Bab Ii
Bab Ii
GEOMORFOLOGI
16
17
18
19
Sub Satuan
Pemerian
Dataran
Dataran Alluvial
Dataran Banjir
Dataran Rawa - rawa
Pegunungan
Lipatan
Lipatan Sinklin
Lipatan Antiklin
Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto udara,
terutama pada skala yang besar. Percabangan - percabangan dan erosi yang kecil
pada permukaan bumi akan tampak dengan jelas, sedangkan pada skala menengah
akan menunjukkan pola yang menyeluruh sebagai cerminan jenis batuan, struktur
geologi dan erosi. Pola pengaliran pada batuan yang berlapis sangat tergantung
pada jenis, sebaran, ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta geologi struktur
seperti sesar, kekar, arah dan bentuk perlipatan.
Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran
dasar dan pola pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu
daerah yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur
pengaliran tetap pengali. Biasanya pola pengaliran yang demikian
disebut sebagai pola pengaliran permanen (tetap).
2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan dari
pola dasar lainnya.
3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan yang
dibuat dari pola dasar setempat.
Hubungan pola dasar dan pola perubahan (modifikasi) dengan jenis batuan
dan struktur geologi sangat erat, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat
ditambah atau dikurangi.Van der Weg (1968) membuat klasifikasi pola pengaliran
menjadi pola erosional, pola pengendapan dan pola khusus. Pola dendritik (sub
dendritik), radial, angular (sub angular), tralis dan rektangular termasuk pola
erosional, sedangkan pola - pola lurus (elongate) , menganyam ( braided),
berkelok (meandering), yazoo, rektikular dan pola dikhotomik termasuk pola
pengendapan. Klasifikasi pola khusus dibagi menjadi pola pengaliran internal
seperti pola "sinkhole" pada bentuk lahan karst (gamping) dan pola "palimpset"
atau "berbed" untuk daerah yang dianggap khusus.
21
Dasar
Dendritik
Paralel
Trallis
Rektangular
Radial
Anular
kubah
kerucut,
cekungan
dan
22
Multibasinal
Modifikasi
Pinnate
percabangan
menyebar
seperti
pohon
Anastomatik
Menganyam(Dikhotomik)
Sub Paralel
Kolinier
perbukitan memanjang.
Kelurusan bentuklahan bermaterial halus dan beting
Sub Trallis
Direksional Trallis
Trallis Berbelok
Trallis Sesar
Angulate
Karst
pasir.
Bentuklahan memanjang dan sejajar
Homoklin landai seperti beting gisik
Perlipatan memanjang.
Percabangan menyatu atau berpencar , sesar paralel
Kekar dan / atau sesar pada daerah miring
Batugamping
23
2.3.1.
berikut:
1. Sungai Konsekuen
Adalah sungai yang memeiliki arah aliran yang sesuai dengan
kemiringan batuan daerah yang dilewatinya.
2. Sungai Subsekuen
Adalah sungai yang alirannya tegak lurus pada sungai
konsekuen dan pada sungai konsekuen, Adalah sungai yang mengalir
mengikuti arah strike batuan atau arah jurus perlapisan batuan pada
daerah dengan batuan yang kurang resisten, atau sungai yang mengalir
mengikuti kekar kekar dan sesar pada daerah dengan batuan yang
kristalin. misalnya sungai opak di yogyakarta.
3. Sungai Obsekuen
Adalah sungai yang mengalirnya berlawanan dengan arah
kemiringan lapisan batuan daerah tersebut dan merupakan anak sungai
subsekuen. Merupakan sungai yang arah alirannya berlawanan arah
dengan arah kemiringan perlapisan batuan, dan juga berlawanan arah
dengan arah sungai konsekuen. Sungai obsekuen umumnya hanya
pendek dengan gradien sungai yang curam, umumnya berupa anak
sungai yang mengalir melewatitebing gunung yang curam atau
escarpments.
2.3.2. Stadia Sungai
Hakekatnya aliran sungai terbentuk oleh adanya sumber air (hujan,
mencairnya es, dan mata air) dan adanya relief dari permukaan bumi.
Sungai-sungai juga mengalami tahapan geomorfik yaitu perioda muda,
dewasa, dan tua. Sungai muda dicirikan dengan kemampuan untuk
mengikis alurnya, dimana hal ini dapat terjadi jika gradien sungai cukup
terjal. Sungai muda biasanya sempit, dengan tebing terjal yang terdiri dari
24
batuan dasar. Gradien sungai yang tidak teratur (seragam) disebabkan oleh
variasi struktur batuan (keras- lunak).
Sungai pada stadium dewasa akan mengalami pengurangan gradien
sungai sehingga kecepatan aliran dan daya erosi (pengikisan) berkurang,
sehingga mulai terjadi pengendapan. Sungai demikian disebut dengan
graded. Jika sungai utama mengalami graded berarti telah tercapai
kedewasaan awal, dan jika cabang-cabang sungai tersebut juga telah
mengalami graded maka telah mencapai kedewasaan lanjut, dan jika aluralur sungai juga telah mengalami graded, maka sungai tersebut telah
mencapai perioda tua.
Pada sungai yang telah mencapai stadium dewasa terdapat dataran
banjir yang terbentuk dari pengendapan material klastis yang diendapkan
pada daerah di dekat sungai membentuk point bar. Pada sisi kiri kanan
sungai sering terbentuk akumulasi yang tebal sedimen sepanjang sungai
dan membentuk tanggul alam (natural levees). Jika arus aliran sungai
makin melemah, material klastis yang terbawa oleh aliran sungai akan
terendapkan pada tekuk lereng, sisi dalam meander, pertemuan antara dua
aliran sungai, dan perubahan gradien. Jika endapan aluvial sungai yang
telah terbentuk kemudian terkikis kembali oleh aliran sungai akan
terbentuk undak-undak sungai, dan merupakan peremajaan sungai pada
masa dewasa atau tua.
Jika aliran sungai dari mulut lembah di daerah pegunungan dan
kemudian memasuki wilayah dataran, maka material klastis yang
dibawanya akan terendapkan dan kemudian menyebar meluas dengan
sudut kemiringan makin melandai. Fraksi kasar akan terakumulasi di dekat
mulut lembah dan fraksi halus akan terdapat pada dataran, dan dikenal
dengan kipas aluvial. Kipas aluvial dapat terjadi pada kaki-kaki gunung
api, kaki tebing dari gawir, dll.
25
26
1. Sungai Subsekuen
Adalah sungai yang alirannya tegak lurus pada sungai konsekuen
dan bermuara pada sungai konsekuen, Adalah sungai yang mengalir
mengikuti arah strike batuan atau arah jurus perlapisan batuan pada daerah
dengan batuan yang kurang resisten, atau sungai yang mengalir mengikuti
kekar kekar dan sesar pada daerah dengan batuan yang kristalin.
misalnya sungai opak di yogyakarta.
2. Sungai Obsekuen
Adalah sungai yang mengalirnya berlawanan dengan arah
kemiringan lapisan batuan daerah tersebut dan merupakan anak sungai
subsekuen. Merupakan sungai yang arah alirannya berlawanan arah
dengan arah kemiringan perlapisan batuan, dan juga berlawanan arah
dengan arah sungai konsekuen. Sungai obsekuen umumnya hanya pendek
dengan gradien sungai yang curam, umumnya berupa anak sungai yang
mengalir melewati tebing gunung yang curam atau escarpments.
27