KATA PENGANTAR
Dalam rangka usaha peningkatan kualitas hasil pekerjaaan dilingkunggan Satuan Kerja
Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung, PPK-03 Perencanaan dan Program,
maka diperlukan mutu proses serta persyaratan - persyaratan yang harus dilaksanakan
dalam pekerjaan "SID Penahan Abrasi Pantai Utara Jawa, Desa Benda dan Krangkeng
(1500 Meter) Kab. Indramayu " berupa Laporan Executive Summary, berdasarkan Kontrak
No. HK.02.03/At-1/03/02-11/2012 tanggal 27 April 2012 antara Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air, Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung, PPK-03
Perencanaan dan Program dengan PT. Binatama Wirawredha Konsultan, maka bersama ini
kami sampaikan :
EXECUTIVE SUMMARY
DAFTAR ISI
ii
EXECUTIVE SUMMARY
iii
EXECUTIVE SUMMARY
5.5.
5.6.
5.7.
iv
EXECUTIVE SUMMARY
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Distribusi Arah dan Kecepatan Angin di Jatiwangi Total (2002-2011) ................... 4-8
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Distribusi Arah dan Tinggi Gelombang di Lepas Pantai Utara Indramayu Total
Berdasarkan Data 2002-2011 .................................................................................... 4-14
Tabel 4.6
Arah angin dominan Lepas Pantai Utara Indramayu Tahun 2002 2011 ................. 4-14
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 6.2
Nilai Koefisien KD yang Digunakan untuk Menghitung Berat Unit Armor ............. 6-5
Tabel 6.3
Layer Coefficient dan Porositas untuk Berbagai Macam Jenis Armor ...................... 6-5
Tabel 6.4
Tabel 7.1
Tabel 7.2
EXECUTIVE SUMMARY
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Beberapa Proyek Penerapan Nearshore Break Water Sebagai Pelindung Pantai ... 3-6
Gambar 3.7
Beberapa Proyek Penerapan Nearshore Break Water Sebagai Pelindung Pantai ... 3-6
Gambar 3.8
Gambar 3.9
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
vi
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 4.14 Distribusi teoritis kecepatan angin berdasarkan data 2002-2011 ............................ 4-10
Gambar 4.15 Grafik Koreksi Stabilitas ......................................................................................... 4-12
Gambar 4.16 Grafik koreksi efek lokasi ....................................................................................... 4-13
Gambar 4.17 Garis Fetch lokasi Lepas PantaiUtara Indramayu ................................................... 4-13
Gambar 4.18 Distribusi teoritis tinggi gelombang berdasarkan data 2002-2011 .......................... 4-15
Gambar 4.19 Grafik hubungan antara tinggi gelombang rencana dan periodanya ....................... 4-16
Gambar 4.20 Peta Lokasi Penyelidikan Geologi di Desa Benda .................................................. 4-19
Gambar 4.21 Peta Lokasi Penyelidikan Geologi di Desa Krangkeng .......................................... 4-19
Gambar 4.22 Penampang Geologi Berdasarkan Sondir dan Hand Bor Desa Benda .................... 4-21
Gambar 4.23 Penampang Geologi Berdasarkan Sondir dan Hand Bor Desa Krangkeng ............. 4-22
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Grafik pasang surut dan saat-saat pengambilan pola arus ....................................... 5-6
Gambar 5.8
Gambar 5.9
Gambar 6.10 Pola arus pada saat pasang tinggi di lokasi 1 .......................................................... 5-7
Gambar 6.11 Pola arus pada saat pasang tinggi di lokasi 2 .......................................................... 5-7
Gambar 5.12 Pola arus pada saat surut rendah ............................................................................. 5-8
Gambar 5.13 Pola arus pada saat surut rendah ............................................................................. 5-8
Gambar 5.14 Pola arus pada saat surut rendah di lokasi 1 ............................................................ 5-9
Gambar 5.15 Pola arus pada saat surut rendahdi lokasi 2 ............................................................. 5-9
Gambar 5.16 Pola arus pada saat menuju pasang tinggi ............................................................... 5-9
Gambar 5.17 Pola arus pada saat menuju pasang tinggi ............................................................... 5-10
Gambar 5.18 Pola arus pada saat menuju pasang tinggi di lokasi 1 ............................................. 5-10
Gambar 5.19 Pola arus pada saat menuju pasang tinggi di lokasi 2 ............................................. 5-10
Gambar 5.20 Pola arus pada saat menuju surut rendah ................................................................ 5-11
Gambar 5.21 Pola arus pada saat menuju surut rendah ................................................................ 5-11
Gambar 5.22 Pola arus pada saat menuju surut rendah di lokasi 1 ............................................... 5-11
Gambar 5.23 Pola arus pada saat menuju surut rendah di lokasi 2 ............................................... 5-12
Gambar 5.24 Penanganan Pantai Benda Alternatif 1 (breakwater ditempatkan
30 m dari garis pantai) ............................................................................................. 5-14
PT. BINATAMA WIRAWREDHA KONSULTAN
vii
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 6.2
Gambar 6.3
Gambar 6.4
Gambar 6.5
viii
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 8.1. Kerusakan garis pantai di belakang breakwater yang terjadi di Desa Tanjakan ..... 8-2
Gambar 8.2. Rekomendasi perbaikan celah breakwater di Desa Tanjakan ................................. 8-3
ix
EXECUTIVE SUMMARY
BAB. 1
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Pantai dan muara merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat berharga
bagi kehidupan manusia. Saat ini kondisi ekosistem pantai dan muara sebagian
besar telah rusak dan terancam kelestariannya akibat adanya kegiatan manusia
yang
tidak
terkendali
dan
tidak
memperhatikan
keseimbangan
lingkungan
sekitarnya.
Kerusakan pantai dan muara dapat diakibatkan beberapa hal di antaranya :
Proses Geologi yang terdapat di Pantai Jawa Barat Bagian Utara adalah erosi,
abrasi, akresi, amblesan dan intrusi air asin.
1-1
EXECUTIVE SUMMARY
1.2.
Maksud dari pekerjaan ini adalah melakukan survey dan pengumpulan data untuk
merencanakan pengamanan pantai utara jawa terhadap abrasi, berdasarkan Kondisi
fisik
pantai,
termasuk
sedimentasi,
tipe
pantai
dan
keistimewaan
pantai,
pemanfaatan lahan dan fungsi lahan di kawasan pantai, pendangkalan pada muara
sungai. Sehingga akan diperoleh pengamanan pantai yang tepat disertai dengan
tinjauan aspek ekonomis, finansial dan kondisi lingkungan sekitar.
Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk memperoleh desain penanggulangan abrasi
pantai
dengan
memperhitungkan
pengaruh
penanggulangan
abrasi
tersebut
1.3.
SASARAN
Sasaran kegiatan perencanaan SID Penahan Abrasi Pantai Utara Jawa Desa
Benda dan Krangkeng (1500 M) di Kabupaten Indaramayu ini adalah
tersedianya pilihan penanganan abrasi pantai berikut desain perencanaannya dan
estimasi kebutuhan pelaksanaan fisik penahan abrasi terpilih.
1.4.
Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja, maka lingkup kegiatan adalah sebagai berikut
Tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Kegiatan A
: Persiapan
Kegiatan B
: Survey Lapangan :
1. Pengukuran dan Pemetaan Topografi dan Bathimetri
2. Survey Hidrologi dan Hidrometri
3. Survey dan Investigasi Mekanika Tanah
4. Survey Sosio Masyarakat dan Ekonomi
5. Inventarisasi Kerusakan dan Permasalahan
Kegiatan C
Kegiatan D
1-2
EXECUTIVE SUMMARY
BAB. 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN
2.1.
