ARTIKEL
Oleh :
LUTHFIANA APRILIANITA SARI
KARANGANYAR JAWA TENGAH
Artikel Ilmiah Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
LUTHFIANA APRILIANITA SARI
NIM. 060510193 P
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing Pertama
Pembimbing Kedua
Mengetahui,
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Dekan,
Pendidikan
Perikanan,
Fakultas
Perikanan
dan Kelautan,
Materi Penelitian
Materi penelitian yang akan digunakan terdiri atas bahan dan alat penelitian.
Bahan penelitian yang digunakan adalah S. platensis, FeCl3, blotong kering,
vitamin B12, air laut dan air tawar, aquades, alkohol, khlorin dan Na Thiosulfat.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah toples kaca, aerator, selang
aerator, gelas ukur, erlenmeyer, pipet tetes, pipet volume, mikroskop, Sedgewich
Rafter (50 mm x 20 mm x 1 mm), Handtally Counter, autoclave, oven,
refraktometer, kertas pH, termometer, timbangan digital analitik, lampu TL,
kapas, gabus, corong air, kasa, aluminium foil dan kertas saring.
Metode Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL), sebab dalam penelitian ini semua dikondisikan sama, kecuali perlakuan
yaitu konsentrasi FeCl3 (Kusriningrum, 2008). Penelitian ini menggunakan media
kultur dengan konsentrasi blotong kering 0,5 ppm yang ditambah dengan vitamin
B12 10 g/L. Perlakuan FeCl3 A (9 M FeCl3), B (10 M FeCl3), C (11 M FeCl3),
D (12 M FeCl3), E (13 M FeCl3), F (14 M FeCl3), G (15 M FeCl3) dan H
(tanpa penambahan FeCl3). Setiap perlakuan mendapat ulangan sebanyak tiga
kali.
Prosedur Kerja
A. Persiapan Penelitian
Rusyani dkk. (2007) menyatakan, kultur skala laboratorium merupakan kultur
yang murni atau monospesies sehingga harus diawali dengan proses sterilisasi.
Air laut yang akan digunakan untuk kultur disterilisasi menggunakan larutan
khlorin. Air laut terlebih dahulu disaring dengan kapas yang diletakkan dalam
corong air, kemudian disterilkan dengan khlorin 60 ppm selama 24 jam. Sisa-sisa
bau khlorin dapat dihilangkan dengan menggunakan Na Thiosulfat 20 ppm. Air
laut yang sudah steril disimpan dalam wadah yang tidak tembus cahaya dan
tertutup rapat.
Peralatan kultur yang akan digunakan dicuci sampai bersih kemudian
dibilas air tawar dan dikeringkan. Peralatan yang terbuat dari kaca tahan panas
harus ditutup dengan kapas dan kasa, kemudian peralatan tersebut dibungkus
V
K
P
Keterangan:
Q = berat bahan yang dilarutkan (mg, gram)
V = volume pelarut/ aquadest (ml, L)
P = volume penggunaan dalam media kultur (ml/L)
K = konsentrasi pupuk yang akan digunakan (ppm, mg/L)
larutan vitamin B12 dengan cara melarutkan 1000 g vitamin B12 ke dalam 100 ml
aquades yang telah disterilkan terlebih dahulu. Hasil pembuatan stok larutan
vitamin B12 didapatkan kandungan vitamin B12 sebesar 10 ppm.
D. Persiapan Pembuatan Stok Larutan FeCl3
FeCl3 yang digunakan berupa bubuk FeCl3 dan merupakan bahan kimia
komersil. Konsentrasi FeCl3 dalam stok larutan FeCl3 tiap 1 ml jika dilarutkan
dalam 1 L media kultur mengandung 10 M. Jika konsentrasi FeCl3 yang
digunakan dalam penelitian sebesar 9 M maka volume penggunaan stok lautan
FeCl3 sebesar 0,9 ml, begitu pula penggunaan stok lainnya. Penghitungan berat
FeCl3 yang akan digunakan dalam penelitian berdasarkan rumus (Kuswati dkk.
2004):
M
n
Mr
V
Keterangan:
M
: Molar
n
: Massa (gram)
Mr
: Massa Atom Relatif
V
: Volume (L)
kultur ditutupi dengan plastik hitam, agar suhu ruang stabil dan untuk
menghindari kontaminan.
