Skripsi Utuh
Skripsi Utuh
SKRIPSI
Oleh :
ANDI SYAMSURIANI
I 41108268
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama
: Andi Syamsuriani
NIM
: I411 08 268
Makassar,
November 2012
Ttd
ANDI SYAMSURIANI
ABSTRAK
Andi Syamsuriani (I41108268). Pengaruh Lokasi dan Tinggi Rak Telur Dalam
Mobil Box Selama Pengangkutan Terhadap Kualitas Telur Ayam Ras Prof. Dr. Ir.
H. MS. Effendi Abustam, M.Sc selaku Pembimbing Utama dan Hikmah M. Ali,
S. Pt, M. Si selaku Pembimbing Anggota.
Telur merupakan produk yang mudah rusak, memiliki sifat mudah pecah
dan kualitasnya cepat merubah dalam proses transportasi. Dalam proses
transportasi telur ayam ras yang menggunakan mobil box dari Kabupaten Sidrap
hingga kota Makassar menempuh jarak 215 km sekitar 6 jam. Penelitian
bertujuan untuk melihat dan mengetahui pengaruh susunan dan letak rak, dalam
pengangkutan telur ayam ras dari daerah produsen di Kab. Sidrap ke wilayah
pemasaran di kota Makassar.Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai
dengan Agustus 2012 dari Kabupaten Sidrap ke kota Makassar. Penelitian ini
menggunakan 5 kali proses pengangkutan dengan mengambil 125 butir telur ayam
ras sebagai sampel pengamatan kualitas telur selama proses transportasi.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 5 x 5
dan 2 x 5 (khusus nilai persentase keretakan) dengan 5 kali ulangan, yang terdiri
dari 2 faktor. Faktor A : Letak wadah dalam mobil box Dti1, Dti2, Dt, Dta1, Dta2
dan faktor B Susunan pengambilan sampel yang diamati dari 35 rak keatas Rak
ke-1, Rak ke- 9, Rak ke-18, Rak ke-27, Rak ke-35. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis ragam berdasarkan, bila menunjukkan pengaruh nyata,
dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan Lokasi penempatan
rak telur secara diagonal pada sebelah kanan belakang menghasilkan rata-rata
penyusutan lebih rendah dibanding lokasi tengah maupun depan karena lokasi
tersebut banyak mengalami guncangan. Namun lokasi dan tinggi penempatan rak
tidak mempengaruhi rata-rata nilai indeks yolk dan indeks albumin. Keretakan
yang terjadi pada penelitian ini adalah 0,79% per satu kali pengangkutan.
ABSTRACT
Andi Syamsuriani (I41108268). Effect of Location and High Shelving Eggs In
Box For Car Transportation on the Quality of Broiler Eggs Prof. Dr. Ir. H. MS.
Abustam Effendi, M.Sc as Main Supervisor and Wisdom M. Ali, S. Pt, M. Si as
Supervising Member.
Eggs are perishable products, has a fragile nature and rapid quality change
in the transport process. In the process of transport eggs using the truck from the
city of Makassar Sidrap to a distance of 215 km about 6 hours. The study aims
to look at and determine the effect of the composition and location of the shelf, in
the transport of eggs from local producers in the district. Sidrap to marketing areas
in the city Makassar.The research conducted in July to August 2012 from Sidrap
to Makassar. This study uses 5 times the transport process by taking 125 chicken
eggs as the sample observations egg quality during the transportation process.
Research using completely randomized design (CRD) factorial 5 x 5 and 2 x 5
(special value rift percentage) with 5 replications, consisting of 2 factors. Factor
A: The location of the container in the truck Dti1, Dti 2, Dt, Dta1, Dta2 and factor B
Dta structure observed sampling upwards of 35 rack shelf to-1, to-9 Rack,
Shelving 18th, the rack in to-27, Rack to-35. Data were analyzed using analysis of
diversity based, when showing a significant effect, followed by LSD test. The
results show the placement location diagonally egg crates on the right rear yielded
an average shrinkage is lower than the middle or front location because the
location is a lot of experienced shocks. However, the location and height of shelf
placement does not affect the average value of the index yolk and albumin index.
Cracks that occur in the study was 0.79% at a time of transportation.
KATA PENGANTAR
Ternak dan Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M,Sc selaku Ketua
Program Studi Teknologi Hasil Ternak. Dr. Muhammad Irfan Said, M,Sc
selaku Sekertaris Program Studi Teknologi Hasil Ternak.
4. Dr. Ir. R.r.Sri Rachma Aprilita Bugiwati, MSc selaku Penasehat Akademik
yang memberi banyak nasehat selama penulis kuliah di Fakultas Peternakan.
