Anda di halaman 1dari 16

Jonathan Albert Soempiet

NIM : 102013446 (B8)


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna utara No. 6 Jakarta Barat 11510. Tlp. 5666952
joe_jonathan_nathan@hotmail.com

Abstrak
Selama manusia hidup, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari
segi fisik dan mentalnya. Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat kuantitatif.
Perkembangan adalah proses perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh melalui proses
pembelajaran, pertumbuhan, dan pematangan. Ada beberapa teori yang mengemukakan
menegenai perkembangan seseorang, yaitu teori perkembangan psikoseksual, perkembangan
psikososial, perkembangan kognitif, dan perkembangan moral. Setiap tahapan perkembangan ini
harus dilalui oleh anak sampai mereka dewasa ketika mereka sudah matang dalam segi fisik dan
mentalnya. Jika ada tahapan yang tidak terlewati, anak bisa mengalami gangguan tingkah laku
dan kepribadiannya. Untuk memperbaiki keadaan gangguan tingkah laku ini bisa dilakukan
terapi psikoterapi pada anak.
Kata kunci

: Perkembangan psikoseksual, perkembangan psikososial, perkembangan kognitif,

perkembangan moral, terapi psikoterapi.


Abstract
During human life, human growth and development in terms of physical and mental. Growth is a
process of quantitative change. The development is a process of change that is quality diproleh
through the process of learning, growth, and maturation. There are several theories were put
forward menegenai someone developments, namely the theory of psychosexual development,
psychosocial development, cognitive development, and moral development. Each stage of this
development must be passed by the children until they are adults when they are ripe in terms of
Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

physical and mental. If there are stages that are not exceeded, the child may experience
behavioral and personality disorders. To remedy this situation behavioral disturbances can be
done psychotherapy therapy in children.
Keywords: psychosexual development, psychosocial development, cognitive development, moral
development, psychotherapy therapy.
Contoh Kasus
Skenario 9
Seorang anak laki-laki 9 tahun dibawa ibunya ke Poli Psikiatri anak dengan keluhan
utama mendapat surat teguran dari sekolah. Surat teguran tersebut berisi tingkah laku
anak tersebut yang selalu me,buat onar, tidak bisa diam di kelas, menggagu teman
sekitarnya, dan tidak bisa fokus
Rumusan Masalah
Seorang anak laki-laki (9 tahun) selalu membuat onar, tidak bisa diam, dan tidak bisa
fokus.
Tumbuh kembang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu siklus pasti di dalam kehidupan
manusia, dimana manusia akan terus bertumbuh hingga dewasa, dan kemudian nantinya pada
akhirnya akan meninggal. Pertumbuhan yang terjadi dapat dilihat dengan bertambah besar,
bertambah jumlah, bertambah ukuran di tingkat sel maupun organ pada suatu individu.
Sedangkan pada perkembangan yang terlihat adalah adanya perubahan dalam struktur fungsi dan
kemampuan tubuh lebih kompleks seperti dalam hal emosional di lingkungan. Dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan dari seorang anak ada beberapa tahap yang akan berjalan
seiring pertumbuhan yakni:
1. Tumbuh kembang fisis (pertumbuhan pada jaringan-jaringan dan fungsi tubuh hingga
2.
3.
4.
5.

sempurna)
Tumbuh kembang intelektual (perkembangan dalam hal berpikir/intelektual)
Tumbuh kembang psikoseksul
Tumbuh kembang psikososial (perkembangan dalam mental dan emosional)
Tumbuh kembang moral (proses menyesuaikan norma perilaku lingkungan)

Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

Kelima proses tersebut tumbuh dan berkembang secara bersamaan dan saling berkaitan satu
sama lain.
Factor penentu tumbuh kembang seorang anak pada garis besarnya adalah, faktor
genetik/heredokonstitusional yang menentukan sifat bawaan anak tersebut dan factor lingkungan.
Yang dimaksud dengan lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana
(milieu) dimana anak tersebut berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia
kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang ini
secara garis besar dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)
1. Pangan (gizi, merupakan kebutuhan paling penting)
2. Perawatan kesehatan dasar (Imunisasi, ASI, penimbangan bayi secara teratur, pengobatan
sederhana, dan lain lain)
3. Papan (pemukiman yang layak)
4. Higiene, sanitasi
5. Sandang
6. Kesegaran jasmani, rekreasi
b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih).
Pada tahun-tahun pertama kehidupan hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu dan
anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin suatu proses tumbuh kembang yang selaras,
baik fisis, mental maupun sosial.
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (asah).
Merupakan cikal bakal proses pembelajaran (pen-didikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi
mental ini membantu perkembangan mental- psikososial (kecerdasan, ketrampilan,
kemandirian, kreativitas, kepribadian, moral-etika dan sebagainya). Perkembangan ini pada
usia balita disebut sebagai perkembangan psikomotor.3
Attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD)
Anak hiperaktiv adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini
juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain
dysfunction syndrome.
Gangguan hiperkinetik/ADHD adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa
perkembangan dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif.
Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.3, 4
Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:
a. Faktor Genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak
hiperaktif. kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya
hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga dapat terlihat pada anak laki-laki dengan
ekstra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding
kembar dua telur.
b. Faktor Neurologik
Penelitian menunjukan, insiden anak hiperaktif lebih banyak didaptakan pada bayi yang
lahir dengan masalah-masalah prenatal yang disebabkan karena gangguan fungsi otak akibat
sulit saat kelahiran, penyakit berat, cidera otak. Disamping itu factor seperti bayi lahir dengan
berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alcohol juga
meninggikan insiden hiperaktif. Faktor etiologi dalam bidang neurologi yang sampai kini
banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salahsatu neorotransmiter diotak yang
bernama dopamine . Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memlihara proses
konsentrasi
c. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti selisilat dan bahan bahan pengawet memiliki potensi
untuk memebentuk perilaku hiperaktif pada anak, Karena kadar timah lead dalam serum
darah anak akan meningkat. Disamping itu, ibu yang merokok dan mengonsumsi alcohol,
terkena sinar x pada saat hamil, juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif
d. Faktor Kultural dan Psikososial
1. Pemanjaan.
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujukbujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering
memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
2. Kurang disiplin dan pengawasan.
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab
perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya
dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di
sekolah. Dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di
sekolah.
Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

e. Orientasi kesenangan.
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki
ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau
mendengarkan dan menyesuaikan diri.3,4
Klasifikasi
Gangguan ini dibagi menjadi beberapa tipe, yakni
1. Tipe inatentif predominan
Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian. Mereka sangat mudah terganggu
perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala
hiperaktif. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada di
awang-awang.
2. Tipe hiperaktivitas dan impulsivitas predominan
Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive. Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif
dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anakanak kecil.
3. Tipe kombinasi
Tipe gabungan. Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.
Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini.
Gejalanya akan mulai muncul dan nampak pada usia sekolah, karena pada usia inilah anak
mulai menggunakan otaknya dalam belajar dan ia mulai memiliki teman dan mengenali
lingkungan barunya.3
Gejala Klinik
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM), ada tiga gejala
utama mengenai gangguan ini, diantaranya :
1. Ketidakmampuan dalam memusatkan perhatian (Inattentiveness)
Kemampuan anak penderita gangguan ini untuk memusatkan perhatiannya pada suatu
topik agak kurang dibandingkan dengan anak seusianya yang normal. Keluhan-keluhan yang
muncul mengenai ketidakmampuan ini seperti masalah konsentrasi (kurang konsentrasi, tidak
dapat konsentrasi), sering melamun, tidak dapat menyelesaikan tugasnya sendiri, saat belajar

Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

harus didampingi, suka berpindah kesenangan. Masalah ini muncul bukan dari rangsangan
atau pengaruh dari luar tetapi muncul dari dalam diri sendiri.
2. Hiperaktivitas
Gangguan ini merupakan aktivitas yang berlebihan tidak sesuai dengan usia
perkembangannya. Hiperaktivitas ini muncul sebagai kegelisahan, tidak bisa diam, tangan
dan kakinya tidak bisa diam, tubuh bergerak tidak sesuai dengan situasi, sehingga orangorang di sekitarsering menafsirkan bahwa si anak adalah anak yang tidak bisa diam, selalu
membuat onar di kelas, selalu mengajak temannya berbicara. Penelitian membuktikan
gerakan pergelangan tangan, kaki, dan seluruh tubuh pada seluruh anak dengan hiperaktivitas
adalah berlebihan dibandingkan dengan anak normal.
3. Perilaku impulsive
Anak yang menderita ADHD umumnya tidak dapat menghambat perilakunya saat
memberikan respon terhadap lingkungan sosialnya. Kondisi inilah yang disebut dengan
impulsivitas. Gejala yang muncul seperti tingkah laku yang tidak terkendali, tidak mampu
menunda proses, ia terkadang menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan selesai diutarakan
sehingga menimbulkan kesalahan. Anak dengan gangguan tersebut tidak dapat menilai
apakah perilakunya baik atau buruk untuk orang-orang disekitarnya sehingga ia sering
mengganggu orang disekitarnya.
Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan ADHD, namun ada berbagai
tretamen untuk menangani gejala ADHD beberapa treatment dan layanan yang dilakukan untuk
mengatasi kasus anak-anak yang tergolong hiperaktif diantaranya
a. Orang tua perlu menambah pengetahuan mengenai gangguan hiperkatifitas serta
mengenali bakat anak
b. Menggunakan teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat posisitf
(misalnya memeberikan pujian jika anak makan dengan tertib), memeberikan disiplin
yang konsisten dan selalu memonitor perilaku anak.
c. Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktifitas anak untuk menyalurkan kelebihan
energinya serta membangkitkan rasa percaya diri anak
d. Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya
perhatiannya tidak pecah. Memberitahukan orang tuanya agar menyediakan tempat
belajar yang tenang, jauh dari televisi atau musik keras

Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

e. Menatap anak saat berkomunikasi, dan sesekali menggunakan kontak fisik, seperti
memegang bahu atau menepuk punggung anak untuk memfokuskan perhatiannya.
f. Mengingatkan orang tuanya agar melatih anak melakukan kegiatan secara teratur /
terjadwal saat waktu tertentu (misalnya bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca buku,
main dll).
g. Bekerjasama dengan guru disekolah agar guru memhami kondisi anak yang sebenarnya,
dan guru dapat menempatkan anak didik dengan hiperaktif di bangku yang dekat guru,
atau di antara anak yang tenang dan amat memperhatikan pelajaran.
h. Menghindari menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau gambar / lukisan
yang warnanya cerah karena akan merusak konsentrasinya.
Penggunaan obat-obatan dalam terapi ADHD berperan sebagai CNS stimulant, meliputi
sediaan short dan sustained-release seperti methylphenidate, dextroamphetamine, kombinasi
dextroamphetamine dan amphetamine salt. Salah satu keuntungan sediaan sustained-release
untuk anak-anak adalah satu dosis di pagi hari akan bertahan efeknya sepanjang hari sehingga
anak-anak tidak perlu minum dosis kedua maupun ketiga saat kegiatan di sekolah berlangsung.
Keuntungan lain adalah dipertahankannya obat ini pada level tertentu dalam tubuh sepanjang
hari sehingga fenomena rebound dan munculnya iritabilitas dapat dihindari. FDA (The Food and
Drug Administration) menyarankan penggunaan dextroamphetamine pada anak-anak berusia 3
tahun atau lebih dan methylphenidate pada anak-anak berusia 6 tahun atau lebih. Kedua obat
inilah yang paling sering dipakai untuk terapi ADHD.
Terapi second line meliputi antidepresan seperti bupropion, venlafaxine dan juga terdiri
dari Agonis reseptor -Adrenergik seperti clonidine dan guanfacine. Obat antidepresan sebaiknya
diberikan bila pemberian obat psikostimulan tidak efektif hasilnya untuk anak ADHD. 1
Psikostimulan menstimuli area yang mengalami penurunan aktivasi hingga dapat
mencapai tingkat yang lebih tinggi. Ternyata efek methylphenidate sangat baik terhadap anak
ADHD dimana anak ADHD terjadi hipofungsi dopamin dan adrenalin di sinaps, sedangkan
methylphenidate bekerja untuk menghambat reuptake dopamin dan noradrenalin kembali ke sel
syaraf. Efek methylphenidate menstimulasi korteks serebral dan struktur sub kortikal1.
Efek samping psikostimulan yang tersering adalah insomnia, berkurangnya nafsu makan
sampai berat badan menurun, kadang-kadang sakit kepala. Bila sebelum dan saat pengobatan
Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

