dewasa yang dipapari
arak (alkohol).

1.4 Manfaat Penelitian


1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi ilmu
kedokteran dan bidang ilmu lainnya sebagai salah satu acuan untuk menjaga
kesehatan dan mencegah penyakit yang disebabkan oleh minum arak.
2. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dimana dampak
konsumsi arak terhadap organ sistem pencernaan (gaster).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Arak (Alkohol)
Alkohol adalah istilah yang dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain
alkohol dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan
karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut,
bukan metanol, atau group alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan
dalam dunia farmasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol
dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi.
Dalam bidang kimia, alkohol (atau alkohol) adalah istilah yang umum untuk senyawa
organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon,
yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan atau atom karbon lainnya.

Gugus fungsional alkohol adalah hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi sp3.
Ada tiga jenis utama alkohol primer, skunder, dan tersier. Nama-nama ini
merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH.
Etanol dan metanol (gambar di bawah) adalah alkohol primer. Alkohol skunder yang
paling sederhana adalah propan-2-ol, dan alkohol tersier sederhana adalah 2metilpropan-2-ol.
Proses pembuatan arak Bali yang memanfaatkan beras ketan putih sebagai bahan
baku proses fermentasi. Fermentasi arak Bali dari ketan putih dilakukan melalui 2 tahap,
yaitu tahap pertama selama 5 hari (proses gelatinisasi untuk mendapatkan cairan beras
ketan putih), dan tahap fermentasi ke dua selama 15 hari (untuk mendapatkan cairan
fermentasi yang siap untuk didestilasi). Proses pembuatan arak Bali masih dilakukan
secara tradisional dengan menggunakan starter yang pembuatannya belum terkontrol.
Oleh karena itu agar diperoleh arak Bali yang memiliki kualitas terjaga, dilakukan isolasi
dan identifikasi mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan arak Bali. Hasil isolasi
menunjukkan bahwa dari fermentasi I diperoleh 5 spesies, dan dari fermentasi tahap II
diperoleh 8 spesies. Zygosaccharomyces rouxii sebagai mikroorganisme yang dominan
ditemukan mulai hari pertama fermentasi I sampai hari terakhir fermentasi II.
Selanjutnya dilakukan optimasi pembuatan arak Bali secara terkontrol menggunakan Z.
rouxii yang meliputi optimasi penambahan air terhadap beras ketan sebesar 50 mL:80 g
(2,5:4), 100 mL: 80 g (5:4), dan 150 mL:80 g (7,5:4), konsentrasi inokulum 5%, 10%,
dan 15% dengan kerapatan 106 sel/mL, dan optimasi penambahan kadar gula 5%, 10%,
dan 15%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan terbaik pada fermentasi
tahap I diperoleh pada proses fermentasi dengan perbandingan penambahan air terhadap
beras ketan sebesar 100 mL : 80 g beras (5:4) dengan pemberian inokulum Z. rouxii
sebanyak 3% (106 sel/mL) yang menghasilkan laju pertumbuhan 0,34 hari-1, serta

pembentukan gula sebesar 1806,5 ppm. Pertumbuhan mikroorganisme terbaik pada


fermentasi tahap II diperoleh pada proses fermentasi dengan penambahan kadar gula di
awal proses fermentasi sebesar 5% dengan menghasilkan laju pertumbuhan 1,88 hari-1,
kadar gula di akhir fermentasi 8102,6 ppm, serta kadar alkohol 2%. Namun, berdasarkan
hasil organoleptik, pembuatan arak Bali dengan penambahan kadar gula 15% pada awal
proses fermentasi II memberikan hasil yang lebih disukai oleh panelis dan mendekati cita
rasa arak Bali tradisional.
2.2 Gaster
2.2.1. Anatomi Gaster
Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di antara
bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus (Gray, 2008). Lambung
merupakan ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah diafragma,
terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada regio abdomen
(Tortora & Derrickson, 2009).
Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak, fundus,
badan (body), antrum, dan pilori (gambar 2.1). Kardia adalah daerah kecil yang
berada pada hubungan gastroesofageal (gastroesophageal junction) dan terletak
sebagai pintu masuk ke lambung Fundus adalah daerah berbentuk kubah yang
menonjol ke bagian kiri di atas kardia. Badan (body) adalah suatu rongga
longitudinal yang berdampingan dengan fundus dan merupakan bagian terbesar
dari lambung. Antrum adalah bagian lambung yang menghubungkan badan (body)
ke pilorik dan terdiri dari otot yang kuat. Pilorik adalah suatu struktur tubular yang
menghubungkan lambung dengan duodenum dan mengandung spinkter pilorik
(Schmitz & Martin, 2008).