5. Semua Dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang sangat
berjasa telah membagi ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
6. Kedua kakak kandung penulis Hj. Andi Rahma Asry, SE dan Hj. Andi
Nurhidayah Asry, Amd beserta suami dan anak-anaknya yang selalu
menyayangi, membantu dan menyemangati penulis sampai hari ini.
7. Teman-teman Se-Angkatan dan seperjuangan BAKTERI 08 terkhusus
kepada THT 08 Muhammad Adriansyah, Muhammad Azhar, Metha
Meriska, Irmawati, Sitti Nursayang dan yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu yang banyak membantu dan telah menjadi penyemangat penulis
selama berkuliah.
8. Terkhusus kepada Mauliaksa yang dengan setia menemani selama proses
penelitian dan pengerjaan penulisan ini, serta sabar membantu, memberi
semangat dan doa kepada penulis, terimakasih sebesar-besarnya.
9. Kepada keluarga bapak H. Muin yang mana beliau sudah memberi
kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian di peternakan milik
beliau yang mana di sana saya banyak dibantu oleh Maming, ibu Hafsa,
Imma, Dandi, Ilyas dan Uni, mereka adalah keluarga baru penulis.
10. Ayu Wulandari, Ria Asti Kartini, Widya Astuti, Vina Pratiwi, Ayu
Purwanda, Eka Yustika yang mana telah memberi semangat dan dukungan
besar bagi penulis selama hidup bersama dalam satu atap.
11. Semua pihak yang telah membantu selama ini, yang terlalu banyak jika
disebutkan satu per satu, penulis ucapkan terimakasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan tapi
semuanya telah penulis lakukan dengan sebaik-baiknya demi kesempurnaan
skripsi ini. Penulis membuka diri terhadap kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini dan demi kemajuan ilmu pengetahuan nantinya.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
bagi penulis sendiri. Amin ya Allah.
ANDI SYAMSURIANI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................
HALAMAN JUDUL........................................................................................
LEMBAR KEASLIAN.....................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................
ABSTRAK........................................................................................................
ABSTRACT.....................................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
PENDAHULUAN............................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................
Tinjauan Umum Telur Ayam .............................................................
Kualitas Telur Ayam Ras...................................................................
Bobot Normal Telur Ayam Ras .........................................................
Kerusakan Yang Terjadi Pada Telur Saat Transportasi......................
Keadaan Sarana Transportasi ............................................................
METODE PENELITIAN.................................................................................
Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................
Materi Penelitian ...............................................................................
Rancangan Penelitian.........................................................................
Prosedur Penelitian ...........................................................................
Parameter yang Diukur .....................................................................
Analisis Sampel dan Pengambilan Data ...........................................
Analisa Data ......................................................................................
vii
28
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
Teks
1.Kandungan Gizi Telur Ayam ...................................................................
4
2.Grading Telur Berdasarkan Ukuran Berat ..............................................
9
3.Standar Mutu Fisik Telur Ayam Konsumsi .............................................
10
4.Nilai Rata-rata Persentase Penyusutan Berat Telur..................................
18
5.
6.
7.
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
Teks
1.
2.
3.
4.
5.
Dokumentasi Penelitian........................................................................
38
PENDAHULUAN
Telur merupakan salah satu bahan makanan yang berasal dari ternak
unggas, yang memiliki gizi yang tinggi karena mengandung zat-zat yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral, serta
memiliki daya cerna yang tinggi setelah fase reproduksi.
Telur merupakan produk yang mudah rusak, kerena memiliki sifat mudah
pecah dan kualitasnya cepat merubah baik dalam proses transportasi maupun
selama penyimpanan. Dalam proses pengangkutan telur ayam ras ini,
menggunakan wadah telur (egg tray) yang berbahan plastik dan berbahan kertas
daur ulang dimana pemakaian egg tray ini dirasa perlu, terutama untuk
kepentingan pengiriman sehingga meminimkan kerusakan yang terjadi pada telur
ayam ras pada saat proses transportasi.
Dalam proses transportasi telur ayam ras yang menggunakan mobil box
dari Kabupaten Sidrap hingga kota Makassar menempuh jarak 215 km atau
sekitar 6 jam, dimana dalam proses pengangkutannya banyak mengalami berbagai
kendala yang memungkinkan kualitas dan kuantitas dari telur ayam ras menurun.
Misalnya terjadi penyusutan dan pecah akibat banyaknya telur yang bertumpuktumpuk, jalanan yang rusak, kondisi wadah/rak yang sudah tidak layak pakai,
serta kondisi cuaca yang sering berubah-ubah. Kerusakan juga bisa disebabkan
oleh faktor mekanis seperti guncangan, benturan dan hentakan pada saat mobil
mengerem, sehingga mengakibatkan kerusakan interior pada telur saat
transportasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Telur Ayam
Telur merupakan salah satu produk pertanian yang berasal dari unggas.