LOKASI PEKERJAAN
2-1
EXECUTIVE SUMMARY
Desa Benda
Desa Kerangkeng
2-2
EXECUTIVE SUMMARY
2.2.
Lokasi Kegiatan
ini adalah
kawasan
pantai antara
Desa
Benda
Kecamatan
2-3
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 2.3
2-4
EXECUTIVE SUMMARY
Diujung muara sungai telah dibangun groin atau jetty oleh Pemerintah setempat dan
terlihat saat ini cukup memberikan pencegahan kerusakan yang lebih jauh akibat
gelombang dan sangat dirasakan manfaatnya oleh nelayan dan masyarakat
setempat.
2.2.2. Desa Krangkeng
Pantai Desa Krangkeng umumnya merupakan tambak garam yang kondisinya sudah
terabrasi sejauh 80 m selama 5 tahun yaitu dari Tahun 2006 sampai Tahun 2011.
Gambar 2.4
2-5
EXECUTIVE SUMMARY
Secara visual bangunan pengamanan pantai yang ada (breakwater) dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat, begitupun pada musim-musim tertentu terjadi
gelombang yang dapat melampaui puncak breakwater, yang terkadang mengganggu
usaha masyarakat (tambak garam).
2.3.
2.3.1. Kependudukan
Pada akhir tahun 2006 berdasarkan hasil registrasi penduduk, jumlah penduduk di
Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 1.709.128 jiwa. Sedangkan pada akhir
tahun 2007 angka tersebut telah berubah menjadi 1.717.793 jiwa. Keadaan ini
menunjukkan
adanya
kenaikan
sebesar
8.668
jiwa.
Dengan
demikian
laju
2-6
EXECUTIVE SUMMARY
tercatat sebesar 45,61 %. Rasio PAD terhadao PDRB tercatat sebesar 0,17 % dan
PAD per kapita tercatat sebesar Rp. 27.771.
2.4.
CURAH HUJAN
Berdasarkan data yang diperoleh, curah hujan rata-rata di wilayah kajian yang
tercatat di salah satu stasiun pengamat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
2-7
EXECUTIVE SUMMARY
BAB. 3
KONSEP PENANGANAN MASALAH
3.1.
Dalam rangka upaya membuat perencanaan perlindungan pantai ini ada beberapa
pendekatan antara lain :
a) Mengurangi energi gelombang yang mengenai pantai dengan bangunan pemecah
gelombang lepas pantai.
b) Memperkuat tebing pantai sehingga tahan terhadap gempuran gelombang
(dengan bangunan revetment atau sea wall).
c) Mengubah laju angkutan sedimen sejajar pantai (dengan pembangunan groin).
d) Menambah suplai sedimen ke pantai.
Strategi pengamanan tersebut penanganannya dapat dilakukan dengan :
a) Merubah gaya gelombang dan angkutan sedimen.
b) Memperkuat tebing pantai.
c) Menambah pasokan sedimen ke pantai.
3.2.
3-1
EXECUTIVE SUMMARY
3.2.1. Stabilitas
Struktur bangunan pengaman pantai akan diperhitungkan terhadap stabilitas
bangunan sehingga mampu memikul gaya luar, seprerti gelombang maupun gayagaya luar lainnya seperti adanya tekanan tanah.
gelombang
akan
dikurangi
dengan
membuat
lubang-lubang
pada
permukaan struktur bangunan pengaman dari blok-blok beton. Tinggi rayapan dapat
didefinisikan sebagai elevasi vertical maksimum yang dapat dicapai oleh gerakan air
yang meluncur ke atas lereng tersebut di ukur dari muka air rata-rata (MSWL =
Mean Sea Water level).
3-2
EXECUTIVE SUMMARY
3.3.
1)
2)
3)
Sumber material (borrow area) yang tersedia: jumlah, kualitas, dan jarak
sumber material ke lokasi proyek.
4)
5)
1)
2)
3)
4)
beban gempa.
5)
3.4.
ALTERNATIF
PENGAMAN
PANTAI
UTARA
JAWA
UNTUK
NON
STRUCTURE
Pengamanan pantai dengan penanaman vegetasi/pepohonan pantai lebih bersifat
pelestarian alam untuk meningkatkan lingkungan sekitar pantai. Walaupun tidak
langsung dapat memberikan solusi atas masalah kerusakan pantai dalam jangka
waktu pendek, tetapi dalam jangka waktu panjang dapat memberikan kontribusi
yang cukup signifikan, terutama ditinjau dari peningkatan fungsi ekosistem pantai.
Jenis-jenis vegetasi yang cocok tumbuh di pantai penting untuk diketahui sehingga
apabila dipandang perlu untuk mengamankan pantai secara vegetatif, seorang
coastal manager tidak salah pilih dan dapat memutuskan jenis-jenis tanaman yang
akan digunakan agar dapat memberikan hasil yang effektif.
3-3
EXECUTIVE SUMMARY
3.5.
ALTERNATIF
PENGAMAN
PANTAI
UTARA
JAWA
UNTUK
HARD
STRUCTURE
Berdasarkan sifat-sifat tanah, kondisi muka air tanah, geometri permukaan tanah
rencana, beban yang bekerja di permukaan tanah, dan sifat dan debit aliran air
maka konstruksi pengaman tebing pantai Kecamatan Indramayu yang mungkin
dapat diaplikasikan adalah sebagai berikut di bawah ini.
oleh
terganggunya
keseimbangan
angkutan
pasir
sejajar
pantai
3-4
EXECUTIVE SUMMARY
Krib tegak lurus pantai berfungsi menahan atau mengurangi besarnya angkutan
pasir sejajar pantai, oleh sebab itu krib jenis ini hanya cocok untuk pengamanan
pada pantai yang berpasir.
3-5
EXECUTIVE SUMMARY
Bahan konstruksi yang lazim digunakan antara lain susunan batu kosong, blok-blok
beton dan pasangan batu.
3-6
EXECUTIVE SUMMARY
3-7
EXECUTIVE SUMMARY
3.6.
Dalam pelaksanaan bangunan pengaman pantai untuk Pantai Utara Jawa ada
beberapa metoda pelaksanaan yang dapat dilakukan. Metoda tersebut harus sesuai
dengan kondisi wilayah Pantai Utara Jawa dengan harapan metoda tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik.
Parameter untuk metoda pelaksanan bangunan pantai ini pada umumnya harus
ramah lingkungan atau tidak merusak aspek lingkungan disekitar lokasi pelaksanan
dan mudah dalam pelaksanaannya.
Secara umum dijelaskan beberapa metoda pelaksanaan pekerjaan bangunan
pengaman pantai sebagai berikut.
3-8
EXECUTIVE SUMMARY
3.6.1.3. Ponton
metoda pelaksanaan bangunan pengaman pantai dengan menggunakan kapal
ponton ini dilakukan pada pelaksanaan bangunan yang dibuat dilokasi yang jauh dari
garis pantai atau berada dilepas pantai.
Ponton digunakan untuk mengangkut bahan material bangunan dan pmengangkut
alat berat, metoda iniu digunakan apabila letak bangunan mempunyai jarak yang
jauh dari garis pantai. Metoda pelaksanaan dengan pontoon dapat dilihat pada
Gambar 3.14.
