Anda di halaman 1dari 3

Tiga reaksi emosi yang paling kuat adalah rasa marah, kaku, dan takut,

yang terjadi akibat dari peristiwa-peristiwa eksternal maupun proses tak


langsung.

Reaksi

tersebut

dapat

tercermin

dalam

individu

yang

meningkatkan aktivitas kelenjar tertentu dan mengubah temperature tubuh.


Reaksi umumnya berkurang sesuai proporsi kematangan individu.
Hal ini disebabkan oleh pebedaan jenis reaksi emosi, misalnya dengan
penyebab 15 ketakutan pada diri seseorang anak mungkin disebabkan oleh
jenis emosi yang berbeda sesuai dengan tingkat perkembangannya. Tingkat
perkembangan emosi tidak terlepas dari tingkat kestabilan emosi seseorang
yang meliputi :
a. Emosi stabil Pada seseorang yang mempunyai emosi stabil mempunyai
kecenderungan percaya diri, cermat, kukuh. Mereka selaulu menjaga
pikiran walaupun dalam keadaan kritis, sedangkan orang-orang di
sekitarnya kehilangan kendali.
b. Emosi stabil rata-rata Seseorang yang mempunyai derajat rata-rata
tingkat emosional mempunyai kecenderungan emosi

keseimbangan

yang baik, sabar, tak memihak, berkepala dingin. Mereka tidak kebal
atas rasa khawatir dan terkadang menunjukkan emosi yang aneh,
namun ini adalah pengecualian daripada kebiasaan.
c. Emosi labil Seseorang yang mempunyai emosi yang labil, tergesagesa, bernafsu, sentimental, mudah tergugah, khawatir dan bimbang.
Mereka mungkin agaknya tertekan oleh kehidupan, hal ini membuat
mereka mudah terkena hal-hal negatif dan positif, sekaligus kerap
dipengaruhi oleh tragedi dan kesenangan serta tiak ada upaya untuk
bereaksi mengatasi peristiwa-peristiwa tersebut dalam hidup (Wijaya,
2004)
Faktor belajar akan menentukan reaksi potensial mana yang mereka
gunakan untuk marah. Pengalaman belajar yang menunjang perkembangan
emosi antara lain:
a. Belajar dengan coba-coba.

belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam


bentuk perilaku yang memberi pemuasan sedikit atau sama sekali
tidak memberi kepuasan.
b. Belajar dengan meniru.
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan
emosi orang lain untuk bereaksi dengan emosi dan metode yang sama
dengan orang-orang yang diamati.
c. Belajar dengan mempersamakan diri
Kita dapat meniru reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh
rangsangan

yang

sama

dengan

rangsangan

yang

telah

membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini kita hanya meniru


orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat
dengannya.
d. Belajar melalui pengondisian
Dengan metode ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing
reaksi

emosional

kemudian

berhasil

dengan

cara

asosiasi.

Pengondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada awal-awal


kehidupan.
e. Belajar dengan bimbingan dan pengawasan.
Kita diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi
terangsang.

Dengan

pelatihan,

kita

dirangsang

untuk

bereaksi

terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang


menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional
terhadap

rangsangan

yang

membangkitkan

emosi

yang

tidak

menyenangkan.
Beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya:
Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil
yang telah dicapai.
a. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan
dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa
(frustasi).

b. Menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang


mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup
(nervous) dan gagap dalam berbicara.
c. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri
hati.
d. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa
kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain

Anda mungkin juga menyukai