BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Oksigen merupakan salah satu unsur yang menduduki peringkat lima besar
dalam produksi bahan kimia di dunia. Selama ini oksigen diproduksi melalui
metode distilasi pada suhu kriogenik dan Pressure Swing Adsorption (PSA). Kedua
metode tersebut membutuhkan energi dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu metode baru yang lebih efektif dan efesien. Akhir-akhir ini telah
ditemukan perovskit yaitu suatu membran yang dapat memisahkan oksigen dari
campuran gas lain
karena adanya
merupakan mixed oxygen ionic and electronic conducting (MIEC) yang bekerja pada
suhu tinggi. Namun untuk aplikasi dalam skala industri, membran MIEC belum bisa
direalisasikan. Syarat yang harus dipenuhi oleh membran MIEC untuk bisa
diaplikasikan yaitu (1) daya serap fluks oksigen yang tinggi saat kondisi operasi, (2)
stabil untuk operasi jangka panjang, (3) mempunyai kerangka yang kuat untuk
membentuk kerangka membran, dan (4) harganya murah.
Telah dilakukan penelitian tentang SrCo 0.8O3- (SCF) yang memiliki fluks
permeasi oksigen yang tinggi sebesar 2,3 x 10-6 mol/s cm2 dibawah gradien
konsentrasi oksigen udara/He pada 850C. Karena tingginya fluks permeasi oksigen
yang tinggi pada SCF, sifat kimia seperti konduktivitas, permeabilitas oksigen,
kinetika pertukaran permukaan, dan stabilitasnya telah diketahui. Namun
sayangnya, ditemukan juga SCF memiliki sifat kimia dan kestabilan struktur yang
buruk pada tekanan atmosfer dengan kadar oksigen rendah. Akhir-akhir ini
Shao,dkk, telah mengembangkan senyawa Ba0.5Sr
0.5
(Co3+,Fe3+) yang dapat tereduksi. Berikutnya, penelitian yang dilakukan Liu, dkk
mengembangkan
jenis
perovskit
dengan
campuran
membran
berdasarkan
SrSc0,05CO0,095O3- dengan daya serap oksigen yang baik. Selanjutnya, Shao, dkk
melaporkan bahwa SrCo0.9Nb0,1O3-
serap oksigen yang tinggi. Sebagai tambahan, telah dilaporkan daya serap fluks
yang relatif stabil selama lebih dari 200 jam dibawah gradien oksigen/helium untuk
membran SrCo0.9Nb0,1O3-1. Baru-baru ini, telah dikembangkan sebuah Ta yang
distabilkan oleh BaCo0,7Fe0,2Ta0,1O3- (BCFT) untuk daya serap oksigen dan POM.
Kelebihan dari BCFT ini adalah mempunyai daya serap oksigen yang baik (sekitar
1,18 x 10-6 mol/s cm2 pada 950C dengan ketebalan membran 1,0 mm) dan
stabilitas yang sangat baik yang dapat bertahan selama lebih dari 420 jam untuk
POM.
Pada penelitian ini, tantalum digunakan untuk tambahan pada situs-B SrCoO 3-1.
Karena terletak pada grup yang sama dengan niobium dan posisi diagonal dengan
zirkonium, tantalum memiliki sifat yang mirip dengan niobium dan zirkonium.
Sehingga diharapkan tantalum yang ditambahkan pada SrCoO 3- memiliki sifat yang
sama dengan zirkonium dan niobium yang ditambahkan pada
SrCoO 3- yang
memiliki daya serap fluks oksigen yang tinggi dan stabilitas yang lebih bagus. Oleh
karena itu, telah disiapkan oksida dari SrCo 1-yTayO3- (0y0.3) yang mempuyai
stabilitas struktur dan permeasi oksigen yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang penelitian ini adalah bagaimana pengaruh doping tantalum
pada situs-B SrCoO3-1 terhadap kestabilan struktur dan permeasi oksigen yang baik?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengetahui pengaruh
doping tantalum pada situs-B SrCoO 3-1 terhadap kestabilan struktur dan permeasi
oksigen yang baik
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam permeasi
oksigen yang menggunakan tantalum sebagai doping pada situs-B SrCoO 3-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perovskit
akan
struktur
yang berarti.