Sesuai dengan sifat dasarnya, telur mempunyai sifat mudah rusak (perishable)
seperti halnya produk-produk pertanian yang lain. Ada beberapa kerusakan telur
yang menyebabkan kualitas telur menurun antara lain : pecahnya cangkang telur,
kehilangan gas CO2, tumbuhnya mikroorganisme dan pengenceran isi telur
(Shofiyanto, dkk, 2008).
Menurut Djanah (1990) setiap telur mempunyai struktur yang sama, terdiri
dari tiga komponen utama, yaitu :
1. Kulit telur (egg shell) sekitar 11% dari total berat telur
2. Putih telur (albumen) sekitar 57% dari total berat telur
3. Kuning telur (yolk) sekitar 32% dari total berat telur
Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang
populer dan sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan
masyarakat dapat mengkonsumsi telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani. Hal ini dikarenakan ayam ras relatif murah dan mudah diperoleh
serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan (Lestari, 2009).
Disamping merupakan bahan makanan yang sempurna, telur juga
merupakan produk yang mudah rusak, kerena memiliki sifat mudah pecah dan
kualitasnya cepat merubah baik dalam proses transportasi maupun selama
penyimpanan (Umar, dkk, 2000).
yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan mudah
dicerna. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Kandungan gizi sebutir telur ayam
dengan berat 50 g terdiri dari 6,3 g protein, 0,6 g karbohidrat, 5 g lemak, vitamin
dan mineral (Sudaryani, 2003).
Kandungan gizi telur ayam selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Gizi Telur Ayam
Komponen
Protein
10,9
16,5
Lemak
sedikit
32,0
Hidrat arang
1,0
1,0
Air
87,0
49,0
kulitnya. Kulit telur juga memiliki pori-pori sehingga oksigen dan karbon
dioksida bisa masuk serta hawa lembab keluar.
3. Putih telur terbuat dari protein yang disebut albumen dan juga mengandung
niasin (vitamin B3), riboflavin (vitamin B2), klorin, magnesium, potasium,
sodium dan sulfur. Putih telur ini mengandung 57 persen dari protein telur.
4. Terkadang ada sedikit darah dalam telur. Darah ini berasal dari pembuluh
darah di kuning telur yang pecah. Namun, telur ini tetap aman dikonsumsi.
Kualitas Telur Ayam Ras
Kualitas telur dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu kualitas telur
bagian luar dan kulitas bagian dalam. Kualitas telur bagian luar meliputi bentuk,
warna, tekstur, keutuhan dan kebersihan kerabang, sedangkan kualitas telur bagian
dalam meliputi kekentalan putih telur, warna kuning telur, posisi kuning telur serta
ada tidaknya bintik darah pada kuning dan putih telur (Sarwono, 1994).
Kualitas merupakan ciri-ciri dari suatu produk yang menentukan derajat
kesempurnaan yang akan mempengaruhi penerimaan konsumen. Mutu telur utuh
dapat dinilai dengan cara candling yaitu meletakkan telur dalam jalur sorotan
sinar yang kuat sehingga memungkinkan penemuan keretakan pada kulit telur,
ukuran serta gerakan kuning telur, ukuran kantung udara, bintik-bintik darah,
bintik-bintik daging, kerusakan oleh mikroorganisme dan pertumbuhan benih
(Romanoff dan Romanoff, 1963).
Menurut Winarno (1993), Klasifikasi telur dibagi atas empat kualitas, yaitu :
-
Kualitas AA
Kulit telur untuk kualitas ini harus bersih, tidak retak atau berkerut, bentuk
kulit normal dan halus. Rongga udara di dalam telur sepanjang 0,32 cm.
Rongga udara berada di bagian tumpul dan tidak bergerak-gerak. Putih telur
harus bersih dan encer. Kuning telurnya dan tanpa kotoran.
Kualitas A
Kulit telur juga harus bersih, tidak retak atau berkerut, mulus dan normal.
Rongga udara 0,48 cm dan terdapat bagian tumpul dari telur. Putih telur bersih
dan agak encer. Kuning telur normal dan bersih.
Kualitas B
Kulit telur bersih, tidak pecah/retak dan agak tidak normal, misalnya sedikit
lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur bersih dan lebih encer.
Kuning telur normal tetapi ada bercak yang normal.
Kualitas C
Kulit telur bersih dan sedikit kotor, kulit tidak normal. Rongga udara sebesar
0,95 cm. Putih telur sudah encer, ada telur yang berbentuk tidak normal.
Kuning telur sudah mengandung bercak-bercak, bentuk telur tidak normal atau
pipih.
Indeks telur dapat dikategorikan menjadi bentuk lonjong, oval, dan bulat.