3-9
EXECUTIVE SUMMARY
3-10
EXECUTIVE SUMMARY
BAB. 4
HASIL SURVEY LAPANGAN DAN
PENGOLAHAN DATA
4.1
BT. 1
BT. 2
Dermaga
Patok
T.P
Peilschaal
Nol
peilscaal
4-1
EXECUTIVE SUMMARY
0.2 d
d
0.6 d
Dasarlaut
Gambar 4.2
0.8 d
Current meter
tali
Dasarlaut
Bottle Sampler
4-2
EXECUTIVE SUMMARY
Sampel sedimen layang akan diambil pada 2 (satu) titik yang tersebar di sekitar
lokasi
pekerjaan.Uji
laboratorium
dilaksanakan
untuk
mendapatkan
informasi
tali
Dasarlaut
Bottom grabber
4.2
HASIL SURVEI
Lokasi survei hidro-oseanografi yang terdiri dari survei pengamatan pasang surut,
pengukuran arah dan kecepatan arus, pengambilan sampel sedimen dasar, dan
layang.
4-3
EXECUTIVE SUMMARY
Lokasipengukuranpasangsurut
Gambar 4.5
Lokasipengukuranarus
Lokasipengukuranarus
Gambar 4.6
4-4
EXECUTIVE SUMMARY
Lokasipengambilansedimendasar
Lokasipengambilansedimendasar
Lokasipengambilansedimenlayang
Lokasipengambilansedimenlayang
Gambar 4.8
4-5
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 4.9
4. Peilschaal pengukuran pasang surut.
Data hasil pengukuran pasang surut disampaikan pada Grafik dibawah ini
Gambar 4.10
4.
Data hasilpengukuran pasang di lapangan.
4-6
EXECUTIVE SUMMARY
4-7
EXECUTIVE SUMMARY
4.3
<5
5-10
Jumlah Jam
10-15
15-20
> 20
Total
<5
5-10
Persentase
10-15 15-20
> 20
Total
Utara
595
59
657
0.68
0.07
0.00
0.00
280
31
311
0.32
0.04
0.00
0.00
0
0
0.75
Timur Laut
0.00
2.07
0.00
0.56
0.03
6.62
0.00
1.14
0.00
1.54
0.00
0.50
13.54
86.46
0.00
1697
Timur
Tenggara
452
4165
Selatan
Barat Daya
Barat
825
1229
Barat Laut
Berangin
Tidak Berangin
Tidak Tercatat
391
116
41
1433
164
118
44
4
2
174
6
5
0
0
0
26
1
0
0
0
0
7
0
0
0
=
=
=
1817
495
5805
996
1352
435
11868
75780
1
1.94
0.52
4.75
0.94
1.40
0.45
0.13
0.05
1.63
0.19
0.13
0.05
0.00
0.00
0.20
0.01
0.01
0.00
=
=
=
0.35
Sebagai ringkasan atas statistik data angin, berikut ini disajikan ikhtisar yang
diperoleh dari data selama tahun 2002-2011 :
1. Secara keseluruhan, angin yang bertiup didominasi oleh arah Selatan sebesar
6,62 %.
4-8
EXECUTIVE SUMMARY
2.
Apabila dipilih berdasarkan bulannya, maka arah angin dominan untuk tiap bulan
adalah:
Tabel 4.2Arah angin dominan Jatiwangi Tahun 2002 - 2011
Bulan
Arah angin
Januari
Selatan
Februari
Selatan
Maret
Selatan
April
Selatan
Mei
Selatan
Juni
Selatan
Juli
Selatan
Agustus
Selatan
September
Selatan
Oktober
Selatan
November
Selatan
Desember
Selatan
Data kejadian angin total dapat disajikan dalam bentuk mawar gelombang. Windrose
untuk sta. Jatiwangi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Berikut dapat dilihat pada Tabel 4.2 kecepatan angin terbesar tahunan beserta
waktu kejadian berdasarkan data angin 2002-2011.
4-9
EXECUTIVE SUMMARY
Tabel 4.3
No
TAHUN
BULAN
TANGGAL
JAM
1
2
2002
2002
Agu
Agu
14
14
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
2003
2004
2005
2006
2007
2007
2007
2008
2008
2008
2008
2009
2010
2010
2011
Sep
Agu
Agu
Agu
Agu
Agu
Agu
Agu
Agu
Sep
Okt
Mar
Okt
Des
Okt
8
5
5
13
25
25
27
5
17
5
7
13
3
28
3
KEC
13
14
KNOT
15
15
m/s
7.73
7.73
11
11
11
13
12
13
13
12
17
11
12
10
13
12
11
15
30
30
26
16
16
16
16
16
16
16
20
14
14
22
7.73
15.45
15.45
13.39
8.24
8.24
8.24
8.24
8.24
8.24
8.24
10.30
7.21
7.21
11.33
ARAH
180
180
190
170
170
190
180
180
170
190
160
170
180
180
100
350
190
4-10
EXECUTIVE SUMMARY
karena itu dihitung angin periode ulang tertentu dengan menggunakan distribusi
Gumbel.
Tabel 4.4Angin Periode Ulang Tertentu
Periode
Ulang
(tahun)
2
3
5
10
25
50
100
200
Nilai Ekstrim
(kec.angin)
18.83
21.78
25.38
30.4
37.57
43.57
50.16
57.44
4.3.2. Gelombang
Analisis gelombang dilakukan dengan tahap-tahap kegiatan seperti di bawah ini:
1) Proses hindcasting.
2) Analisis kejadian gelombang ekstrim di laut dalam.
Proses hindcasting adalah memperkirakan besar tinggi gelombang dan periodanya
berdasarkan data angin. Sebenarnya akan lebih baik bila analisis gelombang
dilakukan berdasarkan data lapangan, tetapi dengan keterbatasan data yang
tersedia atau bahkan sama sekali tidak ada, maka gelombang diprediksi berdasarkan
data angin yang merupakan faktor utama pembentuk gelombang.
Dalam proses hindcasting di atas terdapat parameter-parameter yang harus dihitung
terlebih dahulu yaitu Fetch efektif dan wind stress factor.
1. Perhitungan Fetch Efektif
Fetch menurut definisi adalah daerah pembentukan gelombang.
Fetch efektif untuk masing-masing arah utama dihitung dengan persamaan di
bawah ini:
Feff
f .cos
cos
i
4-11
EXECUTIVE SUMMARY
Wind stress factor dihitung dari kecepatan angin yang diukur dari ketinggian
10 m di atas permukaan. Bila data angin diukur tidak dalam ketinggian ini,
koreksi perlu dilakukan dengan persamaan berikut ini (persamaan ini dapat
dipakai untuk z<20m):
1/ 7
10
U (10) U ( z )
z
b. Koreksi Stabilitas
U RT U (10)
c. Koreksi Efek Lokasi
Koreksi ini diperlukan bila data angin yang diperoleh berasal dari stasiun
darat, bukan diukur langsung di atas permukaan laut, ataupun di tepi pantai.
Untuk merubah kecepatan angin yang bertiup di atas daratan menjadi
kecepatan angin yang bertiup di atas air, digunakan grafik yang ada pada SPM
(Vol I, Figure 3-15), atau pada Gambar 4.16 di laporan ini.
d. Konversi ke Wind Stress Factor
Setelah koreksi dan konversi kecepatan di atas dilakukan, tahap selanjutnya
adalah mengkonversi kecepatan angin tersebut menjadi wind stress factor,
dengan menggunakan persamaan berikut ini.