Bentuk
struktur
perovskit
yang kubus,
menunjukkan konduktivitas oksigen yang tinggi dan struktur yang tepat untuk
konduktor campuran sesuai dengan posisi ekivalen dari kekosongan oksigen
(Nansheng, 2010). Kekosongan oksigen dalam jumlah besar dapat memfasilitasi
perpindahan dari kisi-kisi oksigen dalam jumlah tertentu (Chen, 2009) melewati
suatu konduktor campuran, dari bagian tekanan parsial oksigen yang lebih tinggi ke
bagian tekanan yang lebih rendah (Ito, 2007). Kekosongan ion oksigen ini
selanjutnya dapat diisi kembali oleh ion oksigen lain melalui reaksi reoksidasi.
Dengan sifat seperti ini, oksida perovskit dapat berperan sebagai oksidator atau
sumber oksigen bagi suatu reaksi oksidasi yang bersifat reversible karena dapat
direoksidasi. Muatan total ion-ion oksigen dalam struktur oksida perovskit adalah
negatif 6, oleh karena itu jumlah muatan total ion-ion A dan B haruslah 6 agar
terjadi kesetimbangan muatan (Tien, 2007). Struktur umum kisi oksida perovskit
ABO3 dapat dilihat pada gambar 2.1 (Zeng et al., 2007)
Gambar 2.2 Mekanisme perpindahan ion oksigen (O2-) pada membran rapat
Penghantar Ion Oksigen.
pada proses proses konversi hidrokarbon yang memerlukan kontrol oksigen yang
ketat. Oleh karena itu, membran penghantar ion oksigen masih sangat jarang
digunakan sebagai katalis membran katalis dalam proses konversi bahn kimia yang
memerlukan kontrol oksigen yang ketat.
2.3 Konduktivitas ionik perovskit
Ion oksigen pada perovskit dapat berpindah melalui mekanisme reaksi
reduksi dan oksidasi secara simultan. Jumlah ion oksigen yang berpindah persatuan
luas tiap detik, disebut juga fluks oksigen. Ion oksigen pada perovskit, berpindah
dari konsentrasi tinggi menuju konsentrasi rendah. Pada proses hantaran bulk
material, permeasi oksigen dapat diketahui melalui persamaan wagner berikut ini:
J
=-
dimana P2 dan P1 merupakan tekanan parsial oksigen, tion bilangan transport ion, tel
bilangan transport elektron dan
Gambar 2.4.
Rumus Senyawa
Latrappite
Loparite
Lueshite
Asal
Ca(Fe, Nb)O3
(Na, Ce)TiO3
NaNbO3
Russia
Lueshe, Democratic
Republic of the Congo
Macedonite
Tausonite
(former Zaire)
Crni Kaman, Macedonia
Murun complex, Russia
PbTiO3
SrTiO3
difraksi
sinar-X
(XRD)
merupakan
salah
satu
metode
Gambar 2.5 Analisa perovskit yang dilihat dengan pola pada XRD
Analisis difraksi sinar-X dilakukan pada rentang sudut 2 antara 10 - 50. Pada
rentang sudut tersebut, puncak-puncak khas perovskit LSCF sudah tampak dengan
jelas. Puncak-puncak difraksi yang khas dimiliki oleh LSCF tersebut berada pada 2
sekitar 23, 32, dan 33 (Tien, 2006). Puncak-puncak perovskit LSCF menunjukkan
intensitas yang berbeda-beda, bergantung pada jumlah substitusinya. Intensitas
puncak perovskit menurun seiring dengan bertambahnya substitusi. Intensitas
tertinggi oksida perovskit LSCF dimiliki oleh La0,9Sr0,1Co0,9Fe0,1O3 (Jati, 2009).
2.4.2 O2-TPD (oxygen temperature-programmed desorption)
Analisa ini digunakan untuk mengetahui penyerapan ion oksigen pada
permukaan membran. Pada TPD menunjukkan grafik seperti pada gambar 2.8.
Puncak pada daerah 800C disebut dengan penyerapan . Sedangkan daerah di
bawah 800C disebut dengan penyerapan , yang dipengaruhi oleh substitusi pada
bagian A pada perovskit (Chen, 2009).