Hal ini didukung oleh Djanah (1990), bahwa bentuk telur yang baik adalah berupa
elips yang asimetris atau yang disebut berbentuk oval cossini dengan ujung yang
satu harus lebih tumpul dari ujung yang lain. Romanoff dan Romanaff (1963)
menyatakan bahwa telur yang panjang dan sempit relative akan mempunyai
indeks yang lebih rendah, sedangkan telur yang pendek dan luas walaupun
ukurannya kecil atau besar akan mempunyai indeks yang lebih besar.
Indeks putih telur merupakan perbandingan antara tinggi putih telur
dengan rata-rata garis tengah panjang dan pendek putih telur. Dalam telur yang
baru ditelurkan nilai ini berkisar antara 0,050 dan 0,174, meskipun biasanya
berkisar antara 0,090 dan
Indeks kuning telur adalah perbandingan antara tinggi kuning telur dengan
garis tengahnya, dimana indeks kuning telur segar beragam antara 0,33 dan 0,55
dengan nilai rata-rata 0,42, dengan bertambahnya umur telur, indeks kuning telur
akan menurun akibat bertambahnya ukuran garis tengah kuning telur sebagai
akibat perpindahan air (Buckle, dkk 1987).
Kesegaran isi telur merupakan kondisi di mana bagian kuning telur dan
putih telur yang kental berada dalam keadaan membukit apabila telur dipecahkan
dan isinya diletakkan diatas permukaan datar dan halus, misalya kaca. Penetapan
kesegaran isi telur dapat dilakukan dengan metode subjektif (candling) dan cara
objektif (memecah telur) untuk menentukan telur baru atau lama (Winarno dan
Koswana, 2002).
Haugh unit ditentukan berdasarkan keadaan putih telur, yaitu merupakan
korelasi antara bobot telur (gram) dengan tinggi putih telur (mm). Beberapa
pendapat menyatakan semakin lama telur disirnpan, semakin besar penurunan
HU, indkes putih telur dan berkurangnya bobot telur karena terjadi penguapan air
dalam telur hingga kantong udara bertambah besar (Haryono, 2000).
Penentuan mutu telur yang terbaik adalah dengan cara menentukan indeks
Haugh. Penentuan kualitas telur cara ini ditemukan oleh Raymond Haugh tahun
1937. Untuk telur segar atau baru ditelurkan nilainya 100, sedangkan untuk telur
dengan mutu terbaik nilainya 75. Telur-telur yang busuk nilainya di bawah 30
(Purnomo dan Adiono, 1985).
Bobot Normal Telur Ayam Ras
Berat dan bentuk telur ayam ras relatif lebih besar dibandingkan dengan
telur ayam buras. Telur ayam ras yang normal mempunyai berat 57,6 g per butir
dengan volume sebesar 63 cc (Rasyaf, 2004). Bentuk telur dipengaruhi oleh
bentuk oviduct pada masing-masing induk ayam, sehingga bentuk telur yang
dihasilkan akan berbeda pula. Bentuk telur biasanya dinyatakan dengan suatu
ukuran indeks bentuk atau shape index yaitu perbandingan (dalam persen) antara
ukuran lebar dan panjang telur. Ukuran indeks telur yang baik adalah sekitar 7075 (Djanah, 1990).
Dalam BSN (2008) SNI 01-3926-1995 Telur ayam segar untuk konsumsi
terdapat standar bobot telur sebagai berikut :
a. Kecil (<50 g)
b. Sedang (50 g sampai dengan 60 g)
c. Besar (>60 g)
Klasifikasi Standart Berat Telur di Jepang adalah sebagai berikut : Ukuran
Jumbo (> 76 g), Extra large (70-77 g), Large (64-70 g), Medium (58.64 g),
Medium Small (52-58 g) dan Small (< 52 g). Telur yang berukuran kecil memiliki
kualitas isi yang tinggi dibanding telur yang besar. Standar ukuran dalam
pemasaran telur adalah 56,7 gram per butir (Sumarni dan Nan Djuarnani, 1995).
Di berbagai pasar, pembeli diberi keluasaan memilih sendiri, mau telur
yang besar atau yang kecil. Berdasarkan beratnya, grading telur umumnya
menghasilkan klasifikasi telur dengan sebutan telur jumbo, telur ekstra besar, telur
besar, telur ukuran sedang, telur kecil, dan telur kecil sekali yang dapat di lihat
dibawah tabel :
Grading
Jumbo
70,5
Ekstra Besar
63,5 - 70,5
Besar
Sedang
Kecil
Kecil Sekali
Tabel 2. Grading Telur Berdasarkan Ukuran Berat
52,3 -63,6
42,9 52,2
34,4 42,8
34,3
2.
3.