U A 0.71U 1.23
4-12
EXECUTIVE SUMMARY
4-13
EXECUTIVE SUMMARY
Tabel 4.5 Distribusi Arah dan Tinggi Gelombang di Lepas Pantai Utara Indramayu
Total Berdasarkan Data 2002-2011
Arah
< 0.5
0.747
0.489
4.193
0.558
3.662
0.000
1.520
0.489
0.5-1.0
0.002
0.013
0.609
0.007
2.488
0.000
0.023
0.007
Utara
Timur Laut
Timur
Tenggara
Selatan
Barat Daya
Barat
Barat Laut
Bergelombang
Tidak Bergelombang (calm)
Tidak Tercatat
Total
> 2.5
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
=
=
=
=
Total
0.75
0.50
4.86
0.56
6.63
0.00
1.54
0.50
15.34
84.66
0.00
100.00
Sebagai ringkasan atas statistik hasil perhitungan gelombang, berikut ini disajikan
ikhtisar yang diperoleh dari data selama 2002-2011.
1. Secara keseluruhan, arah gelombang dominan terjadi dari arah Selatan sebesar
6,63 %, Timur sebesar 4,86 % sedangkan arah Barat 1,54 %.
2.
Apabila dipilih berdasarkan bulannya, maka arah gelombang dominan untuk tiap
bulan adalah:
Tabel 4.6Arah angin dominan Lepas Pantai Utara Indramayu Tahun 2002 - 2011
Bulan
Arah angin
Januari
Barat
Februari
Selatan
Maret
Selatan
April
Timur
Mei
Timur
Juni
Timur
Juli
Selatan
Agustus
Selatan
September
Selatan
Oktober
Selatan
November
Selatan
Desember
Selatan
4-14
EXECUTIVE SUMMARY
Dalam kajian ini gelombang rencana yang dipakai adalah berdasarkan analisis harga
ekstrim dari data gelombang terbesar tahunan hasil peramalan gelombang. Metode
distribusi teoritis yang digunakan dalam analisis harga ekstrim adalah distribusi Log
Normal, Pearson,
earson, Log Pearson, dan Gumbel. Grafik perbandingan data dengan
beberapa jenis distribusi teoritis dapat dilihat pada Gambar 4.18
8.
Gambar 4.18Distribusi
Distribusi teoritis tinggi gelombang berdasarkan data 2002-2011.
Grafik hubungan antara tinggi gelombang dengan periode ulang diperlihatkan pada
Gambar 4.19. Dari grafik diperoleh untuk tinggi gelombang per
periode ulang 100
tahunan sebesar 2,02 meter mempunyai periode gelombang sebesar 6,20 detik.
4-15
EXECUTIVE SUMMARY
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
10
2011
Per Arah
U
0.17
(1.73)
0.23
(1.98)
0.50
(2.68)
0.50
(2.68)
0.32
(2.43)
0.23
(1.72)
0.60
(2.90)
0.29
(1.89)
0.42
(2.18)
0.23
(1.98)
TL
0.10
(1.22)
0.10
(1.22)
0.37
(2.60)
0.37
(2.60)
0.35
(2.85)
0.23
(1.98)
1.00
(4.55)
0.47
(3.14)
0.39
(2.43)
0.46
(3.00)
T
0.63
(3.67)
0.79
(4.28)
0.83
(3.79)
0.83
(3.79)
1.40
(5.36)
1.00
(4.55)
1.78
(6.28)
1.16
(5.18)
0.53
(3.44)
0.78
(3.85)
TG
BD
BL
0.29
(1.89)
0.07
(1.06)
0.35
(2.33)
0.35
(2.33)
0.47
(2.62)
0.29
(1.89)
0.66
(3.44)
0.29
(1.89)
0.29
(1.89)
0.14
(1.40)
1.18
(4.23)
1.18
(4.23)
1.55
(4.23)
1.55
(4.23)
1.82
(4.89)
1.21
(4.27)
1.21
(4.27)
1.21
(4.27)
0.82
(3.75)
1.57
(4.66)
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.564
(2.923)
0.235
(2.184)
0.466
(2.742)
0.466
(2.742)
0.466
(2.742)
0.564
(2.923)
0.700
(3.076)
0.354
(2.502)
0.495
(2.678)
0.416
(2.175)
0.464
(2.999)
0.317
(2.430)
0.276
(2.121)
0.276
(2.121)
0.390
(2.434)
0.495
(2.678)
0.330
(2.735)
0.467
(2.617)
0.390
(2.434)
0.533
(3.436)
Terbesar
Absolut
1.128
(4.638)
0.793
(4.283)
0.832
(3.787)
0.832
(3.787)
1.400
(5.356)
1.102
(4.868)
1.777
(6.280)
1.159
(5.177)
0.533
(3.436)
0.775
(3.849)
Tanggal Kejadian
Bln
Tgl
Agu
14
13
Sep
10
11
Agu
11
Agu
11
Agu
13
10
12
Agu
27
11
12
Okt
13
11
Jul
20
12
Agu
13
Okt
10
Tabel 4.8 Tinggi Gelombang Periode Ulang Tertentu Berdasarkan analisis harga
ekstrim menggunakan metode Log-Pearson
Log
Tipe III
Kala Ulang
(tahun)
2
3
5
10
25
50
100
200
Nilai Ekstrim
Tinggi Gel. (m)
1.42
1.57
1.70
1.82
1.92
1.98
2.02
2.05
Periode Gelombang
(T)
5.37
5.64
5.83
5.99
6.10
6.16
6.20
6.22
Gambar 4.19Grafik
Grafik hubungan antara tinggi gelombang rencana dan periodanya.
4-16
EXECUTIVE SUMMARY
4.4
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk analisis harmonik pasang surut
adalah metode Least Square.Metoda Least Square digunakan untuk peramalan
pasang surut.
4.4.1.
Analisis pasang surut dilakukan berdasarkan data pasang surut hasil pengamatan
pasang surut. Konstituen pasang hasil analisis harmonik dengan metode least square
dapat dilihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9 Tidal Konstituen
4.4.2.
KONSTITUEN
AMPLITUDO
(m)
M2
17.34
BEDA
FASE
(derajat)
112.09
S2
15.52
108.1
N2
4.87
68.09
K2
3.87
243.31
K1
13.54
-0.14
O1
12.75
67.36
P1
8.28
53.15
M4
0.05
158.13
MS4
0.33
175.64
SO
1.69
Kriteria
Type
Karakteristik
F < 0.25
Campuran, terutama
Semi diurnal
4-17
EXECUTIVE SUMMARY
No.
Kriteria
Type
Karakteristik
berbeda
F > 3.0
4.4.3.