10
11
diikuti oleh dikalsinasi pada berbagai suhu udara di bawah selama 5 jam untuk
mendapatkan produk akhir.
Kelebihan metode ini adalah lebih homogen dan bisa menggunakan suhu
kalsinasi. Akan tetapi metode ini memiliki kelemahan pada reaksi dari bentuk sol
ke gel, karena banyak faktor yang harus diperhatikan saat proses hidrolisis dan
kondensasi. Faktor-faktor tersebut antara lain pH, jumlah air yang digunakan,
serta kondisi pengeringan (West,1984).
Dari hasil yang diperoleh kita dapat menyimpulkan bahwa metode sol gel
dengan asam malat sebagai agen pengompleksnya dan dengan pengaturan pH
larutan akan memungkinkan diperoleh senyawa yang homogen, terkristalisasi
dengan baik dan membentuk struktur perovskite di mana kisi kristal La sebagian
tergantikan oleh unsur dari golongan II menggunakan temperatur kalsinasi yang
relatif rendah. Hal ini memungknkan diperoleh perovskit dengan area permukaan
yang lebih luas dan aktivitas katalitik yang lebih baikdalam oksidasi CO pada
temperatur rendah. Substitusi kation mempromosikan perluasan atau penyusutan
kisi perovskite yang berhubungan dengan jari-jari ion tersebut dari substituen ion
yang dapat dilihat pada area permukaan dan dalam aktivitas katalitik, tidak
seperti laju pendinginan yang secara struktural, tekstural, dan akibatnya adlah
efek katalitiknya menjadi berkurang secara signfikan..
2.5.2. Metode Kopresipitasi
Metode kopresipitasi menggunakan prekursor sebagai zat yang akan
diendapkan. Pada metode ini, reaktan dalam bentuk garam yang dilarutkan di air,
dicampurkan bersama-sama. Kemudian terjadi pengendapan dari logam-logamnya
secara bersama-sama, lalu disaring dan dikalsinasi. Prekursor yang digunakan harus
memiliki nilai Ksp yang tinggi. Hal ini karena prekursor bersifat membantu dalam
pengendapan secara bersama.
Metode ini mempunyai kelemahan, yaitu kelarutan dari sampel yang ada
harus sama agar sama-sama mengendap. Akan tetapi, kelebihan dari metode
kopresipitasi ini adalah suhu kalsinasi bisa lebih rendah. Selain itu, penambahan
defek (reagen yang terdekomposisi sebelum atau selama reaksi, contohnya: nitrat
O2 + NOX) dapat meningkatkan laju difusi dan luas permukaan dari padatan yang
dihasilkan mempunyai homogenitas yang tinggi (West,1984).
12
13
metode
reaksi
padat-padat
dengan
memperhatikan
stoikimetri
14
disebabkan oleh beberapa hal seperti penguapan atau belum terendapkan. Seperti
pada sintesis menggunakan metode kopresipitasi dan sol gel (Idayati, 2009).
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada sintesis menggunakan metode
solid state ini, diantaranya padatan yang direaksikan harus memiliki kemurnian
tinggi (>99.9 %), dengan suhu kalsinasi di atas 1000C dan padatan yang disintesis
melalui metode ini biasanya dibentuk dalam bentuk misal pelet. Hal ini disebabkan
agar diperoleh luas kontak yang lebih besar (Ismunandar, 2006).
Dari metode yang sudah ada sebelumnya yakni metode kopresipitasi dan sol
gel, metode solid state inilah yang paling efisien dalam pembuatan membran rapat
dengan komposisi yang diinginkan. Hal ini dikarenakan bahan yang dibutuhkan
sedikit dan reaksinya mudah serta pori yang dihasilkan rapat dengan densitas atau
kerapatan yang tinggi. Akan tetapi metode ini memiliki beberapa kelemahan,
seperti suhu pemanasan sangat tinggi dan sulit untuk mengatur homogenitas.