Lingkungan kultur dapat mempengaruhi pertumbuhan S. platensis, oleh
karena itu lingkungan dikondisikan sama untuk setiap perlakuan. Lingkungan
kultur S. platensis yang diharapkan dalam penelitian adalah suhu 28 - 32oC,
salinitas 30 ppt, pH 8 - 9, intensitas cahaya 1800 - 1900 lux dan photoperiod 12
jam dalam keadaan terang dan 12 jam dalam keadaan gelap. Weng et al. (2008)
mengemukakan, photoperiod yang baik dalam pertumbuhan Dinophyceae adalah
12 jam dalam keadaan terang dan 12 jam dalam keadaan gelap.
F. Penebaran Bibit S. platensis
S. platensis murni diperoleh dari Balai Besar Budidaya Air Payau
Situbondo. Bibit S. platensis dimasukkan ke dalam toples kaca dengan kepadatan
10.000 unit/ml. Suryati (2002) mengemukakan, kepadatan optimum untuk kultur
Spirulina sp. adalah 10.000 unit/ml. Unit Spirulina sp. yaitu satu panjang
gelombang (satu lembah satu gunung). Jika dalam akhir penghitungan terdapat
jumlah pecahan maka dibuat patokan bahwa pecahan di atas 0,5 dibulatkan
menjadi satu dan pecahan di bawah 0,5 tidak ikut dihitung. Penghitungan jumlah
bibit S. platensis untuk kultur menggunakan rumus (Edhy dkk., 2003):
V1 =
N 2 V 2
N1
Keterangan:
V1 = Volume bibit untuk penebaran awal (ml)
N1 = Kepadatan bibit/ stock S. platensis (unit/ ml)
V2 = Volume media kultur yang dikehendaki (L)
N2 = Kepadatan bibit S. platensis yang dikehendaki (unit/ ml)
1000
n
3,14 ( d / 2 ) 2
Keterangan:
N = Kepadatan S. platensis (unit/ ml)
d = Diameter bidang pandang (mm)
n = Jumlah rata-rata S. platensis per bidang pandang (unit/ ml)
Analisis Data
Pengaruh penambahan FeCl3 dengan konsentrasi yang berbeda pada media
blotong kering terhadap pertumbuhan S. platensis dapat dianalisis dengan
menggunakan analisis ragam (ANAVA) dengan tingkat kesalahan 5 % kemudian
dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan (Kusriningrum, 2008).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data pertumbuhan dan hasil analisis varian (ANAVA) pada hari keenam
yang ditunjukkan pada tabel 1 menunjukan bahwa masing-masing perlakuan
memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap pertumbuhan
populasi S. platensis. Pertumbuhan populasi terus meningkat mulai hari pertama
hingga hari keenam dan menurun pada hari ketujuh. Hari pertama hingga hari
ketujuh populasi tertinggi S. platensis diperoleh pada perlakuan D (12 M FeCl3)
dan terendah pada perlakuan H (tanpa FeCl3).
Tabel 1. Data pertumbuhan populasi S. platensis (unit/ml) setelah penambahan
FeCl3 yang dikultur pada media asal blotong kering hari pertama
hingga hari ketujuh
Perlakuan
Hari ke-0
A (9 M FeCl3)
B (10 M FeCl3)
C (11 M FeCl3)
D (12 M FeCl3)
E (13 M FeCl3)
F (14 M FeCl3)
G (15 M FeCl3)
H (Tanpa FeCl3)
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
Hari ke-1
18.343,95
19.363,06
20.573,25
23.312,1
22.547,77
20.573,25
19.681,53
15.477,71
Hari ke-2
19.363,06
22.802,55
24.883,23
25.074,31
24.670,91
21.019,11
20.403,4
15.626,33
Hari ke-3
25.881,1
26.794,06
28.110,4
31.932,06
31.210,19
30.785,56
30.382,17
21.953,29
Hari ke-4
37.176,22
39.299,36
40.063,69
43.121,02
39.150,74
39.044,59
35.944,8
34.564,76
Hari ke-5
38.216,56
42.006,37
42.866,24
44.076,43
40.191,08
39.299,36
36.369,43
30.679,41
Hari ke-6
d
40.828,03
45.753,72ab
46.326,96a
46.873,69a
46.008,49a
43.184,71c
41.847,13c
34.862e
Hari ke-7
29.426,75
36.242,04
37.813,16
46.157,11
31.910,83
31.422,51
30.849,26
24.012,74
Data pertumbuhan dan hasil analisis varian (ANAVA) pada hari keenam
yang ditunjukkan pada table 2 menunjukan bahwa masing-masing perlakuan
memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap pertumbuhan
populasi S. platensis. Pertumbuhan populasi terus meningkat mulai hari pertama
hingga hari keenam dan menurun pada hari ketujuh. Hari pertama hingga hari
ketujuh populasi tertinggi S. platensis diperoleh pada perlakuan D (12 M FeCl3)
dan terendah pada perlakuan H (tanpa FeCl3).