anak ADHD menunjukkan gejala sukar makan, maka perlu diberikan vitamin untuk nafsu makan.
Bila timbul efek samping sukar tidur, sebaiknya pemberian malam hari tak dilakukan, dilakukan
membaca terlebih dahulu sebelum tidur
(bedtime reading), dapat diberikan obat tidur bila sangat diperlukan.1 , 2
Retardasi Mental
Retardasi mental adalah suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang
terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal
penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual,
adaptasi sosial, dan masa perkembangan.
Penurunan fungsi intelektual secara umum diukur berdasarkan tes intelegensia standar
paling sedikit satu deviasi standar (1 SD) di bawah rata-rata. Periode perkembangan mental
mulai dari lahir sampai umur 16 tahun. Gangguan adaptasi sosial dalam definisi ini dihubungkan
dengan adanya penurunan fungsi intelektual. Retardasi Mental ini dapat terjadi dengan atau
tanpa gangguan jiwa maupun gangguan fisik lainnya.5,6
Etiologi
a. Penyebab Pranatal
1. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom penyebab retardasi mental yang terbanyak adalah sindrom
Down. Sindrom Down merupakan 10-32% dari penderita retardasi mental. Diperkirakan
insidens dari sindrom Down antara 1-1,7 per 1000 kelahiran hidup per tahun. Risiko
timbulnya sindrom Down berkaitan dengan umur ibu saat melahirkan. Ibu yang berumur
20-25 tahun saat melahirkan mempunyai risiko 1:2000, sedangkan ibu yang berumur 45
tahun mempunyai risiko 1:30 untuk timbulnya sindrom Down. Analisis kromosom pada
sindrom Down 95% menunjukkan trisomi 21, sedangkan 5% sisanya merupakan
translokasi. Kelainan kromosom lain yang bermanifestasi sebagai retardasi mental adalah
trisomi-18 atau sindrom Edward, dan trisomi-13 atau sindrom Patau, sindrom Cri-duchat, sindrom Klinefelter, dan sindrom Turner.
2. Kelainan metabolic
Defisiensi yodium secara bermakna dapat menyebabkan retardasi mental baik di
negara sedang berkembang maupun di negara maju. Diperkirakan 600 juta sampai 1
milyar penduduk dunia mempunyai risiko defisiensi yodium, terutama di negara sedang.
Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