Sehingga metode solid state ini kurang cocok untuk pembuatan material berpori
dengan homogenitas yang tinggi (West, 1984)
2.6 Membran dense
Membran yang dapat menghantar ion oksigen ini salah satunya dikenal
dengan nama MIEC (Mixed Ionic Electronic Conductor) atau MIECM (Mixed Oxygen
Ion and Electron
mana proses transfer oksigennya terjadi melalui kisi kristal dari bahan membran.
Oksida-oksida perovskit adalah jenis bahan dasar yang banyak digunakan sebagai
membran MIEC. Hal ini disebabkan oksida perovskit memiliki sifat yaknisebagian
dari ion-ion oksigen penyusun strukturnya dapat dilepaskan (mengalami reduksi)
tanpa dirinya mengalami perubahan struktur. Selain itu keberadaan ion ion logam
transisi di dalam kisi kristalnya juga memungkinkan oksida perovskit untuk
berfungsi juga sebagai katalis yang aktif (Noble and L.Falconer, 1995). Hal ini
membuka peluang bagi dikembangkannya membran oksigen ion transfer yang
sekaligus mampu mengkatalisis reaksi oksiasi parsial gas metana menjadi methanol
sehingga dapat meningkatkan selektivitasnya.
Salah satu membran yang digunakan sebagai membran penghantar oksigen
yakni membran dengan komposisi oksida perovskit La 0,7Sr0,3Co0,8Fe0,2O3-, memiliki
keunggulan seperti pada penelitian yang dilakukan oleh (Rosseau et al, 2009) yang
15
melaporkan pada substitusi La3+ oleh Sr2+ pada sintesis membran perovskit LSCF
sebesar 30% diperoleh keadaan optimum dengan modifikasi struktur dan kekuatan
mekanik yang baik. Penelitian ini didukung pula oleh penelitian yang juga
dilakukan oleh (Fansuri, H. dkk, Penelitian Insentif Riset Dasar 2010, belum
dipublikasikan). Akan tetapi fluks oksigen yang dihasilkan masih rendah dari yang
diharapkan. Dalam upaya untuk memperoleh membran perovskit yang memilki
fluks oksigen sekaligus kekuatan mekanik (kuat tekan, kekerasan) yang baik (tidak
mudah pecah dan tahan lama) maka dilakukan penelitian pembuatan membran
keramik perovskit La0,7Sr0,3Co0,8Fe0,2O3- atau LSCF (7382) berbentuk tabung.
Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan (Li, et al., 1999) yang
membuat
membran
perovskit
La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-,
berbentuk
tabung
yang
16
17
sebagian asam. Digunakan dalam membuat kapasitor dalam elektronik otomotif, ponsel,
dan pager.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
18
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah stainless steell, X-ray
Diffraction (XRD), O2-TPD
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah SrCO3, Co2O3, Ta2O5, C2H5OH,
gas O2 dan gas He.
3.3 Metodologi Penelitian
Prosedur kerja dari sintesis SrCo1-yTayO3- adalah sebagai berikut ini :
Digunakan SrCO3, Co2O3, dan Ta2O5 sebagai prekursor dalam sintesis
1.
SrCo1-yTayO3- dengan variasi nila y= 0,0; 0,01; 0,05; 0,1; 0,2; dan 0,3
Dilakukan
2.
penimbangan
terhadap
ketiga
material
tersebut
4.
yang nantinya
5.
0,65 mm
Dilakukan sinterring pada masing-masing membran pada suhu 1100C
6.
selama 10 jam
Dilakukan karakterisasi produk SrCo 1-yTayO3-
7.
XRD
Data pola difraksi yang diperoleh nantinya dicocokkan dengan
8.
database yang telah ada tentang pola hasil XRD dari SrCo1-yTayO3-
Diambil 1 gram cuplikan SrCo1-yTayO3- lalu dialiri dengan O2 dengan
9.
11.
