Anda di halaman 1dari 13

AQIDAH/KEIMANAN (TAUHID)

Sebagaimana disebut pada akhir bagian kuliah pertama, Aqidah merupakan salah satu pilar
Agama Islam, bahkan merupakan pilar utamanya. Aqidah adalah prinsip dasar atau azas agama,
yaitu keyakinan (dalam hati) pemeluk agama akan adanya Kekuatan (Yang Maha) Ghaib, yang
menguasai hidupnya secara mutlak. Artinya, kekuatan ghaib tadi adalah Yang Maha Kuasa, tempat
bergantung dan bersandar segala sesuatu, yang disembah dan seterusnya, dengan sifat-sifat
kemuliaan dan keagunganNya, serta dengan ajaran-tuntunanNya yang lurus dan sempurna.
Aqidah merupakan kata dalam bahasa Arab, dari akar kata `aqada-yaqidu [Abdul Aziz Dahlan dkk,
2005],

yang berarti mengikatkan atau menyimpulkan tali dan mengadakan perjanjian.


Aqidah dalam ISLAM adalah tauhid, yaitu meng-Esa-kan Allah `AWJ sebagai Kekuatan

yang Maha Ghaib tadi, yang lazim diistilahkan sebagai Tuhan dalam bahasa Indonesia. Tauhid
berasal dari akar kata wahhada-yuwahhidu-tauhiidun, yang berarti menjadikan sesuatu itu satu.
Ke-tauhid-an manusia akan Allah `AWJ sebagai tuhannya telah dipersaksikan pada setiap manusia
pada saat dikeluarkan ke alam dunia ini. Firman Allah `AWJ dalam surah Al Araf sebagai berikut.

Surah Al Araaf (QS 7:172):

172.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak


Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)".

Mentauhid-kan Allah `AWJ sebagai Tuhan meliputi 3 (tiga) jenis ke-tauhid-an, yakni
tauhid wujudiyyah, tauhid rubbubiyyah dan tauhid uluhiyyah, dengan pengertian-pengertian
sebagai berikut.

Tauhid wujudiyyah : Meng-Esa-kan wujud atau dzat Allah `AWJ, yakni meyakini bahwa dzat
Allah `AWJ itu Esa, Tunggal, hanya ada satu.

Surah Al Ikhlash (QS 112 : 1) :


1. Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.

Surah Al Baqarah (QS 2 : 163) :


163. Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Surah Al Maaidah (QS 5 : 73) :




73. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah
salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain
dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka
katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa
siksaan yang pedih.

Surah Ash Shaaffat (QS 37 : 4) :


4. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa.

Tauhid Rubbibiyyah : Meng-Esa-kan Allah `AWJ dalam kekuasaanNya,


yakni meyakini bahwa kehendak dan perbuatan Allah
dilaksanakan sendirian, tanpa sekutu, tanpa campur

tangan yang lain. Penciptaan dan pengaturan `alam


semesta dikuasai sendiri, tanpa bersyarikat.

Surah Al Fatihah (QS 1 : 2) :


2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam[3].
[3]

Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati, yang Memiliki, Mendidik dan
Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali
kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin
(semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai
jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuhtumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alamalam itu.

Surah Al Baqarah (QS 2 : 286} :

284. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu
atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan
dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa
yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Surah Al Araaf (QS 7 : 54) :

..

54. .. . Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.
Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Surah Yunus (QS 10 : 31,32) :







31. Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi,
atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan,
dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur
segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah
"Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"
32. Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya;
maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka
bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?

Surah Al Fuqaan (QS 25 :2) :




2. Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai
anak,
dan
tidak
ada
sekutu
bagi-Nya
dalam
kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.

Surah As Sajdah (QS 32 : 4,5) :




5.

Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu.
Tauhid uluhiyyah : Meng-Esa-kan Allah `AWJ dalam hak menerima
penghambaan,

yakni

meyakini

bahwa

hak

untuk

disembah, dipuji, disandari, dimohoni dll. hanya


milik Allah sendiri.

Surah An Nahl (QS 16 : 36):





36. Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu",
maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah
dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
[826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah `AWJ.