Faktor Mutu
Kondisi Kerabang
a. Bentuk
b. Kehalusan
c. Ketebalan
d. Keutuhan
e. Kebersihan
Tingkatan Mutu
Mutu II
Normal
Halus
Sedang
Utuh
Sedikit noda
kotor
Kondisi Kantung Udara (di lihat dengan peneropong)
a. Kedalaman
<0,5 cm
0,5 cm-0,9 cm
kantong udara
b. Kebebasan
Tetap
Bebas bergerak
bergerak
ditempatnya
Kondisi putih telur
a. Kebersihan
Normal
Halus
Tebal
Utuh
Bersih
Mutu III
Abnormal
Sedikit Kasar
Tipis
Utuh
Banyak noda dan
sedikit kotor
>0,9 cm
Bebas bergerak dan
dapat terbentuk
gelembung udara
Bebas bercak
darah, atau
benda asing
lainnya
Kental
Bebas bercak
darah, atau
benda asing
lainnya
Sedikit encer
c. Indeks
Kondisi Kuning Telur
a. Bentuk
b. Posisi
0,134-0,175
0,092-0,133
Bulat
Di tengah
c. Penampakan batas
Tidak jelas
Agak pipih
Pipih
Sedikit bergeser Agak kepinggir
dari tengah
Agak jelas
Jelas
d. Kebersihan
Bersih
Bersih
b. Kekentalan
4.
Mutu I
e. Indeks
0,458-0,521
5.
Bau
Khas
Sumber: SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008).
0,394-0,457
Khas
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian mengenai studi pengaruh lokasi penempatan rak telur dalam
mobil box selama pengangkutan terhadap kualitas telur dilaksanakan pada bulan
Juli sampai dengan Agustus 2012 dari Kecamatan Panca Lautang, kabupaten
Sidrap ke kota Makassar.
Materi Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan 5 kali proses pengangkutan dengan
mengambil sekitar 125 butir telur ayam ras sebagai sampel pengamatan kualitas
interior dan kuantitas telur selama proses transportasi.
Alat yang di gunakan pada peneltian ini adalah adalah timbangan, cawan
petri, jangka sorong, spidol, rak telur, thermometer, tissue dan alat tulis-menulis.
Rancangan Penelitian
Dti1
yaitu :
Dta1
Dt
Dti2
Dt
: Diagonal tengah
Dta1
Dta2
Dti2
Dta2
Faktor B : Susunan pengambilan sampel yang diamati dari 35 rak keatas sebagai
berikut :
Rak ke 35
Rak 1 = Rak dasar
Rak 9 = Rak ke-9
Rak ke 27
Rak ke 18
Rak ke 1
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dimulai pada pukul 16.00 wita yaitu pemungutan telur
terakhir dengan mengambil sendiri sampel berupa 125 butir telur kemudian
meletakkan ke rak-rak telur yang telah di tandai sebelumnya dengan pemberian
warna yang berbeda dan menimbang berat telur per 30 butir, setelah itu telur-telur
dalam rak karton yang telah ditandai disusun kedalam mobil box berdasarkan titik
pengambilan
sampel
kemudian
diangkut
sekitar
pukul
20.00
wita,
pengujian kualitas telur dengan cara mengukur indeks Yolk dan Indeks Albumen
setelah pengangkutan.
a
b
a
b
j = 1,2,3,4,5
k =1,2,3,4,5
Keterangan :
Yijk
i = Pengaruh letak wadah peyimpanan telur dalam mobil box ke i dari faktor A
j = Pengaruh tinggi penyusunan rak selama proses transportasi ke j dari faktor B
()ij= Pengaruh interaksi taraf ke i dan taraf ke j
ijk = Pengaruh galat percobaan
Hasil penelitian pengaruh lokasi penempatan rak telur dalam mobil box
selama pengangkutan terhadap rata-rata nilai persentase penyusutan berat telur
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata nilai persentase (%) penyusutan berat telur berdasarkan lokasi
dan tinggi penempatan rak telur dalam mobil box .
RataTinggi Rak Ke
rata
Lokasi
1
9
18
27
35
Kanan depan
0,844
0,866
0,871
0,884
0,892
0,871a
Kanan belakakang
0,845
0,833
0,781
0,800
0,780
0,808b
Tengah
0,828
0,845
0,858
0,894
0,846
0,854 a
Kiri depan
0,874
0,829
0,866
0,849
0,863
0,856 a
Kiri belakang
0,883
0,841
0,832
0,842
0,844
0,848 a
Rata-rata
0,855
0,843
0,842
0,854
0,845
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata antara perlakuan (P<0.05)
Analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa lokasi penempatan rak
telur dalam proses pengangkutan telur dari Sidrap ke Makassar berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap persentase penyusutan berat telur. Rata-rata persentase
penyusutan berat telur menunjukkan bahwa pada penempatan lokasi penyusunan
rak telur pada kanan belakang menunjukkan nilai penyusutan yang paling rendah
dibanding dengan yang lainnya, yang mana lokasi tersebut berada pada bagian
kanan belakang mobil, hal ini dikarenakan bagian tersebut mengalami guncangan
dan hentakan yang ditimbulkan cukup banyak atau besar selama proses
transportasi sehingga menyebabkan terjadinya penyusutan persentase berat telur
yang lebil kecil dibanding dari ke empat titik lokasi penempatan rak telur lainnya.