Akibat defisiensi yodium pada masa perkembangan otak karena asupan yodium yang
kurang pada ibu hamil meyebabkan retardasi mental pada bayi yang dilahirkan. Kelainan
ini timbul bila asupan yodium ibu hamil kurang dari 20 ug ( normal 80-150 ug) per hari.
3. Infeksi
Infeksi rubela pada ibu hamil triwulan pertama dapat menimbulkan anomali pada janin
yang dikandungnya. Risiko timbulnya kelainan pada janin berkurang bila infeksi timbul
pada triwulan kedua dan ketiga. Manifestasi klinis rubela kongenital adalah berat lahir
rendah, katarak, penyakit jantung bawaan, mikrosefali, dan retardasi mental.
4. Intoksikasi
Fetal alcohol syndrome (FAS) merupakan suatu sindrom yang diakibatkan intoksikasi
alkohol pada janin karena ibu hamil yang minum minuman yang mengandung alkohol,
terutama pada triwulan pertama.
b. Penyebab Perinatal
15-20% dari anak retardasi mental disebabkan karena prematuritas. Penelitian dengan
455 bayi dengan berat lahir 1250 g atau kurang menunjukkan bahwa 85% dapat
mempelihatkan perkembangan fisis rata-rata, dan 90% memperlihatkan perkembangan
mental rata-rata. Penelitian pada 73 bayi prematur dengan berat lahir 1000 g atau kurang
menunjukkan IQ yang bervariasi antara 59-142, dengan IQ rata-rata 94. Keadaan fisis anakanak tersebut baik, kecuali beberapa yang mempunyai kelainan neurologis, dan gangguan
mata.
c. Penyebab Postnatal
Faktor-faktor postnatal seperti infeksi, trauma, malnutrisi, intoksikasi, kejang serta masalah
psikososial dapat menyebabkan kerusakan otak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi
mental.5,6
Klasifikasi
a. Retardasi mental ringan
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dididik (educable).
Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu menguasainya untuk keperluan
bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu mengurus diri
sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan
kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran
normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak
Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosio kultural yang
memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata
timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalamim gangguan,
misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan
menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
b. Retardasi mental sedang
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih (trainable).
Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan perkembangan pemahaman dan
penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus
diri sendiri dan ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya
membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian
masih bisa belajar dasar-dasar membaca, menulis dan berhitung.
c. Retardasi mental berat
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang dalam hal
gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama
adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna
atau adanya defisit neurologis.
d. Retardasi mental sangat berat
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas kemampuannya
dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya anak sangat terbatas
dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat
elementer.5,6
Penatalaksanaan
a. Tatalaksana Medis
Dalam penanganan medis para dokter lebih banyak dihadapkan pada aspek kuratif dan
rehabilitatsi karena sekali terjadi kerusakan sel otak, tidak mungkin fungsinya kembali
normal. Itulah sebabnya tatalaksana lebih menekankan pada aspek preventif, terutama
prevensi primer dan sekunder.
1. primer
memberikan perindungan yang spesifik terhadap penyakit tertentu misalnya dengan
member imunisasi, serta meningkatkan kesehatan dengan memberikan gizi yang baik,
mengajarkan cara hidup sehat dengan maksud meninggikan daya tahan tubuh.
Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

10

2. sekunder
mendeteksi penyakit sedini mungkin dan memberikan pengobatan yang tepat sehingga
tidak terjadi komplikasi pada susunan syaraf pusat
b. Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada orangtua anak
tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan psikoterapi
dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku dan adaptasi sosialnya.
c. Konseling
Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan ada atau tidaknya
retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi mengenai sistem kekeluargaan dan
pengaruh retardasi mental pada keluarga, kemungkinan penempatan di panti khusus,
konseling pranikah dan pranatal. Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah,
namun bagaimana mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak yang terbelakang ini.
Terdapat empat macam tipe pendidikan untuk retardasi mental.5,6
Autisme
Autisme adalah kumpulan kondisi kelainan perkembangan yang ditandai dengan
kesulitan berinteraksi sosial, masalah komunikasi verbal dan nonverbal, disertai dengan
pengulangan tingkah laku dan ketertarikan yang dangkal dan obsesif.8,9
Etiologi
Penyebab autisme adalah multifaktorial. Faktor genetik maupun lingkungan diduga mempunyai
peranan yang signifikan. Sebuah studi mengemukakan bahwa apabila 1 keluarga memiliki 1 anak
autis maka risiko untuk memiliki anak kedua dengan kelainan yang sama mencapai 5%, risiko
yang lebih besar dibandingkan dengan populasi umum. Di lain pihak, lingkungan diduga pula
berpengaruh karena ditemukan pada orang tua maupun anggota keluarga lain dari penderita
autistik menunjukkan kerusakan ringan dalam kemampuan sosial dan komunikasi atau
mempunyai kebiasaan yang repetitif. Akan tetapi penyebab secara pasti belum dapat dibuktikan
secara empiris.7

Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

11

Diagnosis
Ada beberapa instrumen screening untuk autisme: 9
1

CARS rating system (Childhood Autism Rating Scale), dikembangkan oleh Eric Schopler
pada awal 1970an, berdasarkan pengamatan terhadap perilaku. Di dalamnya terdapat 15
nilai skala yang mengandung penilaian terhadap hubungan anak dengan orang, penggunaan
tubuh, adaptasi terhadap perubahan, respon pendengaran, dan komunikasi verbal.

Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) digunakan untuk screening autisme pada usia 18
bulan. Dikembangkan oleh Simon Baron-Cohen pada awal 1990an untuk melihat apakah
autisme dapat terdeteksi pada anak umur 18 bulan. alat screening ini menggunakan
kuesioner yang terbagi 2 sesi, satu melalui penilaian orang tua, yang lain melalui penilaian
dokter yang menangani.

Autism Screening Questionnaire adalah 40 poin skala skreening yang telah digunakan untuk
anak usia 4 tahun ke atas untuk mengevaluasi kemampuan berkomunikasi dan fungsi
sosialnya.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada autisme harus secara terpadu, meliputi semua disiplin ilmu yang
terkait: tenaga medis (psikiater, dokter anak, neurolog, dokter rehabilitasi medik) dan non medis
(tenaga pendidik, psikolog, ahli terapi bicara/okupasi/fisik, pekerja sosial). Tujuan terapi pada
autis adalah untuk mengurangi masalah perilaku dan meningkatkan kemampuan belajar dan
perkembangannya terutama dalam penguasaan bahasa. Dengan deteksi sedini mungkin dan
dilakukan manajemen multidisiplin yang sesuai yang tepat waktu, diharapkan dapat tercapai hasil
yang optimal dari perkembangan anak dengan autisme.8
Manajemen multidisiplin dapat dibagi menjadi dua yaitu non medikamentosa dan medika
mentosa.
1

Non medikamentosa
a

Terapi edukasi

Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

12

Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial, keterampilan sehari-hari agar


anak menjadi mandiri. Tedapat berbagai metode penganjaran antara lain metode
TEACHC (Treatment and Education of Autistic and related Communication
Handicapped Children) metode ini merupakan suatu program yang sangat terstruktur
yang mengintegrasikan metode klasikal yang individual, metode pengajaran yang
sistematik terjadwal dan dalam ruang kelas yang ditata khusus.
b

Terapi wicara
Intervensi dalam bentuk terapi wicara sangat perlu dilakukan, mengingat tidak semua
individu dengan autisme dapat berkomunikasi secara verbal. Terapi ini harus diberikan
sejak dini dan dengan intensif dengan terapi-terapi yang lain.

Terapi okupasi/fisik
Intervensi ini dilakukan agar individu dengan autisme dapat melakukan gerakan,
memegang, menulis, melompat dengan terkontrol dan teratur sesuai kebutuhan saat itu.

Sensori integrasi
Adalah pengorganisasian informasi semua sensori yang ada (gerakan, sentuhan,
penciuman, pengecapan, penglihatan, pendengaran)untuk menghasilkan respon yang
bermakna. Melalui semua indera yang ada otak menerima informasi mengenai kondisi
fisik dan lingkungan sekitarnya, sehingga diharapkan semua gangguan akan dapat
teratasi.

Intervensi keluarga
Pada dasarnya anak hidup dalam keluarga, perlu bantuan keluarga baik perlindungan,
pengasuhan, pendidikan, maupun dorongan untuk dapat tercapainya perkembangan yang
optimal dari seorang anak, mandiri dan dapat bersosialisai dengan lingkungannya.
Untuk itu diperlukan keluarga yang dapat berinteraksi satu sama lain (antar anggota
keluarga) dan saling mendukung. Oleh karena itu pengolahan keluarga dalam kaitannya
dengan manajemen terapi menjadi sangat penting, tanpa dukungan keluarga rasanya
sulit sekali kita dapat melaksanakan terapi apapun pada individu dengan autisme.