Dilakukan uji tingkat kemurnian dengan O 2-TPD pada rentang suhu 40950C, laju pemanasan 10C/menit , dan digunakan gas He sebagai gas
pembawa
BAB IV
PEMBAHASAN
19
Gambar 4.1 menunjukkan pola hasil XRD dari oksida SrCo1-yTayO3- dengan
nilai y terletak pada rentang
prosedur preparasi yang sama. Pada Gambar 4.1 SrCoO3- dan SrCo0,99Ta0,01O3- masih
memiliki penyimpangan dengan adanya fase tipe heksonal dari BaNiO 3 (yang
ditandai dengan huruf h pada gambar 4.1). Saat jumah Ta meningkat sampai
10%, SrCo0,9Ta0,1O3- sudah terbentuk sebuah struktur perovskit (yang ditandai
dengan huruf P pada Gambar 4.1). Namun semakin meningkatnya jumlah Ta
sampai mencapai 0,2 atau lebih dari itu, terdapat beberapa puncak difraksi
pengotor yang ditunjukkan dengan adanya fase Ta2O5 (yang ditandai dengan huruf
T pada Gambar 4.1). Hal ini menunjukkan bahwa sedikitnya jumlah Ta (5-10%)
yang di-doping pada sisi B dari SrCoO 3- secara efektif dapat membuat fase
perovskit
menjadi
stabil.
Gambar 4.1 Hasil Pola XRD dari oksida SrCo1-yTayO3- (nilai y = 0,0; 0,01; 0,05; 0,1;
0,2; 0,3)
20
. Puncak
terletak pada rentang suhu rendah (250-500C) yang menunjukkan adanya proses
reduksi dari Co4+ menjadi Co3+. Sedangkan puncak
tinggi (>700C) yang menunjukkan adanya proses reduksi dari Co 3+ menjadi Co2+,
dimana hal ini mengarahkan pada ekspansi pada energi kisi karena adanya
perbedaan yang besar pada jari-jari ion antara Co 3+ (63 pm) dan Co2+ (74 pm).
Dengan meningkatnya jumlah Ta yang di-doping maka luasan pada puncak
mengalami peningkatan, namun luasan pada puncak
juga
secara perlahan-lahan
mengalami penurunan. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan adanya Ta5+ dapat
mengendalikan reduksi dari Co3+ menjadi Co2+ dan menghindari perubahan yang
besar pada energi kisi yang dapat meningkatkan kestabilan dari SrCoO3.
Gambar 4.2 Profil O2-TPD dari oksida SrCo1-yTayO3- (nilai y = 0,0; 0,01; 0,05; 0,1)
Untuk mempelajari tentang kemampuan fase reversibel dari SrCo 0,9Ta0,1O3-
digunakan multi-run dari O2-TPD yang ditunjukkan pada Gambar 4.3. Berdasarkan
hasil multi-run dari profil O2-TPD, dapat dilihat bahwa selama 4 kali run O 2-TPD
SrCo0,9Ta0,1O3- tetap memiliki profil O2-TPD yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa
SrCo0,9Ta0,1O3- memiliki fasa kemampuan reversibel yang baik selama pengulangan
adsorpsi-desorpsi oksigen. Setelah dilakukan multi run dengan O 2-TPD selama 4
kali, maka selanjutnya cuplikan dari SrCo 0,9Ta0,1O3- dilakukan karakterisasi dengan
21
XRD seperti pada Gambar 4.4. Hasil XRD dari SrCo0,9Ta0,1O3- menunjukkan struktur
perovskit masih terjaga atau tidak rusak. Hal ini menunjukkan bahwa SrCo 0,9Ta0,1O3-
memiliki
22
Gambar 4.4 Pola Hasil XRD dari oksida SrCo0,9Ta0,1O3- sebelum dan sesudah multirun dengan O2-TPD
Gambar 4.5 menunjukkan fluks permeasi oksigen sebagai fungsi suhu di
bawah gradien oksigen udara/He dengan ketebalan membran 0,65 mm dan 1,36
mm. Fluks permeasi oksigen meningkat seiring dengan meningkatnya suhu dari 700950C. Energi aktifasi rata-rata pada permeasi oksigen melalui membran dengan
ketebalan 0,65 mm dan 1,36 mm secara berturut-turut sebesar 43 kJ/mol dan 45
kJ/mol. Fluks permeasi oksigen yang diperoleh sebesar 1,54 x 10 -6 mol/s cm2 pada
suhu 950C dengan ketebalan membran 0,65 mm. Telah dilaporkan sebelumnya
bahwa SrCo0,8Fe0,2O3- memiliki fluks permeasi oksigen yang tinggi yakni sebesar 2,3
x 10-6 mol/s cm2 di bawah gradien oksigen udara/He pada suhu 850C, dimana
nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan SrCo 0,9Ta0,1O3-. Kruidhof dan Qiu telah
melaporkan bahwa dengan penurunan suhu maka kedudukan kekosongan dari
oksigen mengkin berubah dari keadaan tidak teratur menjadi teratur dalam
membran perovskit dan perubahan ini dapat mengarah pada perubahan yang tajam
pada fluks permeasi oksigennya. Bagaimanapun, pada Gambar 4.5, kurva tidak
menunjukkan perubahan yang drastis, dimana berarti perubahan kekosongan
oksigen secara teratur/tidak teratur tidak terjadi pada daerah suhu 950-700C.
