masyarakat
tutur
untuk
bekerjasama,
berkomunikasi
dan
untuk
terdapat dalam
masyarakat.
Keanekaragaman
bahasa
dalam
Bahasa slang yang merupakan topik utama yang dibahas dalam penelitian ini
merupakan bagian dari ragam bahasa biasa/santai yang tersebut diatas. Menurut
Abdul Chaer dan Leonie yang dimaksud dengan slang adalah variasi sosial yang
bersifat khusus dan rahasia (2004 : 22). Artinya, variasi ini digunakan oleh kalangan
tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui oleh kalangan diluar
kelompok itu. Oleh karena itu, kosa kata yang digunakan dalam bahasa slang ini
selalu berubah-ubah. Slang memang lebih merupakan bidang kosakata daripada
bidang fonologi maupun gramatika .
Slang bersifat temporal, dan lebih umum digunakan oleh kaula muda, meski
kaula tua pun ada pula yang menggunakannya. Karena slang ini bersifat kelompok
dan rahasia, maka timbul kesan bahwa slang ini adalah bahasa rahasianya para
pencopet dan penjahat, padahal tidaklah demikian. Faktor kerahasiaan ini
menyebabkan pula kosakata yang digunakan dalam slang selalu beubah. Dalam hal
ini yang disebut bahasa prokem ( lihat Rahardjo dan Camber Loir 1988 : 72 ; juga
Kawira 1990 : 54 ) dapat dikatagorikan sebagai slang.
Bahasa Jepang sebagai salah satu bahasa yang diakui dunia internasional
juga memiliki dan mengenal variasi bahasa yang disebut slang dalam bahasa
Inggris, bahasa prokem dalam bahasa Indonesia dan disebut wakamono kotoba
( bahasa anak muda) di Jepang. Bahasa slang atau wakamono no kotoba di Jepang
telah lama ada, dimulai sejak jaman Edo dimana bahasa ini digunakan oleh
kelompok-kelompok tertentu, misalnya diantara kelompok para pedagang, kelompok
satuan militer, petani dan antar kelompok yang memiliki profesi atau lingungan yang
sejenis. Akan tetapi bahasa ini lebih banyak digunakan oleh kaum bandit/penjahat
sehingga ada anggapan pada awalnya bahasa ini merupakan bahasanya pelaku
kriminalitas. Hingga pada akhir jaman restorasi Meiji keberadaan bahasa ini masih
terdapat ditengah masyarakat, tetapi lebih sering digunakan oleh kaum yakuza /
mafia Jepang (www.senshigakuen.com)
misalnya
kekaguman,
ketidak
sukaan
dan
perasaan-perasaan
lainnya.Salah satu contoh untuk menyatakan kekaguman akan sesuatu kaula muda
diJepang akan mengatakan Kakkoii yang berarti keren atau hebat yang
padanannya dalam bahasa resmi atau bahasa baku ialah erai atau sugoi.
Beberapa wakamono kotoba diciptakan oleh komunitas remaja Jepang. Istilah-istilah
ini timbul dari apa yang mereka lihat dan rasakan. Contohnya kata daru-daru yang
berarti tsukaremashita (capek sekali). Kata ini muncul dari kata sifat darui yang
artinya merasa lemas, lemah Contoh lainnya adalah seperti kata tsuchitteiru yang
merupakan istilah atau sebutan untuk orang yang tidak suka dandan atau selalu
bermuka capek atau lelah, kata ini muncul dari kata tsuchi (tanah), karena orang
yang tidak berdandan atau capek terlihat kotor seperti tanah. Contoh kata
penggunaan kata lain ialah kata mimidanbo yang berarti dengarkan baik-baik, yang
berasal dari kalimat dandan kikimasu mendengar secara bertahap).
Prosa merupakan salah satu dari genre sastra, sesuai dengan objek
penelitian ini maka penulis mengambil salah satu bentuk dari prosa yaitu komik.
Kata komik diadopsi dari kata Comic dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Jepang
komik disebut mangga. Mangga sudah muncul sejak tahun 1930 yang tidak hanya
satu buku tetapi juga terdapat dalam beberapa jilid bersambung pada sebuah
gulungan kertas. Di Jepang komik dibagi menjadi 4 macam menurut kelompok
pembacanya, antara lain :
1. Komik dewasa (seijin mangga)
2. Komik remaja (seinen mangga)
Banyak pengarang senior dan junior yang menghasilkan karya besar, namun
untuk penelitian ini penulis menggunakan karya komikus Ghoso Aoyama dalam
komik Detective Conan yang merupakan komik import berbahasa Jepang untuk
menganalisa pengunaan bahasa slang di Jepang khususnya dikalangan remaja
Jepang. Komik ini menceritakan tentang seorang detektif remaja bernama Shinici
yang fisiknya berubah menjadi bocah SD setelah meminum racun yang diberikan
oleh musuhnya. Ia memulai petualangannya sebagai bocah dengan nama Conan,
yang selalu membantu memecahkan kasus-kasus kriminal di kepolisian yang
dipimpin oleh detektif senior Moori. Pada dasarnya hampir semua kasus dipecahkan
dan diselesaikan oleh Conan, tetapi ia menutupi identitas dirinya dan membiarkan
detektif Moori mendapat nama besar dari kasus yang terselesaikan.
orang dewasa dan anak-anak yang membacanya. Walau isi ceritanya cukup berat
untuk dikonsumsi anak-anak.
Dari komik tersebut nantinya penulis akan menganalisa penggunaanpenggunan wakamono kotoba yang terdapat dalam komik, jenis-jenisnya dan proses
pembentukan kata tersebut.