Medikamentosa
Individu yang destruktif seringkali menimbulkan suasana yang tegang bagi lingkungan
pengasuh, saudara kandung dan guru atau terapisnya. Kondisi ini seringkali memerlukan

Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

13

medikasi dengan medikamentosa yang mempunyai potensi untuk mengatasi hal ini dan
sebaiknya diberikan bersama-sama dengan intervensi edukational, perilaku dan sosial.
a) Jika perilaku destruktif yang menjadi target terapi, manajemen terbaik adalah dengan
dosis rendah antipsikotik/neuroleptik tapi dapat juga dengan agonis alfa adrenergik dan
antagonis reseptor beta sebagai alternatif.
I. Neuroleptik
i Neuroleptik tipikal potensi rendah Thioridazin dapat menurunkanagresifitas
dan agitasi.
ii Neuroleptik tipikal potensi tinggi Haloperidol dapat menurunkan agresifitas,
hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotipik.
iii Neuroleptik atipikal Risperidon akan tampak perbaikan dalam hubungan
sosial, atensi dan absesif.
II. Agonis reseptor alfa adrenergik
i

Klonidin, dilaporkan dapat menurunkan agresifitas, impulsifitas dan


hiperaktifitas.

III. Propanolol dipakai dalam mengatasi agresifitas terutama yang disertai dengan
agitasi dan anxietas.
b

Jika perilaku repetitif menjadi target terapi


Neuroleptik (Risperidon) dan SSRI dapat dipakai untuk mengatasi perilaku stereotipik
seperti melukai diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin dan ritual obsesif
dengan anxietas tinggi.

Jika inatensi menjadi target terapi


Methylphenidat

(Ritalin,

Concerta)

dapat meningkatkan atensi

dan

mengurangi destruksibilitas.
d

Jika insomnia menjadi target terapi


Dyphenhidramine (Benadryl) dan neuroleptik (Tioridazin) dapat mengatasi keluhan ini.

Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

14

Prognosis
Intervensi dini yang tepat dan perogram pendidikan terspesialisasi serta pelayanan
pendukung mempengaruhi hasil pada penderita autisme. Autisme tidak fatal dan tidak
mempengaruhi harapan hidup normal. Penderita autis yang dideteksi dini serta langsung
mendapat perawatan dapat hidup mandiri tergantung dari jenis gangguan autistik apa yang
diderita dan berapa umurnya saat terdeteksi dan ditangani sebagai penderita autis.7

Kesimpulan
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat kuantitatif. Perkembangan
adalah proses perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh melalui proses pembelajaran,
pertumbuhan, dan pematangan. Setiap tahapan perkembangan ini harus dilalui oleh anak sampai
mereka dewasa ketika mereka sudah matang dalam segi fisik dan mentalnya. Jika ada tahapan
yang tidak terlewati, anak bisa mengalami gangguan tingkah laku dan kepribadiannya.Untuk
memperbaiki keadaan gangguan tingkah laku ini bisa dilakukan terapi psikoterapi pada anak.
Daftar Pustaka
1. Support Group for ADHD Children and ADHD Adults. http://www.adhdnews.com/ Last
update: 2005. Accessed: August 2nd 2006.
2. Maslim, R. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa anak dan
remaja. Dalam: Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2004. h.136-40
3. Singgih D, Gunarsa. Psikologi Anak Bermasalah: BPK Gunung Mulia: . Jakarta; 1978.
4. Fadhli A. Buku Kesehatan Anak. Pustaka angrek: Yogyakarta; 2010.
5. Prasadio T. Gangguan Psikiatrik pada Anak-anak dengan Retardasi Mental. Universitas
Airlangga; Surabaya; 1976.
6. Markum AH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. FKUI: Jakarta; 1991.
7. Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak jilid 1. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2007. hal.63-11.
Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

15

8. Mental

retardation.

Diunduh

dari

http://medicafarma.blogspot.com/2008/09/retardasi-

mental.html 29 Desember 2014.


9. Rudi Sutady, dkk (2003) Penatalaksanaan Holistik Autisme.

Pusat Informasi FKUI:

Jakarta.

Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)

16

Anda mungkin juga menyukai