127.50
cm
114.20
cm
83.83
cm
59.38
cm
34.04
cm
13.52
cm
2.80
cm
(LWS )
124.70
cm
111.40
cm
81.03
cm
56.58
cm
31.24
cm
10.72
cm
cm
(LWS )
4.5
4-18
EXECUTIVE SUMMARY
4.5.2. Sebaran Titik Penyelidikan (Sondir, Hand Bor & Test Pit)
Sebaran titik penyelidikan Geologi teknik yang telah dilaksanakan pada lokasi Desa
Benda dan Desa Krangkeng berdasarkan hasil survey Topografi yang telah dilakukan
dapat dilihat pada Gambar 4.20 dan Gambar 4.21 dibawah ini :
4-19
EXECUTIVE SUMMARY
qC
3 12 kg/cm2
MAT
0.50 1.0 m
Wn
= 44.337 59.846 %
1.587 1.604gr/cc
GS
2.596 2.602
CUU
- 1.00 m
Lempung Lanauan, abu-abu -abu kehitaman, soft
- medium stiff, plastisitas tinggi (CH)
4-20
EXECUTIVE SUMMARY
UU
5.8 7.1O
Cc
0.398 0.458
=orde 10-7m/sec
qC
3 8 kg/cm2
- 5.00 m
Pasir lanauan lempungan, medium dense dense
(SM)
qC
7 100 kg/cm2
Gambar 4.22 Penampang Geologi Berdasarkan Sondir dan Hand Bor Desa Benda
Lokasi Desa Krangkeng (S.5, S.6, S.7, S.8, S.9, S.10,HB.4, HB.5&
HB.6)
0.00 m dari muka tanah setempat
Top Soil, Pasir, coklat, loose medium dense,
mengandung cangkang molusca laut (SM)
-
4 18 kg/cm2
qC
MAT
Wn
= 42.595 50.784 %
1.602 1.623gr/cc
GS
2.597 2.616
CUU
UU
5.8 7.1O
Cc
0.351 0.415
1.00 1.20 m
1.20 m
4-21
EXECUTIVE SUMMARY
=orde 10-7m/sec
qC
4 12 kg/cm2
6.00 m
Gambar
4.23Penampang Geologi
Krangkeng
qC
Berdasarkan
Sondir
10 100 kg/cm2
dan
Hand
Bor
Desa
dapat disimpulkan bahwa Daya Dukung Tanah tiap kedalaman pada masing
masing lokasi adalah sebagai berikut :
Tabel4.14Daya Dukung Tanah Tiap Kedalaman
LOKASI
DESA BENDA
DESA KRANGKENG
DEPTH
TYPE PONDASI
(m)
Ton/m
0,00
2,000
SHALLOW FOUNDATION
1,00
0,667
SHALLOW FOUNDATION
2,00
1,333
SHALLOW FOUNDATION
3,00
1,667
SHALLOW FOUNDATION
0,00
3,000
SHALLOW FOUNDATION
1,00
1,000
SHALLOW FOUNDATION
2,00
1,667
SHALLOW FOUNDATION
3,00
2,000
SHALLOW FOUNDATION
4-22
EXECUTIVE SUMMARY
BAB. 5
RENCANA PENANGANAN
5.1.
Dalam rangka upaya membuat perencanaan perlindungan pantai ini ada beberapa
pendekatan antara lain :
maka
diusulkan
beberapa
alternatif
konstruksi
penanggulangan
kerusakan pantai.
5.2.
a) Stabilitas struktur yang terdiri dari stabilitas geser, amblas dan guling.
b) Elevasi struktur, yaitu elevasi puncak dan elevasi dasar.
c) Limpasan gelombang (over toping).
d) Rayapan gelombang (run up).
e) Estetika dan lingkungan.
5-1
EXECUTIVE SUMMARY
5.2.1. Stabilitas
Struktur bangunan pengaman pantai akan diperhitungkan terhadap stabilitas
bangunan sehingga mampu memikul gaya luar, seprerti gelombang maupun
gaya-gaya luar lainnya seperti adanya tekanan tanah.
akan
diperhitungkan
terhadap
elevasi muka
air
terendah
(LLWL).
bangunan
pantai
merupakan
benda
asing
yang
akan
merubah
5.3.
Berdasarkan sifat-sifat tanah, kondisi muka air tanah, geometri permukaan tanah
rencana, beban yang bekerja di permukaan tanah, dan sifat dan debit aliran air.
5-2
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 5.1
Krib tegak lurus pantai berfungsi menahan atau mengurangi besarnya angkutan
pasir sejajar pantai, oleh sebab itu krib jenis ini hanya cocok untuk pengamanan
pada pantai yang berpasir.
Gambar 5.2
laut
dan
revetment
adalah
konstruksi
pengamanan
pantai
yang
ditempatkan sejajar atau kira-kira sejajar dengan garis pantai, membatasi secara
langsung bidang daratan dengan air laut, dapat digunakan untuk pengamanan
pada pantai berlumpur atau berpasir.
5-3
EXECUTIVE SUMMARY
5.4.
SIMULASI ARUS
5.4.1. Umum
Model pola arus dibangun dengan menggunakan Piranti lunak MIKE 21 Versi 2007
yang
dikembangkan
oleh
Danish
Hydraulics
Institute
(DHI)
Water
and
Lokasi
5-4
EXECUTIVE SUMMARY
5-5
EXECUTIVE SUMMARY
Dari gambar kalibrasi tersebut dapat dilihat bahwa hasil dari simulasi mempunyai
kualitas yang cukup baik karena memiliki kesamaan dengan data, sehingga model
simulasi arus ini dapat dipercaya.
Gambar 5.7 Grafik pasang surut dan saat-saat pengambilan pola arus
5-6
EXECUTIVE SUMMARY
lokasi
5-7
EXECUTIVE SUMMARY
5-8
EXECUTIVE SUMMARY
lokasi
5-9
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 5.18 Pola arus pada saat menuju pasang tinggi di lokasi 1
Gambar 5.19 Pola arus pada saat menuju pasang tinggi di lokasi 2
5-10
EXECUTIVE SUMMARY
lokasi
Gambar 5.22 Pola arus pada saat menuju surut rendah di lokasi 1
5-11
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 5.23 Pola arus pada saat menuju surut rendah di lokasi 2
5.5.
5.5.1. Umum
Perubahan garis pantai sebagian besar disebabkan oleh adanya pergerakan
sedimen sejajar garis pantai, lazim dikenal sebagai littoral drift atau littoral
sediment transport. Pergerakan ini terjadi sebagai akibat adanya fenomena
nearshore wave induced current. Sesuai dengan namanya, maka elemen dominan
5-12
EXECUTIVE SUMMARY
yang menimbulkan fenomena ini adalah gelombang laut berarah relatif terhadap
garis pantai (obligue wave).
Perubahan garis pantai dapat diperkirakan dengan melaksanakan simulasi
numerik dengan menggunakan model yang dikenal dengan sebutan model
perubahan satu garis (one line model). Model ini adalah model perubahan garis
pantai. Pengembangan dari model jenis ini adalah model perubahan multi garis
(multi line model). Pada model ini yang diramal adalah perubahan beberapa garis
kontur dasar perairan di sekitar pantai di samping garis pantai.
400
m.
penempatan
breakwater
terdiri
dari
tiga
lainnya
adalah
penambahan
revetmen/seawall
5-13
EXECUTIVE SUMMARY
400 m
400 m
5-14
EXECUTIVE SUMMARY
REVETMEN
Panjang = 450 m
Gambar 5.26
925m
5-15
EXECUTIVE SUMMARY
850 m
1.
Peta garis pantai lokasi studi, dalam bentuk diskritisasi batangan garis pantai
untuk menentukan grid numerik. Posisi garis pantai dinyatakan sebagai jarak
dalam arah laut lepas (offshore) pada setiap titik grid numerik yang diukur
dari baseline. Baseline ini ditentukan dalam arah yang paling mendekati
memanjang pantai dan sedapat mungkin tidak memotong garis pantai.
2.
Seri waktu data gelombang hasil peramalan (berdasarkan data angin) yang
arahnya disesuaikan dengan syarat yang ditetapkan, seperti dilihat pada
Gambar 5.29.
5-16
EXECUTIVE SUMMARY
3.
Data posisi struktur yang ada atau akan direncanakan seperti seawall, groin,
breakwater dan bila ada beach fill ataupun pengerukan.
4.