Hartman dan Strok (1972 : 65) membedakan variasi berdasarkan kriteria (a) latar
belakang geografi dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, (c) pokok
pembicaraan. Preston dan Shuy (1979 : 43) membagi variasi bahasa khususnya
bahasa Inggris Amerika berdasarkan (a) penutur, (b) interaksi, (c) kode dan (d)
realisasi. Halliday (1970, 1990 : 76) membedakan variasi bahasa berdasarkan (a)
pemakai yang disebut dialek, dan (b) pemakaian yang disebut register. Sedangkan
Mc David (1969 : 38) membagi variasi bahasa ini berdasarkan (a) dimensi regional,
(b) dimensi sosial, dan (c) dimensi temporal.
Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih sering menggunakan ragam bahasa
santai/biasa, bahkan dalam lingkungan pergaulan anak muda/remaja tak jarang
menggunakan ragam bahasa prokem/gaul. Penggunaan kosakata bahasa ini
diperoleh dari berbagai macam sumber seperti, pergaulan sehari-hari, multi media
(televisi, majalah, komik dll). Sebagai negara yang memiliki tingkat produktivitas
komik yang tinggi, komik dalam kehidupan remaja/anak
Universitas Sumatera Utara
muda di Jepang cukup berpengaruh. Dalam hal ini sesuai dengan topik bahasan
penulis yaitu pemakaian wakamono no kotoba dalam sebuah komik original Jepang.
Dari uraian diatas dapat kita ambil suatu masalah yang berkaitan dengan apa yang
ingin diangkat oleh penulis. Yaitu variasi bahasa berdasarkan penuturnya yang
disebut sosiolek, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, status,
golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Dalam hal ini bahasa slang adalah
pembahasan yang termasuk didalamnya.
Adapun permasalahan yang ingin saya bahas adalah :
1. Wakamono no kotoba apa saja yang terdapat dalam komik Detective Conan.
2. Bagaimana pembentukan kosakata wakamono no kotoba dalam komik Detective
Conan.
3. Bagaimana ciri khas wakamono no kotoba dalam komik Detective Conan.
sosiolinguistik
sebagai
cabang
linguistik
yang
berusaha
menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri variasi tesebut
dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan.
Harman dan Stork (1972 : 65) membedakan variasi berdasarkan kriteria (a)
latar belakang geografi dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, dan (c)
pokok pembicaraan. Remaja dan anak muda (13-24 tahun) merupakan bagian dari
masyarakat tutur yang memiliki bahasa-bahasa tersendiri. Bahasa-bahasa tersebut
lebih merupakan kosakata dari pada pola-pola kalimat. Kita mengenal bahasa
tersebut dengan sebutan bahasa gaul, bahasa slang di Inggris dan wakamono no
kotoba di Jepang. Yang dimaksud dengan bahasa slang adalah variasi sosial yang
bersifat khusus dan rahasia. Slang bersifat temporal sehingga kosakata yang
digunakan sering berubah-ubah (Kawira 1990 : 54). Dari pandangan teori diatas
dapat diketahui bahasa memiliki bentuk yang beragam, dan keragaman ini
dipengaruhi banyak faktor yang salah satunya latar belakang sosial dari penutur
bahasa. Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang paling sesuai digunakan
dalam melihat studi kasus tentang ragam bahasa, termasuk ragam bahasa prokem.
Menurut Wellek dalam Melani Budianto (1997 : 39) bahwa sastra adalah lembaga
sosial yang memakai medium bahasa dalam menampilkan gambaran kehidupan dan
kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial.
Menurut Jan Van Luxemburg (1986 :23,24) sastra dapat dipandang sebagai suatu
gejala sosial. Sastra yang ditulis pada kurun waktu tertentu dapat mencerminkan
kenyataan dalam masterakat dan merupakan sarana untuk memahaminya. Untuk
membuktikan bahwa dalam komik yang dipakai sebagai bahan penelitian terdapat
budaya/trend/gejala sosial mengenai penggunaan wakamono no kotoba, maka
penuliis menggunakan teori Semiotika.
Menurut Jan Van Luxemburg (1992 : 46) bahwa Semiotik adalah ilmu yang
mempelajari tanda-tanda, lambang dan proses perlambangan. Ilmu tentang semiotik
ini menganggap bahwa fenomena sosial maupun masyarakat dan kebudayaan itu
merupakan tanda-tanda. Dengan menggunakan teori-teori dari ilmu tersebut penulis
akan melihat, mempelajari tanda-tanda atau perlambangan yang terdapat pada
komik Detective Conan yang menjadi studi kasus pada penelitian ini. Sehingga
dapat menangkap dan menganalisa tanda-tanda dan perlambangan yang menjadi
fenomena, yang kemudian dihubungkan dengan masalah atau gejala sosial yang
ada.
J. A . Fishman (1974 : 4) berpendapat bahwa Sosiolinguistik adalah kajian tentang
ciri khas variasi bahasa , fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena
ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain
dalam satu masyarakat tutur. Hal ini sejalan dengan kajian yang dianalisis dalam
penelitian ini, yaitu menganalisis tentang variasi bahasa, dimana wakamono kotoba
merupakan salah satu dari variasi bahasa yang ada, dan kemudian menemukan ciri
khas dari pembentukan wakamono kotoba tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Metode deskriptif, yaitu suatu metode yang dipakai untuk memecahkan dengan cara
mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji dan menginterpretasi
data.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Koentjaraningrat (1976 : 30) bahwa penelitiaan yang bersifat deskriptif yaitu
memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala,
atau kelompok tertentu.
Mulyadi
(2004
59)
mengatakan
bahwa
deskriptif
adalah
tulisan
yang