Anda di halaman 1dari 10

FATIGUE LIMIT ANALYSIS FOR MATERIAL

AISI 1045 UNDERGOING ROTARY BENDING LOAD


WITH VARIOUS SURFACE ROUGHNESS
Yosep Ardi Ang Susanto,Soeharto, Yusuf Kaelani
Jurusan Teknik Mesin, FTI ITS Surabaya
Email: yosepaas@yahoo.co.id
Abstrak
Batas lelah dari suatu komponen mesin yang mengalami pembebanan dinamis, seperti poros yang
mengalami pembebanan lentur putar, tergantung dari banyak faktor a.l: kwalitas permukaan, ukuran, jenis
material, temperatur, jenis perlakuan panas, konsentrasi tegangan, sensitifitas takikan, lingkungan, dan
keandalan. Apabila poros tersebut dibebani dibawah tegangan luluhnya secara terus-menerus maka sampai
pada jumlah siklus tertentu, poros tersebut akan mengalami kelelahan (fatique) dan kemudian patah akhir
(final fracture). Dalam analisis sering dilakukan penyederhanaan dengan kondisi-kondisi ideal guna
menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Pada penelitian ini, untuk menentukan penyebab patahnya poros dan umur poros pada material AISI 1045
dilakukan analisis gaya-gaya yang bekerja pada poros, uji tarik, pengukuran kekasaran permukaan, dan uji
lentur putar. Pengujian Lentur Putar dilakukan pada tiga variasi kekasaran permukaan yaitu: kekasaran tinggi
(Rz = 28 m) kekasaran medium (Rz = 12 m), kekasaran rendah (Rz = 4 m) dan tiga tahap
pembebanan: 40 kg ( =23.59 kg/mm2), 45 kg ( =26.54 kg/mm2), 50 kg ( =29.49 kg/mm2),
Berdasarkan hasil eksperimen dan kajian teoritis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa material dengan
kekasaran permukaan tinggi (Rz = 28 m) mempunyai umur (jumlah siklus) lebih kecil dari pada kekasaran
medium (Rz = 12 m) dan kekasaran rendah (Rz = 4 m). Kekasaran permukaan mempunyai pengaruh
yang signifikan pada daerah di sekitar endurance limit. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam
pemberian beban maksimum pada poros dengan beban dinamis.
Kata kunci: kekasaran permukaan, tegangan, batas lelah, dan jumlah siklus.

1. PENDAHULUAN
Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin
meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Fungsi utama dalam transmisi seperti
itu dipegang oleh poros. Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir, lentur, dan
lentur putar. Kelelahan dapat terjadi akibat menerima beban secara berulang yang mana
dalam hal ini poros menerima beban sambil berputar untuk meneruskan daya, oleh karena
itu poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban tersebut.
Banyak faktor yang mempengaruhi batas lelah suatu material (fatigue limit) antara lain:
faktor keandalan (reliability), faktor ukuran (size), faktor kekasaran permukaan (surface
roughness), temperatur, perlakuan panas (heat treatment),faktor pengelasan dan lain-lain.
Bagi seorang mekanik adalah sangat penting untuk mengetahui umur lelah suatu material.
Poros yang mendapat beban lentur putar, selain untuk meneruskan daya dan putaran, juga
mendapat beban lentur berupa beban kerja akibat transmisi lain seperti sabuk V, transmisi
roda gigi, atau bahkan poros menerima beban lentur secara langsung seperti beban untuk
menggiling, memecahkan, dan memeras sesuatu.Kebanyakan poros yang menerima beban
seperti tersebut diatas terdapat pada peralatan Teknologi Tepat Guna. Beban lentur putar ini
juga berubah-ubah sesuai dengan beban yang diterima [23].
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2008

B-1

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah, mencari pengaruh kekasaran
permukaan akibat pembebanan lentur putar terhadap umur lelah dan batas lelah baja
poros AISI 1045. Untuk mempertajam kekhususan dalam penelitian ini diambil asumsi
dan batasan masalah sebagai berikut:

Material spesimen dianggap homogen dan uniform.

Pengaruh lingkungan (kelembaban dan temperatur) dianggap tidak signifikan

Temperatur dianggap konstan pada setiap iterasi eksperimen.

Tingkat kekasaran permukaan spesimen untuk setiap kelompok pengujian dianggap


sama.

Tidak terjadi ketidaksilindrisan (misalignment) saat pemasangan spesimen.

Pengaruh proses pemesinan berupa tegangan sisa dianggap tidak signifikan.