Surah Al Fatihah (QS 1 : 5) :


5. Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan[7].
[6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat : kepatuhan dan ketundukan yang
ditimbulkan oleh perasaan/persaksian terhadap kebesaran Allah, sebagai
Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai
kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
[7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah:
mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan
yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.

Surah Ath Thaahaa (QS 20 : 14) :



14. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak
disembah) selain Aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku.

Surah Ali `Imran (QS 3 : 18) :




18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang
yang berilmu[188] (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
[188] ayat ini untuk menjelaskan martabat orang-orang berilmu.

Surah Ar Rad (QS 13 : 15) :

15. Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan
di bumi, baik dengan kemauan sendiri (suka rela) ataupun terpaksa (dan
sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.

Surah Az Zumar (QS 39 : 2) :



2. Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan
(membawa) kebenaran, maka sembahlah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya.

Aqidah tauhid yang diuraikan di atas merupakan hal yang paling utama
dan yang pertama harus ditanamkan bagi setiap muslim. Dengan
keyakinan tauhid tersebut, dengan sendirinya akan menghadirkan keyakinankeyakinan yang lain (sempurna rukun iman yang enam) , yaitu iman akan
adanya malaikat-Nya, rasul-Nya, kitab-Nya, hari kebangkitan dan
ketetapan/taqdir-Nya. Kalimah tauhid (laa ilaaha illa Allah) sebagai kuci
pembuka surga (Miftahul jannah : laa ilaaha illa Allah). Bahkan Muhammad
Rasuulullah s.a.w. mengatakan : Siapa yang menyatakan pada akhir
hayatnya tidak ada Tuhan selain Allah akan masuk surga. Keislaman
seseorang ditandai dengan ikrar dua kalimah syahadah (persaksian) atau
syahadatain, yakni syahadah tauhid dan syahadah rasul : Asyhadu an laa
ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar rasuulullah . (Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa (Nabi)
Muhammad adalah utusan Allah). Iman itu pembenaran di dalam hati,
diikrarkan dengan lisan (lidah) dan melahirkan amal lahiriyah. Amal lahiriyah
dan ikrar tanpa penghayatan dan pembenaran dalam hati tidaklah benar
dikatakan iman, sebagaimana firman Allah `AWJ dalam surah Al Hujuraat ayat
14.

Surah Al Hujuraat (QS 49 : 14) :





14. Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah:
"Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu
belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan rasulNya,

Dia

tidak

akan

mengurangi

sedikitpun

pahala

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

amalanmu;

Di atas aqidah tauhid itulah syari`at (`ibadah) ditegakkan. Tanpa didasari


tauhid, amal shalih tidak akan bernilai `ibadah. Hanya dengan ketaatan atas
syari`at dan ketentuan Allah `AWJ iman itu dianggap benar (diterima oleh Allah
`AWJ). Aqidah yang benar (murni dan kuat) memberi kekuatan yang mendorong
dilakukannya `amal shalih, dan sebaliknya, `amal shalih yang dilakukan akan
memperkokoh iman pelakunya. Dengan aqidah tauhid dan iman akan adanya
kehidupan alam akhirat , hendaklah manusia menetapkan tujuan hidupnya,
sebagaimana diajarkan islam, yaitu bahagia dunia dan selamat alhirat.
Amal orang beriman selalu dimaksudkan sebagai bekal hidup di alam akhirat,
diibaratkan dunia ini sebagai lahan atau sawah-ladang bagi akhirat.
Orang beriman merasa punya kontrak jual beli dengan Allah `AWJ.

Surah At Taubah ayat 111 (QS 9 : 111 - 112) :




111. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan
harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang
pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi)
janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah
yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang
besar.
112. Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang
memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh
berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang
memelihara hukum-hukum Allah. dan gembirakanlah orang-orang
mukmin itu.

Surah Al Hujuraat (QS 49 : 15) :




15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad, dengan sungguh-sungguh)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang
yang benar (imannya).

Surah An Nuur (QS 24 : 51):




51. Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada
Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukumi (mengadili) di antara mereka
ialah ucapan "Kami mendengar, dan kami patuh". dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung.

Penyimpangan-penyimpangan terhadap Aqidah Tauhid.


