TINJAUAN PUSTAKA
I. Pneumotoraks
I.1. Definisi
Pneumotoraks adalah rongga pleura yang terisi udara.1
I.2. Epidemiologi
Pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar
40 tahun. Laki-laki lebih sering daripada wanita.1
I.3. Etiologi
Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan atau traumatik. Pneumotoraks
spontan primer tidak diketahui penyebabnya sedangkan penumotoraks spontan
sekunder dapat disebabkan oleh penyakit dasar seperti tuberkulosis paru aktif,
tuberkulosis paru disertai fibrosis, bronkitis kronis dan emfisema. Selain itu,
pneumotoraks pada wanita dapat terjadi saat menstruasi dan sering berulang.
Keadaan
ini
disebut
pneumotoraks
katamenial
yang
disebabkan
oleh
dibagi menjadi;
a. Pneumotoraks parietalis
b. Pneumotoraks medialis
c. Pneumotoraks basalis
I.4.3. Berdasarkan derajat kolaps
Berdasarkan derajat kolaps paru, pneumotoraks dibagi menjadi:
a. Pneumotoraks totalis
b. Pneumotoraks parsialis
Derajat kolaps paru pada penumotoraks totalis dapat dinyatakan dalam
persen dengan rumus sebagai berikut:
Luas hemitoraks (A x B) luas paru yang kolaps (a x b) : (A x B) x 100%.
I.4.4. Berdasarkan jenis fistel
Berdasarkan jenis fistel yang menghubungkan antara saluran pernapasan
dengan rongga pleura, pneumotoraks dibagi menjadi:
a. Pneumotoraks terbuka
Pneumotoraks terbuka yaitu suatu pneumotoraks di mana terdapat
hubungan antara rongga pleura dengan bronkus yang merupakan
bagian dari dunia luar. Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama
dengan tekanan barometer atau sama dengan tekanan udara luar. Pada
pneumotoraks terbuka tekan intrapleura sekitar nol.
b. Pneumotoraks tertutup
Pada pneumotoraks terteutup, rongga pleura tertutup sehingga tidak
ada hubungan dengan dunia luar. Udara yang berada di rongga pleura
tidak mempunyai hubungan udara luar. Tekanan di dalam rongga
pleura pada awalnya mungkin positif sedang/rendah, namun lambat
laun berubah menjadi negatif karena diserap oleh jaringan paru di
sekitar. Pada kondisi tersebut, paru belum mengalami re ekspansi,
sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya
sudah kembali negatif.
c. Penumotoraks ventil
Pneumotoraks ventil yaitu pneumotoraks dengan tekanan intrapleura
yang positif dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel
di pleura viseralis yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara
masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan selanjutnya
terus menjuju pelura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara
di dalam rongga pleura tidak dapat keluar. Akibatnya tekanan di dalam
rongga pleura makin lama makin tinggi.
Gambar 1. Pneumotoraks4
I.5. Patogenesis
Pleura merupakan satu lapis sel mesotelial, ditunjang oleh jaringan ikat,
pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening. Rongga pleura dibatasi
oleh lapisan tipis sel mesotelial, terdiri atas pleura parietalis dan pleura
viseralis. Pleura parietalis melapisi otot-otot dinding dada, tulang dan
kartilago, diafragma dan mediastinum, sangat sensitif terhadap nyeri. Pleura
viseralis melapisi paru dan menyusup ke dalam semua fisura dan tidak
sensitif terhadap nyeri. Rongga pleura individu sehat terisi cairan (10-20 ml)
berfungsi sebagai pelumas di antara kedua pelumas pleura.3
Pada waktu inspirasi tekanan intrapleura lebih negatif daripada tekanan
intrabronkial, maka paru mengembang mengikuti gerakan dinding toraks
sehingga udara dari luar dengan tekanan permulaan nol, akan terhisap masuk
melalui bronkus hingga mencapai alveol. Pada saat ekspirasi, dinding dada
menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi
daripada tekanan udara alveol maupun di bronkus, akibatnya udara akan
ditekan keluar melalui bronkus.1
Tekanan intrabronkial akan meningkat apabila ada tahanan pada saluran
pernapasan dan akan meningkat lebih besar lagi pada permulaan batuk,
Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak
menggetar. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila
tekanan intrapleura tinggi.