Uji Lelah yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji lentur putar yang mana hasilnya
adalah kurva S-N eksperimental yang kemudian dibandingkan kurva S-N dengan hasil
perhitungan secara analitis. Pengujian lentur putar adalah salah satu pengujian untuk
menganalisis kegagalan material pada beban dinamis yang mengalami dua tegangan
sekaligus yaitu tarik dan tekan. Sebagai contoh, ketika sebuah poros berputar 1800 rpm
dan dikenai beban lentur putar, maka poros tersebut mengalami tegangan tarik dan tekan
secara bergantian dan terus menerus sebanyak 1800 kali per menit sampai pada suatu
jumlah siklus tertentu akan mengalami patah akhir secara tiba-tiba.
Memprediksi beban maksimum yang diberikan pada poros yang mendapat pembebanan
lentur putar agar poros tersebut mempunyai umur yang panjang adalah hal yang sangat
penting dalam desain.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Setiap material mempunyai batas lelah atau batas ketahanan yang menunjukkan bahwa di
bawah tegangan lelahnya, material tersebut tidak mengalami kegagalan. Jika tegangan
diberikan di bawah batas lelah material, struktur tersebut mempunyai umur takberhingga
(infinite life). Batas lelah suatu material dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
kekasaran permukaan, temperatur, konsentrasi tegangan, kepekaan takik, ukuran,
lingkungan, dan keandalan [2].
Pengujian material pada umumnya ataupun pada aplikasinya, tegangan maksimum terjadi
pada permukaan material, oleh karena itu umur lelah material sangat tergantung dari
kondisi permukaan material tersebut. Bekas pengerjaan bubut biasanya berupa takikan
kecil yang dapat menimbulkan cacat awal,sehingga dalam kondisi ini pada material perlu
pengerjaan permukaan lebih lanjut untuk mengurangi takikan. Hasil studi menunjukkan
bahwa pengaruh pengerjaan permukaan pada umur lelah suatu material adalah kualitatif,
walaupun demikian pengaruh tersebut mempunyai kecenderungan tertentu [9].
Pengerjaan permukaan memengaruhi kekuatan lelah suatu material pada tiga aspek yaitu:
adanya konsentrasi tegangan yang ditimbulkan oleh kekasaran permukaan, adanya
perubahan sifat fisik pada lapisan paling luar dari material, dan adanya tegangan sisa.
Faktor kekasaran permukaan juga tergantung dari harga kekerasan material tersebut [16].
Pengerjaan permukaan mempunyai pengaruh yang signifikan pada batas lelah material
[23], seperti terlihat pada gambar 1 di bawah ini.
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2008

B-2

Gambar 1. Pengaruh Pengerjaan Permukaan pada Batas Lelah Material [23]


Kurva S-N Teoritis
Dengan memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi batas lelah material seperti:
type pembebanan, ukuran, pengerjaan permukaan dan peningkatan tegangan maka umur
material dapat diprediksi. Dalam kebutuhan desain kurva estimasi S-N ini diperlukan
berbagai pertimbangan desain sedangkan untuk mendapatkan kurva S-N yang
sesungguhnya, perlu dilakukan uji kelelahan [16].
Estimasi batas lelah pada 106 siklus pembebanan (Sn)
S (10 6 )

S ' n.CL.CD .CS


Kf

........(1)

Sn = batas lelah pada 106 siklus pembebanan


Sn = 0.5 x Su
CL = faktor koreksi type pembebanan
CD = faktor koreksi dimensi/ukuran
CS = faktor koreksi pengerjaan permukaan
Besarnya harga fatique stress consentration factor (Kf)
Kf =1 +( Kt

- 1)q.Cs ..........(2)

Kt = faktor konsentrasi tegangan.


Q = Sensitifitas takikan
Cs = faktor koreksi pengerjaan permukaan
Estimasi kekuatan pada 103 siklus pembebanan (Sn)
0.9 Su
S( 10 3 ) =
K ' f ........(3)

Besarnya harga fatique stress consentration factor pada pembebanan 103 siklus (Kf).
K ' f =1 +( Kf - 1)(severity at 10 3 cycle ) ..........(4)

Kurva S-N Teoritis-Modifikasi


Uji lentur putar yang umum dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan batas lelah
suatu material pada permukaannya dipoles halus dan mengkilap (mirror polish). Hal
tersebut tidak realistis untuk mendapatkan umur lelah material, oleh karena itu perlu
memperhatikan hal-hal lain:
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2008

B-3

Material : komposisi, basis dari kegagalan, dan variabelitas


Proses pemesinan : Cara pemesinan, perlakuan panas, kondisi permukaan, dan
konsentrasi tegangan

Lingkungan: korosi, temperatur, kondisi tegangan, dan waktu relaksasi

Desain: ukuran dan bentuk

Persamaan Marin dapat digunakan untuk mengakomodasi hal-hal tersebut di atas :