Ada beberapa jenis cacat/penyakit atau penyimpangan terhadap aqidah tauhid, antara lain
disebut kafir, syirik dan nifaq. Kafir berarti tidak mengimani, tidak percaya akan adanya Tuhan
Yang Maha Kuasa yang bersifat Esa, Maha Tunggal. Syirik, berarti menyekutukan Tuhan, yakni
mempercayai adanya berbagai kekuatan, kekuasaan dan hak atas hajat dan nasibnya, selain Allah
`AWJ. Orang yang syirik disebut musyrik. Seorang musrik biasa memanjatkan do`a atau
permohonan kepada selain Allah `AWJ, bahkan pada berbagai berhala sesuai dengan maksud
permohonannya. Juga melakukan peribadahan atau penyembahan kepada selain Allah, walaupun ia
juga beribadah dan berdo`a kepada Allah `AWJ. Nifaq, berarti tidak adanya kesesuaian antara
ucapan dan tindakan, hal mana menunjukkan tidak adanya konsistensi dalam hatinya. Isi hati
(keyakinan dan niatan) yang biasa dilahirkan dengan ucapan, namun tidak bisa direalisasikan dalam
tindakan atau `amal perbuatan. Bahkan, wujud dan nilai amalnya bertentangan dengan ucapan dan
nuraninya. Seseorang yang nifaq disebut munafiq (munafik). Memang, munculnya penyakit
munafik ini karena secara mendasar (naluriah) karena hati/nurani itu selalu baik, ucapannya ingin

menampakkan yang baik, sedangkan amal tindakan sangat dekat dengan keinginan nafsunya.
Jadi orang munafik pada dasarnya tidak thaat pada Allah `AWJ, melainkan thaat pada nafsunya.
Ketiga penyakit atau kotoran tauhid tersebut di atas merupakan penyakit-penyakit berat. Kafir dan
syirik merupakan dosa-dosa besar tak terampuni, sedangangkan munafik yang nyata-nyata munafik
(dipenuhi oleh semua ciri-ciri munafik), merupakan dosa yang lebih besar daripada kafir. Orangorang kafir akan menerima adzab yang besar/berat.
Kitabullah dan Rasuulullah s.a.w. mengajarkan ketauhidan pada Allah `AWJ. Seseorang
yang tidak memurnikan ketauhidannya, berarti pula telah mengingkari Kitab dan Rasul Allah `AWJ,
maka gugurlah imannya. Orang yang demikian imannya tidak dibenarkan dan tidak pula diridlai
Allah `AWJ, alias tidak beriman. Na`uudzubillaahi min dzaalik.

Surah Al Baqarah (QS 2 : 6,7) :

6.

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri


peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan
beriman.
7. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan
mereka ditutup; dan bagi mereka siksa yang amat berat.

Surah Ali `Imran (QS 3 : 4) :



4. ...........Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan
memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai
balasan (siksa).

Surah Al Mumin (QS 40 : 10 12) :



10. Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari
kiamat): "Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada
kebencianmu kepada dirimu sendiri, karena kamu diseru untuk beriman
lalu kamu kafir".
11. Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali
dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosadosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari
neraka)?"
12. Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah.
dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang
ini) adalah pada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Surah An Nisa (QS 4 : 150 151) :






150. Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,
dan bermaksud memperbedakan[373] antara (keimanan kepada) Allah dan
rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang
sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta
bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara
yang demikian (iman atau kafir),
151. Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.
[373] Maksudnya: beriman kepada Allah, tidak beriman kepada rasulrasul-Nya.

Surah Yunus (QS 10 : 53, 54) :





53. Dan mereka menanyakan kepadamu: "Benarkah (azab yang dijanjikan) itu?
Katakanlah: "Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya azab itu adalah benar dan
kamu sekali-kali tidak bisa luput (daripadanya)".

54. Dan kalau setiap diri yang zalim (muayrik) itu mempunyai segala apa yang
ada di bumi ini, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka
menyembunyikan[698] penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan
azab itu dan telah diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang
mereka tidak dianiaya.
[698] sebagian ahli tafsir ada yang mengartikan asarru dengan melahirkan.

KULIAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MINGGU KE 3
AQIDAH/KEIMANAN
(TAUHID)

Guntur Maruto
FMIPA UGM
2010

Anda mungkin juga menyukai