4) Auskultasi
Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang. Suara
napas terdengar amforik bila ada fistel bronkopleura yang cukup besar
pada pneumotoraks terbuka. Suara vokal melemah dan tidak menggetar
serta bronkofoni negatif.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan foto dada garis pleura viseralis tampak putih, lurus atau
cembung terhadap dinding dada dan terpisah dari garis pleura parietalis. Celah
antara kedua garis pleura tersebut tampak lusens karena berisi kumpulan udara
dan tidak didapatkan corakan vaskulaer pada daerah tersebut. Pada tension
pneumotoraks gambaran foto dadanya tampak jumlah udara pada hemitoraks
yang cukup besar dan susunan mediastinum yang bergeser ke arah
kontralateral.3
I.7. Diagnosis Banding
Pneumotoraks dapat memberi gejala seperti infark miokard, emboli paru dan
pneumonia.3
I.8. Komplikasi
Pneumotoraks dapat mengakibatkan kegagalan respirasi akut, piopneumotoraks, hidro-pneumotoraks/hemo-pneumotoraks, henti jantung paru dan
kematian. Pneumomediastinum dan emfisema subkutan dapat muncul sebagai
komplikasi pneumotoraks spontan, biasanya karena pecahnya esophagus atau
bronkus.3
I.9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumotoraks tergantung dari jenis pneumotoraks, derajat
kolaps dan berat ringannya gejala, penyakit dasar dan penyulit yang terjadi.2
a. Tindakan medis
Gejala umum TB paru adalah batuk produktif lebih dari 2 minggu yang disertai
gejala pernapasan (sesak napas, nyeri dada, hemoptisis) dan/atau gejala tambahan
(tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat malam dan mudah lelah).
Kasus TB adalah:5
a. Kasus TB pasti yaitu pasien TB dengan ditemukan Mycobacterium
tuberculosis complex yang diidentifikasi dari specimen klinik (jaringan, cairan
tubuh, usap tenggorok, dll) dan kultur. Pada Negara dengan keterbatasan
kapasitas laboratorium dalam mengidentifikasi M. tuberculosis maka kasus
TB paru dapat ditegakkan apabila ditemukan satu atau lebih dahak BTA
positif.
b. Seorang pasien yang setelah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk TB
sehingga didiagnosis TB oleh dokter maupun petugas kesehatan dan diobati
dengan paduan dan lama pengobatan lengkap.
II.2. Epidemiologi
WHO menyatakan bahwa 1/3 penduduk dunia telah terinfeksi kuman
Tuberkulosis. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB
baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB
dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 di Indonesia, penyakit
pada sistem pernapasan merupakan penyebab kematian kedua setelah sistem
sirkulasi. TB merupakan penyebab kematian pertama pada golongan penyakit
infeksi. WHO memperkirakan di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000
kematian akibat TB dan terdapat 550.000 kasus TB.5,6
II.3. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi bakteri M. tuberculosis, dan kadangkadang oleh M. bovis dan M. africanum. Mikroorganisme ini disebut juga sebagai
basil tahan asam. Penularan terjadi melalui udara (airborne spreading) dari
droplet infeksi. Sumber infeksi adalah penderita TB paru yang membatukkan
dahaknya, di mana pada pemeriksaan apusan dahak umumnya ditemukan BTA
positif. Batuk akan menghasilkan droplet infeksi (droplet nuclei). Pada sekali
10
batuk, dapat dikeluarkan 3000 droplet. Penularan umumnya terjadi dalam ruangan
dengan ventilasi kurang. Sinar matahari dapat membunuh kuman dengan cepat,
sedangkan pada ruangan gelap kuman dapat hidup. Risiko penularan infeksi akan
lebih tinggi pada BTA (+) dibandingkan BTA (-).5
II.4. Klasifikasi
Kasus TB diklasifikasikan berdasarkan:6
a. Letak anatomi penyakit
1) Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru.
Tuberkulosis milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena lesinya yang
terletak di dalam paru.
2) TB ekstraparu adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain paru
seperti pleura, kelenjar getah bening, abdomen traktus genitourinarius,
kulit, sendi, tulang dan selaput otak.
b. Hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi
1) Tuberkulosis paru BTA positif, apabila:
a) Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak
menunjukkan hasil positif pada laboratorium yang memenuhi syarat
quality external assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan
dahak tersebut berasal dari dahak pagi hari.
b) Pada negara atau daerah yang belum memiliki laboratorium dengan
syarat EQA, maka Tb paru BTA positif adalah:
- Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA positif, atau
- Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan didukung hasil
pemeriksaan foto toraks sesuai dengan gambaran TB yang
-
tuberculosis positif.