Gambar 5.30 Posisi garis Pantai Benda hasil simulasi skenario kondisi eksisting
Gambar 5.31
5-17
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 5.33
5-18
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 5.35
Gambar 5.37
5-19
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 5.38
Pantai Krangkeng
5-20
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 5.40
Gambar 5.42
5-21
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 5.44
5-22
EXECUTIVE SUMMARY
5.5.5. Kesimpulan
Pantai Benda
Dari hasil pemodelan garis pantai yang dilakukan dapat dilihat sebagai berikut:
Alternatif penanganan 1
Pengaruh dari pemasangan struktur bangunan pantai alternatif 1
pada
kondisi
pantai
eksisting
dapat
diperoleh
dengan
Pada akhirnya
Alternatif penanganan 2
Pengaruh dari pemasangan struktur bangunan pantai alternatif 1
pada
kondisi
pantai
eksisting
dapat
diperoleh
dengan
Pada akhirnya
5-23
EXECUTIVE SUMMARY
Alternatif penanganan 3
Pengaruh dari pemasangan struktur bangunan pantai alternatif 1
pada
kondisi
pantai
eksisting
dapat
diperoleh
dengan
Alternatif penanganan 1
Pengaruh dari pemasangan struktur bangunan pantai alternatif 1
pada
kondisi
pantai
eksisting
dapat
diperoleh
dengan
Alternatif penanganan 2
Pengaruh dari pemasangan struktur bangunan pantai alternatif 3
pada
kondisi
pantai
eksisting
dapat
diperoleh
dengan
serangan
gelombang.
Pemasangan
revetmen
tidak
menghasilkan sedimentasi.
5-24
EXECUTIVE SUMMARY
5.6.
5.6.1. Umum
Gelombang pada kawasan pantai berasal dari laut lepas pantai. Ada beberapa tipe
transformasi
(breaking),
gelombang,
refraksi
diantaranya:
(refraction),
pendangkalan
difraksi
(difraction)
(shoaling),
dan
lain-lain.
pecah
Dalam
MIKE 21 SW
Diskritisasi
persamaan
pengatur
dalam
domain
geographical
and
spectral
pendekatan
fractional step
dimana metoda
multi-sequence
5-25
EXECUTIVE SUMMARY
1 : 50.000 yang didapat dari Dishidros TNI-AL. Domain kawasan model dapat
dilihat pada Gambar .
2) Tinggi Gelombang
Tinggi gelombang yang digunakan sebagai data masukan model numerik ini
adalah tinggi gelombang yang diperoleh dari hasil hindcasting gelombang
berdasarkan data angin.
3) Arah Datangnya Gelombang
Untuk daerah kajian transformasi gelombang di kawasan ini, arah yang
ditinjau adalah arah-arah yang menghadap ke laut bebas atau relatif bebas.
4) Perioda Gelombang
Parameter gelombang yang dimodelkan adalah gelombang rencana dengan kala
ulang 100 tahun yaitu : Tinggi gelombang (H) yaitu sebesar 2,76 m, dengan
periode gelombang sebesar 8,08 detik.
5-26
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 5.47 Kontur tinggi dan arah gelombang, untuk gelombang datang dari
arah Selatan
5-27
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 5.48 Kontur tinggi dan arah gelombang, untuk gelombang datang dari
arah Tenggara
5-28
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 5.49 Kontur tinggi dan arah gelombang, untuk gelombang datang dari
arah Timur
5-29
EXECUTIVE SUMMARY
Gambar 5.50 Kontur tinggi dan arah gelombang, untuk gelombang datang dari
arah Timur Laut
5-30
EXECUTIVE SUMMARY
Dari hasil simulasi berbagai arah gelombang laut dalam, setelah mengalami
transformasi gelombang, arah gelombang datang umumnya cenderung
tegak lurus pantai.
Dari hasil simulasi ini maka dapat dilihat gelombang yang terjadi akan
menyebabkan kemungkinan besar offshore-onshore transport sediment
lebih dominan daripada longshore transport.
5.7.
Dari hasil simulasi didapat beberapa alternatif pengaman pantai yang dapat
dijadikan pilihan untuk pengaman pantai di lokasi pekerjaan. Penilaian terhadap
masing-masing alternatif disajikan dalam bentuk matriks, dapat dilihat pada
tabel-tabel di bawah ini.
Pantai Benda
Alternatif 1
NO.
1
2
3
4
5
6
KETERANGAN
Proteksi terhadap garis pantai
Melindungi garis pantai & dampak
terhadap pantai sekitarnya
Menambah garis pantai
Metode pelaksanaan
Kemudahan dalam pelaksanaan
Ketersediaan Material
Batu Alam
Kompleksitas Penggunaan Lahan
Status Kepemilikan Lahan
Pengaruh Terhadap Lingkungan
Biota Laut
Pemukiman & fasilitas lainnya
Biaya
Murah
BAIK
SEDANG
KURANG
POIN
80
80
5-31
EXECUTIVE SUMMARY
Alternatif 2
NO.
1
2
3
4
5
6
KETERANGAN
Proteksi terhadap garis pantai
Melindungi garis pantai & dampak
terhadap pantai sekitarnya
Menambah garis pantai
Metode pelaksanaan
Kemudahan dalam pelaksanaan
Ketersediaan Material
Batu Alam
Kompleksitas Penggunaan Lahan
Status Kepemilikan Lahan
Pengaruh Terhadap Lingkungan
Biota Laut
Pemukiman & fasilitas lainnya
Biaya
Murah
BAIK
SEDANG
KURANG
POIN
70
BAIK
SEDANG
78
Alternatif 3
NO.
1
2
3
4
5
6
KETERANGAN
Proteksi terhadap garis pantai
Melindungi garis pantai & dampak
terhadap pantai sekitarnya
Menambah garis pantai
Metode pelaksanaan
Kemudahan dalam pelaksanaan
Ketersediaan Material
Batu Alam
Kompleksitas Penggunaan Lahan
Status Kepemilikan Lahan
Pengaruh Terhadap Lingkungan
Biota Laut
Pemukiman & fasilitas lainnya
Biaya
Murah
KURANG
POIN
70
BAIK
SEDANG
78
Pantai Krangkeng
Alternatif 1
NO.
1
2
3
4
5
6
KETERANGAN
Proteksi terhadap garis pantai
Melindungi garis pantai & dampak
terhadap pantai sekitarnya
Menambah garis pantai
Metode pelaksanaan
Kemudahan dalam pelaksanaan
Ketersediaan Material
Batu Alam
Kompleksitas Penggunaan Lahan
Status Kepemilikan Lahan
Pengaruh Terhadap Lingkungan
Biota Laut
Pemukiman & fasilitas lainnya
Biaya
Murah
KURANG
POIN
80
80
5-32
EXECUTIVE SUMMARY
Alternatif 2
NO.
1
2
3
4
5
6
KETERANGAN
Proteksi terhadap garis pantai
Melindungi garis pantai & dampak
terhadap pantai sekitarnya
Menambah garis pantai
Metode pelaksanaan
Kemudahan dalam pelaksanaan
Ketersediaan Material
Batu Alam
Kompleksitas Penggunaan Lahan
Status Kepemilikan Lahan
Pengaruh Terhadap Lingkungan
Biota Laut
Pemukiman & fasilitas lainnya
Biaya
Murah
BAIK
SEDANG
KURANG
POIN
70
78
5-33
EXECUTIVE SUMMARY
lebih dekat terhadap garis pantai, pelaksanaan pekerjaan relatif lebih mudah
daripada alternatif ke dua. Sedangkan untuk Pantai Krangkeng diusulkan lay-out
struktur seperti pada alternatif pertama. Masing-masing alternatif, baik alternatif
pertama maupun kedua, dapat mencegah erosi secara effektif, namun alternatif
pertama dapat menghasilkan endapan di belakang struktur.
5-34
EXECUTIVE SUMMARY
BAB. 6
DESAIN STRUKTUR BANGUNAN
PENGAMAN PANTAI
6.1.