Se Ka . Kb . Kc . Kd . Ke . Kf . S ' e ...........(5)

Ka = faktor modifikasi kondisi permukaan


Kb = faktor modifikasi ukuran
Kc = faktor modifikasi beban
Kd = faktor modifikasi temperatur
Ke = faktor modifikasi keandalan
Kf

= faktor modifikasi karena pengaruh lainnya

Se = batas lelah hasil uji laboratorium


Se = batas lelah pada kondisi sebenarnya

Gambar 2. Kurva S-N untuk Wrought Steels [2]


3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini berdasarkan metode laboratory experimental, yaitu membandingkan hasil
percobaan dengan menggunakan sarana laboratorium dengan perhitungan teoritis.
Sebelum dilakukan pengujian utama, yaitu pengujian lelah, dilakukan pengujian
pendahuluan untuk mengetahui sifat material uji seperti: uji tarik untuk mengetahui
kekuatan tarik maksimum, uji kekerasan, pengukuran kekasaran permukaan untuk
mengelompokan kekasaran permukaan: Kekasaran tinggi (Rz = 28 m), kekasaran
sedang (Rz = 12 m)
Kekasaran rendah (Rz = 4 m).Uji Lelah dilakukan pada variasi kekasaran permukaan
tersebut untuk mendapatkan Peak Alternating Stress dan Endurance Limit. Pengujian
sendiri dilakukan pada empat titik pengujian dengan pengulangan tiga kali.
Semua pengujian, baik pengujian pendukung maupun pengujian utama dilakukan di
Laboratorium Metalurgi Teknik mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Surabaya.
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2008

B-4

Gambar 3. Skema Alat Uji


Bentuk spesimen pengujian lentur putar dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini:

Keterangan: L = 210 cm : D = 15 cm : d = 12 cm
Gambar 4. Spesimen Uji
Tegangan Nominal untuk Beban Bending

Gambar 5. Skema Pengujian


Keterangan:
a = Jarak dari tumpuan ke titik pembebanan (200 mm)
b = Jarak dari titik pembebanan ke spesimen uji (185 mm)
c = Panjang spesimen Uji (210 mm)
d = Diameter spesimen Uji (12 mm)
W = Beban (40 kg, 45 kg, 50 kg, dan 60 kg)
Besaranya tegangan( ) tiap pembebanan adalah :

Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2008

B-5

16.a.W
....................(6)
d 3

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Eksperimen pada Tiap Level kekasaran Permukaan

a) Kekasaran tinggi

b) Kekasaran sedang

c) kekasaran rendah
Gambar 6. Kurva S-N pada berbagai tingkat kekasaran permukaan
Pada Gambar 6: a,b,c Menunjukkan hubungan antara besarnya tegangan yang dialami oleh
poros dengan jumlah siklus sampai poros tersebut mengalami kegagalan. Masing-masing
pada hasil eksperimen: Kekasaran tinggi, kekasaran sedang, dan kekasaran rendah
mempunyai kecendrungan yang sama yaitu semakin besar tegangan yang dialami oleh
poros maka semakin sedikit jumlah siklus sampai poros tersebut mengalami kegagalan.
Perbandingan Jumlah Siklus untuk Tegangan yang Sama pada Variasi Kekasaran
Permukaan

Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2008

B-6

Gambar 7: Kurva S-n rerata jumlah siklus


Pada variasi kekasaran permukaan
Gambar 7 di samping menunjukkan bahwa semakin tinggi kekasaran permukaan maka
semakin kecil jumlah siklus yang dicapai oleh poros tersebut sampai mengalami
kegagalan. Perbedaan kekasaran permukaan akan sangat signifikan pada daerah batas lelah
material, yaitu pada daerah elastis material tersebut.
Kurv S-N untuk Kekasaran Tinggi (Rz = 28 m)

Gambar 8 : Kurva S-N spesimen kekasaran tinggi dengan berbagai metode


Pada Gambar 8 di atas menunjukkan hubungan antara tegangan yang dialami poros dengan
jumlah siklus yang dicapai untuk spesimen dengan kekasaran tinggi (Rz = 28 m).Batas
lelah material hasil eksperimen lebih kecil dari perhitungan teoritis.Akan tetapi batas lelah
teoritis modifikasi ternyata jauh lebih rendah (0.208 yield) dari eksperimen laboratoium.
Kurv S-N untuk Kekasaran Menengah (Rz = 12 m)

Gambar 9: Kurva S-N spesimen kekasaran sedang dengan berbagai metode


Pada Gambar 9 di atas menunjukkan hubungan antara tegangan yang dialami poros dengan
jumlah siklus yang dicapai untuk spesimen dengan kekasaran sedang (Rz = 12m). Batas
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2008