Gambar 2.1 Pembagian daerah anatomi lambung (Tortora & Derrickson, 2009)

2.2.2. Histologi Gaster


Dinding lambung tersusun dari empat lapisan dasar utama, sama halnya dengan
lapisan saluran cerna secara umum dengan modifikasi tertentu yaitu lapisan
mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa (Schmitz & Martin, 2008).
1. Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia, dan muskularis
mukosa. Epitel permukaan yang berlekuk ke dalam lamina propia dengan
kedalaman yang bervariasi, dan membentuk sumur-sumur lambung disebut
foveola gastrika. Epitel yang menutupi permukaan dan melapisi lekukanlekukan tersebut adalah epitel selapis silindris dan semua selnya menyekresi
mukus alkalis. Lamina propia lambung terdiri atas jaringan ikat longgar yang
disusupi sel otot polos dan sel limfoid. Muskularis mukosa yang memisahkan
mukosa dari submukosa dan mengandung otot polos (Tortora & Derrickson,
2009).

2. Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh darah, sistem


limfatik, limfosit, dan sel plasma. Sebagai tambahan yaitu terdapat pleksus
submukosa (Meissner) (Schmitz & Martin, 2008).
3. Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu (1) inner oblique,
(2) middle circular, (3) outer longitudinal. Pada muskularis propia terdapat
pleksus myenterik (auerbach) (Schmitz & Martin, 2008). Lapisan oblik
terbatas pada bagian badan (body) dari lambung (Tortora & Derrickson, 2009).
4. Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis skuamos
(mesotelium) dan jaringan ikat areolar (Tortora & Derrickson, 2009). Lapisan
serosa adalah lapisan paling luar dan merupakan bagian dari viseral
peritoneum (Schmitz & Martin, 2008).

Gambar 2.2 Histologi dari lambung (Tortora & Derrickson, 2009)

2.3 Tinjauan Tentang Hewan Uji Tikus Wistar


Persyaratan atau kriteria agar mencit dapat digunakan untuk uji farmakologik adalah
tikus wistar, jantan, dewasa, umur 10 minggu, berat badan 20-40 gram, sehat fisik
dengan ciri-ciri bermata jernih, bulu mengkilap, gerak aktif. Mencit dikatakan sehat
apabila :

a. Selama masa adaptasi lingkungan 1-2 minggu maka bobot badan mencit tidak boleh
kurang 10%.
b.

Bulu mencit sehat tampak bersih, halus dan mengkilat.

c.

Bola mata tampak kemerahan dan jernih, hidung dan mulut tidak berlendir atau
mengeluarkan air liur terus-menerus.

d.

Konsistensi fesesnya normal dan padat, tidak cair atau diare.

e.

Hewan tampak aktif dan selalu bergerak ingin tahu.

f.

Laju respirasi rata-rata 140-180/menit. Pada saat teranestesi dapat turun hingga
80/menit, sedangkan pada kondisi stres dapat naik mencapai 230/menit.

g.

Denyut jantung mencit dewasa normal adala 600-650/menit pada kondisi anestesi
dapat turun hingga 350/menit, sedangkan saat depresi akan naik sampai 750/menit.

h.

Tekanan darah sistolnya 130-160 mmHg dan diastol 102-110 mmHg.


Setelah adaptasi dan memenuhi persyaratan makan dapat dilakukan pengujian

arak (alkohol) pada hewan tersebut. Pada uji efek alkohol yang berkaitan dengan
kerusakan gambaran histopatologis gaster, yaitu hewan belum punya pengalaman
terhadap perlakuan atau pengujian. Tikus Wistar jantan : dewasa sehat dan normal
mempunyai bobot badan 20-40 g, sedangkan Tikus Wistar betina adalah 18-35 g. Air
minumnya diusahakan memiliki pH 2,0 dengan cara penambahan HCl 2ml/3L air. Dalam
sehari mencit dapat menghabiskan 4-8 ml air minum. Komposisi makanan mencit terdiri
dari tepung jagung, kacang hijau, tepung terigu, tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil
kelapa, tepung tulang CaCO3 atau kapur, vitamin 1% dan protein 20% serta mineral
(Schwiebert, 2007).
Tikus Wistar

jantan lebih sering digunakan dalam pengujian karena

metabolisme Tikus Wistar jantan lebih stabil dibandingkan Tikus wistar betina yang
dipengaruhi sistem hormonal. Sistem hormonal mempengaruhi jumlah enzim metabolik
(CYP P-450) dan total NADPH: reductase activity. Tikus Wistar jantan umumnya

memiliki lebih banyak CYP P-450 dan umumnya memiliki laju metabolisme yang lebih
tinggi dibandingkan Tikus Wistar betina.

2.3.1

Sistematika Hewan Coba


Taksonomi mencit strain BALB/C (Schwiebert, 2007) :
Kelas : Mamalia
Sub kelas : Thena
Infra kelas : Eutheria
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Super family : Muroidea
Family : Mundae
Genus : Ratus
Spesies : norvegicus

Anda mungkin juga menyukai