6.2.
6.3.
ELEVASI STRUKTUR
Elevasi bangunan dan tanah disekitar pantai hasil pengukuran berdasarkan referensi
elevasi pada Bench Mark (BM) hasil survei yang telah dilakukan. Acuan untuk elevasi
struktur bangunan yang direncanakan diambil acuan berdasarkan muka surut
terendah (LLWL). Elevasi puncak struktur akan diperhitungkan terhadap elevasi
muka air tertinggi (HWS) untuk struktur subareal atau muka air rata-rata (MSL)
untuk struktur submerged ditambah run up dan tinggi kebebasan. Sedangkan elevasi
6-1
EXECUTIVE SUMMARY
dasar struktur bagian bawah akan diperhitungkan kondisi elevasi dasar tanah di
lokasi penempatan bangunan.
6.3.1. Limpasan Gelombang (Over toping)
Struktur breakwater direncanakan untuk dapat dilimpasi gelombang. Pemilihan
struktur dengan limpasan ini adalah karena struktur diharapkan masih dapat dilewati
gelombang yang membawa sedimen.
6.3.2. Rayapan Gelombang (run up)
Struktur bangunan pantai juga harus mampu menahan gesekan air laut akibat
adanya rayapan gelombang air laut, terutama pada saat berlangsung badai atau
akibat pasang surut. Perhitungan tinggi rayapan gelombang dilakukan dengan
menggunakan grafik run up. Untuk dapat menggunakan grafik tersebut perlu
dihitung dulu nilai bilangan Irribaren. Bilangan Irribaren dihitung dengan formula
sebagai berikut.
tan
H
L0
6-2
EXECUTIVE SUMMARY
124.70 cm
111.40 cm
81.03 cm
56.58 cm
31.24 cm
10.72 cm
0.00 cm
(LWS )
0.8
4.100
26.224
Bilangan Iribaren
2.863
Ru/H
1.05
Ru
0.84
m
m
1.24 + 0.28
1,52 m
6.4.
STABILITAS
Untuk Pantai Cirebon tipe struktur yang diterapkan adalah tipe rubble mound. Unsur
terpenting dari struktur bangunan pengaman pantai dengan tipe rouble-mound
adalah berat satuan armor pada lapisan paling luar. Berat armor tersebut dihitung
berdasarkan beberapa hal utama yaitu besarnya gelombang desain, jenis armor
yang dipilih dan juga kemiringan struktur.
6-3
EXECUTIVE SUMMARY
rencana
yang
digunakan
sebagai
dasar
perhitungan
merupakan
Gelombang Rencana
H
(m)
0.80
0.75
Lebar puncak
Tebal lapisan
6-4
EXECUTIVE SUMMARY
Armor Units
Quarrystone
Smooth rouded
Smooth rouded
Rough angular
n3
2 Random
>3 Random
1 Random 4
Rough angular
Rough Angular
Rough Angular
Parallepiped 7
>3 Random
2 Special
2 Special
2.4
3.2
2.9
Random
2.0
4.0
2.2
5.8
7.0 -20.0
4.5
7.0
8.5 -24.0
7.0
8.0
9.0
10.0
Tetrapod
and
Quadripod
Tribar
Dolos
Random
15.8 8
31.8 8
Modified cube
Hexapod
Toskane
Tribar
Quarrystone (KRR)
Graded angular
2
2
2
1
Random
Random
Random
Unifarm
6.5
8.0
11.0
12.0
7.5
9.5
22.0
15.0
Random
2.2
2.5
Random
Random
1.1
1.4
Slope
Cot
1.5 to 3.0
1.9
1.6
1.3
2.1
5.3
----
1.9
2.3
2.3
3.2
2.8
2.3
4.2
6.4
-----
5.0
4.5
3.5
8.3
7.8
6.0
8.0
7.0
----5.0
6.0
5.5
4.0
9.0
8.5
6.5
16.0
14.0
5.0
7.0
1.5
2.0
3.0
1.5
2.0
3.0
2.0 9
3.0
5
5
1.5
2.0
3.0
5
5
5
5
5
7.5
9.5
----
----
----
1. CAUTION: Those K D values shown in italics are unsupported by test results and are only provided for
preliminary design purposes
2. Applicable to slopes ranging from 1 on 1.5 to 1 on 5
3. n is the number of units comprising the thickness of the armor layer
4. The use of singel layer of quarrystone armor units is not recommended for structure subject to breaking waves and
special conditions
for structure
subject to
is used,
the stone
should be
5. only
Until under
more information
is available
on the variation
of nonbreaking
KD value withwaved.
slope, When
the useit of
KD should
be limited
to slopes ranging from 1 on 1.5 to 1 on 3 some armor units tested on a structure head indicated a KD slope dependence
6. Special placement with long axis of stone placed perpendicular to structure face.
7. Parallelepiped - shaped stone: long slab - like stone dimension about 3 times the shortest dimension
(Mrkle and Davidson, 1979).
8. Refers to no - damage criteria (<5 percent displacement, rocking, etc); if no rocking (<2 percent) is
desired, reduce KD 50 percent (Zwamborn and Van Niekern, 1982).
9. Stability of dolosse on slopes steeper than 1 and 2 should be substantianed by site-specific model test.
2
2
>3
2
2
2
2
2
2
2
2
1
G ra d e d
P la c e m e n t
L a y e r C o e ffic ie n t k A
P o r o s ity ( P ) %
R andom
R andom
R andom
S p e c ia l
R andom
R andom
R andom
R andom
R andom
R andom
R andom
U n ifo r m
R andom
1 .0 2
1 .0 0
1 .0 0
-------1 .1 0
1 .0 4
0 .9 5
1 .1 5
1 .0 2
0 .9 4
1 .0 3
1 .1 3
---------
38
37
40
27
47
50
49
47
54
56
52
47
37
S P M 1 9 8 4 . V O L U M E II, C H A P T E R 7 /III, P A G E 7 - 2 3 4
6-5
EXECUTIVE SUMMARY
STRUKTUR
Armor
Gelombang
Rencana
Kemiringan
Lereng
Koefisien
Stabilitas
Koefisien
Lapis
Berat Jenis
Armor
Cotg q
KD
Wperlu
(ton/m3)
(m)
BREAKWATER 1 (Benda)
BATU
0.80
KUBUS BETON
0.80
BREAKWATER 2 (Krangkeng)
KUBUS BETON
0.75
BATU
0.75
Lebar
Puncak
Tebal Lapisan
Pelindung
Wdesain
(ton)
(ton)
(m)
(m)
Berat Armor
2.0
2.0
1.10
1.90
1.02
1.10
2.65
2.40
0.155
0.134
0.160
0.140
1.20
1.30
0.80
0.90
2.0
1.90
1.10
2.40
0.110
0.120
1.20
0.80
2.0
1.10
1.02
2.65
0.128
0.130
1.20
0.80
1.025
(ton/m3)
6-6
EXECUTIVE SUMMARY
6-7
EXECUTIVE SUMMARY
BAB. 7
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI,
BILL QUANTITY & RENCANA
ANGGARAN BIAYA
7.1.
7.2.
VOLUME PEKERJAAN
7-1
EXECUTIVE SUMMARY
=
=
5.36 buah
22 buah
Panjang
(m)
Jumlah
Kubus/m2
Jumlah
Kubus/10m
(Unit)
(Unit)
Volume Pek.