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan bahwa lokasi kanan
belakang berbeda nyata (P<0,05) terhadap penyusutan berat telur dari penempatan
rak telur lainnya dalam mobil box selama proses transportasi berlangsung yang
mana pada bagian kanan depan dan kanan belakang memiliki nilai rata-rata 0,839
yang tidak jauh berbeda dengan nilai rata-rata pada bagian tengah yaitu sebesar
0,854 dan begitupula pada bagian kiri depan dan kiri belakang yang memiliki
rata-rata sebesar 0,852.
Pengaruh tinggi penyusunan rak telur terhadap nilai persentase penyusutan
berat telur
Analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa tinggi penyusunan rak
telur dalam proses pengangkutan telur dari Sidrap ke Makassar tidak berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap persentase penyusutan berat telur. Rata-rata hasil
pengamatan mengenai pengaruh
persentase penyusutan berat telur menunjukkan bahwa pada rak 1 atau dasar
menunjukkan nilai penyusutan terbesar dibanding dengan yang lain, sedangkan
pada rak bagian tenggah yaitu rak ke-18 menunjukkan nilai rata-rata yang paling
rendah dibanding yang lainnya. Selisih antara nilai rata-rata penyusutan dari rak
paling bawah ke rak tengah yaitu sebesar 0,013. Hal ini menunjukkan bahwa
dimanapun letak tinggi penyusunan rak telur maka tidak akan menurunkan nilai
persentase penyusutan berat telur yang dihasilkan.
1
0,602
0,617
0,647
0,622
0,646
0,627
Tinggi Rak Ke
9
18
0,610
0,593
0,625
0,606
0,634
0,657
0,622
0,607
0,601
0,823
0,618
0,657
Rata-rata
27
0,601
0,614
0,655
0,606
0,628
0,621
35
0,617
0,603
0,629
0,591
0,592
0,606
0,605
0,613
0,644
0,610
0,658
yang menyatakan bahwa dalam telur yang baru ditelurkan nilai ini berkisar antara
0,050 dan 0,174, meskipun biasanya berkisar antara 0,090 dan 0,120.
Keretakan yang terdapat dalam mobil box selama proses pengangkutan
Hasil penelitian pengaruh lokasi penempatan rak telur dalam mobil box
selama pengangkutan terhadap rata-rata nilai keretakan telur selama pengankutan
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata nilai persentase (%) keretakan telur selama pengangkutan
berdasarkan lokasi dan tinggi penempatan rak telur dalam mobil box.
Rata-rata
Tinggi Penyusunan Rak
Lokasi
Di bawah18
Di atas 18
Kanan Depan
0,28
0,99
0,72
Kanan belakakang
1,55
0,33
0,94
Tengah
0,87
0,33
0,61
Kiri depan
0,67
0,33
0,50
Kiri belakang
0,67
1,67
1,16
0,81
0,73
0,79
Rata-rata
Keretakan telur juga bisa dipengaruhi oleh suhu yang tinggi dalam box
mobil, dimana suhu tersebut berkisar 29oC. Hal ini mendukung pendapat dari
Rice (1956) dalam Anonim (2003) yang menyatakan bahwa keadaan ruangan
dalam kendaraan yang akan digunakan untuk pengangkutan diusahakan tidak
terjadi akumulasi panas yang menyebabkan temperatur ruangan meningkat. Sebab
hal ini akan mempengaruhi kesegaran serta kualitas telur, terutama secara
interior.Kondisi jalan yang baik juga akan memperkecil resiko penurunan kualitas
telur selama transportasi. Kondisi jalan yang buruk dapat menyebabkan kerusakan
pada telur, misalnya pecah atau retak karena mendapat tekanan mekanis, benturan
atau terjatuh.
Temperatur lingkungan yang tinggi menyebabkan terjadinya penurunan
kualitas telur serta menyebabkan menurunnya aktivitas hormonal dalam
merangsang alat-alat reproduksi dan berakibat pada menurunnya kualitas putih
telur ataupun kualitas dari kuning telur (North, 1990).
