Anda di halaman 1dari 2

DONGENG ANAK HARIMAU

Siang itu matahari bersinar dengan teriknya menembus dedaunan hutan yang
lebat. Siang yang lenggang dan tenang itu tiba tiba dikacaukan oleh suara
gaduh yang muncul dari kedalaman hutan. Segerombolan ayam hutan yang
ketika itu sedang bersantai ria pun menjadi awas karena mendengar suara
itu. Semua ayam pergi mencari perlindungan sambil
mendengarkan dan
menerka nerka suara apa itu.
Beberapa saat kemudian terlihatlah segerombolan penghuni hutan yang
sedang berkejaran ada tiga Kancil, kambing, sapi yang tampak terengah engah
ketika berlari tampak berusaha mengejar ketertinggalannya. di bagian paling
depan dari gerombolan itu adalah seekor anak harimau namanya maumau.
Maumau si pengganggu ketenangan , si pembuat onar begitulah seantero hutan
menjulukinya. Satu hari tanpa kekacauan dihutan olehnya maka tidak akan
lengkap rasanya.
Ibu Si Maumau sangat memanjakannya bahkan Ibunya kerap kali membelanya
saat ia melakukan keonaran, bahkan tidak jarang ibunya malah memerahi
korban keonaran si Maumau. Dari kejahilan kecil hingga menjadi kejahatan
besar yang bisa membahayakan kehidupan hewan lain di hutan.
apa lagi kali ini yang dilakukannya , Tanya Induk ayam kepada Bapak ayam ,
entahlah sepertinya hari ini masalahnya cukup rumit anak itu selalu saja
membuat onar, Ujar Bapak ayam . hutan pun kembali tenang setelah
gerombolan hewan tadi lewat . beberapa saat kemudian munculah si Tuan
Monyet .
Ia bergelantungan sambil berteriak Si Maumau tertangkap, Si
Maumau tertangkap .
Ke ributan apa lagi kali ini tuan monyet, Tanya si Tuan Beo pada tuan
monyet ,. Kali ini habislah Ia kesalahannya Fatal sekali , Ia Mencuri di
ladangnya Pak Tani karena Ia beberapa petani jadi masuk kedalam hutan dan
memburu para kancil karena mengira merekalah dalang pengrusakan landang
mereka, ujar Tuan Monyet. Lalu apakah ada yang tertangkap , Tanya Pak
ayam . Syukurlah tidak ada karena para kancil berlari dengan sangat gesit
jelas Tuan Monyet. Lalu bagaimana keadaan Maumau sekarang dan apakah
dia akan di hukum Tanya Tuan Beo. Entalah besok akan di adakan rapat
untuk membahasanya , Kata Tuan Monyet.
Keesokan harinya suasana hutan menjadi tenang dan sangat lengang, tak
tampak satu hewan pun yang berkeliaran. Tak terdengar suara kicau burung
di atas dahan dahan pohon. Karena semua hewan hutan berkumpul
menyaksikan keputusan apa yang akan di ambil oleh para pemimpin hutan.
Tampaklah di sana berdiri dengan gagahnya Sang Raja hutan, dan juga si
Tuan burung hantu yang bertugas sebagai Penasihat Raja.
Setelah rapat yang cukup alot maka di putuskan Maumau akan di usir dari
hutan. Ibu Maumau tampak menjerit dan menanggis setelah medengar
putusan itu. Namun Si Maumau dengan sekonyong konyongnya berlari dan
berusaha menerkam ibunya untunglah Tuan gajah yang berdiri di dekatnya
dengan sigap menahanya. Huh, sudah akan di usir masih saja berbuat onar
dasar anak durhaka, cemooh si Ibu Kambing.
Dengan cakarnya yang tajam dan besar si Maumau menunjuk ibunya , kalau
bukan karena Ibu yang tidak pernah meneguruku saat aku berbuat salah,
memarahiku saat aku melakukan kenakalan bahkan memukulku kalau aku
berbuat onar maka hari ini aku tidak akan berdiri di sini, ini terjadi. dan
sekarang aku benar benar menyesal, ujar si Maumau sambil terisak.
Nasi telah menjadi bubur perbuatan yang telah dilakukannya tidak mungkin
begitu saja sirna. Si Maumau tetap harus bertanggung jawab. Maka Ia pun

harus menerima bahwa Ia harus segera pergi dari hutan itu. Ia di beri waktu
sampai matahari kembali keperaduannya untuk meninggalkan hutan.
Dari cerita di atas dapat kita ambil hikmahnya bahwa sekecil apapun teguran
dan wejangan yang di berikan orang tua ketika anaknya berbuat salah
sangatlah penting. Karena anak kecil tidak akan tahu perbuatannya salah atau
benar. Ketika Ia tumbuh dewasa dan menyadarinya semua kesadarannya itu
telah terlambat. Sebagaimanapun pertobatannya tetap ada hal yang harus ia
bayar karena perbuatannya terdahulu.

Anda mungkin juga menyukai