Hari ke-0
0,133
0,133
0,133
0,133
0,133
0,133
0,133
0,133
Hari ke-1
0,3133
0,5633
0,6667
0,8667
0,79
0,67
0,41
0,2933
Hari ke-2
0,43
0,63
0,71
0,9167
0,8233
0,73
0,56
0,41
Hari ke-3
0,6533
0,7
0,8167
1,04
0,8623
0,7333
0,5633
0,47
Hari ke-4
0,91
0,9233
1,03
1,04
0,9
0,75
0,69
0,48
Hari ke-5
0,9133
0,94
1,0467
1,1633
0,9967
0,9667
0,7267
0,62
Hari ke-6
1,05c
1,1933a
1,2133a
1,22a
1,2033a
1,0933b
1,0567bc
0,7467d
Hari ke-7
0,9033
0,95
0,9533
1,21
1,1267
1,0367
0,9933
0,7433
Nishio, J. N., J. Abadia and N. Terry. 1985. Chlorophyll Proteins and Electron
Transport during Iron Nutrition Mediated Chlorophlast Development.
Departement of Plant and Soil Biology. University of California. Berkeley.
California. Plant Physiol, 04: 296-299.
Ohwada, K and N. Taga. 1972. Vitamin B12, Thiamine, and Biotin in Lake
Sagami. Ocean Research Institute, University of Tokyo. Japan. Vol 17.
p. 315-320.
Oktafiana, D.J. 2007. Pemanfaatan Blotong Kering Sebagai Pupuk untuk
Pertumbuhan Populasi S. platensis. Skiripsi. Program Studi Budidaya
Perairan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. 49
hal.
Richmond, A. 1986. CRC Handbook of Microalgal Mass Culture. CRC Press, Inc.
Florida. p. 199-244.
Rosales, M. 1982. Preparation of Various Culture Media and Stok Solutions.
SEAFDEC Aquaculture Department. In: R. D. Guerrero and C. T. Villegas
(Eds). Report of the Training Course on Growing Food Organism for Fish
Hatcheries. Tigbauan, Iloilo, Philippines.
Rusyani, E., Sapta A.I.M. dan Lydia E., 2007. Budidaya Fitoplankton Skala
Laboratorium dalam Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Balai
Budidaya Laut Lampung. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya.
Departemen Kelautan dan Perikanan: 9. Lampung. hal. 48-59.
Scott, J. M. 1999. Folate and Vitamin B12. Departement of Biochemistry, Trinity
College. Ireland. p 441-448.
Suryati. 2002. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Gula (LCPG) untuk Pertumbuhan
Spirulina sp.. Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.
74 hal.
Vidiana, R. H. 2009. Pengaruh Penambahan Vitamin B12 Pada Media Blotong
Kering Terhadap Pertumbuhan Populasi Spirulina platensis. Skiripsi.
Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Universitas Airlangga. Surabaya. 24-31 hal
Vonshak, A. 1986. Laboratory Techniques For the Cultivation of Mikroalgae. In:
Richmond, A. 1986. CRC Handbook of Microalgal Mass Culture. CRC
Press, Inc. Florida. p. 117-145.
Wijaya. S. A. 2006. Pengaruh Pemberian Konsentrasi Urea yang Berbeda
Terhadap pertumbuhan Nannochloropsis oculata. Skiripsi. Program Studi
Budidaya Perairan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.
Surabaya. hal. 2-3.
Weng, H., X. Sun, J. Weng, Y. Qin and H. Dong. 2008. Crucial Roles of Iron in
The Growth of Prorocentrum micans Ehreberg Dinophyceae. Forida.
Journal of coastal Research, 24: 176-183.