Lokasi penempatan rak telur
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil yaitu dari
kelima titik sampel pengambilan data yang diamati dapat diketahui bahwa semua
lokasi penempatan rak telur dalam mobil box aman diletakkan dimana saja karena
tidak akan mempengaruhi kualitas telur secara signifikan. Dalam penyusunan rak
telur yang baik tidak akan mengakibatkan kerusakan yang begitu merugikan
selama proses transportasi berlangsung karena kerusakan yang ditimbulkan dalam
proses transportasi dari Sidrap ke Makassar tidak begitu besar, melainkan hanya
dari para pekerja yang menyusun rak telur yang kurang baik, hingga pada saat
telur-telur tersebut diturunkan ketangan konsumen, biasanya menyebabkan telurtelur tersebut jatuh, pecah dan rusak.
Keretakan atau pecahnya telur tidak banyak dipengaruhi oleh proses
transportasi, melainkan hanya dari kelalaian para pekerja saat menyusun dan
membongkar telur, adapun kondisi jalan dan pengepakan yang baik serta kuatnya
ikatan pada susunan rak telur saat proses transportasi berjalan akan memberikan
dampak pada kualitas telur yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011.
Serba-serbi
manfaat
telur
dan
kandungannya.
http://lordbroken.wordpress.com [Diakses pada tanggal 8 mai 2012].
Anonim. 2003. Proses Transportasi Telur dari Produsen ke Konsumen.
http://www.poultryindonesia.com. [Diakses pada tanggal 19 mai 2012].
Badan Standardisasi Nasional. SNI 01-3926-1995. Telur Ayam Segar untuk
Konsumsi. Badan Standardisasi
Nasional. Jakarta
Buckle,K, A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, and M Wotton. 1987. Ilmu Pangan.
Terjemahan : H. Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Djanah, D. 1990. Beternak ayam. CV. Yasaguna, Cetakan kedua, Surabaya.
Haryanto, R. 2007. Pengaruh Wadah dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas
Telur Ayam Ras. Skripsi. Makassar.
Haryono. 2000. Langkah-Langkah Teknis Uji Kualitas Telur Konsumsi Ayam Ras.
Balai Penelitian Ternak Bogor.
Lestari, P, I. 2009. Kajian Supply Chain Management: Analisis Relationship
Marketing Antara Peternakan Pamulihan Farm Dengan Pemasok Dan
Pelanggannya. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
North. 1990. Commercial Chicken Production Manual. The AVI Publishing
Company orth, M.O. 1990. C Inc, Wesport, Connecticut.
Purnomo, H., Adiono. 1985. Ilmu pangan. Universitas Indonesia Press, Cetakan
Pertama, Jakarta.
Rasyaf, M. 2004. Penyajian Makanan Ayam Petelur. Kanisius, Yogyakarta.
Romanoff, A.L. and A.J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. John Wiley and Sons,
Inc., New York.
Sarwono. B., B.A. Murtidjo dan A . Daryanto . 1985 . Telur Pengawetan dan
Manfaatnya .Seri Industri Kecil. Cetakan I. Penebar Swadaya, Jakarta
.
Sarwono, B. 1994. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. PT. Swadaya, Jakarta.
Tinggi
.8440
.09209
.8660
.06309
.8720
.09418
.8840
.09072
.8920
.04970
Total
.8716
.07498
25
.8440
.07797
.8320
.06058
.7800
.12961
.7980
.11862
.7800
.10198
Total
.8068
.09612
25
.8280
.05762
.8440
.06804
.8580
.03701
.8920
.05762
.8440
.02074
Total
.8532
.05162
25
.8720
.04087
.8280
.05718
.8640
.08849
.8480
.04087
.8640
.05128
Total
.8552
.05569
25
.8840
.02608
.8400
.05657
.8320
.04382
.8400
.07842
.8440
.04561
Total
.8480
.05188
25
.8544
.06172
25
.8420
.05752
25
.8412
.08541
25
.8524
.08222
25
.8448
.06647
25
Total
.8470
.07059
125
Total
Mean
Std. Deviation
Tabel Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:penyusutan
Source
Corrected
Model
df
Mean Square
Sig.
.109a
24
89.668
lokasi
.058
.015
2.859
.027
tinggi
.004
.001
.181
.948
lokasi * tinggi
.047
16
.003
.578
.893
Error
.509
100
.005
Total
90.286
125
.618
124
Intercept
Corrected Total
.005
.892
.611
89.668 1.762E4
.000
Lokasi
Multiple Comparisons
Dependent Variable:penyusutan
(J)
(I) lokasi lokasi
LSD
Lower Bound
Upper Bound
.0648
.02018
.002
.0248
.1048
.0184
.02018
.364
-.0216
.0584
.0164
.02018
.418
-.0236
.0564
.0236
.02018
.245
-.0164
.0636
-.0648
.02018
.002
-.1048
-.0248
-.0464
.02018
.024
-.0864
-.0064
-.0484
.02018
.018
-.0884
-.0084
-.0412
.02018
.044
-.0812
-.0012
-.0184
.02018
.364
-.0584
.0216
.0464
.02018
.024
.0064
.0864
-.0020
.02018
.921
-.0420
.0380
.0052
.02018
.797
-.0348
.0452
-.0164
.02018
.418
-.0564
.0236
.0484
.02018
.018
.0084
.0884
.0020
.02018
.921
-.0380
.0420
.0072
.02018
.722
-.0328
.0472
-.0236
.02018
.245
-.0636
.0164
.0412
.02018
.044
.0012
.0812
-.0052
.02018
.797
-.0452
.0348
-.0072
.02018
.722
-.0472
.0328
Homogeneous Subset
Penyusutan
Subset
lokasi
Duncana 2
25
25
.8480
25
.8532
25
.8552
25
.8716
Sig.