Kubus Beton
(unit)
PANTAI BENDA
1
PJ.3
9.20
PJ.4
8.21
PJ.5
8.34
PJ.6
6.67
PJ.7
9.41
PJ.8
9.86
PJ.9
9.81
PJ.10
12.86
8.71
48.8
46.63
1025.946
5,006.62
8.28
46.01
44.33
975.268
4,487.21
7.51
45.31
40.21
884.518
4,007.75
8.04
59.26
43.07
947.571
5,615.31
9.64
50.2
51.62
1135.554
5,700.48
9.84
40.43
52.69
1159.125
4,686.34
11.34
44.76
60.72
1159.125
5,188.24
Jumlah
334.77
339.27
34,692.00
7-2
EXECUTIVE SUMMARY
No
Potongan
PJ.51
6.14
PJ.52
5.71
PJ.53
6.65
PJ.54
5.46
PJ.55
6.99
PJ.56
4.64
PJ.57
5.72
PJ.58
3.45
PJ.59
2.27
10
PJ.60
2.76
11
PJ.61
3.02
12
PJ.62
1.93
13
PJ.63
7.16
14
PJ.64
4.95
15
PJ.65
4.17
16
PJ.66
2.91
17
PJ.67
4.33
18
PJ.68
4.32
19
PJ.68A
3.86
20
PJ.69
4.07
21
PJ.70
4.16
22
PJ.71
4.92
23
PJ.72
6.20
24
PJ.73
6.20
25
PJ.74
6.20
5.93
98.11
31.74
698.304
6,851.06
6.18
69.96
33.11
728.357
5,095.59
6.06
67.44
32.44
713.625
4,812.69
6.23
63.46
33.35
733.661
4,655.81
5.82
52.07
31.15
685.339
3,568.56
5.18
47.22
27.75
610.500
2,882.78
4.59
52.46
24.56
540.375
2,834.81
2.86
59.79
15.32
337.071
2,015.35
2.52
39.07
13.47
296.411
1,158.08
2.89
53.84
15.48
340.607
1,833.83
2.48
54.42
13.26
291.696
1,587.41
4.55
50.52
24.35
535.661
2,706.16
6.06
48.77
32.44
713.625
3,480.35
4.56
56.88
24.43
537.429
3,056.89
3.54
46.43
18.96
417.214
1,937.13
3.62
42.37
19.40
426.820
1,808.43
4.33
77.81
23.18
509.909
3,967.60
4.09
79.47
21.91
482.036
3,830.74
3.97
56.08
21.24
467.304
2,620.64
4.12
41.25
22.04
484.982
2,000.55
4.54
44.24
24.32
535.071
2,367.16
5.56
66.64
29.79
655.286
4,366.82
6.20
42.51
33.21
730.714
3,106.27
6.20
46.55
33.21
730.714
3,401.48
1357.36
1692.13
600.12
939.39
Jumlah
Total
(Unit)
Volume Pek.
Kubus Beton
(unit)
75,947.00
110,639.00
7-3
EXECUTIVE SUMMARY
7.3.
Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Berikut
adalah Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai
Benda dan Krangkeng.
Tabel 7.2 Tabel Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
RENCANA ANGGARAN BIAYA
Pekerjaan Pelaksanaan Konstruksi Pengamanan Pantai Krangkeng dan Benda
Kontrak
: 150 Hari
Waktu Pelaksanaan
: 120 Hari
No
Item
Desa Benda
Sat
Unit
Volume
Harga Satuan
Jumlah
Lembar
(Rp)
(Rp)
Perincian
m2
2.000
3.500
7.000.000
2.000
12.000
24.000.000
14.000.000
m2
bln
3.500.000
Dokumentasi proyek
set
200.000
1.000.000
40
600.000
24.000.000
Pengukuran (Uitzet)
m2
Ls
7.500.000
7.500.000
Pemasangan Bouplank
Ls
9.000.000
9.000.000
m'
200
300.000
60.000.000
set
25.000.000
100.000.000
bh
350.000
350.000
Total Item 1
2
246.850.000
LS
Pekerjaan Geotextile
m2
Unit
500.000.000
3.693
45.364
167.507.164
34.692
96.865
3.360.450.573
Unit
34.692
25.037
868.583.604
Unit
34.692
20.371
706.710.732
Total Item 2
5.603.252.074
Total Biaya Konstruksi Breakwater 1
Desa Kerangkeng
500.000.000
5.850.102.074
m2
2.000
3.500
7.000.000
2.000
12.000
24.000.000
14.000.000
m2
bln
3.500.000
Dokumentasi proyek
set
200.000
1.000.000
40
600.000
24.000.000
Pengukuran (Uitzet)
m2
Ls
Pemasangan Bouplank
Ls
m'
200
300.000
60.000.000
set
25.000.000
100.000.000
bh
350.000
350.000
12.500.000
12.500.000
16.000.000
16.000.000
Total Item 3
2
a
b
c
d
258.850.000
m2
Unit
Unit
Unit
14.972
75.947
75.947
75.947
45.364
96.865
25.037
20.371
Total Item 4
Total Biaya Konstruksi Breakwater 2
Jumlah Total
679.175.328
7.356.628.032
1.901.485.039
1.547.116.337
11.484.404.736
11.743.254.736
17.593.356.810
=
=
=
17.593.356.810
1.759.335.681
19.352.693.000
Terbilang :
Sembilan belas miliar tiga ratus lima puluh dua juta enam ratus sembilan puluh tiga ribu rupiah
7-4
EXECUTIVE SUMMARY
BAB. 8
KESIMPULAN DAN SARAN
Berikut adalah uraian mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari pekerjaan ini :
1) Berdasarkan hasil penelusuran lapangan diperoleh bahwa di lokasi kajian yaitu
Desa
Benda
dan
Desa
Krangkeng
terindikasi
kerusakan
pantai
yang
kondisinya sudah sangat kritis. Indikasi kerusakan pantai, dapat dilihat dari
adanya tanda-tanda erosi yang menunjukkan mundurnya garis pantai di Desa
Benda yang sangat cepat mencapai sekitar 15 m per tahun (Lihat gambar
2.3.). Sedangkan di Desa Krangkeng garis pantai yang terindikasi mundur
dengan cepat terletak di sebelah timur 15 m per tahun, sedangkan di bagian
utara kemunduran garis pantai tidak terlalu signifikan.
2) Fasilitas publik yang terdapat di lokasi kajian adalah tambak dan sawah milik
masyarakat serta jalan penghubung antar desa. Berdasarkan kondisi-kondisi
yang telah diuraikan pada butir di atas, konsultan merekomendasikan
pembangunan breakwater di Desa Benda sepanjang 400 m dan di Desa
Krangkeng sepanjang 1357 m. Diharapkan dengan dibangunnya struktur
pengaman pantai berupa breakwater yang terdiri dari susunan armor kubus
beton dengan dimensi 0.40 x 0.40 x 0.40 m dapat menanggulangi atau
mengurangi kerusakan pantai yang akan terjadi. Dengan rencana puncak
breakwater pada elevasi + 1,50 m akan terjadi lompatan gelombang diatas
puncak breakwater yang akan membawa pasir yang akan mengisi dibagian
belakang breakwater, sehingga di belakang breakwater terbentuk tanah
tumbuh.
3) Besar biaya keseluruhan yang diperlukan untuk melaksanakan konstruksi
tersebut, berdasarkan analisis rencana anggaran biaya adalah sebesar
Rp. 19.352.693.000,-
8-1
EXECUTIVE SUMMARY
: Desa Benda
30
m,
namun
di
belakang
breakwater
masih
terjadi
Gambar 8.1.
8-2
EXECUTIVE SUMMARY
Panjang celah 30 m
8-3