23
Gambar 4.6 Pengaruh dari laju alir He pada fluks permeasi oksigen melalui
membran SrCo0,9Ta0,1O3- dengan ketebalan 0,65 mm
Proses permeasi oksigen yang melewati membran perovskit terdiri atas
pertukaran permukaan oksigen dan bulk difusi oksigen. Kombinasi dari kedua
langkah ini mungkin dapat menjelaskan langkah penentuan laju dari permeasi
oksigen, karena hal ini sangat penting untuk mengoptimalkan kondisi operasi. Jika
permeasi oksigen dikontrol dengan bulk difusi oksigen, maka ketebalan membran
direduksi sehingga akan menyebabkan kenaikan fluks permeasi oksigen, yang mana
jika permeasi oksigen merupakan penentuan laju dengan kinetika pertukaran
permukaan oksigen, maka modifikasi permukaan dari membran diperbolehkan agar
mengubah kecepatan pertukaran permukaan. Oleh karena itu, langkah untuk
24
menentukan
kecepatan
dari
permeasi
oksigen
yang
melewati
membran
BAB V
KESIMPULAN
Konsentrasi Ta yang di-doping memiliki efek yang signifikan pada struktur
fase dari oksida SrCo1-yTayO3- (y = 0,0 ; 0,01 ; 0,05 ; 0,1 ; 0,2 ; 0,3). Konsentrasi Ta
yang sesuai untuk di-doping di SrCo1-yTayO3- pada sisi B untuk membentuk kubus
perovskit sekitar 10 mol%. Profil multi-run dari O 2-TPD memperlihatkan bahwa
SrCo0,9Ta0,1O3- memiliki fasa kemampuan reversibel yang baik selama pengulangan
adsorpsi-desorpsi oksigen. Permeasi oksigen yang melewati membran SrCo 0,9Ta0,1O3-
sebagian besar ditentukan dengan bulk difusi ion oksigen pada temperatur
900C. Fluks permeasi oksigen sebesar 1,36 x 10 -6 mol/s cm2 yang dicapai selama
lebih dari 520 jam operasi permeasi pada 900C.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bourzutschky, J.A.B. and Homs, N.B., (1990). Conversion of Syngas to Higher
Alcohols Over Nanosized LaCo0.7Cu0.3O3 Perovskite Precursors. J.
Cata, 12,pp 5272
Galasso,F.S. 1969. Structure, Properties, and Preparation of perovskite Type
Compounds. Pergamon Press. Oxford.
Idayati, E., (2008). Perbandingan Hasil Sintesis Oksida Perovskit La 1-xSrxCoO3
ITS. Surabaya
Ismunandar, (2004). Padatan Oksida Logam: Struktur Sintesis dan Sifat Sifatnya,
FMIPA-ITB, Bandung
Kondratenko, Evgenii V., Wang, Haihui, A. Vita Kondratenko, Caro, Jurgen, (2009),
Selective oxidation of CH4 and C2H6 over a mixed oxygen ion and
electron conducting perovskiteA TAP and membrane reactors study,
J.Catal 297, pp. 142-149
Taheri, Z., Nazari, K., Safekordi, A.A., Seyed-Matin, N., Ahmadi, R., Esmaeili, N.,
Tofigh, A., (2008), Oxygen permeation and oxidative coupling of
methane in membrane reactor: A new facile synthesis method for
26
27