Sig.
Std. Error
*
Mean Difference
(I-J)
.8068
1.000
.293
tinggi
.60260
.071157
.61020
.047976
.59340
.080891
.60080
.044567
.61760
.096749
Total
.60492
.065427
25
.61720
.095468
.62500
.075256
.60620
.072005
.61380
.096740
.60280
.097420
Total
.61300
.080832
25
.64760
.089525
.63360
.103312
.65740
.106575
.65480
.110321
.62920
.137267
Total
.64452
.101532
25
.62260
.113960
.62180
.108716
.60760
.084772
.60600
.064622
.59100
.107958
Total
.60980
.090068
25
.64580
.108451
.60100
.093306
.82300
.457418
.62760
.086990
.59180
.091075
Total
.65784
.220028
25
.62716
.090186
25
.61832
.081633
25
.65752
.218052
25
.62060
.079159
25
.60648
.099187
25
Total
.62602
.124414
125
Total
Mean
Std. Deviation
Tabel Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:yolk
Source
Corrected
Model
df
Mean Square
Sig.
.245a
24
48.987
lokasi
.056
.014
.834
.507
tinggi
.037
.009
.547
.702
lokasi * tinggi
.153
16
.010
.571
.899
Error
1.674
100
.017
Total
50.906
125
1.919
124
Intercept
Corrected Total
.010
.611
.917
48.987 2.926E3
.000
tinggi
.05220
.012276
.06260
.008142
.06220
.015991
.06260
.013759
.05920
.010521
Total
.05976
.012056
25
.05880
.011946
.06220
.011100
.06000
.004899
.05540
.012720
.05800
.016718
Total
.05888
.011274
25
.07020
.018953
.06340
.013221
.06400
.014629
.06580
.018445
.05200
.012826
Total
.06308
.015705
25
.05500
.016778
.05300
.014018
.05460
.011845
.05540
.012837
.04920
.011256
Total
.05344
.012530
25
.05520
.011649
.05820
.010849
.05180
.013664
.06180
.016300
.05700
.012166
Total
.05680
.012396
25
.05828
.014828
25
.05988
.011348
25
.05852
.012607
25
.06020
.014312
25
.05508
.012389
25
Total
.05839
.013074
125
Total
Mean
Std. Deviation
Tabel Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:albumin
Source
df
Mean Square
Corrected Model
.003a
24
Intercept
.426
lokasi
.000
Sig.
.717
.823
.426 2.357E3
.000
.001
.000
1.768
.141
tinggi
.000
.000
.570
.685
lokasi * tinggi
.001
16
8.890E-5
.492
.946
Error
.018
100
.000
Total
.447
125
Corrected Total
.021
124
Rata-rata
0.56
0.82
0.00
0.82
1.38
0.72
1.11
1.93
1.11
0.00
0.56
0.94
0.56
0.82
0.00
0.00
1.67
0.61
0.82
0.00
0.00
1.11
0.56
0.50
1.38
0.00
0.56
3.05
0.82
1.16
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Keretakan
Lokasi Tinggi
1
Mean
Std.
Deviation
.9318
.30782
1.1624
.41572
Total
1.0471
.36564
10
1.3846
.41299
.8588
.33944
Total
1.1217
.45145
10
1.0694
.55265
.8588
.33944
Total
.9641
.44640
10
1.0078
.43324
.8588
.33944
Total
.9333
.37523
10
1.0442
.30782
1.3382
.67881
Total
1.1912
.52050
10
Total 1
1.0876
.40917
25
1.0154
.45249
25
Total
1.0515
.42850
50
Tabel Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Keretakan
Source
df
Mean Square
Sig.
Corrected
Model
1.667a
Intercept
55.281
Lokasi
.461
.115
.629
.645
Tinggi
.065
.065
.355
.555
Lokasi * Tinggi
1.141
.285
1.557
.204
Error
7.330
40
.183
Total
64.278
50
8.997
49
Corrected Total
.185
1.011
.448
55.281 301.677
.000