B-7

lelah material hasil eksperimen lebih kecil dari perhitungan teoritis.Akan tetapi batas lelah
teoritis modifikasi ternyata jauh lebih rendah (0.314yield) dari eksperimen laboratoium
Kurva S-N Untuk Kekasaran Rendah (Rz = 4 m)

Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2008

B-8

Gambar 10 : Kurva S-N spesimen kekasaran rendah dengan berbagai metode


Pada Gambar 10 di samping menunjukan hubungan antara tegangan yang dialami poros
dengan jumlah siklus yang dicapai untuk spesimen dengan kekasaran sedang (Rz = 4 m).
Batas lelah material hasil eksperimen lebih kecil dari perhitungan teoritis.Akan tetapi batas
lelah teoritis modifikasi ternyata jauh lebih rendah (0.357yield) dari eksperimen laboratoium.
5. KESIMPULAN
Dari hasil eksperimen yang telah dilakukan pada material AISI 1045 dengan variasi
kekasaran permukaan: kekasaran tinggi (Rz = 28 m), kekasaran sedang (Rz = 12 m),
dan kekasaran rendah (Rz = 4 m) dan dibandingkan dengan perhitungan teoritis terhadap
variasi kekasaran permukaan yang sama, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Kekasaran permukaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap umur lelah


(fatigue life) material, terutama pada daerah batas lelah (endurance limit).

Nilai batas lelah pada variasi kekasaran permukaan adalah: kekasaran tinggi (Rz =
28 m) sekitar (0.208yield); kekasaran sedang (Rz = 12 m) sekitar (0.314yield) dan
kekasaran rendah (Rz = 4 m) sekitar (0.357yield)

Semakin tinggi nilai kekasaran permukaan suatu material, maka umur lelahnya
semakin rendah pada tegangan yang sama.

Kekasaran permukaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah


siklus, bila tegangan yang diberikan mendekati tegangan maksimum (ultimate stress) dari
material tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Amaral, R., and Ho Chong, L.(2002), Surface Roughness, International Journal of
Mechanical Engineering, vol.2, Feb.2002
An Engineering Toolbox Calculation Module, (2005), Stress-Life Fatigue Analysis, Engrasp,
Inc.
ASM Handbook Committe, (1996), Fatigue and Fracture, American Society for Metal, Vol.
19.
ASM Handbook Committe, (1998), Failure Analysis and Prevention, 9 th edition, American
Society for Metal, Vol. 11.
ASM Handbook Committe, (2002), Failure Analysis and Prevention, 9 th edition, American
Society for Metal, Vol. 11.
Berata, W. (2006), Kekuatan Material, Diktat Kuliah: Kekuatan Material Lanjut, Institut
Sepuluh Nopember-Surabya.
Browel, R.(2006), Calculating and Displaying Fatigue Results, ANSYS, Inc.
Colangelo, V.J (1989), Analysis of Metallurgical Failures, second edition, 3 rd edition, John
Wiley & Sons, Inc., Singapore.
Cusolito, M., Mapelli, C., dan Nicodemi, W. (2002), Correct Management of Inclusional
Defect Based on Failure Analysis, Journal of Metalurgical Science and Technology, Eds:
Antona, P. et.al, Teksid S.p.A, Italy.

Fuchs, H.O dan Stephens, R.I, (1980), Metal Fatigue In Engineering, John Wiley & Sons,
Inc., New York.
Hertzeberg, R.W, (1996), Deformation and Fracture Mechanich of Engineering Materials, 4th
edition, John Wiley & Sons, Inc., New York.
Hung Ta Instrument, (1998),Operation Manual For HT-8120 Rotary Bending Fatigue Testing
Machine, Shimaden Co.Ltd
Juvenen, P, (2004), Effects of Non-Metallic Inclusions on Fatigue Properties of Calcium
Treated Steels, Thesis Ph.D., Helsinki University of Technology, Finland.
Juvinall, R.C,(1967), Engineering Considerations of Stress, Strain, and Strength, by
McGraw-Hill, Inc., New York.
Juvinall, R.C, dan Marshek, K.M, (2000), Fundamentals of Machine Component Design, 3 rd
edition, John Wiley & Sons, Inc., New York.
Mische, C.R,(2006), Prediction of Stochastic Endurance Strength, ASME Journal of
Vibration, Acoustic, Stress, and Reliability in Design, University of Philadelphia.
Reitz, W, (2008), Elements of Failure Analysis, Reitz Consulting, Ltd.

Anda mungkin juga menyukai