2) Tuberkulosis paru BTA negatif, apabila:
a) Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil kultur positif. Setidaknya
dua hasil pemeriksaan dahak BTA negatif pada laboratorium yang
memenuhi syarat EQA dan dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil
pemeriksaan dahak BTA negatif untuk memastikan diagnosis terutama
pada daerah dengan prevalensi HIV > 1% atau pasien TB dengan
kehamilan 5%.
11
b) Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negarif di daerah yang
belum memiliki fasilitas kultur M. tuberculosis, maka harus memenuhi
kriteria yaitu hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan
-
12
dan
menghancurkan
bakteri.
Activated
macrophage
13
14
dapat terjadi akibat daya tubuh yang lemah. Reinfeksi diartikan adanya infeksi
ulang pada seseorang yang sebelumnya pernah mengalami infeksi primer. TB post
primer umumnya menyerang paru, tetapi dapat pula di tempat lain di seluruh
tubuh umumnya pada usia dewasa. Karakteristik TB post primer adalah adanya
kerusakan paru yang luas dengan kavitas, apusan dahak BTA positif, pada lobus
atas, umumnya tidak terdapat limfadenopati intratoraks.
Tuberkulosis post primer dimulai dari sarang dini yang umumnya pada segmen
apikal lobus superior atau lobus inferior. Awalnya berbentuk sarang pneumonik
kecil. Sarang ini dapat mengalami salah satu keadaan sebagai berikut:
1) Diresorbsi dan sembuh dengan tidak meninggalkan cacat.
2) Sarang meluas, tetap segera mengalami penyembuhan berupa jaringan fibrosis
dan perkapuran. Sarang dapat aktif kembali membentuk jaringan kaseosa dan
bila dibatukkan menimbulkan kaviti.
3) Sarang penumonik meluas, membentuk jaringan kaseosa. Kaviti awalnya
berdinding tipis kemudian menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti akan
mengalami:
a) Meluas dan menimbulkan sarang penumonik baru
b) Memadat dan membungkus diri (tuberkuloma). Tuberkuloma dapat
mengapur dan sembuh, tapi dapat aktif kembali dan mencair menimbulkan
kaviti kembali.
c) Menyembuh (open healed cavity) atau menyembuh dengan membungkus
diri akhirnya mengecil. Kaviti dapat menciut dan tampak sebagai bintang
(stellate shape).
II.6. Diagnosis
II.6.1. Gejala Klinis
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratori dan
gejala sistemik.5
a. Gejala respiratori
1) Batuk 2 minggu
2) Batuk darah
3) Sesak napas
4) Nyeri dada
b. Gejala sistemik
1) Demam
2) Malaise, keringat malam, anoreksia dan berat bada menurun
II.6.2. Pemeriksaan Fisik
15
Pada TB paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru.
Pada permulaan perkembangan penyakit umumnya sulit sekali menemukan
kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama
daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2), serta daerah apeks lobus inferior
(S6). Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan suara napas napas bronkial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
diafragma dan mediastinum.5
II.6.3. Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman TB sangat penting dalam
menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal
dari dahak, cairan pleura, bilasan bronkus, kurasan bronkoalveolar dan jaringan
biopsi. Dahak diambil sebanyak 2 kali dengan minimal satu kali dahak pagi hari.
Pemeriksaan dapat dilakukan secara mikroskopis dan biakan.5
II.6.4. Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan foto toraks, TB dapat memberi gambaran bermacam-macam
bentuk. Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah:1
a. Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah.
b. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan.
c. Bayangan bercak milier
d. Efusi pleura unilateral umumnya atau bilateral (jarang)
Gambaran yang dicurigai lesi TB inaktif:
a. Fibrotik
b. Kalsifikasi
c. Schwarte atau penebalan pleura
II.7. Pengobatan
Obat anti tuberkulosis (OAT) harus diberikan dalam bentuk kombinasi
beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OATKombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) lebih menguntungkan dan sangat
dianjurkan. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT= Directly Observed Treatment) oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO).6
16
menunggu
2HRZES/HRZE/5HRE.
hasil
uji
kepekaan
diberikan
panduan
obat